Anda di halaman 1dari 30

Spesifikasi Teknis

BAB I
DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama kegian dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :
Penyedian Prasarana Dan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah Kecamatan Blang Mangat Dan Muara
Dua Kota Lhokseumawe (Paket D.Sda-09)

Pasal 2 : Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut
ini :
 Pembangunan Sumur Bor Lorong Tgk. Keulayu (SMP N 10 )
Gp. Teungoh Kec. Blang Mangat.
 Pembangunan Sumur Balai Pengajian Darul Fadillah Gp.
Blang Weu Baroh Kec. Blang Mangat
 Pembangunan Sumur Yayasan Pendidikan Baitul
Muta'alimin Kec. Blang Mangat
 Pembangunan Sumur Bor BP. Darul Ulum Al-Munawwarah
Gp. Blang Weu Baroh Kec. Blang Mangat
 Pembangunan Sumur Bor Balai Halimon Dusun Meurandeh
Gp. Meunasah Mee
 Pembangunan Sumur Bor Tempat Pengajian Remaja Gp.
Paya Peunteut Kec. Muara Dua
 Pembangunan Sumur Bor Balai Pengajian Nurul Hijrah Gp.
Meunasah Mee Kec. Muara Dua

Pasal 3 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut
ini :
Kota Lhokseumawe

Pasal 4 : Sumber Dana Proyek berasal dari :


APBK Tahun Anggaran 2020

1
Spesifikasi Teknis

BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan


Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor
Pelaksana untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I
diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam
Kontrak Kerja Fisik.

2. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang


disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan
Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi
atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain
oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang


disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan
Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi
atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain
oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi


pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan
posisi minimal seperti berikut :
1. Project Manager
2. Site Manager
3. Supervisor Lapangan
4. Surveyor
5. Drafman
6. Tenaga Administrasi Dan Operator Computer
7. Kepala Tukang

5. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur


organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam
kerja.

2
Spesifikasi Teknis

6. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama


proses pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui
oleh Konsultan Supervisi.

7. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk


pengantian tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada
dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat
pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan
baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh


Kontraktor Pelaksana harus mampu memberikan keputusan
yang bersifat teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)

1. Kontraktor harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop


Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya.

2. Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Perencana.

3. Shop Drawing tidak boleh merubah disain, mengurangi


kuantitas, dan mengurangi kualitas pekerjaan.

Pasal 3 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( As Built Drawing )

1. Kontraktor harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built


Drawing) yang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan
sebelum serah terima tahap pertama.

2. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Perencana.

3. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built


Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi,
Perencana, Owner, dan Pemilik/Pengguna Bangunan.

3
Spesifikasi Teknis

4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di


tempat yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna
bangunan.

Pasal 4 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Operation Hand-Book)

1. Kontraktor harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau


system operasi (Operation Hand-Book) sebelum masa serah
terima untuk semua peralatan yang ada dalam bangunan
seperti :
1. Instalasi Listrik
2. Instalasi Air Bersih
3. Instalasi Pemadam Kebakaran
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan
pengguna bangunan dengan memberikan penjelasan yang
diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam


bangunan pada tempat yang ditentukan oleh Owner atau
pengguna bangunan.

Pasal 5 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri


semua kesalahan dan cacat pekerjaan.

2. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar
dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.

3. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh
Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.

4. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau


sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang
dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap

4
Spesifikasi Teknis

menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk


memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.

5. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan


Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan
atau pekerjaan cacat.

6. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan


cacat harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada
Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai


dengan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan
yang telah disetujui oleh Owner kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh
Owner kepada Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.

5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan


pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu
pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

5
Spesifikasi Teknis

Pasal 7 : Request Material dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan


penggunaan material bangunan (request material) sebelum
material bangunan tersebut dipakai.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus


disertai dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Perencana, dan Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor


Pelaksana dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal
oleh Konsultan Supervisi atau Perencana.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan


satu set contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan
Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan


Supervisi, Perencana dan Owner tidak boleh dipakai sebagai
material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan


(request pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana


harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan


jika request pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Metode Pelaksanaan

6
Spesifikasi Teknis

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan


terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana


harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan
jika Metode Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 9 : Rencana Material dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan


peralatan mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material


dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


material dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 10 : Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan


tenaga kerja mingguan yang akan digunakan untuk
penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja


mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana


penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh

7
Spesifikasi Teknis

Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang


dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 11 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan


oleh Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses
penyelesaian pekerjaan harus atas persetujuan Konsultan
Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan


Supervisi untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal
yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap


kualitas pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau
pada malam hari.

Pasal 12 : Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian,


laporan mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan
Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan


yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

3. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang


dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Supervisi serta diketahui oleh Owner.

4. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan


langsung kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam
laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang
dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

8
Spesifikasi Teknis

5. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat


dalam rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian,
laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada
lokasi pekerjaan.

Pasal 13 : Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan


Instansi lain di luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib
memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan
Supervisi.

Pasal 14 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali setiap bulan, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi


dengan diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.

3. Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor


Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner
atau Konsultan Supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan


diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.

6. Konsumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor


Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.

9
Spesifikasi Teknis

Pasal 15 : Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan


Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk
proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja
Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang


disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan
Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi
atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain
oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi


pengawasan lapangan proyek kepada Owner dimana
didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan
Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut :
1. Site Engineer
2. Inspector
3. Tenaga Administrasi Dan Operator Computer

4. Semua tenaga ahli yang namanya


tercantum dalam struktur organisasi pengawasan lapangan
proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi


pengawasan lapangan proyek yang telah disetujui oleh Owner
kepada Kontraktor Pelaksana.

10
Spesifikasi Teknis

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh
Owner.

7. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk


pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada
dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat
pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan
baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh


Konsultan Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang
bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

9. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan


laporan bulanan kepada Owner atas segala hal yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

10. Bentuk, format dan isi laporan Konsultan supervisi adalah


berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi dengan Owner serta
Konsultan Manajemen jika ada.

Pasal 16 : Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan


semua instruksi atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan
Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi


harus dalam bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan


dan harus diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai
oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi
Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti


disebutkan dibawah ini :

a. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah


sehingga membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan

11
Spesifikasi Teknis

finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang


menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.

b. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan


yang tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

c. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari


Kontraktor Pelaksana yang dianggap kurang mampu.

d. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja


dengan alasan untuk mempercepat proses pelaksanaan
pekerjaan.

Pasal 17 : Perubahan-Perubahan Disain

1. Atas instruksi dan persetujuan Owner, Perencana dan


Konsultan Supervisi berhak mengadakan perubahan-
perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis.

2. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi


Teknis harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan.

3. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi


Teknis yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Perencana
dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

4. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi


Teknis tidak boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan
secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam
Kontrak Kerja.

5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena


perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan
oleh Perencana dan disetujui oleh Owner.
5. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan
kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh
Perencana.

12
Spesifikasi Teknis

6. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan


ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity, Konsultan Supervisi tidak
dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus
mendiskusikannya dengan Perencana kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.

7. Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan


acuan mana yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill of Quantity kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

Pasal 18 : Lain-Lain

1. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini


ditentukan kemudian oleh Perencana dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam
proyek.

2. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Perencana tersebut


tetap mengaju pada Gambar Bestek dan Kontrak Kerja yang
telah ada.

13
Spesifikasi Teknis

BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama


Proyek yang memuat tentang identitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250


cm kecuali ditentukan lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu


dengan kualitas terbaik sehingga sanggup bertahan minimal
sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat
berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan
tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan


warna hitam, kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai
warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi


Penyandang Dana, Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi, dan
Dinas terkait setempat.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan


proyek, waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

14
Spesifikasi Teknis

Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Supervisi (Direksi Keet)

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat kantor Konsultan


Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional
pengawasan.

2. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit


pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang
baik.

5. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

6. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10
cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

7. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan


rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

8. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
supervisi.

10. Direksi harus dilengkapi minimal dengan satu papan tulis, dua
buah meja kerja, dan empat unit kursi duduk.

11. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara


Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi
Keet tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

15
Spesifikasi Teknis

Pasal 3 : Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Kantor Lapangan untuk


keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil


bongkaran bangunan lama.

4. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan


1 unit pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara
yang baik.

5. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

6. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari
papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran
5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

7. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm


dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
supervisi.

10. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan satu papan


tulis, dua buah meja kerja, dan empat unit kursi duduk.

Pasal 4 : Kamar Mandi Dan WC

16
Spesifikasi Teknis

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Kamar Mandi dan WC


untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan
Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.

3. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil


bongkaran bangunan lama.

4. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton


dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang
rata dan diperhalus dengan acian beton.

5. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari


pasangan batu bata dan diplaster sedangkan bagia atasnya
boleh dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

6. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

7. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
supervisi.

8. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok,


kran air, bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor.
Kamar Mandi dan WC juga harus dilengkapi dengan Septictank
dan saluran resapan.

9. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama


antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak
Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat
dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gudang penyimpanan


material untuk melindungi material yang tidak segera dipakai.

2. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 40


m2.

17
Spesifikasi Teknis

3. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material


hasil bongkaran bangunan lama.

4. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan


beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan
yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

5. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus


dibuat benar-benar terlindung dari rembesan air.

6. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk


bangunan panggung maka lantai Gudang Penyimpanan
Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.

7. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran


2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu
kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6
mm.

8. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS


0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
supervisi.

10. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan


bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.

11. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan


didalam lokasi pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan
sulit mencari lokasi lain.

Pasal 6 : Barak Pekerja

18
Spesifikasi Teknis

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Barak Pekerja untuk


keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang


menginap dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.

3. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk


keperluan kosumsi sehari-hari para pekerja.

4. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

5. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

6. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat
dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai
ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

7. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan


rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

8. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
supervisi.

10. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara


Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.

11. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : Instalasi Air Bersih dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan


Instalasi air bersih dan Instalasi listrik sementara selama

19
Spesifikasi Teknis

berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan


operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

Pasal 8 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tempat/pos penjaga


keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga
keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan


dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh


berada di dalam lokasi pekerjaan.

BAB IV
Pekerjaan Umum/Persiapan
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemboran ini pekerjaan
umum/ persiapan meliputi :
1. Pekerjaan Pembuatan spoel bak dan pembersihan
lokasi
Pada tahap pekerjaan ini meliputi :
 Pembersihan, perataan dan pengerasan lokasi untuk
posisi tumpuan mesin bor.
 Pembuatan bak Lumpur (spoel bak), bak control dan selokan
untuk sirkulasi Lumpur bor.
2. Akomodasi/Konsumsi dan Base Camp Akomodasi/konsumsi dan
basecamp adalah sarana makan, minum dan transportasi
pekerja serta penginapan selama pekerjaan berlangsung.
3. Pekerjaan Mobilisasi Sebelum pekerjaan lapangan dimulai,
dilakukan mobilisasi atau mendatangkan peralatan dan bahan-
bahan pemboran beserta personelnya ke lokasi pemboran.
Tahap mobilisasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan lapangan.
4. Barak Kerja Pembuatan barak kerja dengan menggunakan
material kayu dan peralatan tukang sesuai dengan kebutuhan
dilokasi kerja.Luas barak kerja disesuaikan dengan jumlah
material dan tenaga kerja yang akan ditempati.
5. Persiapan Peralatan Pengeboran & material

20
Spesifikasi Teknis

 Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m pada


posisi titik bor apabila formasi lapisan tanah paling
atas yang akan dibor merupakan lapisan formasi yang
mudah runtuh.
 Penyetelan mesin bor beserta menara, penyetelan
pompa lumpur beserta selang-selangnya.
 Penyediaan air serta pengadukan lumpur bor untuk sirkulasi
pengeboran.

