Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

MASALAH GANGGUAN JIWA HALUSINASI


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
Keperawatan Jiwa II

Dosen pengampu : Nadya Puspita Adriana, S.Psi.,M.Psi.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


1. BAGUS PUTRO PAMUNGKAS (S18009)
2. IKA FAUZIYYAH RAMADANI (S18024)
3. IRFAN ANSHORY (S18025)
4. PINKA ERNIYANTI (S18038)
5. TRISKI PURJIANTI (S18049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020/2021
A. KASUS
Nn. D berusia 22 tahun belum menikah datang ke rumah sakit diantar
ibunya dengan keluhan sakit kepala. Pasien mengatakan lupa kapan tepatnya
munculnya gejala tersebut, namun sakit ini sudah cukup lama dirasakan dan
sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari seperti membantu ibunya
membersihkan rumah. Sakit kepala membaik dengan beristirahat, tetapi jika
pasien berjalan sakit kepalanya dirasakan lebih berat dan terkadang pasien
sempoyongan. Setelah dilakukan pengkajian Pasien mengatakan sedang sedih
karena tidak bisa membantu ibunya. Pasien juga mengatakan sering
mengalami hal aneh secara tiba-tiba yaitu mendengar suara-suara yang tidak
didengar ibunya. Suara-suara yang didengar pasien adalah suara laki-laki atau
suara anak kecil yang terdengar cukup keras di kedua telinga. Suara tersebut
mengejeknya karena ia tidak bekerja dan menyuruhnya untuk tidak perlu
membantu ibunya. Selain itu pasien juga melihat bayangan laki-laki atau anak
kecil yang terkadang mengganggunya dengan menarik-narik rambutnya serta
meloncat-loncat di atas tempat tidurnya. Pasien juga mengeluh dirinya sulit
untuk tidur lelap dan sering terbangun di tengah malam karena suara aneh
tersebut. Pasien juga mengatakan sering menyendiri. Ibu pasien mengatakan
nafsu makan pasien berkurang sejak satu bulan yang lalu. Ibuk pasien
mengatakan suara dan bayangan aneh itu muncul ketika pasien sedang
melamun dan menyediri. Ibu pasien juga mentakan pasien sering marah-marah
dan teriak- teriak karena mendengar suara-suara aneh. Ibu pasien mengatakan
sebelumnya pasien adalah anak yang baik dan penurut.

B. PENYEBAB
Etiologi, Menurut Stuart (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
FAKTOR PRESDISPOSISI :
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi
(post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.
FAKTOR PRESIPITASI :
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).
1)Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.
2)Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
3)Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang
menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
4)Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah dia
merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata.
5)Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.

C. PENANGANAN SUPPORTIVE ENVIROMENT


D. TERAPI YANG DIGUNAKAN DAN PERAN PERAWAT
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPILAN

2. SARAN

F. DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai