Eksekusi Perkara Perdata Dan Permasalahannya
Eksekusi Perkara Perdata Dan Permasalahannya
PPC
Program Pendidikan dan
Modul Diklat Tahap 3
TERPADU
PERADILAN UMUM
e-learning.mahkamahagung.go.id
© 2019
1
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
Pada akhir pembelajaran ini peserta mampu;
1. Menjelaskan tentang pengertian dan proses eksekusi ;
2. Memahami dan menerangkan obyek dan jenis eksekusi;
3. Memahami permasalahan yang timbul dalam proses eksekusi;
I. Uraian Materi
2
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
eksekusi selanjutnya. Bagi objek eksekusi akan dilelang harga limit tanahnya ditetapkan
oleh KPN berdasarkan hasil Apraisal dari Penilai Publik.
Apabila tenggang waktu terlampaui, dan tidak ada keterangan atau pernyataan
dari pihak yang kalah tentang pemenuhan putusan, maka sejak saat itu pemohon dapat
memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menindak lanjuti permohonan eksekusi
tanpa harus mengajukan permohonan ulang dari pihak yang menang (Pasal 197 ayat 1
HIR/Pasal 208 ayat 1 RBg). Khusus untuk objek eksekusi yang sudah dilakukan sita
jaminan (conservatoir beslaag), maka tidak perlu diperintahkan lagi sita eksekusi
(executorial beslaag), dan apabila belum dilaksanakan sita jaminan, maka Ketua
Pengadilan Negeri dapat mengeluarkan penetapan sita eksekusi.
Namun eksekusi pengosongan tidak selalu mesti diletakkan sita eksekusi, dapat
langsung dilaksanakan pengosongan tanpa penyitaan. Bagi putusan yang memerintahkan
untuk melakukan pengosongan (eksekusi riil) maka hari dan tanggal pelaksanaan
pengosongan ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, setelah dilakukan rapat
koordinasi dengan aparat keamanan, akan tetapi khusus termohon eksekusi merupakan
unsur TNI (yang masih aktif atau yang telah purnawirawan) mesti melibatkan
pengamanan Polisi Militer (PM).
Sebelum melakukan eksekusi pengosongan, terlebih dahulu dilakukan
peninjauan lokasi tanah atau bangunan yang akan dikosongkan dengan melakukan
pencocokan (konstatering) guna memastikan batas-batas dan luas tanah yang
bersangkutan sesuai dengan penetapan sita atau yang tertuang dalam amar putusan
dengan dihadiri oleh panitera, jurusita/jurusita pengganti, pihak berkepentingan, aparat
setempat dan jika diperlukan menghadirkan petugas Badan Pertanahan Nasional, serta
dituangkan dalam Berita Acara. Pemberitahuan eksekusi pengosongan dilakukan melalui
surat (Surat Pemberitahuan) kepada pihak termohon eksekusi, harus dengan
memperhatikan jangka waktu yang memadai dari tanggal pemberitahuan sampai
pelaksanaan pengosongan.
Hal yang mesti diperhatikan dalam pelaksanaan pengosongan yaitu mesti
memperhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan, dengan cara yang persuasif dan tidak
arogan. Misalnya dengan memerintahkan pemohon eksekusi menyiapkan gudang
penampungan guna menyimpan barang milik termohon eksekusi dalam waktu yang
ditentukan, atas biaya pemohon. Setelah pengosongan selesai dilaksanakan, tanah atau
bangunan yang dikosongkan, maka pada hari itu juga segera diserahkan kepada pemohon
eksekusi atau kuasanya yang dituangkan berita acara penyerahan, dengan dihadiri oleh
aparat.
Mengenai penangguhan eksekusi hanya dapat ditangguhkan oleh Ketua
Pengadilan Negeri sebagai pihak yang memimpin eksekusi, akan tetapi dalam kedaan
mendesak dan KPN tidak berada di tempat maka Wakil Ketua Pengadilan Negeri dapat
memerintahkan agar eksekusi ditangguhkan. Penangguhan eksekusi dituangkan dalam
bentuk penetapan KPN, dan hanya untuk hal yang bersifat kasuistis serta eksepsional,
maupun dengan alasan kemanusiaan.
3
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
II. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN SEPUTAR EKSEKUSI
Perlawanan terhadap eksekusi karena objek eksekusi atas dasar hak milik diatur
pada pasal 195 ayat (6) HIR/pasal 206 ayat(6) RBG. Untuk perlawanan pihak ketiga diatur
dalam pasal 207 dan pasal 208 HIR atau Pasal 225 RBG, akan tetapi khusus untuk Pasal
207 dan Pasal 208 HIR tersebut telah ditiadakan melalui Undang-Undang Darurat No. 1
Tahun 1951. Perlawanan pihak ketiga harus diajukan sebelum eksekusi di jalankan, sebab
apabila eksekusi sudah terlanjur dilakukan maka perlawanan tersebut harus dinyatakan
tidak dapat diterima dan yang bersangkutan hanya dapat mengajukan gugatan ganti rugi
kepada Tergugat yang semula telah merugikan pihak ketiga tersebut.
Pada asasnya perlawanan pihak ketiga tidak menangguhkan eksekusi, kecuali
apabila Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan memerintahkan untuk
menangguhkan eksekusi tersebut dengan suatu penetapan penangguhan. Dalam praktek
KPN menangguhkan sampai pada putusan perlawanan di tingkat pertama, apabila
Perlawanan dikabulkan maka penangguhan eksekusi sampai putusan perlawanan
tersebut berkekuatan hukum tetap, tetapi apabila di tingkat pertama perlawanan tersebut
ditolak maka KPN dapat langsung melanjutkan eksekusi meskipun Perlawanan tersebut
diajukan upaya hukum.
Pelaksanaan eksekusi bagi barang tereksekusi berada diwilayah hukum PN lain
maka KPN dapat minta bantuan kepada KPN di wilayah hukum barang tersebut berada
sebagaimana Pasal 195 ayat(2) HIR/206 ayat(2) RBG. Atas permintaan tersebut, KPN
yang dimintai bantuan wajib memberi bantuan dan tidak dibenarkan menilai surat
perintah penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri yang minta
bantuan, melainkan harus melaksanakan sepenuhnya dan segera memberi jawaban atas
pekerjaan bantuan tersebut. Namun apabila ternyata penetapan tersebut cacat hukum
maka sebaiknya meminta penjelasan dari KPN yang meminta bantuan.
Menurut Pasal 195 ayat (6) HIR/ Pasal 206 ayat (6) RBG bahwa perlawanan
diajukan kepada PN yang dalam daerah hukumnya tempat menjalankan eksekusi atau
dengan kata lain kepada PN yang diminta bantuannya. Jika eksekusi ditangguhkan, KPN
yang berwenang menangguhkan eksekusi adalah KPN yang meminta bantuan dari
laporan KPN yang dimintai bantuan setiap 2 kali dalam 24 jam. Dalam hal eksekusi berupa
pelaksanaan lelang oleh KPN yang dimintai bantuan harus diserahkan kepada KPN yang
minta bantuan. Kemudian untuk eksekusi berupa penyerahan dalam keadaan kosong
tanah atau rumah sengketa maka dapat dilakukan sendiri oleh KPN yang dimintai
bantuan.
Berkaitan dengan eksekusi dan adanya upaya hukum peninjauan kembali (PK)
bahwa asasnya PK yang merupakan upaya hukum luar biasa tidak menangguhkan
eksekusi. Menjadi permasalahan apabila permohonan PK dikabulkan, padahal eksekusi
sudah terlanjur dilaksanakan, bagaimana memulihkan kembali kerugian yang telah
dialami oleh tereksekusi tersebut. Menjawab hal itu jalan keluarnya adalah tereksekusi
mengajukan gugatan ganti rugi terhadap Pemohon eksekusi dengan petitum serta merta
atau KPN dapat minta Pemohon eksekusi membuat surat pernyataan apabila kelak
permohonan PK dikabulkan maka Pemohon eksekusi bersedia mengganti kerugian akibat
dijalankannya eksekusi tersebut.
