Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. I.

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DAN SISTEM PENCERNAAN


“DIABETES MELITUS TIPE 2 ” DI RUANGAN INTERNA 1

RSUD TOTO KABILA

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I DAN II :

ALDI BAKARI 751440119067


ANASTASIA PUTRI BUMULO 751440119068
MERVIANTI IBRAHIM 751440119076
SANDY LUTFI HUMOLUNGO 751440119089
SOPYAN LAKI 751440119090
SISILIA PAKAYA 751440119091
ZULKARNAIN MOPILI 751440119099

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan laporan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. I.M Dengan
Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1 tepat
waktu.

Laporan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. I.M Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan
Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1 disusun guna memenuhi tugas sebagai
laporan telah mengikuti praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah 1 pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo. Selain itu,
kami juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Sistem Pencernaan.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lusiane Adam, S.Kep,
M.Kes, dan Pak Yusrin Aswad, S.ST, M.Kes selaku Clinical Teaching dan Pak I Made
Santika, S.Kep, Ns. Ibu Nurliah, S.Kep, Ns, M.Kep. Ibu Raola Panai, S.Kep, Ns. Ibu
Alfitri Mustafa S.Kep, Ns, selaku Clinical Instruktur kami. Diharapkan tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan laporan ini.

Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan laporan ini.

Gorontalo, 08 April 2021

Penulis

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................2
D. MANFAAT.....................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
A. PENGERTIAN................................................................................................................3
B. ETIOLOGI......................................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS................................................................................................5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................6
F. KOMPLIKASI................................................................................................................7
G. PENATALAKSANAAN MEDIS...................................................................................8
H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TOERI.........................................................10
1. PENGKAJIAN..........................................................................................................10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................11
3. INTERVENSI............................................................................................................12
4. IMPLEMENTASI.....................................................................................................12
5. EVALUASI...............................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
TINJAUAN KASUS................................................................................................................13
BAB IV....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN...............................................................................................................31
B. SARAN............................................................................................................................31
DAFTARPUSTAKA..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh
keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau
ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin
ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme (Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita
diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus
menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia penderita
diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes
mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit
kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus,
reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik
akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain
ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi
kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan
retinopati dan makroangiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner & Suddarth,
2008).
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olahraga, atau latihan
fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang
dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan
ditempat tidur. (Brunner & Suddarth, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, kami merumuskan masalah “Bagaimanakah gambaran
pelaksanaan Asuhan keperawatan dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan Asuhan keperawatan Tn. I.M dengan
Diagnosa Medis Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Gangguan Sistem Endokrin dan Gangguan
Sistem Pencernaan Di Ruangan Interna 1.

2. Tujuan Khusus
Kami mendapatkan pengalaman dalam Melaksanakan Asuhan keperawatan Tn. I.M
dengan Diagnosa Medis Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Gangguan Sistem Endokrin dan
Gangguan Sistem Pencernan di Ruangan Interna 1 dengan menerapkan proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

D. MANFAAT
Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu kami maupun teman - teman
lainnya untuk mengembangkan pengetahuan, wawasannya dan menambah pengalaman
dalam asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon).
Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana
elin, 2009).
B. ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti penyebab
dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) > 200 mg/dL → diabetes

C. PATOFISIOLOGI
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda- tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe
II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya
air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.

3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali
merasa lapar yang luar biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit
seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf
rusak terutama bagian perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama
dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena
kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji
selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan
tersebut harus < dari 140 mg/dl.
d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah
diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.

F. KOMPLIKASI
Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor,
yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
a. Komplikasi Metabolik Akut
a) Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang
non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat
seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah
yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme
mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik
(HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut,
namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik
dan dehidrasi berat.
a. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat menerima
insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral

yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Tingkatan hypoglikemia adalah sebagai berikut:
1) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.

2) Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
3) Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya.
Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi biasanya
berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2-4 tablet glukosa
yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau
madu. Bagi pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau menolak terapi, preparat
glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon yang
diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama terapi
DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan
DM, yaitu :
1) Diet
2) Latihan/ Olahraga.
3) Penyuluhan
4) Obat-Obatan
H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TOERI
1. PENGKAJIAN

Menurut (Santosa, Budi. 2008)


1. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat,
haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid,
beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda :
takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering
dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan
cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (Santosa, Budi. 2008) diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis


2. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah
3. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan intake glukosa sel berkurang
menyebabkan ketoasidosis hingga pernapasan kussmaul
4. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstremitas
5. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
6. Risiko Infeksi ditandai dengan penyakit kronis

7. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang


8. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

3. INTERVENSI

Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan Tindakan keperawatan dalam upaya
membantu, meningkatkan, memecahkan masalah, atau untuk memenuhi kebutuhan
pasien (Setiadi,2012). Intervensi yang digunakan sesuai SIKI 2018 adalah:

1. Manajemen Nyeri
2. Perawatan Sirkulasi
3. Pemantauan Respirasi
4. Perawatan Integritas Kulit
5. Dukungan Ambulasi
6. Pencegahan Infeksi
7. Manajemen Nutrisi
8. Dukungan Tidur

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pelaksanaan dari perencanaan intervensi untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan mefasilitasi koping (Nursalam,2013)

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dimana kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya (Padila, 2012). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. I.M

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DAN SISTEM PENCERNAAN DI


RUANGAN INTERNA 1 RSUD TOTO KABILA

PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 3 April 2021 Sumber Informasi : Klien

Ruang/Kelas : Interna 1/Kamar 02 Tanggal Pengkajian : 5 April 2021

Nomor Reg. : 00012452

Diagnosa Medis : DM tipe 2 dan Syndrom


Dispepsia

I. DATA DEMOGRAFI

A. Identitas Klien

Nama : Tn. I.M

Umur : 63 Tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Alamat : Paduwoma, Suwawa Timur

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Gorontalo

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani

B. Penanggung Jawab

Nama : Ny. S.I

Umur : 60 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan klien : Istri

Lain-lain (ASKES, JAMSOSTEK, Perusahaan) : BPJS

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Alasan Masuk RS : Klien masuk RS pada tanggal 3 April 2021 pukul 22.00
dengan keluhan

2. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri ulu hati

3. Keluhan Saat Pengkajian : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 april
2021 pukul 09.00 klien mengeluh nyeri ulu hati dan dirasakan ketika klien makan
makanan yang berminyak, pedas dan asam, klien mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri seperti di tusuk-tusuk dirasakan dibagian ulu hati dan tembus ke
belakang, klien mengatkan nyeri dirasakan kurang lebih 2 menit. Klien mengeluh
kedua kaki kram/ kesemutan, Klien mengatkan penglihatan jarak jauh kabur, Klien
mengatakan sering buang air kecil. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, Klien
mengatakan mual dan muntah ketika melihat makanan, Klien mengatakan frekuensi
mual dan muntah 3 x dalam sehari .Klien mengatakan porsi makan tidak di habiskan,
klien mengatkan makan hanya 1 sampai 3 sendok, Klien mengatakan BB sebelum
sakit = 70 kg.
B. Riwayat Kesehatan Lalu

Klien mengatakan pernah dirawat di Puskesmas dengan penyakit Diabetes Melitus,


klien mengatakan belum pernah dilakukan pembedahan, klien juga mengatakan
bahwa ia tidak memiliki riwayat alergi.

C. Riwayat kesehatan keluarga

1. Genogram

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
Diabetes Melitus.

D. Riwayat psikososial

Klien memiliki hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat. Klien
mengatakan sebelum sakit, ketika ada masalah selalu membicarakannya dengan
keluarga. Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anak-
anaknya.

E. Keadaan spritual pasien

Klien beragama Islam. Sebelum sakit klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu di
Mesjid. Saat sakit klien jarang melakukan ibadah karena kondisi fisiknya tidak
memungkinkan.Kondisi lingkungan rumah

1. Keadaan rumah dan lingkungannya : Keadaan rumah bersih


2. Status rumah : Milik sendiri

F. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
 Sebelum sakit : Klien makan nasi jagung 3x/hari, pola makan klien seimbang
klien suka makan sayur dan buah-buahan dengan porsi makan dihabiskan, tidak
ada mual dan muntah.
 Saat sakit : Klien tidak ada nafsu makan, klien makan 3x/hari dengan
porsi makan tidak dihabiskan, klien hanya makan 1-3 sendok karena setiap
melihat makanan klien akan merasa mual dan muntah. Frekuensi mual dan
muntah 3x/hari
2) Cairan
 Sebelum sakit : Klien minum kurang lebih 6-8 gelas/hari
 Saat sakit : Klien mengatakan minum lebih dari 6-8 gelas/hari
3) Eliminasi

BAK
 Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK lancar 5-6x/hari dengan waktu tidak
menentu
 Saat sakit : Klien mengatakan sering Buang Air Kecil, Frekuensi BAK
lebih dari 10 kali/hari karena disebabkan oleh penyakitnya.

BAB
 Sebelum sakit : Frekuensi BAB 2-3x/hari, konsistensi padat, warna khas
(kuning) dan tidak ada masalah saat BAB
 Saat sakit : Klien mengatakan selama di rawat dirumah sakit baru 1x
BAB
4) Istirahat Tidur
 Sebelum sakit : Klien mengatakan pola tidur selama kurang lebih 5-8
jam/hari dan kadang tidur siang kurang lebih 1-2 jam/hari
 Saat sakit : Klien mengatakan pola tidur tidak terganggu. Klien tidur
siang dari pukul 13.00-14.30 dan tidur malam dari pukul 21.30-06.00. Klien
hanya terbangun jika ingin BAK.
5) Aktivitas dan Latihan
 Sebelum sakit : Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
 Saat sakit : Klien tidak mampu melakukan kegiatan dan masih di bantu
keluarga saat melakukan aktivitas
6) Personal Hygiene
 Sebelum sakit : Klien mandi 2x/hari menggunakan sabun dan shampo dan
berpakaian rapi
 Saat sakit : Klien mengatakan klien hanya membersihkan menggunakan
tissu basah di bantu oleh keluarga. Klien sehari-harinya di bantu keluarga untuk
mengganti pakaian

7) Oral Hygiene
 Sebelum sakit : Klien membersihkan dan menyegarkan mulut menggunakan
sikat gigi dan odol 3x/hari
 Saat sakit : Klien tidak teratur membersihkan dan menyegarkan mulut
dengan frekuensi 1x/hari
8) Rekreasi
 Sebelum sakit : klien diwaktu libur jalan-jalan dengan keluarga dan orang-
orang terdekat klien
 Saat sakit : belum pernah karena saat ini klien masih kesulitan
melakukan aktivitas secara mandiri

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

1. Tingkat kesadaran : Composmentis


2. Tanda-tanda vital : TD = 120/70 mmHg Suhu = 36,7 °C
N = 80 x/menit RR = 18 x/menit
3. Tinggi badan : 160 cm
4. Berat badan : Sebelum sakit : 70 kg
Saat sakit : 46 kg

B. Pemeriksaan Sistematik

1. Sistem Penginderaan

a. Mata : Posisi mata simetris, tidak ada peradangan, kelopak mata normal,
kongjungtiva merah muda, sklera tampak putih bersih, pergerakan bola mata
normal, pupil isokor

b. Telinga : Struktur simetris, daun telinga normal, kondisi telinga normal, terdapat
serumen berwarna kuning kecoklatan, tidak ada bau, tidak ada cairan dari telinga,
tidak menggunakan alat bantu
c. Hidung : Struktur simetris, lubang hidung tampak bersih, klien tampak terpasang
oksigen, tidak ada peradangan, tidak ada polip dan tidak ada secret, fungsi
penciuman masih normal
d. Mulut dan kerongkongan : Mukosa bibir kering dan berwarna agak kehitaman,
tidak ada sariawan, lidah tampak putih dan kotor

2. Sistem Pernapasan

Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama, tidak menggunakan otot bantu
penapasan, irama napas teratur, tidak ada bunyi napas tambahan.

3. Sistem Kardiovaskuler

Tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan, batas jantung normal, bunyi
jantung normal.

4. Sistem Pencernaan

Warna kulit merata, bentuk abdomen simetris, gerakan abdomen normal, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada pembengkakan, terdapat nyeri tekan epigastrium,
keadaan anus tidak dilakukan pengkajian.

5. Sistem Perkemihan

Klien mengatakan tidak nyeri di bagian pinggang, ginjal kanan kiri saat di palpasi
tidak teraba, tidak terjadi distensi kandung kemih.

6. Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada pembesaran getah bening, nafas
klien tidak berbau, terjadi Poliuria.

7. Sistem Persarafan

GCS : E:4 V:5 M:6. Nervus :


Nervus I : klien dapat membedakan bau kopi dan minyak kayu putih
Nervus II : fungsi penglihatan jarak jauh kabur
Nervus III, IV, VI : klien dapat menggerakkan bolat mata ke lateral, samping kiri dan
samping kanan, refleks pupil terhadap cahaya +/+, tidak terdapat strabismus

Nervus V : pada saat mata klien ditutup klien masih bisa merasakan bagian wajah
yang disentuh dengan menggunakan kapas, klien dapat melakuka gerakan
mengunyah.
Nervus VII : klien dapat melakukan ekpresi wajah, seperti tersenyum dengan bibir
yang simetris.

Nervus VIII : pendengaran klien normal dengan menggunakan tes rine, weber

Nervus IX : adanya refleks muntah pada klien Nervus X : refleks menelan baik
Nervus XI : klien dapat mengangkat bahu sebelah kanan dan kiri

Nervus XII : klien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat digerakkan ke atas, bawah,
kanan dan kiri

8. Sistem Muskuloskeletal

Bentuk anggota gerak ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak terjadi nyeri pada
tulang sendi, tidak terdapat fraktur.

9. Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang, turgor kulit sedang, jenis kulit kering.

10. Sistem Reproduksi

Klien menolak saat dilakukan pengkajian

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium :

Tanggal Pemeriksaan : 04 April 2021


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
Hemoglobin 13,1 g/Dl 11-17
Leukosit 12,9 103/µL 4,0-10,0
Eritrosit 4,16 103/µL 4.00-6.20
Hematokrit 39,0 % 35,0-55,0
Trombosit 253 103/µL 150-400
Ureum 14 Mg/dL 10-43
Kreatinin 1,24 Mg/Dl 0,50-1,30
Natrium 133 Mmol/Dl 136-145
Kalium 2,8 Mmol/dL 3,5-5,1

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


Gula Darah Sewaktu mg/dL 70-140
V. TINDAKAN MEDIK / PENGOBATAN
1. IVFD NaCl 0,9% 20 TPM Melalui IV
2. Keterolac 1% / 8 jam Melalui IV
3. Omeprazole 40 mg / 12 jam Melalui IV
4. Sucralfate Syr Melalui Oral
5. Novorapid 3x6 unit

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengeluh nyeri di ulu hati tembus ke - KU Lemah
belakang - Klien tampak meringis
P = klien mengatakan nyeri dirasakan - Nyeri tekan epigastrium
ketika pasien makan makanan yang - Skala nyeri 5
berminyak ,pedas dan asam - Klien tampak melindungi
Q =klien mengatakan nyeri dirasakan daerah epigastrik yang nyeri
hilang timbul - Kadar glukosa darah 210
R = klien mengatakan nyeri seperti di mg/dl
tusuk-tusuk - Klien tampak lemas
S = klien mengatkan skala nyeri 5 (sedang) - BB klien pada saat sakit 46 kg.
T = klien mengatkan nyeri dirasakan - Klien tampak lemas
kurang lebih 2 menit - Mukosa bibir tampak kering
- Klien mengeluh kedua kaki kram/ - Klien tampak kurus
kesemutan - IMT pasien kategori kurus
- Klien mengatkan penglihatan jarak jauh 46 kg
=17,9
kabur 1,60 m x 1,60 m
- Klien mengatakan buang air kecil dengan
frekuensi sering
- Klien mengeluh tidak nafsu makan
- Klien mengatakan mual dan muntah ketika
melihat makanan
- Klien mengatakan frekuensi mual dan
muntah 3 x dalam sehari .
- Klien mengatakan porsi makan tidak di
habiskan, klien mengatkan makan hanya 1
sampai 3 sendok
- Klien mengatakan BB sebelum sakit = 70
kg
ANALISA DATA

NO DATA (DS & DO) ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Intake makanan NYERI AKUT
- Klien mengeluh nyeri di ulu hati Kurang
tembus ke belakang
P = klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika pasien makan Lambung kosong
makanan yang berminyak, pedas
dan asam
Q =klien mengatakan nyeri Erosi pada lambung
dirasakan hilang timbul
R = klien mengatakan nyeri karena gesekan
seperti di tusuk-tusuk dinding lambung
S = klien mengatkan skala nyeri 5
(sedang)
T = klien mengatkan nyeri NYERI AKUT
dirasakan kurang lebih 2 menit

DO :
- Klien tampak meringis
- Nyeri tekan epigastrium
- Skala nyeri 5
- Klien tampak melindungi daerah
epigastrik yang nyeri
NO DATA (DS & DO) ETIOLOGI MASALAH

2. DS : Usia, pola makan, KETIDAKSEIMBANGAN


KADAR GLUKOSA
- Klien mengeluh kedua kaki obesitas
DARAH
kram/ kesemutan
- Klien mengatkan penglihatan
jarak jauh kabur Resisten insulin
- Klien mengatakan buang air
kecil dengan frekuensi sering
DM tipe 2
DO :
- Kadar glukosa darah 210
mg/dl Pankreas berhenti
- Klien tampak lemas memproduksi insulin

Hiperglikemia

KETIDAKSTABILA
N KADAR
GLUKOSA DARAH
NO DATA (DS & DO) ETIOLOGI MASALAH

3. DS : Glukosa intrasel DEFISIT


- Klien mengeluh tidak nafsu NUTRISI
makan
Glukoneogenesis
- Klien mengatakan mual dan
muntah ketika melihat
makanan Peningkatan cadangan
- Klien mengatakan frekuensi
mual dan muntah 3 x dalam lemak dan protein
sehari .
- Klien mengatakan porsi makan
tidak di habiskan, klien BB menurun
mengatkan makan hanya 1
sampai 3 sendok
- Klien mengatakan BB sebelum DEFISIT NUTRISI
sakit = 70 kg

DO :
- BB klien pada saat sakit 46
kg.
- Klien tampak lemas
- Mukosa bibir tampak kering
- Klien tampak kurus
- IMT pasien kategori kurus
46 kg
=17,9
1,60 m x 1,60 m
RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN
KEPERAWATAN INTERVENSI
KERITERIA HASIL
1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri:
Kategori : psikologis keperawatan selama 3x24 O:
Sub kategori : nyeri dan jam diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi,
kenyamanan nyeri menurun dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
Definisi : pengalaman Kriteria hasil: kualitas, intersitas nyeri.
sensorik atau emosional -keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi faktor yang
yang berkaitan dengan - meringis menurun (5) memperberat dan memperingan
kerusakan jaringan aktual nyeri
atau fungsional dengan T:
omset mendadak atau - Berikan teknik nonfarmakologi
lambat dan berintensitas untuk mengurangi rasa nyeri
ringan hingga berat yang (mis. Teknik relaksasi napas
berlangsung kurang dari 3 dalam)
bulan E:
Berhubungan dengan : - Jelaskan penyebab dan pemicu
agen pencedera fisiologis nyeri.
(implamasi) - Jelaskan strategi meredakan
Dibuktikan dengan : nyeri
Ds :
- Klien mengeluh nyeri K:
di ulu hati tembus ke - Kolaborasi pemberian analgetik
belakang jika perlu
P = klien mengatakan - Kolaborasi Pemberian
nyeri dirasakan ketika antiemetik, jika perlu
pasien makan makanan
yang berminyak ,pedas
dan asam
Q =klien mengatakan
nyeri dirasakan hilang
timbul
R = klien mengatakan
nyeri seperti di tusuk-
tusuk
S = klien mengatkan
skala nyeri 5( sedang )
T = klien mengatkan
nyeri dirasakan kurang
lebih 2 menit
Do :
- Klien tampak
meringis
- Nyeri tekan
epigastrium
- Skala nyeri 5
- (sedang)
- Klien tampak
melindungi daerah
epigastrik yang nyeri

2. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia


glukosa darah ( D. 0027) keperawatan selama 3x24 O:
Kategori : fisiologis jam diharapkan kestabilan - Identifikasi kemungkinan
Subkategori : Nutrisi dan glukosa darah meningkat penyebab hiperglikemia
cairan dengan kriteria hasil: - Monitor kadar glukosa
Definisi : Variasi kadar - Kadar glukosa dalam jika perlu.
glukosa darah naik/turun darah membaik (5) - Monitor tanda dan gejala
dari rentang normal. - Jumlah urine membaik hiperglikemia (mis.
Berhubungan dengan (5) Poliuria).
disfungsi pangkreas - Lemas menurun (5) - Monitor intake dan output
dibuktikan dengan cairan
Ds : T:
- Klien mengeluh - Berikan asupan cairan oral
kedua kaki kram/ E:
kesemutan - Anjurkan menghindari
- Klien mengatkan olahraga saat kadar glukos
penglihatan jarak lebih dari 250 mg/dl
jauh kabur K:
- Klien mengatakan - Kolaborasi pemberian
buang air kecil insulin jika perlu.
dengan frekuensi - Kolaborasi pemberian
sering cairan IV jika perlu

Do :
- Kadar glukosa darah
210 mg/dl
- Klien tampak lemas

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


(D.0019) keperawatan selama 3x24 O:
Kategori : fisiologis jam di harapkan status - Identifikasi status nutrisi
Sub kategori : nutrisi nutrisi membaik dengan - Identifikasi alergi dan
dan cairan kriteria hasil : intoleransi makanan
Definisi : asupan - Berat badan sedang (3) - Monitor asupan makanan
nutrisi tidak cukup - Imt sedang (3) - Monitor berat badan
untuk memenuhi - Porsi makan yang T:
kebutuhan dihabiskan meningkat - Lakukan oral hygiene sebelum
metabolisme (5) makan, jika perlu.
berhubungan dengan - Nafsu makan membaik E:
faktor psikologis (5) - Anjurkan klien untuk tetap
(keengganan untuk - Membran mukosa (5) mengkonsumsi makanan
makan). Dibuktikan K:
dengan - Kolaborasi dengan ahli gizi
Ds : untuk menentukan jumlah
- Klien mengeluh kalori dan jenis nutrisi yang
tidak nafsu makan dibutuhkan jika perlu.
- Klien mengatakan
mual dan muntah
ketika melihat
makanan
- Klien mengatakan
frekuensi mual dan
muntah 3 x dalam
sehari .
- Klien mengatakan
porsi makan tidak
di habiskan, klien
mengatkan makan
hanya 1 sampai 3
sendok
- Klien mengatakan
BB sebelum sakit
=70 kg
DO :
- BB klien pada saat
sakit 46 kg.
- Klien tampak
lemas
- Mukosa bibir
tampak kering
- Klien tampak
kurus
- IMT pasien
kategori kurus
46 kg
=17,9
1,60 m x 1,60 m
HAR NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
I DX
Senin D.007 Manajemen nyeri: S:
5-4- 7 10.30 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, - Klien masih
2021 durasi, frekuensi, kualitas, intersitas mengeluh nyeri di
nyeri dengan hasil : ulu hati tembus ke
• Klien mengeluh nyeri di ulu hati belakang
tembus ke belakang - P = klien masi
• P = klien mengatakan nyeri mengatakan nyeri
dirasakan ketika pasien makan dirasakan ketika
makanan yang berminyak pasien makan
,pedas dan asam makanan yang
• Q =klien mengatakan nyeri berminyak ,pedas dan
dirasakan hilang timbul asam
• R = klien mengatakan nyeri - Q =klien masi
seperti di tusuk-tusuk mengatakan nyeri
• S = klien mengatkan skala nyeri dirasakan hilang
5 (sedang) timbul
• T = klien mengatkan nyeri - R = klien masi
dirasakan kurang lebih 2 menit mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk
- S = klien masi
- Mengidentifikasi faktor yang mengatkan skala
10.45 memperberat dan memperingan nyeri nyeri 5( sedang)
dengan hasil: - T = klien masi
 Faktor yang memperberat mengatkan nyeri
Ketika pasien makan-makanan dirasakan kurang
yang berminyak, asam dan lebih 2 menit
pedas O:
 Faktor yang memperingan - Klien masih tampak
Ketika pasien selesai minum meringis
obat keterolac - Masih ada Nyeri
tekan epigastrium
- Memberikan teknik nonfarmakologi - Skala nyeri masi
10.55 untuk mengurangi rasa nyeri (mis. 5(sedang)
Teknik relaksasi napas dalam) dengan - Klien masi tampak
hasil: melindungi daerah
Klien menarik napas dalam dari epigastrik yang
hidung dan perlahan-lahan udara di nyeri
hembuskan melalui mulut sebanyak 3 A : Masalah Keperawatan Nyeri
kali sambal memejamkan mata dan Akut Belum Teratasi
konsentrasi di pusatkan pada daerah
P : Lanjutkan Intervensi
yang nyeri.
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
11.00 - Menjelaskan penyebab, dan pemicu
frekuensi, kualitas,
nyeri.dengan hasil :
intersitas nyeri.
Perawat menyelaskan ke pasien
- Identifikasi faktor yang
penyebab nyeri Ketika pasien telat
memperberat dan
makan atau makan makanan yang
memperingan nyeri
terlalu asam, pedas dan berminyak.
- Berikan teknik
11.10 - Menjelaskan strategi meredakan nyeri nonfarmakologi untuk
Dengan hasil : mengurangi rasa nyeri
Klien sudah mengerti tentang strategi (mis. Teknik relaksasi
meredakan nyeri dengan Teknik napas dalam)
relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian
11.15 - Melakukan Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
analgetik jika perlu
Dengan hasil : - Kolaborasi Pemberian
Pasien diberikan obat injeksi ketorolac 1 %/8 antiemetik, jika perlu
jam melalui iv
11.20 - Melakuakn Kolaborasi pemberian obat
antiemetic dengan hasil:
Pasien diberikan obat omeprazole 40 mg /12
jam melalui IV dan obat sucralfate syr
diberikan melalui oral.

Senin d.0027 11.30 Manajemen hiperglikemia S:


5-4- - Mengidentifikasi kemungkinan - Klien masi mengeluh
2021 penyebab hiperglikemia kedua kaki kram/
Dengan hasil : kesemutan
 Penyebab hiperglikemia - Klien masi
adalah makanan karena mengatkan
pasien dengan diabetes penglihatan jarak jauh
militus tipe ll kabur
- Memonitor kadar glukosa jika - Klien masi
11.35 perlu. mengatakan buang air
Dengan hasil : kencing dengan
 Kadar glukosa pada frekuensi sering
pemeriksaan lab pada
tanggal 3 april = 210 O:
mg/dl - Kadar glukosa darah
11.40 - Memonitor tanda dan gejala 210 mg/dl
hiperglikemia (mis. Poliuria). - Klien tampak lemas
Dengan hasil :
 Klien mengatakan sering A : Masalah Keperawatan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa
BAK
Darah Belum Teratasi
- Memonitor intake dan output
11.50 cairan dengan hasil : P : Lanjutkan Intervensi
 Intake klien minum lebih - Monitor kadar glukosa
dari 1 liter perhari jika perlu.
 Output klien tidak dapat - Monitor tanda dan gejala
dihitung karena frekuensi hiperglikemia (mis.
BAK pasien lebih sering Poliuria).
- Memberikan asupan cairan oral
dengan hasil: - Kolaborasi pemberian
11.55  Kebutuhan cairan di insulin jika perlu.
konsumsi klien pada saat - Kolaborasi pemberian
sakit lebih dari 1 liter/hari cairan IV jika perlu
- Menganjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukos lebih
12.05 dari 250 mg/dl
 Setelah di edukasi oleh
perawat Klien sudah
mengerti dan paham
Ketika kadar glukosa
lebih dari 250 mg/dl,klien
akan menghindari
olahraga
- Melakukan kolaborasi pemberian
insulin jika perlu.dengan hasil :
12.10
 Klien diberikan obat
novorapid 3 x 6 unit
- Melakukan Kolaborasi
pemberian cairan IV jika perlu
12.15 dengan hasil:
 Klien dipasangkan IFVD
Nacl 0,9 % / 20 TPM

Senin D.001 Manajemen nutrisi S:


5-4- 9 12.25 - Mengidentifikasi status nutrisi - Klien masi
2021 Dengan hasil : mengeluh tidak
 status nutrisi klien nafsu makan
kategori kurus dengan - Klien masi
hasil mengatakan mual
IMT = 46/2,56 = 17,9. dan muntah ketika
12.35 - Identifikasi alergi dan intoleransi melihat makanan
makanan dengan hasil : - Klien masi
 Pasien menghindari mengatakan
makanan yang manis, frekuensi mual dan
pedas dan berminyak muntah 3 x dalam
karena pasien mengidap sehari .
DM tipe 11 dan - Klien masi
dispepsia mengatakan porsi
makan tidak di
12.45
- Monitor asupan makanan habiskan, klien
Dengan hasil : mengatkan makan
 Klien hanya makan 1 hanya 1 sampai 3
sampai 3 sendok bubur sendok
setiap kali makan . O:
- Monitor berat badan - BB klien pada saat
12.50 Dengan hasil : sakit masih 46 kg.
 Hasil berat badan klien - Klien masih tampak
setelah di timbang lemas
adalah 46 kg - Mukosa bibir masi
tampak kering
13.00 - melakukan oral hygiene sebelum - Klien masi tampak
makan, jika perlu, dengan hasil : kurus
 Sebelum dan sesudah - IMT masi pasien
makan pasien sering kategori kurus
membersikan mulut dan 46 kg
=17,9
13.10 tangan . 1,60 m x 1,60 m
- Menganjurkan klien untuk tetap
mengkonsumsi makanan A : Masalah Keperawatan
Dengan hasil ; Defisit Nutrisi Belum Teratasi
 Klien sudah paham dan
P : Lanjutkan Intervensi
mengerti untuk
menambah berat badan - Identifikasi status
agar menjadi ideal, nutrisi
pasien harus makan. - Identifikasi alergi dan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intoleransi makanan
13.20 - Monitor asupan
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan jika perlu. makanan
- Monitor berat badan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan remaja
berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan remaja terutama
merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga
suntikan insulin inerupakan satusatunya cara pengobatan.

Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi
atau normal yang disebut resistensi insulin.Gejala klinik diabetes mellitus berupa poliuria,
polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensia (pada
pria), pruritus vulvae (pada wanita).

Manfaat olah raga :

 Meningkatkan kemampuan gerak


 Meningkatkan derajat sehat dinamis
 Awet muda dalam kemampuan fungsional
 Meningkatkan kualitas hidup
 Menyembuhkan diabetes
 Mencegah terjadinya penyakit gangguan aliran darah (PJK, stroke)
 Menyembuhkan PJK yang ringan

B. SARAN
 Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga pengertian
masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.
 Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus
 Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu
agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.
 Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi penyandang cacat
akibat diabetes.
 Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olah raga, mengatur diit
serta dalam cara meminum obat
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
& Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
& Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Tim Pokja
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Tim Pokja SLKI DPP
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Yuliana Elin, Andrajat Retnosari,
2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI

Anda mungkin juga menyukai