Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Di Rumah Sehat Afiat Cinere TAHUN 2012
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Di Rumah Sehat Afiat Cinere TAHUN 2012
OLEH:
HUSNITA THAMRIN
NIM: 109103000023
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat
sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian “Perbedaan Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam di Rumah Sehat Afiat Cinere Tahun 2012”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah
memberikan begitu banyak ilmu bagi seluruh umat manusia termasuk mengenai
bekam sehingga menjadi salah satu pendorong saya untuk menyelesaikan
penelitian ini.
Penelitian ini tidak mungkin dapat saya selesaikan tanpa bantuan dan
dorongan berbagai pihak yang telah membantu. Saya mengucapkan terima kasih
kepada:
• Prof. Dr(HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan yang sosoknya adalah sebagai seorang motivator bagi
seluruh civitas FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
• Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan Doter yang
selalu mendorong kemajuan Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
• dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing saya yang telah
mendorong saya untuk memilih tema penelitian ini dan telah meluangkan
waktu serta pikirannya untuk membimbing saya dalam penelitian ini hingga
selesai,
• Bu Ratna Pelawati, M. Biomed selaku dosen pembimbing saya yang
sepanjang penelitian ini telah banyak memotivasi, membimbing dan
memberikan banyak masukan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
penelitian ini.
• dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS selaku pemilik Rumah Sehat Afiat
dan penasihat Asosiasi Bekam Indonesia yang dengan tangan terbuka telah
v
menerima kami untuk melakukan penelitian di tempat beliau dan telah
mengenalkan serta mengajarkan kami banyak hal mengenai bekam.
• Papa, Mama dan kakak saya tercinta, Achmad Thamrin, Dr. Ir. Yetti Rusli,
M.Sc, dan drg. Aziza Rahmy yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya
hingga saya dapat berada pada keadaan saya saat ini serta yang selalu
menyemangati saya dalam segala hal yang saya lakukan, dan
• Teman-teman satu angkatan di PSPD 2009 terutama teman-teman satu
kelompok penelitian saya, yaitu Dian Pratiwi, Khoirun M. Putra, Rahmatul
Fithri Yanti, dan Pradipta Suarsyaf yang telah menemani dan menyemangati
saya selama penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan kita serta bermanfaat
bagi masyarakat. Semoga penelitian ini juga menjadi bagian dari amal ibadah
untuk mencari rida-Nya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
4.2 Data Analitik ......................................................................................... 26
4.2.1 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam 26
4.2.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 27
4.2.3 Tekanan Darah Berdasarkan Usia ................................................ 28
4.2.4 Tekanan Darah Berdasarkan Pengalaman Terapi Bekam ............ 28
4.2.5 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Lokasi Titik Bekam ..... 28
4.2.6 Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan Jumlah Titik Bekam ..... 28
4.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 30
5.1 Simpulan ............................................................................................... 30
5.2 Saran....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
LAMPIRAN ........................................................................................................ 35
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bekam adalah metode pengobatan yang dianjurkan oleh Rasulullah
SAW. Dalam Shohihul Bukhori dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda,
“Pengobatan yang paling utama yang kalian lakukan adalah bekam.”1 Bekam
dilakukan dengan menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah dapat
keluar.2
Dalam dunia kedokteran, bekam dikenal sebagai bagian dari
kedokteran komplementer-alternatif. Pengobatan komplementer-alternatif ini
semakin berkembang di Indonesia3 bahkan di Jawa Barat saja terdapat 45
ribu praktisi pengobatan komplementer-alternatif.4 Seiring dengan hal ini,
penelitian mengenai pengaruh bekam terhadap tubuh manusia sangat
diperlukan. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi masukan untuk
mengembangkan terapi bekam yang baik serta aman untuk pasien dan dapat
mengobati penyakit dengan efektif. Topik yang penting diteliti adalah
pengaruh bekam terhadap salah satu tanda vital manusia yaitu tekanan darah.
Tekanan darah menggambarkan keadaan pasien di antaranya keadaan
kardiovaskular seperti jantung, pembuluh darah, volume darah dan lain
sebagainya. Tekanan darah ini dapat diukur menggunakan
tensimeter/sfigmomanometer. Hasil tekanan darah berupa tekanan sistolik
dan diastolik dengan satuan mmHg. Pemeriksaan tekanan darah ini
merupakan salah satu pemeriksaan penting yang cukup mudah dilakukan dan
bersifat non-invasif sehingga menjadi salah satu alasan untuk mengangkat
tekanan darah sebagai topik penelitian.