Seringkali permasalahan seputar eksekusi terjadi karena amar putusan tidak jelas,
maka KPN harus meneliti pertimbangan putusan tersebut, karena amar dan
pertimbangan putusan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dan apabila
pertimbangan juga tidak jelas KPN berusaha menanyakan pada majelis Hakim, jika juga
tidak jelas maka dapat dikeluarkan penetapan non eksekutabel. Pada perkara tanah yang
4
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
luas tanahnya melebihi yang tercantum dalam amar putusan, maka yang dilaksanakan
hanya seluas amar putusan, dan untuk tanah kurang dari amar putusan maka eksekusi
dilaksanakan apa adanya dan kekurangannya dicatat dalam berita acara eksekusi.
Jika ukuran dan batas-batas tidak jelas supaya dilakukan pemeriksaan setempat
(konsitering) dengan dihadiri para pihak, Kepala Desa kalau diperlukan Camat serta pihak
Agraria. Untuk eksekusi yang melibatkan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara,
maka sepanjang pihak ketiga tersebut mempunyai alas hak yang sah maka eksekusi tidak
dapat menjangkau pihak ketiga tersebut, asalkan hak tersebut diperoleh sebelum
penyitaan dilakukan dan didaftarkan sesuai ketentuan yang berlaku. Namun bagi pihak
ketiga menguasai obyek sengketa karena mendapat hak dari orang lain, maka sebaiknya
pihak ketiga tersebut mengajukan perlawanan terhadap eksekusi dan selanjutnya dapat
mohon penundaan eksekusi.
Macam-macam putusan yang tidak dapat dieksekusi (non executable), antara lain:
1. Putusan bersifat declaratoir (pernyataan) dan constitutif.
2. Harta kekayaan termohon eksekusi tidak ada.
3. Barang yang menjadi obyek eksekusi berada di tangan pihak ketiga.
4. Eksekusi tidak dapat dijalankan terhadap penyewa.
5. Obyek yang akan dieksekusi tidak jelas batas-batasnya.
6. Barang yang akan dieksekusi tidak sesuai dengan barang yang disebut dalam amar
putusan.
7. Amar putusan tersebut tidak mungkin untuk dilaksanakan karena obyek yang akan
dieksekusi musnah.
8. Tanah yang hendak dieksekusi berubah statusnya menjadi tanah negara.
9. Barang yang menjadi objek eksekusi berada di luar negeri.
10. Adanya putusan-putusan yang bertentangan satu dengan yang lain tentang obyek
yang sama, dengan catatan harus dipelajari sejauh mana pertentangan putusan
tersebut.
11. Amar putusan yang menyangkut identitas tidak sama dengan kenyataan di
lapangan
5
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
Selain itu penyitaan dapat dilakukan untuk sengketa milik atau utang piutang maupun sita
eksekusi dalam rangka pemenuhan pembayaran utang atau ganti rugi. Dengan demikian
penyitaannya pun tunduk pada ketentuan hukum acara perdata dengan jalan
mengesampingkan ketentuan Pasal 50 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004.
Eksekusi terhadap grosse akta hipotik (pesawat terbang dan kapal laut) serta
grosse akta pengakuan hutang mengacu kepada Pasal 224 HIR / Pasal 258 RBG, yang
dipersamakan dengan putusan yang BHT dan melekat kekuatan eksekutorial. Hal mana
terjadi jika debitur tidak memenuhi pelaksanaan perjanjian secara sukarela maka
kreditur dapat mengajukan permintaan ke Ketua Pengadilan Negeri. Grosse yang
dimohonkan eksekusi kepada KPN adalah salinan pertama dan akta otentik yang
diberikan kepada kreditur dengan syarat dibuat notaris yang berkepala demi keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (titel excecutiorial), jumlah hutangnya pasti
(fixed) dan tanpa persyaratan-persyaratan lainnya, dan jumlah hutangnya diakui debitur
dan ia berjanji mengembalikan dalam waktu tertentu (misal 6 bulan disertai bunga 2%
sebulan).
6
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun
2016, sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, proses eksekusi atau lelang
eksekusi secara hukum telah selesai jika obyek eksekusi atau obyek lelang telah
diserahkan kepada pemohon eksekusi atau pemenang lelang. Keberatan terhadap
penyerahan tersebut harus diajukan dalam bentuk gugatan bukan perlawanan.
Putusan provisi melekat langsung putusan serta merta atau uitvoorbaar bij
voorraad, dengan demikian putusan provisi tersebut dapat dilaksanakan serta merta,
meskipun pokok perkara belum diperiksa atau diputus, akan tetapi Pengadilan Negeri
harus melaksanakan secara sungguh-sungguh petunjuk SEMA Nomor 3 Tahun 2000 dan
SEMA Nomor 4 Tahun 2001 dengan cara Ketua Pengadilan Negeri meminta persetujuan
terlebih dahulu kepada Pengadilan Tinggi untuk mengabulkan atau menolak memberi
persetujuan melalui penetapan. Dalam hal perkara di tingkat kasasi, maka persetujuan
eksekusi diminta dari Ketua Mahkamah Agung.
Untuk pelaksanaan Eksekusi Putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu diatur
pada SEMA Nomor 3 Tahun 2000 dan SEMA Nomor 4 Tahun 2001.Setiap putusan yang
dapat dijalankan lebih dahulu yang sifatnya eksepsional, baru dapat dieksekusi oleh
Pengadilan. Apabila perkaranya masih di tingkat Pengadilan Negeri atau pada tingkat
banding, Ketua Pengadilan harus minta persetujuan terlebih dahulu kepada Ketua
Pengadilan Tinggi apabila putusan itu hendak diekseku, dan untuk perkara yang telah
dilimpahkan ke Mahkamah Agung, permintaan persetujuan diajukan kepada Ketua
Mahkamah Agung.
Dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah putusan diucapkan,
Pengadilan Negeri harus mengirimkan Salinan putusan tersebut dan pernyataan
kesanggupan menyediakan jaminan senilai harga sesuai hasil penilaian appraisal kepada
Pengadilan Tinggi dan tembusannya kepada Ketua Mahkamah Agung, sehingga tidak
menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata dikemudian hari dijatuhkan
putusan yang membatalkan putusan pengadilan tingkat pertama. Lalu dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan, Pengadilan
Tinggi memberikan penetapan.
Apabila jaminan tersebut berupa uang harus disimpan di bank Pemerintah (Pasal
54 Rv), sedangkan jaminan berupa benda maka dicatat dalam daftar tersendiri seperti
daftar benda-benda sitaan dalam perkara perdata. Namun Pelaksanaan putusan serta
merta suatu gugatan, yang didasarkan adanya putusan hakim perdata lain yang
berkekuatan hukum tetap tidak memerlukan jaminan. Menurut SEMA Nomor 3 Tahun
2000 bahwa Pengadilan Tinggi tidak menyetujui pelaksanaan putusan Pengadilan Negeri
yang bersifat serta merta jika putusan tersebut tidak memenuhi syarat yang tercantum
dalam pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 191 ayat (1) RBg.
7
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
a. Para pihak menyetujui bahwa sengketa diantara mereka akan diselesaikan melalui
arbitrase.
b. Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dimuat dalam suatu
dokumen yang ditandatangani oleh para pihak.
c. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan.
d. Sengketa lain yang dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah yang tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
KPN dapat menolak melakukan eksekusi putusan arbitrase International bila tidak
terpenuhi salah satu syarat persetujuan para pihak untuk menyelesaikan sengketa
melalui arbitrase. Syarat tersebut berupa persetujuan untuk menyelesaikan sengketa
melalui arbitrase tersebut dimuat dalam suatu dokumen yang ditandatangani oleh para
pihak, aengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
8
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
9
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya
10
Eksekusi Perkara Perdata dan Permasalahannya