Anda di halaman 1dari 14

Tutorial 8 2018

SKENARIO 2

Seorang bayi laki-laki lahir dengan vakum ekstraksi di puskesmas rawat inap dari
seorang ibu berumur 45 tahun. Berat lahir 2300 gram, skor Ballard 30. Saat lahir
bayi tidak menangis, ketuban pecah saat lahir, jernih dan tidak berbau. Nilai
APGAR menit 1 = 5 dan menit ke 5= 7, Resusitasi dilakukan oleh dokter jaga
sampai dengan ventilasi tekanan positif menggunakan ambu bag. Paska resusitasi
bayi dirujuk dan dirawat di NICU
Diskusikan kasus diatas dengan langkah seven jumps !

1. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Vacum ekstraksi? Prosedur yang kadang dilakukan saat persalinan pervaginam
(SPONTAN), apabila kala II tidak maju, atau karena Kesehatan bayi sangat
bergantung pada persalinan segera. Dilakukan saat kepala bayi sudah tampak namun
ibu tidak punya kekuatan lagi untuk mengejan. Dilakukan dengan disedot
menggunakan alat, ini berisiko krn dapat membuat trauma kepala bayi.
2. NICU? Neonatal intensif care unit > ruang perawatan intensif, untuk bayi hingga usia
28 hari yang memerlukan pengobatan serta perawatan khusus, untuk mencegah dan
mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
3. VTP? Tindakan pemberian bantuan napas pada BBL dengan gangguan pernapasan
dengan menggunakan sungkup wajah dan inflation bag dan pemberian oksigen.
4. APGAR score? Untuk menilai keadaan klinis BBL pada usia satu menit, yang dinilai
dari 5 komponen; frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot, reflek rangsangan, dan
warna kulit. Penilaian ini untuk menilai ada asfiksia atau tdk, diukur pada menit
pertama dan ke-5 pasca lahir. Saat menit pertama digunakan untuk menilai ketahanan
bayi melewati proses persalinan, untuk menit ke-5 menggambarkan sebaik apa bayi
bertahan setelah keluar Rahim ibu. Berfungsi untuk tahu bahwa bayi butuh bantuan
napas atau alat jantung.
Bisa dilanjutkan ke menit 20 bila skor belum 7, resusitasi untuk menentukan kapan
resusitasi dilakukan.

2. Penyusunan pertanyaan
1. Bagaimana skor ballard & nilai apgar pada scenario tsb?
2. Mengapa bayi tidak menangis saat dilahirkan? Apa penyebabnya?
3. Apa kondisi yang terjadi pada bayi sehingga dilakukan pada bayi hingga dilakukan
VTP dengan ambu bag?
4. Bagaimana alur resusitasi neonatus (algoritmenya)? Apa monitoring yang dilakukan
pasca resusitasi?
5. Apakah ibu yang berumur 45 tahun & Tindakan vakum ekstraksi menjadi risiko
dengan kondisi yang dialami saat ini? Faktor risiko lain yang mungkin bisa terjadi
dan konsekuensi dari Tindakan?
6. Apa makna dari BBL 2300 gram, apakah risiko yang mungkin terjadi hingga
dilakukan Resusitasi? Adakah kaitan dengan BBL?
7. Indikasi bayi yang harus dirujuk ke NICU?

3. Jawaban singkat
1. Bagaimana skor ballard & nilai apgar pada scenario tsb?
 Skor ballard 30 >>> usia kehamilan 36 minggu, score apgar menit 1=5 >>>
menandakan asfiksia ringan, pasca Tindakan menjadi 7 (normal)
2. Mengapa bayi tidak menangis saat dilahirkan? Apa penyebabnya?
 Kemungkinan krn asfiksia, premature, air ketuban hijau, atau diabetes pada ibu.
 Pre-eklamsia.
 Ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu.
3. Apa kondisi yang terjadi pada bayi sehingga dilakukan pada bayi hingga
dilakukan VTP dengan ambu bag?
 Indikasi bayi butuh VTP:
1. Denyut nadi <100x per menit.
2. Apnea (pernapasan tidak adekuat).
3. Sianosis sentral.
4. Bagaimana alur resusitasi neonatus (algoritmenya)? Monitoring apa yang
dilakukan pasca resusitasi?
 Tujuannya meminimalkan bayi untuk kehilangan panas, untuk membantu bayi
agar bernapas normal, meningkatkan PO2 arteri, meningkatkan kardiak output
bayi.
 Dengan Langkah-Langkah STABLE.
5. Apakah ibu yang berumur 45 tahun & Tindakan vakum ekstraksi menjadi
risiko dengan kondisi yang dialami saat ini? Faktor risiko lain yang mungkin
bisa terjadi dan konsekuensi dari Tindakan vakum ekstraksi?
 Bisa jadi berhubungan (usia dengan vakum ekstraksi, usia 45 th adalah risiko
tinggi.).
 Tergantung dari Tindakan itu sendiri, apakah bayi mengalami trauma/tidak?
 Faktor risiko ibu (ante-partum & intra-partum)
 Faktor risiko janin (antenatal & pascanatal)
6. Apa makna dari BBL 2300 gram, apakah risiko yang mungkin terjadi hingga
dilakukan Resusitasi? Adakah kaitan dengan BBL?
 BBL 2300gram >>> BBLR (dibawah 2500gram)
 Risiko yang mungkin terjadi; apabila BBLR akan berisiko, kenapa resusitasi?
Krn BBLR biasanya mengalami permasalah pernapasan, neurologis,
kardiovaskuler.
7. Indikasi bayi yang harus dirujuk ke NICU?
 Beberapa alasan;
1. Premature
2. Ada permasalahan intrapartum
3. Menunjukan gangguan Kesehatan saat dilahirkan
4. BBLR

ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana skor ballard & nilai apgar pada scenario tsb?
 Skor ballard 30 >>> usia kehamilan 36 minggu, score apgar menit 1=5 >>>
menandakan asfiksia ringan, pasca Tindakan menjadi 7 (normal).
 Skor ballard = cara untuk menilai maturistas (lanugo, plantar, payudara, genitalia) &
neuromuskularitas (sudut pergelangan tangan, postur, sudut popliteal, arm recoil,
tanda scarf, heal to ear) ; skor kurang dari 35 menadakan bayi premature (umur
kurang dari 38 minggu).
 Appearance (warna kulit bayi), Pulse (denyut jantung), Grimace (respon reflek),
Activity (aktifitas), Respon bayi.
 Nilai 7-10 = normal, biasanya tangisan kuat dengan Gerakan aktif.
 Nilai 4-6 = asfiksia ringan, memerlukan Tindakan medis segera (Penyedotan lender
yang menyumbat jalan napas, pemberian O2). Derajat vitalis tidak teratur, Denyut
jantung >100x/menit.
 Nilai 0-3 = asfiksia berat, perlu Tindakan medis intensif (perlu resusitasi). Tidak ada
pernapasan, denyut jantung <100x/menit.

2. Mengapa bayi tidak menangis saat dilahirkan? Apa penyebabnya?


 Kemungkinan karena asfiksia, terdapat sumbatan pada napas bayi, bisa lender,
ketuban, darah, tinja bayi, lidah terdorong kebelakang. Akhirnya bayi sulit napas
dan tidak nangis. Faktornya: masalah plasenta, prolaps tali pusat, ibu pre-
eklamsia, obat-obat tertentu,.
 premature, paru belum matang secara sempurna (surfaktan tidak berkembang
sempurna, akibatnya bayi tidak menangis saat lahir)
 air ketuban hijau, normalnya jernih, kalua missal hijau itu berbahaya karena
bercampur mekoneum krn dapat menginfeksi peradangan dan menjadikan
infeksi.
 atau diabetes pada ibu, biasanya hipoglikemia, akibatnya bayi sulit menangis.
 Pre-eklamsia, menyebabkan penghambatan aliran darah ke plasenta, akhirnya
janin kurang O2 dan nutrisi, bila terus menerus bayi akhirnya lemah, HIS ibu
rendah memengaruhi kondisi bayi yang sudah lemah ditambah dengan perjalanan
persalinan yang tidak normal.
 Ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu, missal narkotika, herbal, aerosol akan
menyebabkan gangguan sistem pernapasan pada janin.
3. Apa kondisi yang terjadi pada bayi sehingga dilakukan pada bayi hingga dilakukan
VTP dengan ambu bag?
 Indikasi bayi butuh VTP:
1. Denyut nadi <100x per menit.
Karena BBL normalnya diatas 100x/menit, kalua kurang akibatnya yang
membawa oksigen keseluruh tubuh juga Berkurang, akhirnya butuh
bantuan dari luar. Dilakukan VTP agar membantu meningkatkan denyut
jantung bayi.
2. Apnea (pernapasan tidak ada).
Henti napas, akhirnya dibantu pernapasan dengan VTP.
3. Sianosis sentral.
Ditandai dengan kebiruan pada kulit, wajah, karena kurangnya O2 pada
tubuh. VTP dapat menambah kadar O2 sehingga sianosis dapat teratasi.

4. Bagaimana alur resusitasi neonatus (algoritmenya)? Monitoring apa yang


dilakukan pasca resusitasi?
 Tujuannya meminimalkan bayi untuk kehilangan panas, untuk membantu bayi agar
bernapas normal, meningkatkan PO2 arteri, meningkatkan kardiak output bayi.
 Dengan Langkah-Langkah STABLE.
- Sugar, Langkah untuk menyetabilkan kadar gula darah neonates. Hipoglikemia
adalah kondisi gula darah tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Berhubungan
dengan keluaran neurologis yang buruk, percobaan pada hewan menunjukan
kejadian hipoglikemik dan iskemik menyebabkan daerah infark lebih besar serta
angka keselamatan lebih rendah. NORMALNYA kadarnya adalah 50-110mg/dL.
- Temperature, suhu normal harus dijaga baik pada bayi sakit maupun sehat.
Untuk bayi sehat bisa pakai selimut hangat, menjauhkan kain basah, skin to skin
contact, pakai topi dan pakaian. Pada bayi sakit biasanya tidak menggunakan
pakaian dan letakan pada radiant warmer untuk memudahkan observasi dan
Tindakan. Selama resusitasi dan stabilisasi, risiko terjadinya stress dingin dan
hipotermia meningkat, maka pencegahan harus ditingkatkan. Bayi premature dan
BBLR lebih rentan hipotermia. Bayi masih kesulitan dalam mengatur
keseimbangan dalam mengatur produksi dan kehilangan panas, terutama bayi
premature dan kecil masa kehamilan. Hal ini karena perbandingan luas
permukaan dan massa tubuh lebih besar, kulit imature tipis, dan lemak coklat
yang lebih sedikit, berisiko pada berat <1500gram. Apabila kehilangan panas
tidak dicegah, maka suhu tubuh akan menghilang dengan cepat. Bayi resusitasi
lama berisiko terjadi hipotermia.
- Airway, Sebagian besar neonates yg ditransfer ke NICU akbiat distress napas,
pada kondisi tertentu dapat dicegah dengan memberikan dukungan respiratorik
bayi, missal dengan menggunakan nasal canul, VTP, ET, dan bantuan ventilator.
Evaluasi bayi sesering mungkin dan catat hasil. Pada beberapa kondisi
membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit. Pada kondisi lebih ringan
bisa dinilai ulang 1-3 jam. RR 60-40X/menit, SPO2 >90%, Analisis gas darah.
- Blood pressure, curah jantung yang mencukupi dibutuhkan untuk
mempertahankan sirkulasi. Bisa dnegan pemberian cairan elektrolit yang adekuat.
Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda syoknya.
- Laboratory, pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonates kejang atau
usia >24 jam dan keadaan tidak bugar. Elektrolit yang diperiksa adalah natrium,
kalium, kalsium. Selain itu periksa juga tanda infeksi, SISTEM IMUN
neonatus krn masih imature dan risiko tinggi tjd infeksi.
- Emotional support, dukungan emosi pada keluarga dapat diberikan sebelum
atau pada saat sesudah bayi ditransfer ke tempat intensif. pasca resusitasi dan
akan ditransfer ke tempat intensif, ortu bayi diperbolehkan melihat dan
menyentuh bayi mereka. Apabila tidak memungkinkan maka sebelum
dipindahkan bayi disinggahkan dulu ke kamar ibu untuk mempertemukan scr
singkat. Sabaiknya keluarga boleh mendokumentasi bayi agar ibunya tenang.

 Algoritme > tanyakan apakah menangis atau tidak, tonus otot bayi baik atau
tidak.
- Bila menangis dan tonus baik > jaga kehangatan bayi. Bila usia kurang 32
minggu maka harus dibungkus tanpa dikeringkan, agar tetap hangat, evaluasi
pernapasan denyut nadi dan tonus otot.
- Apabila tidak menangis dan tonus tidak baik > bersihkan jalan napas,
keringkan dan stimulasi taktil, dan posisikan Kembali. evaluasi pernapasan
denyut nadi dan tonus otot.
- Apabila bayi tidak napas dan megap-megap atau denyut jantung
<100x/menit > maka lakukan VTP dan pasang EKG BAYI
(JIKA ADA). Nilai lagi penilaian VTP, awal dan kedua. Apabila denyut jantung
>100 atau 60-99x/ menit maka lakukan evaluasi ventilasi lagi.
- Apabila <60x/menit pertimbangan untuk melakukan ET dan kompresi dada
dengan perbandingan 3:1, dan pemberian obat IV (seperti epinephrine diberikan
diberikan 1:10.000, bisa melalui vena umbilical dengan dosis 0,1-0,3ml/kgbb,
bisa melalui ET dengan dosis 0,3-1ml/kgbb).
- Apabila bayi nafas spontan pasca Langkah awal>>> maka nilai apakah ada
distress pernapasan berupa takipneu, maka lakukan CPAP pada bayi. Apabila
gagal CPAP, perimbangkan pemasangan ET,
- Apabila bernapas spontan namun terjadi sianosis sentral presisten tanpa
distress >>> maka pertimbangkan suplementasi O2 dan pemantauan O2.
- Jika dj >100x/menit dan SPO2 tapi dengan alat bantu napas, lanjutkan ke
perawatn pasca resusitasi.
- Jika dj >100x/menit dan SPO2 tanpa alat bantu napas, lanjutkan ke meja
observasi.
- Langkah STABLE

5. Apakah ibu yang berumur 45 tahun & Tindakan vakum ekstraksi menjadi risiko
dengan kondisi yang dialami saat ini? Faktor risiko lain yang mungkin bisa terjadi
dan konsekuensi dari Tindakan vakum ekstraksi?
 Bisa jadi berhubungan (usia dengan vakum ekstraksi, usia 45th adalah risiko tinggi.).
 Tergantung dari Tindakan itu sendiri, apakah bayi mengalami trauma/tidak?
 Faktor risiko ibu (ante-partum & intra-partum)
 Faktor risiko janin (antenatal & pascanatal)
6. Apa makna dari BBL 2300 gram, apakah risiko yang mungkin terjadi hingga
dilakukan Resusitasi? Adakah kaitan dengan BBL?
 BBL 2300gram >>> BBLR (dibawah 2500gram)
 Risiko yang mungkin terjadi; apabila BBLR akan berisiko, kenapa resusitasi? Krn
BBLR biasanya mengalami permasalah pernapasan, neurologis, kardiovaskuler.
7. Indikasi bayi yang harus dirujuk ke NICU?
 Beberapa alasan;
- Premature
- Ada permasalahan intrapartum
- Menunjukan gangguan Kesehatan saat dilahirkan
- BBLR
Triger 2
Ibu penderita asma sejak kondisi hamil, mengalami 2x serangan saat hamil, kontrol rutin ke
dokter kandungan dan mengonsumsi obat asma rutin saat hamil,
- 2 jam setelah lahir bayi tampak sesak,napas 70x/menit, ada retraksi didaerah
subcostal, tidak tampak biru,
- auskultasi suhu ekspiratory grunting
- suhu 36,3
- downs score 4
LO >
1. 2x serangan asma saat hamil, berdampakkah thd kondisi bayi skrng?
 Berpengaruh, krn ibu dengan Riwayat asma dan hipoksia maka O2 janin
akan berkurang, jadi asma bisa memperberat kondisi bayi seperti asfiksia.
 Derajat asma
- Intermitten = kurang 6x/tahun atau jarak antar gejala >= 6minggu
- Persisten ringan = lebih 1x/bulan dan <1x/minggu
- Persisten sedang = lebih dari 1x/minggu namun tidak setiap hari
- Persisten berat = terjadi hampir setiap hari

2. Obat asma apakah aman dikonsumsi saat hamil?


 Obat hirup/inhaler= terbutaline, prednisone, teobiline, aman dikonsumsi
saat hamil
 Prinsip tx asma saat hamil & menyusui = rekomendasi sama, dapat
menurunkan ….., tidak bersifat teratogenic/berbahaya. Penggunaan
albuterol bisa digunakan pada asma berat (jangka Panjang harus dihindari
apalagi hamil muda).
 Intermitten = terapi inhalasi
 Persisten ringan = b agonis inhalasi & kromolin
 Sedang = b agonis inhalasi, kortikosteroid inhalasi, teofilin oral
 Berat = b agonis inhalasi, kortikosteroid inhalasi, teofilin oral,
kortikosteroid oral
- Lini pertama = b agonis dengan dosis 4-6/mg/kgbb dilanjut 0,8-
1mg/kgbb/jam hingga kadar teurapetik.

3. Interpretasi px triger 2; 2 jam pasca kelahiran


- Expiratory grunting, seperti mendengkur/ngorok.
- downs score 4, adanya respiratory distress klinis sedang, kalua <4 x ada
distress, kalau >7 ada kemungkinan gagal napas.
- suhu 36,3, > dibawah batas normal. Normalnya 36,5-37,5C.
- biar aman > hangatkan bayi, bisa pakai handuk, infant warmer, jaga suhu
agar stabil diantara 36,5-37,5.
- Diduga Ada respiratory distress pada bayi.

- Table Downs score


0 1 2
Frekuensi napas <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walau diberikan O2
retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop spontan
Keterangan:
<4 = distress ringan, butuh O2 nasal
4-7 = ditress sedang, butuh CPAP
>7 = distress berat, ancaman gagal napas, Intubasi.

Triger 3
pasien setelah dirawat di NICU beberapa hari kondisi membaik, sudah bisa menetek, suhu dan
napas stabil, dokter merencakan beberapa pemeriksaan dan monitoring jangka Panjang.

LO >
1. Monitoring apa yg sebaiknya dilakukan pasca dari NICU ?
- Jangka pendek = acceptability (penilaian perbandingan asupan yg masuk
secara actual thd preskripsi nutrisi yg direncanakan), Toleransi (penilaian
adanya muntah, diare, residu lambung, foot adforce reaction(enteral/oral),
parameter biokimia klinis), Efisiensi (Penilaian BB).

- jangka panjang = Pola peningkatan BB, Stabilitas fisiologis (ex: kemampuan


menetek), mempertahankan suhu normal, program yg melibatkan ortu PASCA
NICU, jadwal pemantauan bayi setelah pemulangan dari RS, dampak
perawatan dari NICU.

- KRITERIA YG BOLEH KELUAR NICU


 USIA KOREKSI 2-4 sebelum aterm, optimal di 36 minggu
 Peningkatan BB = 15-30gram/hari
 Suhu = setara dengan suhu ruang
 Mampu minum dengan kecukupan kalori 120kkal/kg/hari dengan frekuensi 3-4
jam, dengan durasi 30-40 menit,
 TTV stabil

- Komplikasi BBLR
Gangguan perkembangan, pertumbuhan, pendengaran, penglihatan, penyakit
paru kronis, kenaikan angka kesakitan, dan kenaikan frekuensi kelainan
bawaan. Sehingga harus dipantau tumbuh kembangnya
- Komplikasi lain = otak (apneu, kejang), Tindakan pasca resusitasi > ventilasi,
pemantauan gula darah, elektrolit, pencegahan hipotermi, dan pencegahan
anti kejang.
- Paru-paru (hipertensi pulmonal, pneumonia, pneumotoraks, tacipneu
transiens, sindrom aspirasi, meconium, def.surfaktan) bisa di ventilasi,
oksigenasi, antibiotic, foto thorax bila ada sesak napas
- CDV (hipotensi), bisa pemantauan tekanan darah & frekuensi jantung.
- Ginjal (nekrosis tubuler akut), bisa pemantauan prodksi urin & kadar
elektrolit.
- Gastrointestinal (ileus, enterocolitis, nekroticans), bisa tunda pemberian
minum dan berikan cairan IV, pertimbangakan nutrisi parenteral,
- Organ metabolic (hipoglikemik, hipokalsemia, hiponatriemi, anemia,
trombositopenia), bisa dipantau gula darah, tromosit, elektrolit, hematokrit.

Risiko bayi yang bisa masuk NICU


1. FAKTOR IBU = melahirkan kurang 16tahun atau >40tahun, kecanduan alcohol dan obat
terlarang, PMS, KPD, kelebihan atau kekurangan ketuban.
2. Faktor bayi = cacat lahir, kejang, gangguan pernapasan, hipoglikemia, butuh infus
cairan darah.
3. Faktor persalinan = lahir sumsang, gawat janin, ggn mekoneum, lilitan tali pusat.

LO >
1. Dd & Dx
 Dd =
- transiens tacipneu neuborn/TTN (gangguan respirasi neonates pasca lahir,
kondisi ini bisa sembuh sendiri dengan laju pernapasan yang meningkat,
retraksi ringan, hipoksia, merintih. Tanpa repiratory distress berat. Gaterlalu
gawat. Sembuh dalam waktu 24-72 jam. Pada PX gas darah sering
menunjukan hipoksemia, hiperkemia, asidosis respiratorik. Bisa rongent dada
(ada gambaran streaky-> gambaran radioopak, cairan paru, hiperinflansi,
efusi pleura. Air bronchogram tidak tampak). Biasanya bayi atau ibu
memiliki Riwayat persalinan cepat. Sering pada bayi yang SC, kala 2 pendek.
- respiratory distress sindrom/gawat napas/RDS
 (dikenal dengan penyakit membrane hyalin, butuh O2 untuk pernapasan,
lebih berat dari TTN, pekembangan tergantung dari usia bayi, tingkat
keparahan penyakit, infeksi, CVD, bantuan benapas?). RDS buruk pada
48 jam-72jam dan membaik pasca pengobatan. Gejala; napas cepat,
lubang hidung melebar, retraksi, bising napas, mendengkur, sianosis. Dx
nya harus Px fisik, tes darah (kadar O2, infeksi), rongent dada (tampilan
keruh khas pada RDS), Pulse oksimetri.
- Mekoneum aspiration syndrome, singkirkan jika tidak ada mekoneum.
- Pneumonia kongenital, infeksi neonates dari ibu. Streptoccocus groub B,
setidaknya ada faktor risiko dari ibu, KPD >= 12jam, premature. X-ray (baby
gram, tampak seperti gejala RDS, >> bedanya dari Riwayat penyakitnya).
Muncul beberpa hari pasca lahir., Blood culture., atresia coana. Simptomp:
bradikardi, sianosis saat bayi berhenti nangis. Bagusnya CT SCAN.

Klinis triger = ggn napas ringan

 Dx = ASFIKSIA SEDANG

2. Patofisiologi
 Asfiksia
Krn kekurangan O2 yg dibutuhkan janin/neonatus, bisa pre/pasca persalinan.
Ex: gangguan plasenta > hipoksia (efeknya banyak timbul ke organ-organ
penting) > berlanjut > hipoksik iskemik > hiposik iskemik otak (paling bahaya,
ada kematian neuron).
 Ketika ada kematian neuron = penurunan APT, banyak menghasilkan asam
laktat > acidosis metabolic > apoptosis (kematian sel). Paling parah bisa hipoksik
ensefalopatik iskemik. Bisa berlanjut pada masa perkembangan & pertumbuhan.

3. Tx
 Resusitasi
- Tindakan umum = tanpa nilai APGAR. Bisa pakai infant warmer dan
handuk untuk mengurangi evaporasi. Letakan bayi lebih rendah dan
suction.
- Tindakan khusus = dengan menilai APGAR
 7-10 = suction tekanan rendah, harus hati-hati > observasi > ttv > apgar >
incubator (agar tidak hipotermi).
 4-6 = ransangan refleks pernapasan, bisa 30-60 detik > bila tidak timbul
> ransang taktil. Kepala bayi di ekstensi maksimal > masukan pipa
hidung > masukan O2 > 20x/menit.
 0-3 = resusitasi aktif harus segera dilakukan, perbaiki ventilasi paru, bisa
pakai ET, dilakukan untuk minimalisir kerusakan paru. Koreksi natrium
bikarbonat dengan dosis 2-4 meq/kgbb, glukosa 15-20% dengan dosis 2-
4ml/kgbb. Diselingi dengan tekanan 1:3 (1 ventilasi:3 kompresi)

Anda mungkin juga menyukai