Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air


merupakan kebutuhan utama bagi proses kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak
ada air. Selain itu air meliputi kira-kira ¾ dari permukaan bumi. Sumber air
dipermukaan bumi atau dikenal sebagai hidrosfera mencangkup air laut, es
dan salju pada kawasan kutub dan gunung gleiser. Air pada permukaan bawah
bumi meliputi air tanah, air hujan, air dalam flora dan fauna.

Berdasarkan salinitasnya, ekosistem perairan yang ada di dunia ini


terbagi dua, yaitu perairan asin dan perairan tawar. Dalam lymnology,
ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistem
lotik . Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti
tenang) , arusnya cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam,
rawa, atau pasir terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitat
lotik (berasal dari kata lotus yang berarti tercuci) antara lain mata air, aliran air
(brook-creek) atau sungai (Odum, 1993).

Pada perairan yang luas dan dalam, fitoplankton memegang peranan


penting sebagai penyedia materi organik. Di dalam perairan ini tumbuhan
makrofita yang hidup di daerah litoral menjadi kurang berperan dalam hal
produktivitas primer dibandingkan dengan fitoplankton yang menempati aerah
limnetik yang lebih luas.

Kajian tentang struktur dan kelimpahan plankton sangat menarik, karena


pentingnya kedudukan masing-masing organisme tersebut dalam komunitas
perairan. Zooplankton merupakan makanan ikan, baik yang masih juvenil

1
maupun yang sudah dewasa. Zooplankton juga memegang peranan penting
dalam mengendalikan populasi fitoplankton, sehingga dapat mengurangi
eutrofikasi danau.

Ekosistem perairan, termasuk ekosistem air tawar, dipengaruhi oleh


berbagai faktor. Dalam ekosistem ini, faktor-faktor tersebut akan saling
mempengaruhi melalui hubungan timbal balik dan membentuk suatu
karakteristik perairan. Faktor-faktor tersebut adalah kimia, fisika, dan biologi.
Faktor Kimia terdiri dari Alkalinitas, Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Dissolved Oxygen (DO), Keasaman (pH). Faktor Fisika terdiri dari Suhu,
Kejernihan, Arus, Daya Hantar Listrik. Faktor biologis yang mempengaruhi
keadaan perairan tawar adalah bentos dan plankton. Oleh karena itu, dengan
mempelajari dan mengetahui keadaan parameter kimia, fisika dan biologis kita
bisa membedakan ekosistem lentik dan lotik.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini
menjadi sesuatu yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Selain secara
kualitas, hal ini juga terjadi secara kuantitas, yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Kehidupan organisme air sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas


air sungai merupakan hasil merupakan hasil interaksi berbagai factor, baik
berasal dari dalam maupun dari luar badan sungai. Faktor-faktor tersebut
antara lain iklim, tanah dasar sungai, arus air, kegiatan budidaya, kegiatan
industri dan kegiatan penerbangan hutan yang ada di sepanjang daerah
aliransungai. Diantara faktor-faktor iklim yang dapat mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung terdapat perubahan kualitas air sungai adalah
penyinaran cahaya matahari dan hujan. Cahaya matahari berpengaruh
terhadap temperatur air dan aktivitas organisme fotosintetik yang ada

2
disungai. Cahaya matahari yang kurang, akan menyebabkan proses
fotosintesis berlangsung lambat, sehingga produksi oksigen dalam air secara
alami akan berkurang.

Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara,


seperti dengan analisis fisika, kimia dan biologi. Untuk perairan yang dinamis,
analisis fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran tentang kualitas
perairan, dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang
menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi
keadaaan sesaat.Lingkungan perairan mempunyai kekhasan tertentu yang
berbeda dari lingkungan terrestrial dengan biota di dalamnya dari mulai yang
hidup melayang di permukaan sampai yang menempati dasar perairan telah
teradaptasi dengan medium air. Habitat perairan tawar dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu perairan lentik (habitat air tetap) seperti danau, kolan
dan rawa serta perairan lotik (habitat air mengalir) seperti sungai, mata air dan
selokan. Meskipun keduanya merupakan lingkungan akuatik, tetapi dari segi
ekosistem mempunyai perbedaan yang mendasar dalam hal masukan dan
aliran energi, sirkulasi serta masukan mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaan dan


populasi bentos dan plankton di lokasi pengamatan.

1.2.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air cekdam


Arboretum Unpad dan sungai Cikuda secara biologi, fisika dan kimia.
Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai keadaan umum kolam dan sungai dalam upaya pemanfaatan
dan pengelolaannya secara optimal.

3
1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum “Ekosistem Lotik, Penentuan Stasiun Pengamatan dan


Pengambilan Sampel” dilakukan pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2010
pukul 09.00-11.00 WIB di Sungai Cikapundung Babakan Siliwangi, Bandung.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi

Inti permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya


manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi
pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa
Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan
logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah

5
(tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.

Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama.
Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua
ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai
dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi.

Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa
komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi.
Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi dan informasi.

2.1 Ekosistem Perairan

Ekosistem merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen


biotik dan komponen abiotik sebagai penyusunnya dan kedua komponen ini saling
berinteraksi membentuk satu kesatuan. Ekosistem merupakan tatanan kesatuan
secara kompleks yang di dalammya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang
dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan
menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi. Ekosistem juga dapat
didefinisikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsure lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan suatu
sistem yang di dalamnya terdapat komponen biotik dan komponen abiotik sebagai
penyusunnya dan kedua komponen ini saling berinteraksi membentuk satu
kesatuan.
Menurut Nybakken (1992), suatu komunitas atau serangkaian komunitas
beserta lingkungan fisik dan kimia di sekelilingnya secara bersama-sama
membentuk suatu ekosistem. Terdapat dua macam ekosistem yang kita kenal,
yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Lingkungan perairan mempunyai
kekhasan tertentu yang berbeda dari lingkungan terrestrial dengan biota di
dalamnya dari mulai yang hidup melayang di permukaan sampai yang menempati
dasar perairan telah teradaptasi dengan medium air. Dalam lymnology, ekosistem

6
air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistem lotik. Air
tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang) , arusnya
cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam, rawa, atau pasir
terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitat lotik (berasal dari
kata lotus yang berarti tercuci) antara lain mata air, aliran air (brook-creek) atau
sungai (Odum, 1996).

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan


ekosistem perairan. Ekosistem perairan merupakan ekosistem terbesar yang
menutupi bumi ini. Ekosistem perairan dibedakan atas perairan ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut.

Berikut ini merupakan ciri-ciri habitat air laut (Godam, 2006):

1. Variasi temperatur atau suhu tinggi


2. Kadar garam / salinitas / tingkat keasinan tinggi
3. Penetrasi dan cahaya matahari tinggi
4. Ekosistem tidak terpengaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Aliran atau arus air laut terus bergerak karena perbedaan iklim,
temperature dan rotasi bumi
6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain
7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan
decomposer.

2.2.1 Parameter Pencemaran

Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut ke dalam


air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu (Salmin, 2005). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

7
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah atau
kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah
lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Parameter-parameter
tersebut merupakan indikator terjadinya pencemaran (Srikini, dkk., 2000). Dalam
mengontrol suatu parameter dilakukan pula pengaturan terhadap parameter yang
lain karena parameter-parameter ini saling berhubungan satu sama lain. Yang
dimaksud dengan parameter-parameter tersebut antara lain, parameter fisika,
kimia dan biologi.

2.2.2 Parameter Fisika

1. Suhu

Dalam setiap penelitian ekosistem air, pengukuran temperatur air


merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
berbagai jenis gas didalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam
ekosistem air sangat dipengaruhi temperatur. Menurut Van’t Hoffs dalam Barus
(2002), kenaikan temperatur sebesar 10°C (hanya pada kisaran temperatur yang
masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisma dari organisme sebesar 2-3
kali lipat.

Suhu air berpengaruh terhadap sifat fisik, kimiawi dan biologis perairan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu antara lain musim, cuaca, waktu
pengukuran, kedalaman air dan kegiatan manusia di sekitar perairan (Nybakken,
1988). Suhu berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas
kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-
nilai penjenuhan dari benda-benda padat dan gas.

Terdapat organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang luas


(euryterm) dan ada jenis yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit
(stenoterm). Satu hal yang pasti bahwa tidak ada satu jenispun organisma air yang
mampu hidup dalam kisaran temperatur yang sangat luas. Dengan demikian maka

8
dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan spesies yang signifikan pada
ekosistem air di wilayah georgrafis yang berbeda

2. Kedalaman

Kedalaman adalah parameter fisika yang mendasar dan berpengaruh pada


aspek lainnya. Dengan meningkatnya kedalaman air menyebabkan penurunan
nilai p atau tekanan parsial.

3. Kecerahan

Kecerahan perairan berhubungan erat dengan jumlah intensitas matahari


yang masuk ke suatu perairan. Cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis
pada tumbuhan, dan beberapa jenis hewan memerlukan cahaya dalam mencari
makan. Penetrasi cahaya pada suatu perairan dipengaruhi oleh kelimpahan dan
komposisi plankton, turbidity dan tingkat pencemaran di perairan tersebut. Faktor
cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis
dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan
dipantulkan ke luar dari permukaan air. Kondisi optik dalam air selain
dipengaruhi oleh oleh intensitas cahaya matahari, juga dipengaruhi oleh berbagai
substrat dan benda lain yang terdapat di dalam air

Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang dinamakan Keping


Secchi < 3m adalah tipe perairan yang subur (eutrofik), antara 3-6m kesuburan
sedang (mesotrofik) dan > 6m digolongkan pada tipe perairan kurang subur
(oligotrofik).

4. Arus

Arus atau paliran air adalah parameter fisika yang dapat di jadikan
pembeda beberapa ekosistem perairan tawar. Ini dapat menjadi pembeda utama
dalam akosistem lentik dan lotik.

5. Debit Air

9
Debit air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh arus dan badan air
(kedalaman dan lebar melintang). Debit juga menjadi ciri pembeda ekosisitem
perairan tawar.

2.2.3 Parameter kimiawi

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman adalah logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen


(Goldman & Horne, 1983). Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya
konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam perairan tersebut. Nilai pH suatu
perairan akan menunjukkan air akan bereaksi asam atau basa. Perairan disebut
asam jika nilai pH < 7, netral pH = 7, dan basa pH > 7. pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi
beberapa bahan di dalam air.

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH


berkisar antara 6,5-7,5. pH asam mematikan ikan kurang dari 4 dan pH basa yang
mematikan sebesar 11 (Boyd, 1990). Pescod (1973) mengemukakan bahwa batas
toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain
suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation dan anion, maupun jenis dan
tempat hidup organisme.

2. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen /DO)

Oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang menunjukkan


banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu ekosistem perairan. Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan
proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Oksigen merupakan komponen penting dan menjadi faktor pembatas bagi


organisme perairan. Hal ini karena daya larut oksigen di perairan rendah serta

10
dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Makin tinggi suhu dan salinitas maka
kelarutan oksigen makin rendah. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, salinitas, pergerakan air, lias daerah permukaan yang
terbuka, tekanan atmosfir dan persentase oksigen disekelilingnya.

Oksigen terlarut dalam perairan dapat berkurang oleh proses respirasi


organisme akuatik, penguraian atau perombakan bahan organik sehingga
peningkatan konsentrasi bahan organik dapat menurunkan O2 terlarut dan
kecerahan perairan. Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi udara maupun
hasil proses fotosintetis organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus
menerus oleh tumbuhan dan hewan dalam aktivitas respirasi.

Teknik yang digunakan dalam pengujian dissolved oxygen dalam larutan


air, diperkenalkan beberapa dekade yang lalu oleh Winkler. Metode yang
dilakukan pun relatif mudah (Cole, 1994).

3. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis, adalah


jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme dalam air untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan
tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses
alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang
cukup ( Wardhana, 1995). Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk
memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik.
Sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen disebut dengan
bakteri anaerobik (Wardhana, 2004).

Biochemical Oxygen Demand adalah suatu analisis empiris yang mencoba


mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang terjadi dalam air.
Angka BOD adalah jumlah O2 yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air. Bila suatu
badan air dicemari oleh bahan organik maka bakteri dapat menghabiskan oksigen
terlarut dalam air dan dapat menjadikan kondisi perairan menjadi anaerob,

11
sehingga mengakibatkan kematian ikan. Nilai BOD yang terbaik untuk perikanan
adalah tidak boleh lebih dari 20 mg/liter. Nilai BOD menunjukkan banyaknya
oksigen yang digunakan mikroorganisme terutama baktri untuk merombak bahan
organik dalam air. Bahan organik yang terbawa aliran air mempunyai peranan
penting dalam rantai makanan jasad perairan terutama bagi organisme akuatik
pemakan detritus.

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Pencemaran Bahan Organik

Derajat Pencemar DO (mg/L) BOD (mg/L)

Belum tercemar > 6,5 < 3,0

Tercemar ringan 4,5 - 6,5 3,0 – 4,9

Tercemar sedang 2,0 – 4,4 5,0 - 15

Tercemar berat < 2,0 > 15

Sumber Lee et al (1978)

4. Salinitas

Kadar garam dalam air bervariasi, dari kadar garam yang rendah di sungai,
kadar garam di muara, dan kadar garam yang tinggi di laut. Hal ini menyebabkan
keterbatasan penyebaran plankton. Beberapa plankton yang hidup terbatas pada
air tawar dan pada saat berpindah ke laut akan menyebabkan kematian.

Banyaknya zat terlarut dinamakan salinitas. Zat terlarut meliputi garam-


garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup,
dan gas-gas terlarut. Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam
penguapan dan presipitasi. Salinitas dapat ditentukan dengan mengukur satu
parameter, misalnya klorinitas, konduktivitas atau indeks refraktif yang juga
bergantung pada kandungan garam (Nybakken, 1992). Salinitas pada umumnya
dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu, rasio antara berat larutan
terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan
kondisi suhu 15° C.

12
5. Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas.


Tinggi rendahnya nilai dhl ini berkaitan erat dengan nilai salinitas.

6. Karbondioksida

Karbon merupakan unsur primer dalam sintesis bahan organik. Karbon


dalam bentuk karbondioksida berguna sebagai bahan dasar fotosintesis tumbuh-
tumbuhan. Karbondioksida bersenyawa dengan air membentuk senyawa karbonat
yang akan menghasilkan kondisi asam pada perairan melalui disosiasi H+ dan
HCO3-. Karbondioksida yang bebas yang dianalisa adalah karbondioksida yang
berada dalam bentuk gas yang terkandung dalam air. Karbondioksida yang
terdapat dalam air merupakan hasil proses difusi CO2 dari hasil proses respirasi
organisme akuatik. Di dasar perairan CO2 juga dihasilkan oleh proses
dekomposisi.

Kandungan karbondioksida di suatu perairan merupakan faktor penentu


derajat keasaman perairan yang bersangkutan. Kandungan karbondioksida bebas
yang terlalu tinggi akan membahayakan bahkan mungkin mematikan ikan.
Menurut Alabaster dan Lloyd (1982) pada pH rendah kandungan karbondioksida
sebesar 5 – 6 mg/lt akan mematikan ikan. Kandungan karbondioksida yang masih
bisa ditolerir oleh ikan sebesar 10 mg/L apabila kandungan oksigennya dalam air
cukup tinggi. Kebanyakan spesies biota akuatik masih dapat hidup pada perairan
yang memiliki kandungan CO2 bebas 60 mg/L (Wardhana, 1995).

2.2.4 Parameter biologi

Dalam mempelajari dan mengamati kualitas air di suatu perairan umum


telah diterapkan cara pengukuran parameter biologis yaitu dengan menggunakan
indeks hayati. Parameter biologi dapat ditentukan dengan adanya organisme yang
hidup di wilayah perairan. Untuk perairan yang dinamis, pengkajian kualitas
perairan melalui analisis fisika dan kimia kurang memberikan gambaran
sesungguhnya dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang

13
menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaan
sesaat. Dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kualitas perairan (Ardi, 2002)..Berikut beberapa
parameter biologis yang umum digunakan dalan penelitian.

1. Plankton

Plankton ialah organisme mengapung yang pergerakannya kira-kira


tergantung pada arus. Walaupun beberapa zooplankton menunjukkan gerakan
berenang yang aktif yang membantu dalam mempertahankan posisi vertikal,
plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus. Secara praktis,
net plankton adalah plankton yang tertangkap di dalam jaringan yang sangat halus
yang ditarik dengan perlahan-lahan di dalam air; nanoplankton terlalu kecil untuk
dapat ditangkap dengan jaring dan harus disarikan dari air yang diambil dengan
botol atau dengan pompa (Odum, 1993). Selain itu pengertian plankton yang
lainnya ialah hewan dan tumbuhan renik yang hidup terapung di laut, danau atau
rawa. Terdiri dari : phytoplankton (bakteri dan ganggang) dan zooplankton
(protozoa, larva dari berbagai Phyla hewan rendah berikut: Coelenterata,
Echinodermata, Mollusca, Vermes, dan Anthropoda)

Klasifikasi plankton:

1. Berdasarkan kualitas:

a. Phytoplankton – plankton tumbuhan


• Phytoplankton sebenarnya, yaitu phytoplankton berklorofil
• Saproplankton, yaitu phytoplankton yang tidak berklorofil seperti
bakteri dan fungi.
b. Zooplankton, yaitu plankton hewan

2. Berdasarkan ukuran:

a. Makroplankton, yaitu plankton yang ukurannya besar dan dapat dilihat


langsung.

14
b. Net plankton (Mesoplankton), yaitu plankton yang tertangkap oleh
plankton net. 25, dimana air masih dapat keluar dari saringan tersebut.

c. Nanno plankton (Mesoplankton), yaitu plankton yang sangat kecil, tidak


bisa tertangkap oleh plankton net no.25.

3. Berdasarkan distribusi, tempat dan keadaan lingkungan:

a. Limnoplankton, yaitu plankton yang hidup di danau

b. Rheoplankton, yaitu plankton yang hidup di sungai

c. Heleoplankton, yaitu plankton yang hidup di laut

d. Heliplankton, yaitu plankton yang hidup di air payau

4. Berdasarkan asal:

a. Autogenik, yaitu plankton yang dihasilkan pada habitat tertentu

b. Allogenik, yaitu plankton yang datang dari luar habitat tertentu

5. Berdasarkan komposisinya:

a. Euplankton, yaitu plankton sejati

b. Pseudoplankton, yaitu plankton semu

6. Berdasarkan sejarah hidupnya:

a. Holoplankton, yaitu plankton yang seluruh hidupnya sebagai plankton

b. Meroplankton, yaitu plankton yang hidupnya sebagai plankton hanya


sementara, pada fase tertentu dari fase hidupnya.

Individu-individu plankton sangat berbeda dalam ukuran. Umumnya


plankton binatang (zooplankton) lebih besar, sedangkan plankton tumbuhan
(fitoplankton) lebih kecil. Beberapa fitoplankton, sedikit protozoa, dan bakteri

15
besarnya kurang dari 1/100 mm dan dapat lolos meskipun melalui jaring-jaring
plankton yang terhalus.

2. Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan. Keberadaannya


pada ekosisitem perairan banyak dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia seperti
tipe substrat, kecerahan, arus, dan suhu.

2.3 Lokasi pengambilan Sampel

DAS Cikapundung yang berada pada ketinggian 650-2.067 m dpl


merupakan sub-DAS Citarum, luasnya 15.386,5 ha. Sungai ini hulunya di Bukit
Tunggul dan bermuara di Citarum. Cikapundung membelah Kota Bandung
melewati sembilan kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Hulu sungai
cikapundung terletak antara kecamatan Lembang dan Kecamatan Cilengkrang.
Sungai Cikapundung adalah sungai yang membelah Kota Bandung. Dari kawasan
utara menuju selatan yang bermuara di Citarum. Sungai ini berhulu di utara Kota
Bandung tepatnya di daerah Lembang yang airnya berasal dari Curug Ciomas.
Sepanjang aliran sungai ini penuh dengan pemukiman, perdagangan, dan lain-lain
yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut.

Seperti fungsi sungai lainnya, Cikapundung pun berfungsi sebagai

1. Drainase utama pusat kota,


2. Penggelontor kotoran dan sampah kota,
3. Objek wisata, Maribaya, Hutan Juanda, Curug Dago, Hutan kota, Kebun
Binatang, dan lain-lain,
4. Penyedia air baku PDAM, debit kapasitas terpakai, Retribusi yang
terserap/terpakai.

PLTA, yang saat ini debit bulanannya telah menurun hingga 30% dari
debit normal.Ini merupakan salah satu ciri yang tampak bahwa bagian hulu-

16
tengah-hilir sungai merupakan satu kesatuan ekosistem yang saling berhubungan
dan berkaitan.

Aliran sungai Cikapundung bersebelahan dengan beberapa perguruan


tinggi terkemuka di kota Bandung, seperti Institut Teknologi Bandung ( ITB ),
Universitas Islam Bandung ( UNISBA ), Universitas Pasundan ( UNPAS ),
dengan daerah – daerah yang dilewati adalah Taman Hewan, Kebon Bibit, Kebon
Kembang, Plesiran dan termasuk kelurahan Lebak Siliwangi dan Kelurahan
Tamansari, Kecamatan Coblong. Dan hal ini menjadi sebuah objek dan daya tarik
tersendiri untuk berkembangnya pemukiman dan gerakan ekonomi.

Adanya beberapa perguruan tinggi tersebut, otomatis akan menimbulkan


gerakan ekonomi di bidang persewaan kamar/kost ataupun persewaan rumah,
yang kemudian diikuti dengan adanya warung makan, warung sembako dan
kebutuhan-kebutuhan alat tulis serta beberapa sektor usaha ekonomi. Akan tetapi
laju pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya dilakukan dan dirasakan seluruh
masyarakat di empat daerah yang dilewati aliran sungi Cikapundung meski
berdekatan dengan perguruan tinggi tersebut. Banyaknya masyarakat kelas
menengah kebawah masih mendominasi daripada masyarakat kelas menengah
keatas, hal ini terlihat dari jumlah rumah kost yang banyak dan kebanyakan
dimiliki orang yang mempunyai kekuatan modal yang besar. Hal ini juga masih
terlihat dengan adanya pemukiman padat, yaitu daerah kelurahan Tamansari
masih tergolong kawasan kumuh dan Kelurahan Lebak Siliwangi termasuk
kawasan kumuh sedang.

17
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

Plankton Plankton net - Sampel air sungai


Gayung Cikapundung (3 kali
Botol film pengambilan)
Botol semprot - Akuades
Pipet tetes - Larutan formalin 40%
Mikroskop

Benthos - Jala surber Sampel tanah

18
- Baskom Larutan formalin 40%
- Saringan Akuades
- Pinset
- Lup
- Kantong plastik
Kualitas air Sechi disk - Sampel air sungai
Botol winkler Cikapundung
Pipet tetes - O2 reagen 1 mL
Gelas Erlenmeyer - Larutan MnSO4 1 mL
Alat titrasi - Larutan H2SO4, 2 mL
- Larutan Na-tiosulfat 0,01
N
- Larutan NaOH
- Larutan amilum
- akuades

3.2 Prosedur kerja

a. Parameter Biologi
• Plankton

• Siapkan plankton net no. 25, gayung dan botol film.


• Ambil sampel air sungai sebanyak 3 kali pengambilan sampel,
masing-masing sebanyak 30 L (30 gayung) untuk pengambilan
sampel di perairan lotik . Bilas seluruh permukaan plankton net
dengan botol semprot yang berisi akuades.
• Masukkan sample yang diperoleh ke dalam botol film.
• Tambahkan larutan formalin sebanyak 1 tetes ke dalam botol berisi
sampel.

19
• Lakukan pengamatan dan identifikasi dengan menggunakan
mikroskop

• Benthos

• Siapkan jala surber, saringan, baskom, pinset, dan lup.


• Ambil sample dengan menggunakan jala surber, sample yanag
diperoleh ditampung di dalam baskom dan dibersihkan dari
Lumpur dan kotoran-kotoran dengan menggunakan saringan.
• Sampel bentos yang diperoleh ditampung didalam kantong plastic.
• Lakukan pengamatan dan identifikasi sampel benthos yang
diperoleh di laboratorium.

b. Parameter Fisika
• Temperatur air

Diukur dengan menggunakan thermometer air raksa yang


dicelupkan pada sampel air dengan tidak menyentuh dasar air sampai
menunjukkan nilai konstan.

• Penetrasi cahaya (Transparansi)

Diukur dengan menggunakan Sechi disk yang dicelupkan ke


dalam badan air sampai warna hitam-putih pada lempeng tidak
terlihat. Saat itu, ukur kedalaman kejernihan air.

• Kecepatan arus dan debit

• styrofoam diikat pada tali sepanjang ± 60 cm


• siapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang ditempuh
syrofoam
• lepaskan syrofoam pada satu titik bersamaan dengan mulainya
penghitungan waktu dengan stopwatch

20
• hitung waktu yang ditempuh syrofoam untuk hanyut mengikuti
arus pada bentangan tali sepanjang 2 meiosis
• hitun kecepatan arus dan debit

c. Parameter Kimia
• Salinitas, pH dan DHL
• siapkan SCT meter
• lakukan kalibrasi terlebih dahulu (sampai jarum skala berada di garis
merah/ red line)
• celupkan elemen pengukur pada air
• tunggu hingga muncul angka pada layar untuk tiap parameter yang diamati
• catat angka yang tertera pada layar

• Kadar Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Metode yang digunakan adalah metode titrasi cara Winkler.

• Sampel air diambil menggunakan botol winkler searah arus


air, kemudian ditutup, usahakan tidak ada gelembung udara.
• Tambahkan 1 mL O2 reagen dan 1 mL MnSO4, botol ditutup
kemudian kocok dan biarkan selama 15 menit.
• Terjadi endapan, kemudian tambahkan 2 mL H2SO4 pekat,
kemudian dikocok sampai endapan tersebut larut.
• Ambil 50 mL larutan dari botol winkler lalu masukkan ke
dalam botol elenmeyer, larutan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat
0,01 N sampai berwarna kuning bening.
• Tambahkan indicator amilum 1% sampai terjadi perubahan
warna dari kuning bening ke biru (karena ditambahkan indicator)
lalu menjadi jernih.
• Banyaknya larutan Na-tiosulfat yang digunakan dicatat.

21
Rumus kadar O2 (mg/L) = 8000 x mL Na-tiosulfat x N Na-tiosulfat

50 x (V – 2)

• Biological Oxygen Demand (BOD)

• Sampel air diambil ± 100 mL, kemudian ambil sebanyak 50 mL


lalu tambahkan akuades sebanyak 200 mL dan masukkan ke dalam
botol winkler.
• Kadar BOD pada botol pertama ditentukan pada saat itu uga (DO 0
hari), sedangkan botol hari kedua simpan dalam tempat gelap
(incubator), dan kadar oksigennya ditentukan lima hari kemudian
(DO 5hari).
Rumus kadar BOD (mg/L) = factor pengenceran x (DO 0 hari -
DO 5hari)

• Kadar Karbondioksida (CO2)

• Ambil sample air sebanyak 50 mL kemudian masukkan ke dalam


Erlenmeyer. Tambahkan kedalam labu tersebut indikator
fenolftalein 0,05% sebanyak 3 tetes. Kemudian lakukan titrasi
dengan NaOH 0,1 N lalu catat jumLah volume yang digunakan
pada saat terjadi perubahan warna.

Kadar HCO3-

• Ambil sample air sebanyak 50 mL dengan menggunakan volume


pipet, masukkan kedalam Erlenmeyer.

22
• Tambahkan kedalam Erlenmeyer larutan methyl orange 0,025%.
• Teteskan larutan HCL 0,01 N lalu catat berapa volume yang
digunakan pada saat terjadi perubahan warna.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Indeks diversitas


Secara kuantitatif, kondisi lingkungan secara biologis
ditentukan dengan nilai indeks diversitas (keanekaragaman).
Penggunaan indeks diversitas ini didasarkan pada konsep bahwa
struktur komunitas yang normal diperkirakan akan berubah dengan
adanya gangguan (perturbasi) lingkungan. Derajat perubahan dari
struktur komunitas ini dapat digunakan untuk memperkirakan
intensitas stress di lingkungan yang terjadi.

1. Indeks Diversitas Simpson


Indeks diversitas ini biasanya digunakan untuk plankton,
yaitu dengan anggapan bahwa nilai diversitas Simson yang lebih
besar dari 0,6 merupakan ekosistem yang belum mengalami
pencemaran oleh bahan organik.
Rumus indeks diversitas Simpson:

I=1–D D = Σ(n/N)2

Dimana:
I = indeks diversitas Simpson
D = resiprok Indeks Diversitas Simpson

23
ni = jumlah individu jenis ke-1
N = jumlah total individu

Berdasarkan indeks Diversitas Simpson, tingkat


pencemaran perairan diklasifikasikan dalam tiga tingkatan,
seperti terlihat pada tabel berikut.

Hubungan Indeks Diversitas Simpson dengan Tingkat


Pencemaran Perairan
Indeks Diversitas Tingkat Pencemaran
Simpson Perairan

>0,8 Tercemar ringan

0,6-0,8 Tercemar sedang

<0,6 Tercemar berat

2. Indeks Diversitas Shannon-Wiener


Indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis biota perairan, biasanya makroinvertebrata seperti benthos.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah
persamaan Shannon-Wiener:

H’ = - Σ ( ni / N ) ln (ni / N )

Dimana : H’ = indeks diversitas


ni = jumlah individu untuk masing-masing spesies
N = jumlah individu untuk semua spesies
Kriteria:

24
H’ < 1 = komunitas biota tidak stabil atau kualitas air
tercemar berat
1 < H’ < 3 = Stabilitas komunitas biota sedang atau
kualitas air tercemar sedang
H’ > 3 = stabilitas komunitas biota dalam kondisi
prima (stabil) atau kualitas air bersih

Komponen lingkungan, baik biotic maupun abiotik, akan


mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota air yang
ada pada suatu perairan, sehingga tingginya kelimpahan
individu tiap jenis dapat dipakai untuk menilai kualitas suatu
perairan. Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi dansebaliknya. Beberapa
criteria kualitas air berdasarkan Indeks Diversitas Shanon-
wiener dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Diversitas Shanon-Wiener

N Indeks Diversitas Kualitas Pustaka

I >3 Air bersih

I 1-3 Setengah tercemar Wilha (1975)

<1 Tercemar berat

I 3,0 – 4,0 Tercemar sangat ringan


II
2,0 – 3,0 Tercemar ringan Wilha (1975)

1,0 – 2,0 Setengah tercemar

25
I 2,0 Tidak tercemar
III
2,0 – 1,0 Tercemar ringan

1,5 – 1,0 Tercemar sedang Lee, dkk(1975)

<1,0 Tercemar berat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Catatan Lapangan

 Nama badan air : Sungai Cikapundung, Bandung


 Lokasi : Sungai Cikapundung

26
 Tanggal dan Waktu : 4 Desember 2010, 09.00-11.00
WIB
 Nomor dan jenis sample air : -
 Temperatur air dan udara : 210 C dan 250 C
 Tinggi muka air / debit kedalaman : 0,252 meter
 Keadaan Cuaca : Cerah berawan
 Keadaan Fisik sumber air : Arus tenang
 Vegetasi di sekitar lokasi : Bambu, Malvaviscus arborea,
nangka, singkong, Araceae,
Asteraceae
 Keadaan lingkungan lokasi : Daerah pemukiman warga,
penggalian pasir, banyak sampah
yang dibuang ke sungai,
pinggiran sungai berpasir dan
berbatu, serta sungai terletak di
bawah jalan raya.
 Keadaan lokasi : Dekat pemukiman warga dan
penggalian pasir pengambilan
sampel
 Hasil pemeriksaan : Sedikit benthos dan plankton di
lapangan
 Nama pengambil sampel : Kelompok 1

4.2 Parameter Fisika-Kimia

No. Parameter St. 1 St.2 St.3 Rata-rata

0,52 0,49 0,56


1. Kedalaman (m) 0,525
5

0,52 0,49 0,56


2. Kecerahan (m) 0,525
5

3. Suhu air (oC) 21 21 21 21

27
Kecepatan arus 1,04 0,79 0,40
4. 0,74
(m/s)

5. Debit air (m/s2) 3,12 3,72 4,21 3,68

6. pH 6,66 6,70 6,63 6,66

101, 121, 89,5


7. Konduktivitas (µ) 104,3
9 6

8. Salinitas (o/oo) 0,04 0,05 0,03 0,04

9. DO 1,3 1,3 1,14 1,25

10. BOD 6,1 6,1 5,3 5,83

11. HCO3- -6,1 -12,2 -12,2 -10,17

12. CO2 13,2 13,2 4,4 10,27

pasir pasir pasir Pasir dan banyak


13. Tipe substrat
batu

• DO (Dissolved Oxygen)

Kadar O2 (mg/L) =

DO0hari

Stasiun I

Kadar O2 (mg/L) = = 1,3 ml/L

28
Stasiun II

Kadar O2 (mg/L) = = 1,3 ml/L

Stasiun III

Kadar O2 (mg/L) = = 1,14 ml/L

DO5hari

Stasiun I

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

Stasiun II

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

Stasiun III

Kadar O2 (mg/L) = = 0,08 ml/L

• BOD (Biological Oxygen Demand)


Kadar BOD (mg/L) = Faktor pengenceran × (DO0hari –
DO5hari)

Faktor Pengenceran
m1.v1 = m2.v2

1 . 75 = x . 375

x=

29
x=5

Stasiun I

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,3 ̶ 0,08) = 6,1

Stasiun II

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,3 ̶ 0,08) = 6,1

Stasiun III

Kadar BOD (mg/L) = 5 × (1,14 ̶ 0,08) = 5,3

• Kadar CO2
Kadar CO2(mg/L) =

Stasiun I

Kadar CO2(mg/L) = = 13,2 ml/L

Stasiun II

Kadar CO2(mg/L) = = 13,2 ml/L

Stasiun III

Kadar CO2(mg/L) = = 4,4 ml/L

• Kadar HCO3-
Kadar HCO3- (mg/L) =

Stasiun I

Kadar HCO3- (mg/L) = = -6,1 mg/L

30
Stasiun II

Kadar HCO3- (mg/L) = = -12,2 mg/L

Stasiun III

Kadar HCO3- (mg/L) = = -12,2 mg/L

4.3 Parameter Biologi

Jumlah
No. Biota Species Gambar
St.1 St.2 St.3

1. Plankton Spesies A 1 - -

31
2. Gomphonema sp. 2 - -

3. Gomphospaeria sp. 2 - -

4. Spesies B 4 - -

32
5. Zooplankton bersilia 5 28 -

6. Spesies C 1 - -

7. Cladophora sp. 1 - -

33
8. Spirogyra sp. - 1 -

9. Ankistrodesmus sp. - 1 13

10. Agmenellum sp. - 1 -

34
11. Hidrodictyon sp. - - 1

12. Benthos Achatina fulica

4.4 Analisis Data

4.5.1 Indeks Diversitas

4.5.1.1 Indeks Diversitas Simpson

I=1–D D = Σ(ni/N)2

= 0,32

Maka, I = 1 – D = 1- 0,32 = 0,68

4.5.1.2 Indeks Diversitas Shannon-Wiener

35
H’ = - Σ ( ni / N ) ln (ni / N )

= -1 ln 1

=0

4.5 Pembahasan

Praktikum Ekologi Perairan dilaksanakan pada hari Sabtu, 4


Desember 2010. Praktikum dilaksanakan pukul 09.00-11.00 WIB.
Praktikum ini berlokasi di Sungai Cikapundung Bandung. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Cikapundung Bandung
secara biologi, fisika, dan kimia. Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai keadaan umum sungai dalam upaya
pemanfaatan dan pengelolaannya secara optimal.

Pada praktikum ini dilakukan pengambilan sampel air yang


dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk analisis.
Sungai Cikapundung termasuk ke dalam ekosistem lotik yang merupakan
ekosistem air mengalir dengan arus yang tidak terlalu deras. Keadaan
lingkungan lokasi pengamatan merupakan lokasi yang dekat dengan
pemukiman warga, dan banyak warga yang membuang limbah rumah
tangga ke aliran sungai. Lokasi ini juga dijadikan tempat penggalian pasir
oleh warga.

Idealnya, lokasi pengambilan sampel di sungai dibagi menjadi tiga


stasiun, yaitu di hulu, tengah dan hilir. Namun karena lokasi pengamatan
berada di tengah sungai, maka seharusnya stasiun terdapat di pinggir
sungai, tengah sungai, dan pinggir sungai yang ada di seberangnya.
Karena lokasi pengambilan sampel kelompok 1 semakin ke seberang
sungai semakin dalam, maka pembagian stasiun untuk pengambilan
sampel ada di pinggir sungai. Stasiun terdiri dari stasiun I, II, dan III.

36
Stasiun I berada di daerah yang dekat dengan jalan yang sering dilalui.
Stasiun pertama ini memiliki arus yang cukup deras yaitu 1,04 m/s2,
kedalaman 0,52 m, suhu 210C dan memiliki tipe substrat yang berpasir.
Vegetasi yang ada di sekitar stasiun I adalah pohon pisang, bambu,
Malvaviscus arborea serta beberapa Asteraceae. Stasiun II letaknya lebih
ke tepi sungai dibandingkan dengan stasiun I. Stasiun II memiliki arus yan
lebih tenang yaitu 0,79 m/s2, kedalaman 0,495 m, suhu 210C dan substrat
yang sama dengan stasiun I yaitu pasir. Vegetasi yang ada di sekitar
stasiun ini adalah Araceae, Asteraceae, pohon pisang dan pohon singkong.
Stasiun III berada di daerah yang lebih ke bagian tengah sungai
dibandingkan dengan kedua stasiun sebelumnya, tetapi stasiun III
memiliki arus yang lebih tenang daripada arus stasiun I dan II yaitu 0,40 m
karena lokasi stasiun III merupakan belokan sungai sehingga arus yang
berasal dari atas akan menabrak dinding sungai yang berada di
seberangnya. Selain itu, stasiun III memiliki kedalaman 0,56 m, suhu 210C
dan tipe substratnya adalah pasir dan batu, Vegetasi di sekitar stasiun
adalah bambu dan nangka.

Pengambilan sampel air untuk mengetahui kualitas air dari Sungai


Cikapundung dilihat dari berbagai parameter yaitu parameter fisika, kimia
dan biologi. Parameter fisika yang dihitung meliputi kedalaman sungai,
kecerahan sungai, temperatur air dan udara, arus air, konduktivitas,
salinitas, dan tipe substrat. Parameter kimia meliputi derajat keasaman
(pH), DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), CO2
dan HCO3- . Sedangkan parameter biologi yang dihitung hanya plankton
dan benthos. Ketiga parameter ini saling berkaitan karena agar parameter
biologi (dalam hal ini plankton dan benthos) memiliki kadar maksimum
dan minimum terhadap parameter fisika dan kimia.

Parameter fisika dapat dijadikan ciri pembeda beberapa macam


ekosistem perairan. Perhitungan terhadap parameter fisika yaitu kedalaman
dan kecerahan menyatakan bahwa sungai ini memiliki tingkat kekeruhan

37
yang tinggi karena dari ketiga stasiun yang letaknya berada di tepi sungai
dengan rata-rata kedalaman hanya 0,525 meter, warna lempeng Secchi
sebagai alat ukur kecerahan sudah tidak bisa terlihat. Hasil ini akan
berpengaruh terhadap temperatur dan daya tembus cahaya matahari ke
dalam perairan. Bila temperatur air berubah maka kelarutan berbagai jenis
gas didalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam
ekosistem air akan berubah pula. Menurut Van’t Hoffs dalam Barus
(2002), kenaikan temperatur sebesar 10°C (hanya pada kisaran temperatur
yang masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisma dari organisme
sebesar 2-3 kali lipat. Selain itu, daya tembus cahaya matahari akan
berkurang bila perairan keruh. Cahaya matahari ini sangat dibutuhkan oleh
organisme yang melakukan fotosintesis, bila cahaya matahari yang masuk
ke dalam perairan berkurang maka banyak organisme air yang mati. Hal
ini terlihat dari jumlah plankton yang bertugas sebagai produsen seperti
Cladophora sp. , Spirogyra sp. hanya sedikit, sehingga plankton dan
organisme lain yang bersifat konsumen pun hanya ditemukan dalam
jumlah yang sedikit. Selain itu, parameter fisika yang berpengaruh
terhadap kehadiran plankton dan benthos adalah deras tidaknya arus
karena tidak banyak plankton dan benthos hidup di perairan dngan arus
yang deras.

Seperti parameter fisika, parameter kimia pun dapat dijadikan ciri


pembeda beberapa macam ekosistem perairan. Pengukuran parameter
kimia perairan terdiri dari pH atau derajat keasaman. Dari hasil pegukuran
menggunakan pH meter didapatkan pH sebesar 6,66. Hasil ini menunjukan
bahwa air yang ada di Sungai Cikapundung merupakan air normal karena
memiliki pH yang netral. Menurut Boyd (1990), air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara
6,5-7,5. pH asam mematikan ikan kurang dari 4 dan pH basa yang
mematikan sebesar 11.

38
Namun, hasil pengukuran pH saja tidak dapat dikatakan secara
langsung bahwa air sungai tersebut berkualitas baik karena ada beberapa
parameter lain yang dijadikan sebagai acuan kualitas perairan. Salah
satunya adalah kadar CO2. Karbondioksida bersenyawa dengan air
membentuk senyawa karbonat yang akan menghasilkan kondisi asam pada
perairan melalui disosiasi H+ dan HCO3-. Kandungan karbondioksida bebas
yang terlalu tinggi akan membahayakan bahkan mungkin mematikan ikan.
Hasil yang didapat adalah bahwa rata-rata kadar CO2 di 3 stasiun
pengamatan adalah sebesar 10,27 dan kadar HCO3- sebesar -10,17. Ini
berarti perairan Sungai Cikapundung merupakan peraikan tercemar.

Salah satunya adalah DO (Dissolved Oxygen) yang merupakan


parameter kimia perairan yang menunjukkan banyaknya oksigen yang
terlarut dalam suatu ekosistem perairan. Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan
proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut. Selain itu, ada pula BOD (Biochemical Oxygen Demand)
yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme dalam air untuk
memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air
lingkungan tersebut.

DO diukur sebanyak 2 kali yaitu DO 0 hari dan DO 5 hari yang


dilakukan di laboratorium dengan cara mentitrasi air sampel dengan Na-
Thiosulfat 0,01N, sedangkan BOD diukur dari hasil DO 0 hari dikalikan DO
. Pertama-tama air sampel di masukkan ke dalam botol Winkler dan
5 hari

dituutup tanpa ada gelembung di dalam botol karena bila ada gelembung
akan mempengaruhi kadar O2 yang akan dihitung. Kemudian air sampel
ditetesi MnSO4 dan reagen O2 yang masing-masing sebanyak 20 tetes atau
kurang lebih 1ml agar oksigen yang terlarut di dalam air dapat terikat
dengan sempurna. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya endapan

39
setelah air sampel didiamkan selama 15 menit, endapan ini adlah MnO2.
Kemudian air sampel ditetesi H2SO4 pekat sebanyak 40 tetes atau kurang
lebih 2ml sehingga endapan larut kembali dan air sampel menjadi
berwarna kuning pekat. Larutan yang mengandung banyak O2 akan
berwarna kuning pekat dan semakin transparan bila kadar O2 semakin
sedikit dalam larutan. Air sampel Sungai Cikapundung berwarna kuning
tidak pekat. Air sampel kemudian dititrasi hingga berwarna kuning
transparan, lalu ditetesi amilum 1% sebanyak 3 tetes sehingga berwarna
biru pekat. Amilum 1% ini digunakan sebagai indikator titrasi, bila warna
biru telah berubah menjadi biru transparan maka telah berada pada titik
kesetimbangan.

Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan menyatakan


bahwa rata-rata DO dari ketiga stasiun adalah sebesar 1,25 sedangkan rata-
rata BOD dari ketiga stasiun adalah sebesar 5,83. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa daya larut oksigen di perairan rendah. Daya larut
oksigen yang rendah akan berpengaruh kepada suhu dan salinitas. Makin
tinggi suhu dan salinitas maka kelarutan oksigen makin rendah. Oksigen
terlarut dalam perairan dapat berkurang oleh proses respirasi organisme
akuatik, penguraian atau perombakan bahan organik sehingga peningkatan
konsentrasi bahan organik dapat menurunkan O2 terlarut dan kecerahan
perairan. Bila suatu badan air dicemari oleh bahan organik maka bakteri
dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan dapat menjadikan
kondisi perairan menjadi anaerob, sehingga mengakibatkan kematian ikan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa air Sungai Cikapundung
Bandung telah tercemar oleh bahan organik dengan tingkatan tercemar
sedang hingga berat.

Perairan Sungai Cikapundung Bandung memiliki kadar garam atau


salinitas sebesar 0,04 atau 4%. Artinya perairan sungai ini cukup asin
untuk perairan tawar karena air tawar biasanya memiliki kadar garam di
bawah 1%. Tingginya kadar garam di sungai ini disebabkan oleh

40
banyaknya limbah yang masuk ke dalamnya. Hal ini menyebabkan daya
hantar listrik (DHL) atau konduktivitas pun tinggi yaitu 104,3 karena
kadar garam dengan DHL berbanding lurus, bila kadar garam tinggi maka
DHL pun tinggi dan sebaliknya.

Parameter biologi merupakan parameter yang dapat menganalisis


interaksi yang terjadi pada ekosistem, mencirikan ekosistem, dan
menganalisis kondisi perairan. Organisme yang diamati dalam praktikum
ini adalah plankton dan benthos. Plankton yang ditemukan antara lain
adalah Gomphonema sp. , Gomphospaeria sp. , zooplankton bersilia,
Cladophora sp. , Spirogyra sp. , Ankistrodesmus sp. , Agmenellum sp. ,
dan Hidrodictyon sp., serta Spesies A, Spesies B,danSpesies C.

Gomphospaeria berkoloni bebas, bentuknya bulat atau oval. Mereka


memiliki sistem pusat tangkai mucilaginous tebal. Sel memiliki kandungan
pucat atau biru hijau terang, zaitun hijau, atau merah homogen.