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bekam dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian oleh
Purwandari (2010) menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik 14.6 +
12.823 mmHg setelah satu kali dilakukan bekam pada pasien hipertensi
(p<0.05).5 Selain itu, penelitian oleh Astuti (2011) menunjukkan bahwa
1
2
terdapat penurunan tekanan sistolik dan diastolik setelah terapi bekam pada
pasein hipertensi (p = 0.000).6 Namun, peneliti tidak menemukan penelitian
mengenai perbedaan tekanan darah pada pasien non-hipertensi. Apakah
tekanan darah pada setiap orang setelah menjalani bekam lebih cenderung
menurun atau tidak? Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam.
1.2.Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi
bekam?
1.3.Hipotesis
Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam.
• Peneliti
Menerapkan, memanfaatkan dan menambah wawasan ilmu mengenai
penelitian ilmiah serta menambah pengetahuan mengenai terapi bekam
• Penyelenggara Terapi Bekam (Rumah Sehat Afiat)
Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam
sebagai masukan mengenai dampak terapi bekam terhadap pasien dan
masukan untuk prosedur terapi
• Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Menambah peran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam penelitian mengenai pengobatan komplementer-alternatif yang
dianjurkan Rasulullah SAW
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bekam
2.1.1 Definisi
Bekam dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Hijamah. Hijamah
berasal dari kata hajama yang berarti menyedot. Dengan demikian, hijamah
berarti tindakan menyedot/menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah
dapat keluar. Selain itu, hijamah dapat berasal dari kata hajjama yang berarti
mengembalikan sesuatu kepada volume aslinya dan mencegahnya agar tidak
berkembang. Dengan demikian, bekam juga berarti metode untuk mengembalikan
seseorang dalam keadaan sehat dan mencegah perkembangan penyakit. 7
Bekam dalam dunia kedokteran termasuk ke dalam kedokteran
komplementer-alternatif (Complementary-Alternative Medicine) dan dalam
bahasa Inggris sering dikenal sebagai Cupping Therapy. Pengobatan ini
menggunakan istilah cupping karena alat yang digunakan burupa wadah
berbentuk cup atau gelas/mangkuk yang digunakan untuk menghisap. Kedokteran
komplementer-alternatif mengenal berbagai macam teknik terapi bekam. Dalam
penelitian ini, istilah bahasa Inggris yang tepat digunakan adalah wet cupping
yang memiliki arti sama dengan hijamah yaitu penyedotan kulit yang telah disayat
sehingga darah dapat dikeluarkan. Dari berbagai macam metode bekam yang telah
berkembang, wet cupping/hijama merupakan bekam yang tertua sejarahnya dan
lebih sering digunakan.8
2.1.2 Bekam dalam Sudut Pandang Islam
2.1.2.1. Hukum Bekam
Mewujudkan kesehatan merupakan sarana dalam memelihara kehidupan
atau hifzh al-nafs yang merupakan salah satu tujuan syariat Islam (maqashid al-
syari’ah). Oleh karena itu, mencari dan melakukan pengobatan merupakan suatu
keharusan pada orang-orang yang sedang mengalami penyakit.9 Tindakan untuk
melakukan pengobatan menjadi bagian dari usaha (al kasb) dan ikhtiar (al
ihktiyar) sesuai dengan potensi kemampuan (istitha’ah) yang dianugerahkan
4
5
Allah SWT kepada manusia untuk mencapai kesembuhan. Hal ini dijelaskan
dalam hadis:
“Dalam kitab Musnad Imam Ahmad dari hadis Ziyad bin ‘Alaqah,
dari Usamah bin Syarik berkata, “Pada suatu hari aku berada di
tempat Nabi, tiba-tiba datanglah orang-orang Arab pedalaman.
Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, haruskah kita berobat?’
Rasulullah menjawab, ‘Ya, wahai hamba Allah, berobatlah kalian.
Sesungguhnya Allah tidak akan meletakkan suatu penyakit tanpa
meletakkan penyembuhnya; kecuali satu penyakit.’ Mereka bertanya,
‘Apakah itu?’ Rasul menjawab, ‘tua’”10
Bekam menjadi salah satu pilihan metode pengobatan yang dapat
digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Metode ini dapat dipertimbangkan
dalam pengobatan karena sering diutarakan Rasulullah dalam berbagai hadis
seperti: “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam”1
Keberadaan hadis yang menganjurkan bekam bukan berarti bekam
menjadi pilihan metode pengobatan untuk semua penyakit. Pemilihan metode
pengobatan yang tepat tetap harus berdasarkan indikasi dan kontraindikasi.
Pemilihan metode pengobatan dilakukan dengan memilih pengobatan yang paling
mudah dan efektif terlebih dahulu. Apabila pengobatan tersebut tidak cukup untuk
mengobati penyakit maka metode pengobatan dapat diganti atau ditambah dengan
metode lain.11 Hal ini sesuai dengan hadis: “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal,
yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang
umatku melakukan kay.”`12 Dalam hadis tersebut Rasulullah mencontohkan
adanya pemilihan metode pengobatan mulai dari obat yang dapat dikonsumsi
seperti madu hingga suatu pengobatan yang perlu pertimbangan lebih mendalam
seperti kay (besi panas).13
Oleh karena itu, hukum menjalani terapi bekam juga bergantung pada illat
(motivasi ditetapkan hukum). Hukum asal segala sesuatu adalah mubah (boleh)
kecuali terdapat hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.14 Namun,
berdasarkan illat-nya maka bekam dapat menjadi haram jika merupakan
kontraindikasi pada seorang pasien yaitu jika pelaksanaan bekam justru dapat
mengancam nyawa pasien. Bekam menjadi makruh jika memiliki kemungkinan
untuk memperburuk keadaan pasien. Bekam menjadi mubah jika terapi bekam
6
menghadapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Q.S. Luqman: 17 yaitu “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.”
• Meneladani Kehidupan Rasulullah (Ta-assi)
Setiap umat Islam yang melakukan praktik bekam pada dasarnya adalah
mencontoh perbuatan Rasulullah SAW (ta-assi). Bekam merupakan salah satu
bentuk mencontoh Rasulullah SAW karena Rasul pernah dibekam. Dalam
Shohihul Bukhori dan Muslim, dari Thowus, dari Ibnu Abbas: “Bahwasanya
Rasulullah SAW pernah bekam dan memberi imbalan bagi yang membekam”
• Peningkatan Semangat Persaudaraan (ukhuwah)
Pelaksanaan terapi bekam dapat membangun ukhuwah/persaudara antara para
terapis dengan pasien bekam dan keluarganya terutama ukhuwah islamiah
karena sebagian besar terapis dan pasiennya beragama Islam dan secara
bersama memiliki semangat untuk menghidupkan salah satu pengobatan yang
dicontohkan Rasulullah SAW.
2.1.3 Metode Bekam di Rumah Sehat Afiat
2.1.3.1 Indikasi Bekam
Bekam dapat bermanfaat pada berbagai penyakit, seperti
• gangguan kardiovaskular: hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke;
• gangguan metabolik dan endokrin: diabetes mellitus, dislipidemia,
hiperurisemia;
• gangguan akibat proses degenerasi: neuropati, retinopati;
• berbagai keadaan lainnya seperti dispepsia, low back pain, asma, dan lain-
lain.15
2.1.3.2 Kontra Indikasi Bekam
Keadaan pasien yang menjadi kontra indikasi dilakukan bekam:
• gangguan pembekuan darah atau sedang mengonsumsi obat yang menghambat
pembekuan darah;
• anemia sedang-berat;
8
• menstruasi;
• wanita hamil;
• penurunan kesadaran;
• penyakit kulit dan lain sebagainya.15
2.1.3.3 Titik Bekam
Pada prinsipnya, penentuan titik bekam disesuaikan dengan keluhan atau
alasan pasien berobat. Lebih banyak titik bekam yang digunakan bukan berarti
semakin berdampak baik bagi pasien bahkan dapat menyebabkan pasien kurang
nyaman dan menyebabkan nyeri yang berlebihan. Titik yang dipilih sebaiknya
tidak mengganggu pasien dari segi kosmetik, seperti wajah, kecuali atas dasar
keluhan yang tepat dan persetujuan dari pasien. Titik bekam terdapat beberapa
macam, seperti titik bekam yang direkomendasikan Rasulullah dan titik bekam
berdasarkan teori meridian. 16
Rasulullah merekomendasikan beberapa titik bekam, seperti
• akhda’ain,
• kahil, dan
• munkib.
Akhda’ain terletek di kanan dan kiri leher tepatnya di belakang otot
sternokleidomastoideus. Titik akhda’ain berfungsi dalam pengobatan
penyakit/gangguan, seperti pusing, nyeri punggung dan leher, kaku leher, dsb.
Kahil terletak di tonjolan servikal tujuh. Kahil berfungsi dalam pengobatan
penyakit seperti asma, batuk, pilek, sakit kepala, dll. Munkib terletak di
pertengahan bahu dan memiliki beberapa fungsi dalam pengobatan penyakit,
seperti nyeri bahu, nyeri lengan atas, gangguan pergerakan sendi bahu, dll.16
Selain itu, penentuan titik bekam dapat dilakukan berdasarkan teroi
meridian dari kedokteran tradisional cina. Teori meridian menjelaskan bahwa
tubuh kita terdiri dari berbagai organ yang saling terhubung satu sama lain melalui
saluran-saluran. Meridian berupa garis-garis imanjiner yang melintang dan
membujur yang menggambarkan saluran-saluran penghubung berbagai bagian
tubuh manusia. Hal ini membentuk suatu kesatuan yang akan bereaksi bersamaan
9
apabila mengalami suatu penyakit atau rangsangan lainnya. Berdasarkan hal ini,
beberapa titik dapat ditentukan untuk keluhan pada organ tertentu, seperti
• titik paru;
• titik jantung;
• titik ginjal dan lain-lain.
Titik paru terletak di antara ostium scapula dan vertebra tepatnya setinggi 1/3
bagian atas ostium scapula. Titik jantung juga terletak di antara ostium scapula
dengan vertebra tetapi setinggi setengah ostium scapula. Titik ginjal terletak
setinggi perbatasan vertebra torakal dengan vertebra lumbal tepat di kanan kiri
ruas vertebra tersebut. 16
2.1.3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam terapi bekam:
• mangkuk bekam (cupping set),
• penghisap (hand pump),
• lancing device dan lanset,
• sarung tangan,
• masker,
• tisu bersih,
• cairan antiseptik (minyak habbatus sauda dan povidone iodine),
• plastik untuk tempat sampah,
• wadah untuk menampung alat, dan
• larutan klorin.15
2.1.3.5 Pelaksanaan Terapi Bekam
Keamanan dan kenyamanan pasien harus diperhatikan dalam segala tindak
pengobatan termasuk terapi bekam. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
memastikan keamanan dan kenyamanan pasien saat terapi bekam sebagai berikut.
• Pasien yang baru datang setelah bepergian atau baru selesai melakukan
aktivitas berat sebaiknya beristirahat terlebih dahulu.
• Pasien sebaiknya tidak dalam keadaan terlalu kenyang sehabis makan.
10
R=
R = tahanan perifer
r = radius arteriol
Radius arteriol ini dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal dan
juga aktivitas sistem saraf simpatis. Kontrol metabolik lokal adalah
mekanisme yang berusaha menyesuaikan aliran darah sesuai kebutuhan
organ/jaringan setempat, seperti peningkatan aktivitas otot yang akan
menyebabkan vasodilatasi lokal untuk meningkatkan aliran darah ke otot
tersebut. Aktivitas sistem saraf simpatis yang meningkat akan
17
menyebabkan vasokonstriksi.
- Viskositas darah
Viskositas darah berbanding lurus dengan tahanan perifer.
Viskositas terutama ditentukan oleh hematokrit. Peningkatan hematokrit
seperti pada keadaan inflamasi dan dehidrasi akan meningkatkan
viskositas darah.17
14
↓ Curah Jantung
Perubahan terdeteksi
baroreseptor
Aktivasi
Simpatis/Parasimpatis
Mengembalikan
tekanan darah
mendekati nilai
sebelum bekam
Keterangan:
---- : tidak diperiksa dalam penelitian ini
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28% Laki-Laki
Perempuan
72%
21
22
3%
19-24 tahun
6% 9% 25-30 tahun
31-36 tahun
13%
56% 37-42 tahun
13%
43-48 tahun
49-54 tahun
Titik Sunnah
Selain lokasi titik bekam yang berbeda, responden juga memiliki variasi
jumlah titik bekam sesuai dengan keluhan/alasan responden datang. Sebagian
besar responden dibekam menggunakan 7-13 titik bekam (24%), 5 responden
hanya dibekam pada 5 titik bekam yaitu pada titik sunah (16%), dan hanya 3
reponden yang dibekam pada lebih dari 13 titik (9%).
9% 16%
5 titik
7-13 titik
75%
> 13 titik
14 16
12 14
12
Jumlah Responden
Jumlah Responden
10
10
8
8
6
6
4 4
2 2
0 0
90 95 100 110 120 130 55 60 65 70 75 80 85 90
Sistolik Sebelum Bekam
Diastolik Sebelum Bekam
(mmHg)
(mmHg)
10 10
9 9
8 8
Jumlah Responden
Jumlah Responden
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
0 0
100
105
110
120
125
135
80
90
95
55 60 65 70 75 80 85 100
Tekanan Sistolik Sesudah Bekam Tekanan Diastolik Sesudah
(mmHg) Bekam (mmHg)
darah seperti yang telah dideskripsikan di atas perlu dicari nilai kebermaknaannya
melalui uji analitik yang dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Meningkat
28%
Tidak ada
perubahan
19% Menurun
50%
31% Meningkat
Tidak ada
perubahan
mendekati nilai tekanan darah semula.17 Oleh karena itu, pada pasien non-
hipertensi tidak terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi
bekam.
Hasil ini berbeda dengan berbagai penelitian sebelumnya pada pasien
hipertensi. Penelitian oleh Purwandari (2010) menunjukkan terjadi penurunan
tekanan sistolik 14.6 + 12.823 mmHg setelah satu kali dilakukan bekam pada
pasien hipertensi (p<0.05).5 Selain itu, penelitian oleh Astuti (2011) menunjukkan
bahwa terdapat penurunan tekanan sistolik dan diastolik stelah terapi bekam pada
pasien hipertensi (p = 0.000).6 Penurunan tekanan darah setelah terapi bekam pada
pasien hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien hipertensi,
terjadi penurunan fungsi barorefleks dalam mengatur denyut jantung. 27 Selain itu,
beberapa penelitian sebelumnya juga memberi hipotesis bahwa pada pasien yang
sudah lama mengalami hipertensi terjadi penurunan tonus simpatis.28
4.2.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan p
Sistolik Sebelum Bekam 110 (90-130) 110 (90-120) 0.651
Diastolik Sebelum Bekam 80 (60-90) 60 (55-85) 0.049*
Perubahan Sistolik 0 ((-15)-10) -5 ((-10)-5) 0.025*
Perubahan Diastolik 5 ((-20)-10) -5 ((-15)-5) 0.008*
*uji Mann-Whitney
Pada penelitian ini, perempuan memiliki tekanan diastolik sebelum bekam
lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan sebaran yang ada di
populasi usia dewasa yaitu tekanan diastolik perempuan umumnya lebih rendah
daripada tekanan diastolik laki-laki.29
Pada penelitian ini, terdapat perbedaan perubahan tekanan darah antara
laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung mengalami penurunan tekanan
darah, baik sistolik maupun diastolik, setelah terapi bekam. Hal ini dapat
disebabkan regulasi untuk mempertahankan tekanan darah pada laki-laki dan
perempuan yang berbeda. Penelitian oleh Evans, JM (2001) menunjukkan bahwa
laki-laki lebih dominan regulasi simpatisnya terhadap pembuluh darah sedangkan
perempuan lebih dominan regulasi parasimpatisnya terhadap frekuensi denyut
jantung.30
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian ini, simpulan yang dapat diambil adalah
• tidak ada perbedaan bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah
terapi bekam baik tekanan sistolik (p = 0.872) maupun tekanan diastolik (p =
0.343),
• terdapat perbedaan perubahan tekanan darah antara laki-laki dan perempuan
yaitu perempuan lebih cenderung mengalami penurunan tekanan darah setelah
terapi bekam baik tekanan darah sistolik (p = 0.025) maupun tekanan darah
diastolik (p = 0.008), dan
• tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah berdasarkan usia, pengalaman
bekam, jumlah titik bekam, maupun lokasi titik bekam yang digunakan.
• 5.2 Saran
• Hasil ini dapat menjadi masukan bagi terapis bekam dan pasien bekam bahwa
tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam yang
bermakna pada orang dengan tekanan darah normal.
• Pemeriksaan tekanan darah sebelum bekam sangat diperlukan untuk
memastikan pasien tidak memiliki tekanan darah terlalu rendah. Hal ini
penting sebab, melalui hasil deskriptif penelitian ini, beberapa responden
mengalami perubahan tekanan darah. Pasien dengan tekanan darah terlalu
rendah, terutama perempuan, tidak dianjurkan menjalani terapi bekam sebab
terdapat kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah setelah terapi bekam
tersebut.
• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan jumlah sampel
dan penambahan pengukuran tekanan darah setelah terapi, tidak hanya sekali
tetapi beberapa kali dengan interval waktu tertentu sehingga dapat terdeteksi
30
31
jika terjadi perubahan tekanan darah beberapa menit bahkan beberapa jam
setelah bekam.
• Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti mengenai perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah terapi bekam pada pasien hipertensi serta pengaruh
jangka panjang terapi bekam terhadap tekanan darah terutama jika bekam
dilakukan secara rutin.
32
DAFTAR PUSTAKA
Tsalatsin.
13. Kamali. Konsep kesehatan dan pengobatan Rasulullah: studi analisis terhadap
matan hadis. Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta; 2005.
14. Tadjudin MK, Tahido H, Kusmana D, Lubis MR, Nata A, Mahmouddin S, et
all. Dokter muslim kedokteran islam: sejarah, hokum dan etika. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta; 2010. p. 114-5, 126
15. Assegaf MAT, editor. Buku Pedoman Bekam Rumah Sehat Afiat.
16. Umar WA. Sembuh dengan satu titik. Solo: AlQowan; 2008. p. 79-86, 114-5,
123-4, 144-9, 168-9
17. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. Australia:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010. p. 376-83
18. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunder; 2006. p.161-70
19. Sudoyo AW, Setiyohad B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPress; 2009. p. 31-2
20. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. USA: National Institutes of
Health; 2004. p. 8,12
21. Rohkamm R. Color atlas of neurology. Stuttgart: Thieme; 2004. p. 162
22. Chabner BA, Knollmann BC. Goodman & Gilman's the pharmacological basis
of therapeutics. 12th ed. USA: McGraw-Hill; 2011.
23. Mort JR, Kruse HR. Timing of blood pressure measurement related to caffeine
consumption. Ann Pahrmavother [internet]. 2008 January [cited 2012 Sept 9];
42:105-110. Available from:
http://www.theannals.com/content/42/1/105.abstract
24. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran pathologic
basis of disease. 8th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010.
25. Guyent PG. The sympathetic control of blood pressure. Nature Reviews
[Internet]. 2006 May [cited 2012 Sept 21]. Available from:
http://www.nature.com/nrn/journal/v7/n5/fig_tab/nrn1902_F5.html
34
26. Hildrum G, Mykletum A, Holmen J, dan Dahi AA. Effect of anxiety and
depression on blood pressure: 11-year longitudinal population study. BJ Psych
2008. doi: 10.1192/bjp.bp.107.045013
27. Grassi G, Trevano FQ, Seravalle G, Scopelliti F, Mancia G. Baroreflex
function in hypertension: consequences for antihypertensive therapy. Progress
in Cardivascular Diseases [Internet]. 2006 May [cited 2012 Sept 22]; 48(6).
Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0033062006000247
28. Schroeder EB, Liao D, Chambless LE, Prineas RJ, Evans GW, Heiss G.
Hypertension, blood pressure, and heart rate variability: the atherosclerosis
risk in communities study. Am J Hypertens. 2003 October; 42:1106-1111. doi:
10.1161/01.HYP.000100444.71069.73
29. Wright JD, Hughes JP, Ostchega Y, Yoon SS, Nwankwo T. Mean systolic and
diastolic blood pressure in Adults aged 18 and over in the United States, 2001-
2008. National Health Statistics Repord. Hyattsville: National Center for
Health Statistics (US); 2011 March 25. 24 p. Report No. 35
30. Evans JM, Zielger MG, Patwardhan AR, Ott JB, Kim CS, Leonelli FM, et al.
Gender differences in autonomic cardiovascular regulation: spectral, hormonal
and hemodynamic indexes. J Appl Physiol [internet]; 2001 [cited 2012 Sept
9]; 91:2611-2618. Available from:
http://ajpregu.physiology.org/content/275/6/R1909.full.pdf+html
35
Lampiran 1
( ) ( Husnita Thamrin )
DATA RESPONDEN
Jenis Kelamin : L / P
Umur : th
Hipertensi :-/+
Pengalaman Bekam:Pertama / Lebih: x Merokok :-/+
Datang Dengan Alasan/Keluhan: Konsumsi Kopi: - / + ;
berapa jam sebelum bekam:
Jumlah Titik Bekam :
Lokasi Titik Bekam : Konsumsi obat saat ini:
Lampiran 2
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Sistol Sebelum Bekam .915 32 .015
Sistol Sesudah Bekam .963 32 .326
a. Lilliefors Significance Correction
37
(lanjutan)
B. Hasil Uji Wilcoxon (Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Bekam)
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 12a 10.00 120.00
Sistol Sesudah Bekam - Positive Ranks 9b 12.33 111.00
Sistol Sebelum Bekam Ties 11c
Total 32
Negative Ranks 16d 13.25 212.00
Diastol Sesudah Bekam - Positive Ranks 10e 13.90 139.00
Diastol Sebelum Bekam Ties 6f
Total 32
a. Sistol Sesudah Bekam < Sistol Sebelum Bekam
b. Sistol Sesudah Bekam > Sistol Sebelum Bekam
c. Sistol Sesudah Bekam = Sistol Sebelum Bekam
d. Diastol Sesudah Bekam < Diastol Sebelum Bekam
e. Diastol Sesudah Bekam > Diastol Sebelum Bekam
f. Diastol Sesudah Bekam = Diastol Sebelum Bekam
Test Statisticsa
Sistol Sesudah Diastol Sesudah
Bekam - Sistol Bekam - Diastol
Sebelum Bekam Sebelum Bekam
Z -.161b -.949b
Asymp. Sig. (2-tailed) .872 .343
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
38
(lanjutan)
C. Perubahan Tekanan Sistolik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Statistic Std. Error
Mean 1.9565 1.46565
95% Confidence Interval for Lower Bound -1.0831
Mean Upper Bound 4.9961
5% Trimmed Mean 2.4155
Median .0000
Variance 49.407
laki-laki Std. Deviation 7.02902
Minimum -15.00
Maximum 10.00
Range 25.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -.778 .481
Perubahan Kurtosis .252 .935
sistolik Mean -3.8889 1.82151
95% Confidence Interval for Lower Bound -8.0893
Mean Upper Bound .3115
5% Trimmed Mean -4.0432
Median -5.0000
Variance 29.861
perempuan Std. Deviation 5.46453
Minimum -10.00
Maximum 5.00
Range 15.00
Interquartile Range 10.00
Skewness .188 .717
Kurtosis -1.232 1.400
Tests of Normality
Jenis Kelamin Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
laki-laki .882 23 .011
perubahansis
perempuan .884 9 .172
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test Statisticsa (Uji Mann-Whitney)
perubahansis
Mann-Whitney U 51.500
Wilcoxon W 96.500
Z -2.245
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed
.027b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Jenis Kelamin
b. Not corrected for ties.
39
(lanjutan)
D. Perubahan Tekanan Diastolik Berdasarkan Jenis Kelamin
Descriptives
Jenis Kelamin Statistic Std. Error
Mean 3.2609 1.65171
95% Confidence Interval for Lower Bound -.1646
Mean Upper Bound 6.6863
5% Trimmed Mean 4.1063
Median 5.0000
Variance 62.747
laki-laki Std. Deviation 7.92130
Minimum -20.00
Maximum 10.00
Range 30.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -1.395 .481
Kurtosis 1.954 .935
perubahandis
Mean -4.4444 2.11549
95% Confidence Interval for Lower Bound -9.3228
Mean Upper Bound .4339
5% Trimmed Mean -4.3827
Median -5.0000
Variance 40.278
perempuan Std. Deviation 6.34648
Minimum -15.00
Maximum 5.00
Range 20.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -.260 .717
Kurtosis -.700 1.400
Tests of Normality
Jenis Kelamin Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
laki-laki .817 23 .001
perubahandis
perempuan .948 9 .663
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test Statisticsa (Uji Mann-Whitney)
perubahandis
Mann-Whitney U 41.500
Wilcoxon W 86.500
Z -2.656
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Jenis Kelamin
b. Not corrected for ties.
40
Lampiran 3
Riwayat Pendidikan:
1. Laurelhurst Elementary School (Kindergarten – 2nd Grade), 1996-1999
2. SD Negeri IV Jatiasih (Kelas 3 – Kelas 6) , Bekasi 1999-2003
3. SMP Negeri 9 Jatiasih, Bekasi 2003-2006
4. SMA Negeri 48 Jakarta, 2006-2009
5. Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009-sekarang