Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan adanya perubahan

dari berbagai aspek. Dimulai dari janin yang berasal dari kandungan seorang

ibu, kemudian menjadi bayi ketika sudah di lahirkan, memasuki masa remaja,

dewasa, dan menjadi lansia karena mengalami proses tumbuh kembang.

Menurut Soetjiningsih (2013, h. 2) menyatakan bahwa istilah tumbuh

kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang berbeda, tetapi saling

berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan (growth) adalah proses peningkatan yang ada pada diri

seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal ukuran.

Peningkatan karena kesempurnaan dan bukan karena penambahan bagian

yang baru seperti tinggi badan, lebar panggul, ketebalan dada, berat badan.

(Susanti, Karimah, Pratama, dan Wijaya, 2018)

Perkembangan atau development adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif dan kualitataif. Perkembangan juga ialah bertambahnya

kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek, dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel

tubuh, jaringan tubuh, organ, dan siste organ yang berkembang sedemikian

rupa sehingga masing-masing dapat mememnuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku


sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan

perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu/koheren. Progresif

mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan

cenderung maju ke depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang

terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan berikutnya (Soetjiningsih, 2013, h. 3)

Menurut Sudirjo dan Alif (2018 h.2) menyatakan bahwa terjadi

perubahan dalam aspek-aspek fisik, motorik, pikiran, emosi dan sosial. Pola-

pola perubahan mula-mula bersifat meningkat, kemudian menurun.

Peningkatan terjadi dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan

kematangan. Penurunan terjadi dalam proses penuaan.

Menurut Soetjiningsih (2013, h. 12-13) menyatakan bahwa tahap tumbuh

kembang anak dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu masa pranatal, masa bayi dan

masa anak dini, masa prasekolah, masa praremaja, dan masa remaja yang

memiliki perbedaan dalam tumbuh kembang utamanya.

Menurut Soetjiningsih (2013, h 125-128) menyatakan bahwa hal hal yang

harus diperhatikan dalam mengetahui tumbuh kembang anak, adalah sebagai

berikut:

1. Riwayat pranatal dan perinatal

Riwayat pranatal dan perinatal merupakan faktor yang

penting untuk mengetahui perkembangan anak. Tanyakan hal-hal

tentang riwayat kehamilan dan persalinan. Untuk mengetahui

apakah adanya gangguan perkembangan fisik dan mental anak,


termasuk faktor resiko untuk gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, cerebal palsy, dan sebagainya.

2. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur harus dibedakan antara bayi prematur

(SMK = Sesuai Masa Kehamilan) dan bayi dismatur (KMK = Kecil

Masa Kehamilan), pada KMK telah terjadi retardasi pertumbuhan

intrauteri.

Pada bayi prematur, karena lahir lebih cepat daripada

kelahiran normal, harus diperhitungkan periode pertumbuhan

intraurteri yang tidak sempat dilalui. Sementara itu, pada bayi

pascamatur (lewat bulan), masih belum jelas apakah keterlamatan

lahirnya perlu diperhitungkan atau tidak, karna bay pasca-matur

sering disertai dengan insufisiensi plasenta.

3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak

Untuk meneliti perkembangan motorik anak, harus

ditanyakan berat badan, stimulasi yang siberikan, apakah anak

sering digendong/memakai baby walker, atau hal-hal lain yang erat

hubungannya dengan perkembangan motorik tersebut.

4. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang

Penyakit, terutama penyakit kronis yang diderita anak sering

kali memengaruhi tumbuh kembangnya. Antara lain asma, alergi,

penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal kronis/sindrom nefrotik,

TB, Kecacingan, dan sebagainya.


5. Makanan Anak

Pada umumnya anak yang mendapatkan ASI lebih jarang

sakit, dan tumbuh kembangnya lebih baik, dan harus diketahui

apakah anak memilik alergi atau tidak dan makanan pendamping

yang anak makan.

6. Pertumbuhan dan perkembangan anak

Pertumbuhan anak yang bisa dilihat pada KMS (Kartu

Menuju Sehat) untuk mengetahui pertumbuhannya dari waktu ke

waktu. Sementara untuk perkembangan amnesis yang teliti tentang

millestone untuk mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut.

Perkembangan anak tidak selalu mulus sesuai teori; ada kalanya

perkembangan anak normal sampai umur tertentu, kemudian

mengalami keterlambatan.

7. Riwayat perkembangan anggota keluarga

Tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada

kalanya perkembangan motorik dalam keluarga dapat lebih cepat

atau lebih lambat.

8. Riwayat Sosial

Antara lain tentang pekerjaan keluarga, pendidikan keluarga,

penghasilan keluarga, keadaaan rumah, hubungan antar anggota

keluarga.

Menurut B. Suhartini (2005), Biasanya sulit membedakan apakah

perkembangan motorik kasar anak termasuk normal atau tidak. Proses


kematangan setiap anak memang perkembangan anak tidak selalu sama,

sehingga laju perkembangan antara anak yang satu dari yang lain sangat

berbeda. Itulah sebabnya ada anak yang bisa berjalan ketika usianya

mencapai 12 bulan, sementara anak lain baru bisa berjalan pada usia 15 bulan.

Sekalipun demikian tidak berarti bayi yang bisa cepat berjalan lebih pandai

dari bayi yang relatif lebih lambat berjalan. Setiap anak pada dasarnya

memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda, sehingga

kemungkinan anak yang terlambat berjalan justru lebih cepat dalam

perkembangan berbicaranya. Yang lebih penting adalah memantau perkem-

bangan motorik anak terlambat atau sesuai dengan norma perkembangan

yang ada, apabila ada keterlambatan perlu diperiksa secara saksama.Biasanya

sulit membedakan apakah perkembangan motorik kasar anak termasuk

normal atau tidak.”

Motorik kasar adalah tahapan perkembangan yang harus dilalui oleh

anak. Keterlambatan yang dialaminya akan berpengaruh pada kemampuan

gerak selanjutnya. Usia lima tahun pertama motorik kasar lebih dominan

berkembang, maka pada masa ini anak lebih baik diberi kebebasan bergerak

agar perkembangan motorik kasarnya berkembang secara optimal. (B.

Suhartini, 2005)

Menurut Henrichs (2010, h. 51) anak-anak mencapai tahap

perkembangan (teori milestone) dengan cara mereka sendiri. Keterlambatan

tumbuh kembang yang kecil dan sementara biasanya tidak perlu

dikhawatirkan, tetapi keterlambatan yang berlanjut atau beberapa


keterlambatan dalam pencapaian kronologi pencapaian tumbuh kembang

dapat menyebabkan masalah di kemudian hari. Keterlambatan dalam

mencapai tahapan bahasa, berpikir, dan keterampilan motorik kasar disebut

gross development delay atau keterlambatan motorik kasar.

Gross Delayed Development merupakan bagian dari ketidakmampuan

mencapai perkembangan sesuai usia dan didefinisikan sebagai keterlambatan

dalam dua bidang atau lebih perkembangan motorik kasar/ motorik halus,

bicara/ berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktivitas sehari-hari.

Menurut Anosa (2017), Gangguan akibat terjadinya gross delay

development adalah adanya kelemahan otot dan penurunan tonus postural

yang menyebabkan gangguan fungsi gerak misalnya jongkok, merangkak,

berdiri dan berjalan. Modalitas fisioterapi yang bisa digunakan pada kasus

Delayed Development (DD) antara lain Neuro Senso Motor Reflek

Development and Synchronization (NSMRD & S), Neuro Development

Treatment (NDT), Brain Gym, Play Exercise.

Dalam kasus gross delay development ini, menggunakan modalitas

Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization (NSMRD &

S).

Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization (NSMRD

& S) adalah sebuah metode teknik-teknik terapi yang mengedepankan prinsip

stimulasi terhadap otak untuk menghasilkan output. (Susanti, Karimah,

Pratama, dan Wijaya, 2018)


Berdasarkan uraian diatas, Penulis bersemangat untuk mengetahui dan

menguasai tentang modalitas Neuro Senso Motor Reflek Development and

Synchronization (NSMRD) untuk kasus Gross Delay Development, sehingga

penulis memutuskan unutk membuat Karya Tulis Ilmiah berjudul

“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Gross Delay Development dengan

Modalitas Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization

(NSMRD & S) di Poli Tumbuh Kembang RS Dustira”.

1.2. Rumusan Masalah

Dilihat dari kasus Gross delay development yang begitu mempengaruhi

perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktifitas saraf dan

otot yang muncul dari perkembangan reflex-refleks yang dimulai sejak lahir

dan bila reflek itu masih ada, anak akan mengalami gangguan dalam

perkembangan motorik. Maka apakah penggunaan Neuro Senso Motor Reflek

Development and Synchronization (NSMRD & S) dapat mengatasi

keterlambatan motorik kasar pada anak.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang diambil dan banyaknya modalitas

fisioterapi yang dapat digunakan dalam menangani kasus ini maka penulis

hanya membatasi pada modalitas Neuro Senso Motor Reflek Development

and Synchronization (NSMRD & S) dalam mengatasi keterlambatan motorik

kasar pada anak.

1.4. Tujuan Penulisan


Penulis ingin mengetahui dengan jelas dan dapat menguasai modalitas

Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization (NSMRD & S)

untuk mengatasi keterlambatan motorik kasar pada anak.

Anda mungkin juga menyukai