Cladophora adalah algae yang berbentuk seperti benang bercabang


hijau. Ganggang ini bersifat kering dan tidak berlendir. Bentuk benang
atau jaring nya sangat kuat dan sangat tipis. Tumbuh pada batu dan kayu
yang terendam dan terkena cahaya secara langsung, dalam kasus yang
sangat buruk akan tumbuh pada tanaman juga. Biasanya cenderung tinggal
di satu titik, yang membuatnya mudah untuk dihilangkan.

Spirogyra adalah genus dari ganggang hijau dari ordo


Zygnematales yang biasa ditemukan di air tawar. Spirogyra mampu
berfotosintesis, memiliki sel eukariotik, memiliki klorofil. Tubuhnya
berbentuk filamen yang tidak bercabang. Panjang tubuhnya mencapai 1
kaki (30,48 cm). Pada kloropas yang berbentuk pita terdapat pirenoid.
Pirenoid tersebut dikelilingi oleh butiran tepung. Pada siang hari,
fotosintesis berlangsung cepat dan oksigen yang dihasilkan disimpan
diantara filamen. Pada saat itu, Spirogyra akan naik ke permukaan air.

41
Pada malam hari, oksigen dilarutkan kembali ke dalam air. Spirogyra
bereproduksi dengan cara konjugasi, fragmentasi (pemutusan talus).

Benthos yang ditemukan adalah bekicot atau Achatia fulica


adalah siput darat yang tergolong dalam suku Achatinidae. Berasal
dari Afrika Timur dan menyebar ke hampir semua penjuru dunia akibat
terbawa dalam perdagangan, moluska ini sekarang menjadi salah
satu spesies invasif terburuk di bumi.

Secara kuantitatif, kondisi lingkungan dilihat dari parameter


biologis ditentukan dengan nilai diversitas (keanekaragaman). Penggunaan
indeks diversitas ini didasarkan pada konsep bahwa struktur komunitas
yang normal diperkirakan akan berubah dengan adanya gangguan
(perturbasi) lingkungan. Derajat perubahan dari struktur komunitas ini
dapat digunakan untuk memperkirakan intensitas stress di lingungan
tersebut.

Indeks diversitas yang dihitung dalam praktikum ini adalah indeks


diversitas Simpson dan indeks diversitas Shannon-Wiener. Indeks
diversitas ini biasanya digunakan untuk plankton sedangkan indeks
diversitas Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keragaman jenis
biota perairan seperti makroinvertebrata (benthos). Nilai indeks diversitas
Simpson untuk perairan Sungai Cikapundung Bandung adalah sebesar
0,68. Nilai tersebut menunjukan bahwa perairan tercemar dengan
tingkatan sedang. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener yang didapat
adalah 0. Jika dilihat dari indeks Shannon-Wiener, didapatkan hasil analisa
yaitu perairan Sungai Cikapundung Bandung tercemar berat.

BAB V
KESIMPULAN

42
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di Sungai Cikapundung
Bandung diperoleh kesimpulan bahwa beberapa parameter seperti
parameter fisika, biologi, dan kimia harus diukur dan dihitung agar
kualitas suatu perairan dapat diketahui. Parameter fisika yang diukur
meliputi kedalaman sungai, kecerahan sungai, temperatur air dan udara,
arus air, konduktivitas, salinitas, dan tipe substrat. Parameter kimia yang
dihitung meliputi derajat keasaman (pH), DO (Dissolved Oxygen), BOD
(Biochemical Oxygen Demand), CO2 dan HCO3- . Sedangkan parameter
biologi yang dihitung hanya plankton dan benthos. Ketiga parameter
tersebut berkaitan karena mempengaruhi daya hidup parameter biologi
(plankton dan benthos) yang memiliki kadar maksimum dan minimum
terhadap parameter fisika dan kimia.

Berdasarkan data pengukuran dan perhitungan yang diperoleh


terhadap parameter fisika, kimia, dan biologi didapatkan hasil bahwa
perairan Sungai Cikapundung Bandung telah tercemar dengan derajat
pencemaran sedang hingga tinggi. Nilai indeks diversitas Simpson dan
Shannon-Wiener yang diperoleh menunjukkan bahwa Sungai
Cikapundung telah tercemar berat dan semakin memperkuat hasil analisa
yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan parameter.

Pencemaran yang terjadi di aliran Sungai Cikapundung Bandung


ini karena lokasi sungai yang dekat dengan pemukiman warga sehingga
banyak warga sekitar sungai yang membuang limbah rumah tangganya
langsung ke aliran sungai. Selain itu, lokasi sungai ini berada di bawah
Jalan Siliwangi Bandung yang merupakan jalan yang cukup padat dilewati
oleh kendaraan sehingga banyak senyawa yang akan terakumulasi di
dalam air sungai ini.

DAFTAR PUSTAKA

43
Anonim. 2010. Profil Daerah. http://www.cikapundung.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=2&Itemid=3. Diakses pada
tanggal 23 Desember 2010

Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan


Pesisir. www.lapanrs.com/BINUS/hotnews/BUDIDAYA2005. Diakses
pada tanggal 19 Desember 2010.

Cole, Gerald A. 1994. Textbook of Limnology. Fourth edition. Waveland Press,


Inc. United States of America.

Godam. 2006. Ciri Habitat dan Ekosistem di Air Tawar dan Air Laut.
http://www.organisasi.org/ciri_ciri_habitat_dan_ekosistem_di_air_tawar_
dan_air_laut_ilmu_sains_biologi. Diakses pada tanggal 19 Desember
2010.

Lu&Lu. 2009. Das Cikapundung Sehat, Bersih dan Aman.


http://radenluki23.comxa.com/1_9_Sungai-Cikapundung.html. diakses
pada tanggal 23 Desember 2010

Nybakken, J.W.1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.


Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder COM. Philadelphia


125pp.

Riberu, P. 2002. Pembelajaran Ekologi.


http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.125-132%20Pembelajaran
%20Ekologi.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010

Salmin.2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)


sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana,
Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 –
26.www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno33.pdf. [30.01.2007]

44
______2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Nuara
Karang, adan Teluk Banten. Dalam: Foraminifera Sebagai
BioindikatorPencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin di Sungai
Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi
Riyono, eds.) P3O-LIPI hal 42-46.

Srikini, dkk.2000. Buku Penuntun Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi. Yogyakarta.

LAMPIRAN

45
Gambar 1. Vegetasi Sekitar Stasiun Gambar 2. Stasiun I

Gambar 3. Stasiun II Gambar 4. Stasiun III

Gambar 5. Pengambilan Data Arus Gambar 6. Pemukiman Warga di


Seberang Lokasi

46

Anda mungkin juga menyukai