DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I DAN II :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan laporan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. I.M Dengan
Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1 tepat
waktu.
Laporan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. I.M Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan
Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1 disusun guna memenuhi tugas sebagai
laporan telah mengikuti praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah 1 pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo. Selain itu,
kami juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Sistem Pencernaan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lusiane Adam, S.Kep,
M.Kes, dan Pak Yusrin Aswad, S.ST, M.Kes selaku Clinical Teaching dan Pak I Made
Santika, S.Kep, Ns. Ibu Nurliah, S.Kep, Ns, M.Kep. Ibu Raola Panai, S.Kep, Ns. Ibu
Alfitri Mustafa S.Kep, Ns, selaku Clinical Instruktur kami. Diharapkan tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan laporan ini.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
Page | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................2
D. MANFAAT.....................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
A. PENGERTIAN................................................................................................................3
B. ETIOLOGI......................................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS................................................................................................5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................6
F. KOMPLIKASI................................................................................................................7
G. PENATALAKSANAAN MEDIS...................................................................................8
H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TOERI.........................................................10
1. PENGKAJIAN..........................................................................................................10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................11
3. INTERVENSI............................................................................................................12
4. IMPLEMENTASI.....................................................................................................12
5. EVALUASI...............................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
TINJAUAN KASUS................................................................................................................13
BAB IV....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN...............................................................................................................31
B. SARAN............................................................................................................................31
DAFTARPUSTAKA..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh
keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau
ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin
ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme (Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita
diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus
menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia penderita
diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes
mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit
kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus,
reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik
akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain
ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi
kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan
retinopati dan makroangiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner & Suddarth,
2008).
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olahraga, atau latihan
fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang
dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan
ditempat tidur. (Brunner & Suddarth, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, kami merumuskan masalah “Bagaimanakah gambaran
pelaksanaan Asuhan keperawatan dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan Asuhan keperawatan Tn. I.M dengan
Diagnosa Medis Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan
Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1.
2. Tujuan Khusus
Kami mendapatkan pengalaman dalam Melaksanakan Asuhan keperawatan Tn. I.M
dengan Diagnosa Medis Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Gangguan Sistem Endokrin dan
Gangguan Sistem Pencernan di Ruangan Interna 1 dengan menerapkan proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
D. MANFAAT
Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu kami maupun teman - teman
lainnya untuk mengembangkan pengetahuan, wawasannya dan menambah pengalaman
dalam asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon).
Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana
elin, 2009).
B. ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti penyebab
dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) > 200 mg/dL → diabetes
C. PATOFISIOLOGI
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda- tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe
II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya
air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali
merasa lapar yang luar biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit
seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf
rusak terutama bagian perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama
dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena
kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji
selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan
tersebut harus < dari 140 mg/dl.
d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah
diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.
F. KOMPLIKASI
Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor,
yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
a. Komplikasi Metabolik Akut
a) Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang
non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat
seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah
yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme
mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik
(HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut,
namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik
dan dehidrasi berat.
a. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat menerima
insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Tingkatan hypoglikemia adalah sebagai berikut:
1) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.
2) Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
3) Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya.
Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi biasanya
berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2-4 tablet glukosa
yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau
madu. Bagi pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau menolak terapi, preparat
glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon yang
diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama terapi
DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan
DM, yaitu :
1) Diet
2) Latihan/ Olahraga.
3) Penyuluhan
4) Obat-Obatan
H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TOERI
1. PENGKAJIAN
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan
cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Santosa, Budi. 2008) diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
3. INTERVENSI
1. Manajemen Nyeri
2. Perawatan Sirkulasi
3. Pemantauan Respirasi
4. Perawatan Integritas Kulit
5. Dukungan Ambulasi
6. Pencegahan Infeksi
7. Manajemen Nutrisi
8. Dukungan Tidur
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dimana kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya (Padila, 2012). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. Identitas Klien
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
Suku : Gorontalo
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
B. Penanggung Jawab
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : IRT
1. Alasan Masuk RS : Klien masuk RS pada tanggal 3 April 2021 pukul 22.00
dengan keluhan
3. Keluhan Saat Pengkajian : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 april
2021 pukul 09.00 klien mengeluh nyeri ulu hati dan dirasakan ketika klien makan
makanan yang berminyak, pedas dan asam, klien mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri seperti di tusuk-tusuk dirasakan dibagian ulu hati dan tembus ke
belakang, klien mengatkan nyeri dirasakan kurang lebih 2 menit. Klien mengeluh
kedua kaki kram/ kesemutan, Klien mengatkan penglihatan jarak jauh kabur, Klien
mengatakan sering buang air kecil. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, Klien
mengatakan mual dan muntah ketika melihat makanan, Klien mengatakan frekuensi
mual dan muntah 3 x dalam sehari .Klien mengatakan porsi makan tidak di habiskan,
klien mengatkan makan hanya 1 sampai 3 sendok, Klien mengatakan BB sebelum
sakit = 70 kg.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Genogram
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
Diabetes Melitus.
D. Riwayat psikososial
Klien memiliki hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat. Klien
mengatakan sebelum sakit, ketika ada masalah selalu membicarakannya dengan
keluarga. Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anak-
anaknya.
Klien beragama Islam. Sebelum sakit klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu di
Mesjid. Saat sakit klien jarang melakukan ibadah karena kondisi fisiknya tidak
memungkinkan.Kondisi lingkungan rumah
F. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Sebelum sakit : Klien makan nasi jagung 3x/hari, pola makan klien seimbang
klien suka makan sayur dan buah-buahan dengan porsi makan dihabiskan, tidak
ada mual dan muntah.
Saat sakit : Klien tidak ada nafsu makan, klien makan 3x/hari dengan
porsi makan tidak dihabiskan, klien hanya makan 1-3 sendok karena setiap
melihat makanan klien akan merasa mual dan muntah. Frekuensi mual dan
muntah 3x/hari
2) Cairan
Sebelum sakit : Klien minum kurang lebih 6-8 gelas/hari
Saat sakit : Klien mengatakan minum lebih dari 6-8 gelas/hari
3) Eliminasi
BAK
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK lancar 5-6x/hari dengan waktu tidak
menentu
Saat sakit : Klien mengatakan sering Buang Air Kecil, Frekuensi BAK
lebih dari 10 kali/hari karena disebabkan oleh penyakitnya.
BAB
Sebelum sakit : Frekuensi BAB 2-3x/hari, konsistensi padat, warna khas
(kuning) dan tidak ada masalah saat BAB
Saat sakit : Klien mengatakan selama di rawat dirumah sakit baru 1x
BAB
4) Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan pola tidur selama kurang lebih 5-8
jam/hari dan kadang tidur siang kurang lebih 1-2 jam/hari
Saat sakit : Klien mengatakan pola tidur tidak terganggu. Klien tidur
siang dari pukul 13.00-14.30 dan tidur malam dari pukul 21.30-06.00. Klien
hanya terbangun jika ingin BAK.
5) Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
Saat sakit : Klien tidak mampu melakukan kegiatan dan masih di bantu
keluarga saat melakukan aktivitas
6) Personal Hygiene
Sebelum sakit : Klien mandi 2x/hari menggunakan sabun dan shampo dan
berpakaian rapi
Saat sakit : Klien mengatakan klien hanya membersihkan menggunakan
tissu basah di bantu oleh keluarga. Klien sehari-harinya di bantu keluarga untuk
mengganti pakaian
7) Oral Hygiene
Sebelum sakit : Klien membersihkan dan menyegarkan mulut menggunakan
sikat gigi dan odol 3x/hari
Saat sakit : Klien tidak teratur membersihkan dan menyegarkan mulut
dengan frekuensi 1x/hari
8) Rekreasi
Sebelum sakit : klien diwaktu libur jalan-jalan dengan keluarga dan orang-
orang terdekat klien
Saat sakit : belum pernah karena saat ini klien masih kesulitan
melakukan aktivitas secara mandiri
A. Keadaan Umum
B. Pemeriksaan Sistematik
1. Sistem Penginderaan
a. Mata : Posisi mata simetris, tidak ada peradangan, kelopak mata normal,
kongjungtiva merah muda, sklera tampak putih bersih, pergerakan bola mata
normal, pupil isokor
b. Telinga : Struktur simetris, daun telinga normal, kondisi telinga normal, terdapat
serumen berwarna kuning kecoklatan, tidak ada bau, tidak ada cairan dari telinga,
tidak menggunakan alat bantu
c. Hidung : Struktur simetris, lubang hidung tampak bersih, klien tampak terpasang
oksigen, tidak ada peradangan, tidak ada polip dan tidak ada secret, fungsi
penciuman masih normal
d. Mulut dan kerongkongan : Mukosa bibir kering dan berwarna agak kehitaman,
tidak ada sariawan, lidah tampak putih dan kotor
2. Sistem Pernapasan
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama, tidak menggunakan otot bantu
penapasan, irama napas teratur, tidak ada bunyi napas tambahan.
3. Sistem Kardiovaskuler
Tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan, batas jantung normal, bunyi
jantung normal.
