Makalah Kel.7 Bu Nadya S18A
Makalah Kel.7 Bu Nadya S18A
B. PENYEBAB
Etiologi, Menurut Stuart (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
FAKTOR PRESDISPOSISI :
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi
(post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.
FAKTOR PRESIPITASI :
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).
1)Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.
2)Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
3)Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang
menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
4)Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah dia
merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata.
5)Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
2. SARAN
F. DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.