6. Batu Prasasti Nama Pekerjaan


Penyedia jasa harus membuat dan memasang batu prasasti
pada lokasi pekerjaan pada tempat yang telah ditentukan atau
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
7. Pekerjaan Mobilisasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau
mendatangkan peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta
personelnya ke lokasi pengeboran. Tahap mobilisasi ini dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan.

BAB V
PEKERJAAN PENGEBORAN DAN POMPA

1. Pemboran Pada Segala Formasi


Sistem pemboran yang diterapkan disini adalah menggunakan
system bor putar (rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down
pressure) yang dibarengi dengan sirkulasi Lumpur bor (mud flush)
kedalam lubang bor.
 Pemboran temporary casing/conduktor adalah pekerjaan
pemboran tahap awal sebagai casing (pengaman) dengan
kedalaman 10 meter dengan diameter temporary
casing/conduktor 8 inchi.
 Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal
dengan diameter lobang kecil sampai kedalaman yang
dikehendaki, diameter pilot hole sebesar6 inchi dengan
kedalaman 75 m, Selain itu juga ditentukan dengan
kemampuan atau spesifikasi mesin bor yang digunakan.
Hal-hal yang perlu diamati dalam pekerjaan pemboran pilot hole
adalah :
 Kekentalan (viskositas) Lumpur bor;
Kecepatan mata bor dalam menebus formasi lapisan
tanah setiap meternya (penetrasi waktu permeter);

21
Spesifikasi Teknis

Contoh gerusan (pecahan) formasi lapisan dalam


setiap meternya. Contoh (sample) pecahan formasi
lapisan tanah (cutting) dimasukkan dalam plastik kecil
atau kotak sample dan masing-masing diberi nomor
sesuai dengan kedalamanya. Adapun maksud
pengambilan sample cutting adalah sebagai data
pendukung hasil electrical logging untuk menentukan
posisi kedalaman sumber air (akuifer)

2. Pelebaran lobang (reaming)


Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang
bor sesuai dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan
(screen) yang direncanakan. Hal-hal yang diamati dalam tahap
pekerjan reaming adalah sama seperti pada tahap pekerjaan
pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting (formasi
lapisan tanah) tidak perlu diambil lagi. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah masuknya konstruksi pipa casing dan saringan
(screen) serta masuknya penyetoran kerikil pembalut (gravel
pack). Pelebaran lubang bor reaming dari diameter 6 inchi
menjadi diameter 8 inchi dankedalaman 65 meter, Pelebaran
lubang bordilaksanakan dengan mengunakan reaming bit atau
three cutter hole openerdengan diameter yang sesuai dan
dilengkapi dengan pilot bit sebagai alatbantu lubang berdiameter
sama dengan lubang yang dilebarkan. Hal ini dimaksudkan
supaya ketegaklurusan pelebaran lubang sama dengan lubang
penuntun.
3. Pemasangan Pipa Sumur
 Material Sumur
Material sumur yang dipasang untuk sumur bor adalah :
- Pipa Casing diameter 4"
- Pipa screen 4" low carbon
 Konstruksi pipa casing dan saringan (screen)
 Pemasangan/peletakan pipa casing diameter 4"
dengan kedalaman sesuai dengan gambar rencana
 Pipa saringan (screen) dengan diameter pipa screen 4"
(low carbon) sesuai dengan gambar konstruksi yang
direncanakan di kedalaman 60 m dengan model screen
dibagi menjadi 5 bagian interval per 4 m eter sepanjang
20 meter.peletakan konstruksi saringan (screen)
harus didasarkan atas hasil electrical logging dan

22
Spesifikasi Teknis

analisa cutting.Selain itu juga didasarkan atas kondisi


hydrogeology daerah pemboran. Dari pemahaman.
 aspek-aspek hydrogeology diharapkan perencanaan
sumur dalam yang dihasilkan mampu memberikan
sumur pemanfatan (life time) yang maksimal dan
kapasitas yang optimal dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan didaerah sekitar pemboran.
4. Penyetoran kerikil pembalut (Gravel Pack)
Pengadaan dan pengisian "gravel pack" ukuran rata-rata
sebanyak 4m3. Maksud dan tujuan penyetoran kerikil pembalut
(gravel pack) adalah untuk menyaring masuknya air dari formasi
lapisan akuifer kedalam saringan (screen) dan mencegah
masuknya partikel kecil seperti pasir ke dalam lubang saringan
(screen). Adapun cara penyetoran kerikil pembalut (gravel pack)
adalah dibarengi dengan sirkulasi (spulling) air yang encer
supaya kerikil pembalut (gravel pack) dapat tersusun dengan
sempurna pada rongga antara konstruksi pipa casing dengan
dinding lubang bor.
5. Pencucian dan pembersihan (Well Development)
Tahap pekerjaan pencucian dan pembersihan sumur dalam
dilakukan dengan maksud untuk dapat membersihkan dinding
zona invasi akuifer serta kerikil pembalut dari partikel halus, agar
seluruh bukaan pori atau celah akuifer dapat terbuka penuh
sehinga air tanah dapat mengalir kedalam lubang saringan
dengan sempurna manfaat dari developmnet ini adalah:
 Menghilangkan ataum mengurangi penyumbatan
(clogging) akuifer pada dinding lobang bor. Meningkatkan
porositas danpermeabilitas akuifer disekeliling sumur
dalam.
 Menstabilakan formasi lapisan pasir di sekeliling saringan,
sehingga pemompaan bebas dari kandungan pasir.

Pelaksanaan tahap Well Development dilakukan dengan cara:


 WaterJetting
Peralatan yang digunakan disebut Jetting Tool, yaitu suatu
alat dari pipa yang mempunyai 4 lobang (dozzle). Alat ini
dimasukkan kedalam sumur dalam pada tiap-tiap interval
saringansecara berurutan dari bawah keatas dengan
penghantar pipa bor yang dihubungkan dengan pompa
yang dihubungkan dengan pompa tekan yang
memompakan air bersih kedalam sumur dalam. Pada
pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau

23
Spesifikasi Teknis

dengan memutar-mutar pipa penghantarnya dan naik turun


sepanjang saringan (screen).
 Air Lift
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan
udara kedalam sumur dalam dari tekanan kecil kemudian
perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan air lift ini dilakukan
mulai dari interval saringan paling atas ke bawah secara
berurutan hingga ke dasar sumur dalam.
6. Pengecoran
Maksud dan tujuan dari tahap grouting ini adalah :
 Sebagai penguat (tumpuan) konstruksi pipa casing.
 Untuk menutup (mencegah) masuknya air permukaan
kedalam pipa casing melalui saringan (screen).
7. Uji pemompaan (Pumping Test)
Maksud dan tujuan uji pemompaan (pumping test) ini adalah
untuk mengetahui kondisi akuifer dan kapasitas jenis sumur
dalam, sehingga dapat untuk memilih jenis serta kapasitas
pompa sesuai yang akan dipasang disumur dalam
tersebut.Data-data yang dicat dalam uji pemompaan adalah:
 Muka air tanah awal
 Debit Pompa
 Penurunan muka air tanah selama pemompaan (draw-
down)
 Waktu sejak dimulai pemompaan
 Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan.
 Waktu setelah pompa dimatikan
8. Pengambilan contoh air dan analisa kwalitas
Penyedia harus ambil contoh air untuk di analisa. Pengambilan contoh air
dilaksanakan pada menjelang berakhirnya pemompoaan uji debit tetap
sebanyak 2 (dua) contoh untuk setiap sumur dengan volume masing-
masing tidak kurang dari 1 (satu) liter. Contoh air tersebut
disimpan dalam botol Polyethilene yang sebelum dipakai
harusdicuci dan dibilas dengan air sumur tersebut paling
tidak sebanyak 3 (tiga) kali,kemudian diisi penuh sehingga tidak
ada udara yang tertinggal didalam, lalu ditutup dengan rapat.
Pada masing-masing botol/jerigen dicantumkan tanggal
pengambilan contoh air tersebut. Penyedia Jasa harus
melakukan analisa kimia terhadap salah satu dari contoh air
tersebut dengan segera yaitu dengan mengirimkan pada
laboratorim yang disetujui oleh PPK.
9. Finishing
Tahap finishing meliputi:

24
Spesifikasi Teknis

 Pemasangan pompa, panel listrik serta instalasi kabel-


kabelnya.
 Pembuatanbbak control (manhole) apabila well head
posisinya dibawah level tanah, pembuatan apron apabila
well head posisinya diatas level tanah.
 Pembuatan instalasi perpipaan, asesoris serta Well Cover.
 Pembersihan dan perapihan lokasi.

10. Laporan
Penyedia menyusun laporan akhir beserta foto dokumen
pelaksanaan pekerjaan sebanyak yang diminta oleh PPK

BAB VI
PEKERJAAN GROUND RESERVOIR

1. Galian Tanah
 Galian tanah harus sesuai dengan gambar
pelaksanaan, baik kedalaman, lebar maupun tingginya.
 Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau
humus yang cukup dalam, maka jenis tanah tersebut
harus dibuang/dibongkar dan diadakan perbaikan struktur
tanah
 Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi
tanah masih diragukan, Pemborongwajib melaporkan kepada
Pengawas/Pemberi Tugas.
2. Lantai Kerja
 Lantai kerja ground reservoir dibuat dengan ketebalan 10
cm.
 Beton dengan mutu K 125 dengan standar campuran untuk
1 m3 beton terdiri dari :

25
Spesifikasi Teknis

a. Portland Cement 276,000 kg


b. Pasir Beton 828 kg
c. kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 Koral Beton
d. Air 215 Liter
3. Pasir Urug
Pasir Urug harus terdiri dari butir-butir yang bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sebagainya.
4. Cerucuk
Cerucuk berdiameter 10 cm dan panjang 4 meter dipancangkan
kedalam tanah.
5. Pekerjaan Beton
 Semen Portland
Semen Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis
merk atas persetujuan PPK dan harus memenuhi NI-8.
Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhny
tidak dibenarkan dipergunakan. Penyimpanan semen
Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
bebas dari kelembaban, air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuhkan sesuai dengan syarat
penumpukan semen.
 Pasir Beton (Aggregate halus)
Pasir harus terdiri dari butir -butir yang bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sebagainnya dan harus
memenuhi komposis butir serta kekerasan yang dicantum
dalam PBI 1971.
 Kerikil (Aggregate kasar)
Aggregate kasar untuk pasangan beton atau beton
bertulang menggunakan batu pecah (andesit) uk. 2/3
hasil dari produksi stone crusher/pemecah batu,
aggregate kasar harus terdiri dari butir-butir keras,
tidak berpori dan berbentuk angular. Aggregate kasar
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai apabila:
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus
atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan
pembuatan sengkang (ring), persyaratan harus
sesuai PBI 1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton
harus disesuaikan dengan gambar kontruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk
menjamin agar besi tersebut tidak berubah tempat
selama pengecoran, dan harus bebas dari papan

26
Spesifikasi Teknis

acauan atau lantai kerja dengan memasang


selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PB1-
1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus
dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam
setelah ada perintah tertulis dari perencana atau
direksi.
 Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan mesin molen
b. Takaran untuk semen,pasir dan kerikil harus disetujui
terlebih dahulu oleh PPK.
c. Selama pengadukan kekentalan beton harus diawasi
dengan jalan memeriksa slump, minimum 5 cm dan
maximum 10 cm
 Pengecoran Beton
a. Kontraktor diawasi melaksanakan pekerjaan
persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cetakan-cetakan sampai jenuh memeriksa ukuran-
ukuran dan ketinggian, pemeriksaan tulangan dan
penempatan penyangga.
b. Pengecoran Beton hanya dapat dilaksanakan
dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat
pada beton seperti keropos dan sarang-sarang
kerikil/split yang dapat memperlemah kontruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan
diteruskan pada hari berikutnya maka tempat
perhatian tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
 Pekerjaan Acuan/Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang telah ditetapkan
b. Acuan/Bekisting harus dipasang sedemikian rupa
dengan perkuatan perkuatan, sehingga cukup kokoh
dan menjamin tidak berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya
harus datar dan licin, bebas dari kotoran-kotoran
serbuk gergaji, potongan kayu tanah/lumpur dan
sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan

27
Spesifikasi Teknis

harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan


beton.
d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material
besi,pasir,kerikil dan semen kepada Direksi
Lapangan, untuk mendapatkan persetujuan
sebelum pekerjaan dimulai. Contoh-contoh yang
telah disetujui oleh Direksi Pelaksana, akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa
material yang dikirim oleh kontraktor ke Site.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan pada
tempat penyimpanan yang aman, sehingga mutu
bahan dan mutu pekerjaan dapat terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja
lunak-dan tidak sepuh seng, diameter kawat lebih
besar atau sama dengan 0,40mm. Kawat pengikat
besi beton/rangka harus memenuhi syarat - syarat
yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971). Beton
harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga
terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan
atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
g. Beton dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari
setelah pengecoran.
 Pekerjaan Pembongkaran bekisting hanya boleh
dilakukan dengan izin tertulis dari PPK/Konsultan Pengawas

3. Plasteran
Plasteran dilakukan 3 lapis sebagai berikut:
 Lapisan Kasar.
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding,
sebelum lapisan kasar mengeras harus dibuat goresan
melintang. Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang
dari 24 jam dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang
dipasang.
 Lapisan Sedang.
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan
yang betulbetul rata kemudian dibuat kasar dengan
mistar kayu, untuk memperoleh lapisan halus, lapisan ini
harus selalu dalam keadaan basah selama 48 jam dan
dibiarkan sampai mengering.
 Lapisan Harus

28
Spesifikasi Teknis

Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan


sedang. Lapisan sedang harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum dipasang lapisan halus. Lapisanini harus benar-
benar rata dan halus menggunakan air kapur dan semen
sehingga diperoleh permukaan yang licin/halus,bebas
daribidangyang kasar tanpa bekas sendok atau benda
lainnya.Lapisan ini harus dibasahi sekurang-kurangnya 2
hari.

Semua plesteran harus dipasang menurut tebal standart yang


dipasang pada kedua belah dinding, masing-masing adalah
1,5cm yaitu tebal total lapisan kasar + lapisan sedang +
lapisan halus untuk tiap permukaan.
Toleransi yang diijinkan untuk kecembungan bidang tidak boleh
melebihi 3mm untuk jarak 2 m, setelah pekerjaan plesteran
selesai. Bila dinyatakan tidak sesuai dengan ketentuan diatas
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) lapangan maka kontraktor
wajib mengganti permukaan plesteran tersebut
4. Water Proofing
Bagian dalam dari ground reservoir dilapisi dengan water proofing
sebanyak 2 kali lapisan.
5. Intalasi Pipa
6. Pamasangan pipa pengantar PVC diameter 1 inchi dari sumur
bor ke ground reservoir.

BAB VII
LAIN - LAIN

Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana dan Owner dan
menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana.

Lhokseumawe, Juni 2012

29
Spesifikasi Teknis

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Konsultan Perencana :


(PPK) CV. JOINT CONSULTANT

AHMAD FAISAL, ST FAISAL JAFAR, ST


Nip. 19761105 200604 1 005 Direktur

30

Anda mungkin juga menyukai