4. Sistem Pencernaan
Warna kulit merata, bentuk abdomen simetris, gerakan abdomen normal, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada pembengkakan, terdapat nyeri tekan epigastrium,
keadaan anus tidak dilakukan pengkajian.
5. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak nyeri di bagian pinggang, ginjal kanan kiri saat di palpasi
tidak teraba, tidak terjadi distensi kandung kemih.
6. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada pembesaran getah bening, nafas
klien tidak berbau, terjadi Poliuria.
7. Sistem Persarafan
Nervus V : pada saat mata klien ditutup klien masih bisa merasakan bagian wajah
yang disentuh dengan menggunakan kapas, klien dapat melakuka gerakan
mengunyah.
Nervus VII : klien dapat melakukan ekpresi wajah, seperti tersenyum dengan bibir
yang simetris.
Nervus VIII : pendengaran klien normal dengan menggunakan tes rine, weber
Nervus IX : adanya refleks muntah pada klien Nervus X : refleks menelan baik
Nervus XI : klien dapat mengangkat bahu sebelah kanan dan kiri
Nervus XII : klien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat digerakkan ke atas, bawah,
kanan dan kiri
8. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk anggota gerak ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak terjadi nyeri pada
tulang sendi, tidak terdapat fraktur.
9. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit sedang, jenis kulit kering.
a. Laboratorium :
KLASIFIKASI DATA
DO :
- Klien tampak meringis
- Nyeri tekan epigastrium
- Skala nyeri 5
- Klien tampak melindungi daerah
epigastrik yang nyeri
NO DATA (DS & DO) ETIOLOGI MASALAH
Hiperglikemia
KETIDAKSTABILA
N KADAR
GLUKOSA DARAH
NO DATA (DS & DO) ETIOLOGI MASALAH
DO :
- BB klien pada saat sakit 46
kg.
- Klien tampak lemas
- Mukosa bibir tampak kering
- Klien tampak kurus
- IMT pasien kategori kurus
46 kg
=17,9
1,60 m x 1,60 m
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN
KEPERAWATAN INTERVENSI
KERITERIA HASIL
1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri:
Kategori : psikologis keperawatan selama 3x24 O:
Sub kategori : nyeri dan jam diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi,
kenyamanan nyeri menurun dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
Definisi : pengalaman Kriteria hasil: kualitas, intersitas nyeri.
sensorik atau emosional -keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi faktor yang
yang berkaitan dengan - meringis menurun (5) memperberat dan memperingan
kerusakan jaringan aktual nyeri
atau fungsional dengan T:
omset mendadak atau - Berikan teknik nonfarmakologi
lambat dan berintensitas untuk mengurangi rasa nyeri
ringan hingga berat yang (mis. Teknik relaksasi napas
berlangsung kurang dari 3 dalam)
bulan E:
Berhubungan dengan : - Jelaskan penyebab dan pemicu
agen pencedera fisiologis nyeri.
(implamasi) - Jelaskan strategi meredakan
Dibuktikan dengan : nyeri
Ds :
- Klien mengeluh nyeri K:
di ulu hati tembus ke - Kolaborasi pemberian analgetik
belakang jika perlu
P = klien mengatakan - Kolaborasi Pemberian
nyeri dirasakan ketika antiemetik, jika perlu
pasien makan makanan
yang berminyak ,pedas
dan asam
Q =klien mengatakan
nyeri dirasakan hilang
timbul
R = klien mengatakan
nyeri seperti di tusuk-
tusuk
S = klien mengatkan
skala nyeri 5( sedang )
T = klien mengatkan
nyeri dirasakan kurang
lebih 2 menit
Do :
- Klien tampak
meringis
- Nyeri tekan
epigastrium
- Skala nyeri 5
- (sedang)
- Klien tampak
melindungi daerah
epigastrik yang nyeri
Do :
- Kadar glukosa darah
210 mg/dl
- Klien tampak lemas
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan remaja
berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan remaja terutama
merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga
suntikan insulin inerupakan satusatunya cara pengobatan.
Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi
atau normal yang disebut resistensi insulin.Gejala klinik diabetes mellitus berupa poliuria,
polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensia (pada
pria), pruritus vulvae (pada wanita).
B. SARAN
Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga pengertian
masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.
Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus
Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu
agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.
Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi penyandang cacat
akibat diabetes.
Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olah raga, mengatur diit
serta dalam cara meminum obat
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
& Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
& Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Tim Pokja
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Tim Pokja SLKI DPP
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Yuliana Elin, Andrajat Retnosari,
2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI