Anda di halaman 1dari 29

POLICY PAPER ANALISIS KEBIJAKAN

KRBIJAKAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI MASA PANDEMI


COVID-19

Diajukan Untuk Memenuhi Evaluasi Akhir Semester 2021/2022

Mata Kuliah Analisis Kebijakan (A)

Dosen pengampu Dr. Endamg Indartuti, M.Si

Penyusun Laporan Kebijakan

Nadhira Salsabilah

1111800103

PROGRAM STUDY ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
Kebijakan Permasalahan................................................................................................................3
1.1 Perumusan Analisis Dengan Menggunakan 3W+1H :....................................................4
1.2 TUJUAN PERMASALAHAN.........................................................................................8
1.3 MELIHAT DARI TUJUAN PEMASALAHAN............................................................10
1.4 MERUMUSKAN MASALAH.......................................................................................11
1.5 TAHAP PERMASALAHAN FORMAL.......................................................................12
2.1 ALTERNATIF KEBIJAKAN.............................................................................................13
2.2 PENILAIAN ALTERNATIF...............................................................................................14
Skoring Peringkat Data Penilaian Alternatif...............................................................................17
2.3 TAHAP REKOMENDASI KEBIJAKAN...........................................................................18
3.1 TAHAP MONITORING KEBIJAKAN..............................................................................21
3.2 TAHAP EVALUASI KEBIJAKAN....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28

2
 Kebijakan Permasalahan
Bersamaan dengan akibat wabah Covid-19, banyak pekerja yang menjadi korban
Pemutusan Hubungan Kerja oleh beberapa perusahaan. Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yang diberikan mulai April 2020 sebagai dampak dari penyebaran virus
corona. Bantuan ini dimaksudkan sebagai kompensasi terhadap korban PHK dan
masyarakat miskin, oleh karena itu kementrian ketenagakerjaan melalui program
BPJS membuat kebijakan bahwa korban PHK bias mendaftarkan diri untuk
mendapatkan BLT subsidi upah atau gaji. Kebiasaan baru di Indonesia pada saat
pandemic Covid-19 ini, kemudia manyalurkan BLT. Bantuan ini mempunyai dampak
positif yaitu sebagian masyarakat menggunakan Bantuan Langsung Tunai (BLT)
subsidi gaji yang diterimanya untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari. BLT juga
berguna karena pendapatan menurun selama pandemi Covid-19.
Bila program bantuan ini dilanjutkan maka harus ada proses penyempurnaan dalam
pendataan. Pendataan yang dilakukan dengan memasukan data baru yang belum
tercakup, bukan hanya verifikasi dari data sebelumnya sehingga jika Rumah Tangga
Sasaran (RTS) yang dulu sudah mengalami kesejahteraan yang meningkat maka dapat
digantikan kepada yang lebih miskin atau yang lebih membutuhkan. Kriteria
penerimaan juga harus disosialisasikan adar tidak menimbulkan konflik serta
penjelasan mengenai larangan pemotongan harus ditekankan. Dan pendataan harus
dilakukan oleh BPS yang dibantu oleh Kelurahan RT, RW setempat. Uang BLT pun
harus disalurkan melalui kantor pos. walaupun kartu BLT dibagikan melalui
kelurahan, RT, dan RW administrasi ditingka kelurahan kebawah agak sedikit lemah.
Data jumlah penerimaan BLT menjadi agak berbeda dengan data dari BPS dan kantor
pos.
Ada beberapa dasar hukum dari Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) yaitu
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2020; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019
tentang Pengelolaan Dana Desa sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana
Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Peraturan
Pelaksanaan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana
3
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015
tentang Peraturan Pelaksanaan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka
menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang. Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana; Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa; Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyaluran
Tahap Kesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa yang
Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus.

1.1 Perumusan Analisis Dengan Menggunakan 3W+1H :


 Who (Siapa) : Program Bantuan Langsung Tunai dibuat berdasarkan Intruksi Presiden
Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanan
Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran. Menteri Sosial
Juliari P. Batubara menjelaskan jika pemberian Bantuan Langsung Tunai dan paket
sembako ini akan diberikan kepada keluarga penerima manfaat yang sudah terdaftar
di DTKS Kemensos dan pemda setempat. Sementara untuk penerimanya, secara
spesifik Mensos menyebut kelompok yang terdampak virus Corona, namun tidak
menerima bantuan sosial rutin, seperti PKH (Program Keluarga Harapan), BPNT
(Bantuan Pangan Non Tunai), maupun Kartu Prakerja. Penyaluran BLT disusun oleh
Bappenas dan dilaksanakan oleh PT Pos. selain itu dalam bentuk pengawasan,
dilibatkan juga unsur perangkat pemerintahan desa, RT, RW dan karang taruna serta

4
melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP), Advokasi
pemerintahan daerah, dan Depdagri.
 When (Kapan) : Program BLT dirancang sebagai pengganti kenaikan biaya hidup di
masa pandemic Covid-19. Karena itu, besaran BLT dihitung sebagai kenaikan biaya
hidup penduduk miskin karena kenaikan harga (inflasi) yang diakibatkan langsung
maupun tidak langsung. Dan program dari pemerintah pusat ini didukung langsung
oleh pemerintah daerah bantuan sosial ini. Program ini merupakan program jaring
pengaman sosial dalam penanganan Covid-19 dengan target pada 2021, BST akan
tetap berlangsung selama 6 bulan tahun depan. Nilai BST gelombang I sebesar 600
ribu/KPM selama 3 tahap yakni bulan April, Mei, dan Juni. Gelombang II sebesar 300
ribu/KPM selama 6 tahap, yakni bulan Juli hingga Desember 2020. Nilai bantuan
disesuaikan karena situasi krisis membaik dan harga mulai stabil. Untuk Provinsi
Jawa Barat mendapat Bantuan Sosial dari Kemensos berupa pogram sembako 3,3 juta
KPM dengan nilai Rp7,6 miliar. Lalu BST sejumlah 1.523.749 KPM dengan nilai
Rp.5,4 triliun. Disamping itu juga BST non PKH untuk 1.801.806 KPM, dengan nilai
Rp.900 miliar serta PKH sejumlah 1.751.842 KPM dengan nilai Rp1,2triliun. Sebagai
informasi dana tersebut disalurkan oleh Pos Indonesia. Berdasarkan laporan Pos
Indonesia ada sebanyak 141.000 keluarga tambahan dari Kemendes yang mendampat
Bantuan Sosial Tunai ini. Pihak Pos Indonesia melalukan persiapan untuk
penambahan data ini sejak bulan Oktober 2020. Khusus tambahan dari Kemendes ini
akan diberikan untuk bulan November dan Desember tahun 2020. Secara keseluruhan
penyaluran BST tahap 7 untuk wilayah Jawa Barat ini sudah mencapi 99%.
 Why (Mengapa) : Di tengah pandemi covid-19, dana desa diperbantukan untuk
memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin di desa.
Bukan berbentuk barang ataupun sembako, BLT Dana Desa diberikan dalam bentuk
uang. BLT Dana Desa diberikan kepada warga miskin di desa yang belum
mendapatkan program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH),
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja. BLT Dana Desa diberikan
dalam rangka untuk membantu masyarakat yang terdampak secara ekonomi akibat
covid 19. BLT Dana Desa diberikan kepada penerima sebesar Rp600 ribu per bulan
selama tiga bulan berturutturut. Sehingga total BLT Dana Desa yang akan diberikan
selama tiga bulan berjumlah Rp1,8 Juta. Menteri Desa menyarankan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) untuk menyediakan bahan-bahan pokok kebutuhan warga

5
desa. Hal ini bertujuan agar penerima BLT Dana Desa dan masyarakat desa setempat
tidak perlu keluar desa untuk mencari kebutuhan pokok sehari-hari. Setelah BLT
diserahkan kepada penerima, sampaikan ke penerima BLT bahwa mau belanja beras,
minyak, ada di BUMDes. Sehingga dana itu berputar di desa.
 How (Bagaimana) : Pemerintah menggelontorkan berbagai skema bantuan untuk
membantu masyarakat selama pandemi Covid-19. Dana triliunan rupiah itu
dikucurkan untuk program jaring pengaman sosial. Berbagai bantuan ini diharapkan
bisa meringankan beban masyarakat yang ekonominya terdampak pandemi. Selain
itu, bantuan ini diharapkan kembali bisa mendongkrak perekonomian yang tumbuh
minus 5,32 persen pada kuartal II 2020. Ada beberapa macam bentuk bantuan dari
pemerintah antara lain :
- Bantuan sembako Bantuan sosial berupa paket sembako dikucurkan sejak awal
pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia pada Maret. Bantuan ini diberikan bagi warga
di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya, yakni Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang
Selatan, dan Bekasi.Untuk di DKI Jakarta, bansos sembako diberikan kepada 2,6 juta
jiwa atau 1,2 juta keluarga. Jumlah sembako yang diberikan senilai Rp 600.000 per
bulan dan diberikan selama tiga bulan. Anggaran yang dialokasikan 2,2 triliun.
Selanjutnya, bansos sembako untuk wilayah Bodetabek diberikan kepada 1,6 juta jiwa
atau 576.000 keluarga. Jumlah besarannya sama, yakni Rp 600.000 per bulan selama
3 bulan. Total angarannya Rp 1 triliun rupiah. Dengan demikian, total ada 4,2 juta
warga di Jabodetabek yang akan mendapat bansos sembako ini. Total keseluruhan
nilai sembako yang diterima tiap warga selama tiga bulan yakni April, Mei, dan Juni
adalah Rp 1,8 juta. Belakangan, pemerintah memperpanjang program ini sampai
Desember, namun nilainya berkurang menjadi Rp 300.000 per bulan.
- Bantuan sosial tunai Sama dengan bantuan sembako, program ini juga dikucurkan
sejak awal kasus Covid-19 muncul di Indonesia. Bedanya, bantuan tunai ini menyasar
warga di luar Jabodetabek. Program ini memberikan dana secara tunai sebesar Rp
600.000 kepada masyarakat selama 3 bulan, yakni April, Mei, dan Juni. Belakangan
juga program ini diperpanjang sampai Desember. Namun, nilai uang tunai yang
diterima berkurang jadi Rp 300.000. Bantuan ini diberikan bagi warga terdampak
Covid-19 baik yang sudah atau belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial (Kemensos). Pemerintah daerah diberikan
keleluasaan untuk mengajukan penerima bantuan. Data pengusulan kemudian akan

6
diverifikasi oleh tim Kemensos guna memastikan yang bersangkutan tidak masuk
dalam daftar penerima bantuan pemerintah pusat yang lain yang telah ada sebelum
pandemi, sehingga tidak terjadi data ganda. Bantuan disalurkan melalui transfer ke
rekening masing-masing penerima atau lewat PT Pos Indonesia.
- BLT dana desa Pemerintah juga mengalihkan sebagian anggaran dana desa untuk
BLT ini demi mengahadapi dampak ekonomi pandemi Covid-19. BLT Dana Desa
disalurkan dalam dua gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan.
Gelombang pertama diberikan pada bulan April (tahap I), Mei (tahap II), dan Juni
(tahap (III). Per bulannya, masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan
mendapatkan bantuan sebesar Rp 600.000. Sementara itu, gelombang kedua diberikan
pada bulan Juli (tahap IV), Agustus (tahap V), dan September (tahap VI). Jumlah
bantuan yang diterima lebih rendah yakni Rp 300.000 per bulannya. Penyaluran BLT
Dana Desa tahap I telah direalisasikan oleh 74.877 desa yang menyasar sebanyak
7.426.707 KPM dengan dana sebesar Rp 4,69 Triliun. Pada tahap II, sebanyak 64.515
desa telah menyalurkan BLT Dana Desa sebesar Rp 4,05 triliun untuk 6.757.859
KPM. Kemudian, pada tahap III, terdapat 35.857 desa dengan rincian 3.453.286 KPM
dan dana sebesar Rp 2,07 triliun. Penyaluran tahap IV telah direalisasikan oleh 645
desa yang menyasar 58.494 KPM dengan dana sebesar Rp 17,55 miliar.
- Listrik gratis Pemerintah juga memberikan insentif tarif listrik pelanggan yang
terdampak pandemi Covid-19. Insentif ini berupa pembebasan tagihan, diskon listrik,
penghapusan biaya minimum, dan penghapusan abonemen. Selain memperluas
jangkauan pelanggan, periode pemberian insentif diperpanjang hingga Desember
2020. Total anggaran untuk program insentif tarif listrik tersebut sekitar Rp 15,39
triliun terhadap 33,6 juta pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Pelanggan yang mendapatkan subsidi listrik yakni pelanggan 450 VA, dan 900 VA
subsidi. Keringanan tagihan listrik kemudian diperluas untuk usaha UMKM, yakini
900 VA bisnis dan 900 VA industri. Awalnya, listrik gratis berlaku untuk 3 bulan,
namun kemudian diperpanjang hingga akhir tahun.
- Kartu Prakerja Kartu Prakerja dirilis pemerintah untuk membantu karyawan yang
terkena PHK dan pengangguran. Peserta dari program ini akan mendapatkan bantuan
insentif untuk pelatihan kerja sebesar Rp 1 juta per bulannya. Pemerintah memberikan
dana sebesar Rp 3.550.000 bagi peserta yang lolos sebagai penerima Kartu Prakerja
2020. Riciannya, sebesar Rp 1.000.000 digunakan untuk membayar pelatihan online

7
Kartu Prakerja. Sisanya, untuk insentif. Adapun insentif Kartu Prakerja terdiri dari
dua bagian, yakni insentif pasca-penuntasan pelatihan pertama sebesar Rp 600.000
per bulan selama 4 bulan (Rp 2.400.000). Kemudian, insentif pasca-pengisian survei
evaluasi sebesar Rp 50.000 per survei untuk 3 kali survei (Rp 150.000).
- Subsidi gaji karyawan Baru-baru ini, pemerintah memutuskan mengucurkan bantuan
subsidi gaji bagi karyawan swasta. Karyawan yang mendapat subsidi ini adalah
mereka yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan dengan gaji di bawah Rp 5 juta.
Pemerintah menyiapkan anggaran Rp 37,7 triliun untuk program bantuan subsidi gaji
ini. Penerima subsidi gaji akan menerima bantuan Rp 600.000 per bulan selama 4
bulan. Pembayarannya dilakukan selama 2 tahap atau Rp 1,2 juta setiap penyaluran.
Sampai saat ini, pemerintah telah mengantongi 12 juta rekening calon penerima
bantuan subsidi gaji. Pemberian BLT BPJS Ketenagakerjaan ini akan disalurkan
secara bertahap. Pemerintah juga meminta perusahaan pemberi kerja proaktif
menyampaikan data nomor rekening karyawan penerima bantuan.
- BLT usaha mikro kecil Terakhir, pemerintah mengucurkan bantuan para pelaku usaha
mikro kecil berupa dana hibah atau bantuan langsung tunai (BLT). Skemanya, yakni
kucuran bantuan modal usaha Rp 2,4 juta yang ditransfer lewat rekening. Program ini
resmi diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Senin (24/8/2020) kemarin. Pada hari
peluncurannya itu, bantuan ini sudah disalurkan kepada satu juta usaha mikro kecil.
Selanjutnya, bantuan akan terus dibagikan secara bertahap sampai mencapai 12 juta
usaha mikro kecil pada September mendatang. Anggaran yang dikucurkan pemerintah
untuk program ini mencapai Rp 22 triliun. Pemerintah mengaku sudah mengantongi
data para pelaku usaha mikro kecil yang layak mendapat bantuan ini. Namun, para
pelaku usaha mikro kecil juga diharapkan bisa aktif mendaftarkan diri ke dinas
koperasi terdekat. Syaratnya, pelaku usaha tersebut belum pernah menerima bantuan
pinjaman dari perbankan.
1.2 TUJUAN PERMASALAHAN
Dalam tujuan permasalahan pelaksanaannya, eksekusi daripada BLT ini menghadapi
banyak masalah. Contoh masalahnya adalah banyak warga miskin yang tidak
mendapatkan bantuan tunai. Beberapa warga yang seharusnya tidak mendapatkan
bantuan ini, seperti orang yang telah meninggal. Beberapa kalangan juga menilai BLT
ini tidak tepat, dan juga tidak merata. Gubernur Jakarta Joko Widodo, juga
menyatakan bahwa bantuan langsung sementara masyarakat ini tidak merata, dan

8
akan juga melakukan bantuan tunai untuk membantu rakyat miskin. Salah satu dari
penyebab tidak sampainya bantuan yang tepat sasaran adalah data yang tidak valid.
Menurut Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), penggunaan data dari Badan Pusat Statistik disebabkan karena
pemutakhiran dan survei membutuhkan waktu dan biaya mahal. Dalam upaya
peningkatan kesejahteraan, pemerintah terus berusaha memperbaikinya hal ini dapat
dilihat dari kerja keras pemerintah dengan berbagai program perlindungan dan
bantuan sosial. Dan dalam situasi normal pemberian bantuan sosial telah diberikan
kepada seperempat masyarakat Indonesia. Khusus untuk pemberian Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) kepada masyarakat ini hampir mencakup setengah dari
seluruh jumlah penduduk Indonesia. Ini merupakan hal yang luar biasa. Pemberian
bantuan sosial menggunakan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kementerian Sosial biasanya juga berjalan dengan baik dan tanpa masalah yang
berarti di lapangan. Namun, tantangan timbul pada saat pandemi covid-19 melanda di
mana banyak penduduk yang berada sedikit di atas kategori rentan, serta mereka yang
berpenghasilan harian seperti pedagang asongan, pemilik warteg, ataupun pekerja di
sektor yang lebih formal seperti karyawan pabrik atau perusahaan swasta, tiba-tiba
kehilangan sebagian atau bahkan seluruh pendapatannya. Mereka ini sebenarnya tidak
miskin karena sebagian besar masih memiliki rumah dan kendaraan. Tapi, sekarang
kelompok ini memerlukan bantuan karena secara mendadak kehilangan sumber
penghidupannya. Kelompok ini diperkirakan masuk ke dalam kategori 40%-60%
keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terbawah. Menurut laporan Gubernur Jawa
Barat, masyarakat yang membutuhkan bantuan mencapai sekitar 65% masyarakat
terbawah. Sayangnya, karena DTKS baru mencakup 40% rumah tangga terbawah dan
belum adanya mekanisme pendaftaran mandiri (self registration) bagi mereka yang
ingin menerima bantuan sosial, maka penyaluran bantuan sosial kepada kelompok
miskin baru (misbar) serta kepada mereka yang sangat terdampak pandemi covid-19
menjadi penuh tantangan.Pemerintah sebenarnya sudah menambah bantuan sosial
yang ada melalui perluasan cakupan Program Sembako, Bansos Sembako, Bansos
Tunai (BST) serta Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) sampai ke 40%
masyarakat terbawah. Semua program tersebut memiliki sasaran keluarga dan
ditujukan untuk mempertahankan konsumsi atau daya beli keluarga. Di samping
program bantuan sosial tersebut, Program Kartu Prakerja yang tadinya merupakan
program pelatihan untuk pekerja juga turut bertransformasi menjadi program bantuan
9
sosial yang mampu menjaring pekerja di sektor informal. Meskipun jumlah
penerimanya masih terbatas, di tengah pandemi ini, program Kartu Prakerja
berkontribusi menjangkau lebih banyak mereka yang berada pada 40%-60%
terbawah. Namun, seperti saya sebutkan di atas, program-program tersebut belum
dapat mencakup seluruh masyarakat terdampak yang termasuk dalam kelompok
masyarakat 40%-60% terbawah. Selain itu, dalam upaya menjaring masyarakat dalam
kelompok 40%-60%, pemerintah juga meluncurkan Program Subsidi Upah yang
secara resmi mulai telah diumumkan Bapak Presiden pada 27 Agustus 2020. Seperti
saya sebutkan di atas, banyak dari mereka yang tadinya tidak miskin, tiba-tiba
kehilangan pekerjaannya, mereka ini barangkali bekerja di lapangan kerja formal
tetapi dengan gaji yang rendah.
1.3 MELIHAT DARI TUJUAN PEMASALAHAN
Jika dilihat dari tujuan permasalahan sesuai dengan amanat UU Nomor 2 Tahun 2020,
dana desa dapat digunakan untuk BLT bagi pendudu miskin di desa dan penanganan
pandemic Covid-19. Sesuai dengan Perpres No 72/2020, transfer dana desa tahun ini
mengalami penurunan sebesar Rp810 miliar dari rencana awal sebesar 72triliun.
Selain itu prioritas penggunaan dana desa tahun ini diarahkan untuk penanganan
wabah covid19 ini, penting untuk mengoptimalkan penggunan dana desa utamanya
BLT untuk menahan dampak Covid-19 bagi masyarakat pedesaan. Pada dasarnya,
prinsip bantuan ini adalah untuk melengkapi serangkaian program jarring pengaman
sosial yang telah di tetapkan pemerintah seperti PKH, Bantuan Sembako, dan Diskon
Listrik. Bedanya, skema BLT Dana Desa ini memberikan keluasan bagi pemerintah
desa untuk menentukan sendiri calon penerima bantuan partisipatif melalui
Musyawarah Desa. Dengan demikian, diharapkan bantuan ini bisa lebih tepat sasaran.
Masih banyak permasalahan seperti terkait tumpang tindih data yang akhirnya
menimbulkan kecemburuan sosial lalu yang menjadi korban pertama yaitu para
operator dan staf yang menjadi ujung tombak pemerintah desa. Sebenarnya, rencana
peningkatan alokasi program Dana Desa harus disertai dengan akurasi mengenai
potensi dan pembangunan yang terdapat di berbagai desa di Nusatara. Dana desa
sekarang ini masih sangat jauh dari harapan, masih belum presisi atau akurasinya
masih rendah. Masih tingginya angka tidak akuratnya data yang ada dan presisi terkait
data desa membuat rencana pembangunan jadi tidak tepat saat diimplementasikan.
Hal tersebut membuat banyak kesalahan dalam perencanaan program pembangunan
di desa, data desa yang tidak presisi berdampak pada pembangunan nasional secara
10
keseluruhan. Data presisi dari suatu desa juga harus berisi tentang keunggulan desa itu
seperti dalam aspek wisata, kuliner, dan UMKM yang dimiliki. Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) alokasi Dana
Desa tahun 2021 sebesar Rp72 triliun atau meningkat 1,1 persen dari tahun
sbelumnya yang hanya Rp71,2 triliun dan meminta kepala desa fokus mengatasi
kemiskinan.
1.4 MERUMUSKAN MASALAH
Bersamaan dengan akibat wabah Covid-19, banyak pekerja yang menjadi korban
Pemutusan Hubungan Kerja oleh beberapa perusahaan. Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yang diberikan mulai April 2020 sebagai dampak dari penyebaran virus
corona. Bantuan ini dimaksudkan sebagai kompensasi terhadap korban PHK dan
masyarakat miskin, oleh karena itu kementrian ketenagakerjaan melalui program
BPJS membuat kebijakan bahwa korban PHK bias mendaftarkan diri untuk
mendapatkan BLT subsidi upah atau gaji. Kebiasaan baru di Indonesia pada saat
pandemic Covid-19 ini, kemudia manyalurkan BLT. Bantuan ini mempunyai dampak
positif yaitu sebagian masyarakat menggunakan Bantuan Langsung Tunai (BLT)
subsidi gaji yang diterimanya untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari. BLT juga
berguna karena pendapatan menurun selama pandemi Covid-19. Bila program
bantuan ini dilanjutkan maka harus ada proses penyempurnaan dalam pendataan.
Pendataan yang dilakukan dengan memasukan data baru yang belum tercakup, bukan
hanya verifikasi dari data sebelumnya sehingga jika Rumah Tangga Sasaran (RTS)
yang dulu sudah mengalami kesejahteraan yang meningkat maka dapat digantikan
kepada yang lebih miskin atau yang lebih membutuhkan. Kriteria penerimaan juga
harus disosialisasikan adar tidak menimbulkan konflik serta penjelasan mengenai
larangan pemotongan harus ditekankan. Dan pendataan harus dilakukan oleh BPS
yang dibantu oleh Kelurahan RT, RW setempat. Uang BLT pun harus disalurkan
melalui kantor pos. walaupun kartu BLT dibagikan melalui kelurahan, RT, dan RW
administrasi ditingka kelurahan kebawah agak sedikit lemah. Data jumlah penerimaan
BLT menjadi agak berbeda dengan data dari BPS dan kantor pos. Ada beberapa dasar
hukum dari Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) yaitu Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2020; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang
11
Pengelolaan Dana Desa sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Peraturan
Pelaksanaan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015
tentang Peraturan Pelaksanaan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan; UndangUndang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka
menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang. Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana; Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa; Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyaluran
Tahap Kesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa yang
Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus.
1.5 TAHAP PERMASALAHAN FORMAL
Dari beberapa permasalahan ada tahapan permasalahan formal yang dapat
dikemukakan bahwa permasalahan inti yang sangat dominan yang menjadi
permasalahan utama yang mewakili dari beberapa permasalahan lainnya, yaitu
ketidakadilan dikarenakan masih banyak rakyat miskin yang berhak mendapatkan
bantuan tersebut namun belum pernah merasakannya. Beberapa warga yang
seharusnya tidak mendapatkan bantuan ini. Dan beberapa kalangan juga merasa
bahwa BLT ini belum tepat, dan tidak merata.

12
2.1 ALTERNATIF KEBIJAKAN
Dengan adanya alternatif kebijakan ini memiliki beberapa aspek penting alternatif
untuk menangani permasalahan antara lain :

1. Pemerintah juga mengalihkan sebagian anggaran dana desa untuk BLT ini demi
mengahadapi dampak ekonomi pandemi Covid-19. BLT Dana Desa disalurkan dalam
dua gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan. Gelombang
pertama diberikan pada bulan April (tahap I), Mei (tahap II), dan Juni (tahap (III). Per
bulannya, masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan mendapatkan
bantuan sebesar Rp 600.000. Sementara itu, gelombang kedua diberikan pada bulan
Juli (tahap IV), Agustus (tahap V), dan September (tahap VI). Jumlah bantuan yang
diterima lebih rendah yakni Rp 300.000 per bulannya. Penyaluran BLT Dana Desa
tahap I telah direalisasikan oleh 74.877 desa yang menyasar sebanyak 7.426.707 KPM
dengan dana sebesar Rp 4,69 Triliun. Pada tahap II, sebanyak 64.515 desa telah
menyalurkan BLT Dana Desa sebesar Rp 4,05 triliun untuk 6.757.859 KPM.
Kemudian, pada tahap III, terdapat 35.857 desa dengan rincian 3.453.286 KPM dan
dana sebesar Rp 2,07 triliun. Penyaluran tahap IV telah direalisasikan oleh 645 desa
yang menyasar 58.494 KPM dengan dana sebesar Rp 17,55 miliar.
2. Dalam menjalankan proses penyaluran BLT-Dana Desa ini perlu dilakukan
koordinasi lintas sektor maupun lintas tingkatan pemerintahan yang baik. Harus
menyiapkan Instrumen pendataan kemiskinan yang lebih tajam untuk pemerintah,
agar dapat mengantisipasi penerimaan Program Bantuan Langsung Tunai adalah
masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Pemerintah menggunakan pengurus RT
dan RW sebagai pusat informasi pengumpulan update data kemiskinan. Itu bisa juga
dibantu dengan penggunaan teknologi, sehingga lebih efisien. Dan bisa menjadi
perkiraan statistik terhadap proporsi orang miskin yang berada di masyarakat. Karena
bersifat proxy, maka itu adalah simulasi sifatnya, perkirakan jumlah keseluruhan dari
orang miskin yang terdampak dari suatu peristiwa ekonomi
3. Pemerintah dapat menyerahkan pendataan kepada kepala desa di setiap daerah dan
setiap desa dapat menentukan sendiri siapa calon penerima BLT-Dana Desa selama
mengikuti kriteria yang ditetapkan, melaksanakan pendataan secara transparan dan
adil serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Desa dapat menggunakan data
desa sebagai acuan, serta menggunakan DTKS sebagai referensi penerima PKH,
BPNT, serta data Dinas Ketenagakerjaan untuk identifikasi penerima bantuan Kartu

13
Prakerja. Jika data penerima JPS tersebut tidak tersedia, maka desa bisa menggunakan
data rekapitulasi penerima bantuan dari pendamping program jaring pengaman sosial.
Hingga melakukan proses validasi dan penetapan hasil pendataan, Daftar calon
penerima BLT-Dana Desa dilaporkan dan disahkan oleh Bupati/Wali Kota, atau dapat
diwakilkan ke Camat. Untuk penyaluran bulan ke dua, desa harus memastikan bahwa
data penerima BLT-Dana Desa harus sudah disahkan.

2.2 PENILAIAN ALTERNATIF


N KRITERIA DIMENSI
O
1. TECHNICAL Pemerintah memberikan sebagian anggaran dana desa untuk
FEASIBILITY BLT ini demi mengahadapi dampak ekonomi pandemi
Covid-19. BLT Dana Desa disalurkan dalam dua gelombang.
Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan.
Gelombang pertama diberikan pada bulan April (tahap I),
Mei (tahap II), dan Juni (tahap (III). Per bulannya, masing-
masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan
mendapatkan bantuan sebesar Rp 600.000.

2. ECONOMIC AND Penekanan pada aspek efisiensi dari alternatif kebijakan


FINANCIAL pemerintah harus memiliki cara alternatif lainnya untuk
FEASIBILITY menangani pembiayaan terkait dana yang telah dikeluarkan
untuk program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT
DD), dikarenakan kebijakan ini akan berdampak untuk
kedepan yang akan dirasakan dampak langsungnya.

14
3. POLITICAL Pemerintah dapat menyerahkan pendataan kepada kepala
VIABILITY desa di setiap daerah dan setiap desa dapat menentukan
sendiri siapa calon penerima BLT-Dana Desa selama
mengikuti kriteria yang ditetapkan, melaksanakan pendataan
secara transparan dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum. Desa dapat menggunakan data desa sebagai
acuan, serta menggunakan DTKS sebagai referensi penerima
PKH, BPNT, serta data Dinas Ketenagakerjaan untuk
identifikasi penerima bantuan Kartu Prakerja. Jika data
penerima JPS tersebut tidak tersedia, maka desa bisa
menggunakan data rekapitulasi penerima bantuan dari
pendamping program jaring pengaman sosial. Hingga
melakukan proses validasi dan penetapan hasil pendataan,
Daftar calon penerima BLT-Dana Desa dilaporkan dan
disahkan oleh Bupati/Wali Kota, atau dapat diwakilkan ke
Camat. Untuk penyaluran bulan ke dua, desa harus
memastikan bahwa data penerima BLT-Dana Desa harus
sudah disahkan.
4. ADMINISTRATIVE Harus menyiapkan Instrumen pendataan kemiskinan yang
OPERABILITY lebih tajam untuk pemerintah, agar dapat mengantisipasi
penerimaan Program Bantuan Langsung Tunai adalah
masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pemerintah menggunakan pengurus RT dan RW sebagai
pusat informasi pengumpulan update data kemiskinan. Itu
bisa juga dibantu dengan penggunaan teknologi, sehingga
lebih efisien. Dan bisa menjadi perkiraan statistik terhadap
proporsi orang miskin yang berada di masyarakat. Karena
bersifat proxy, maka itu adalah simulasi sifatnya, perkirakan
jumlah keseluruhan dari orang miskin yang terdampak dari
suatu peristiwa ekonomi

15
 Contoh Kasus Tentang Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Di Masa
Pandemi Covid-19

Masalah Formal Dampak Tujuan Instrumen Dampak Alternatif Ramalan Hal-Hal


terkini Kebijaka Pelaksan Kebijakan Masa Diatur
n aan Depan
Dari beberapa Dalam Tujuan Kebijaka Pemerint Salah seluruh Menyia
permasalahan dampak dalam n dari ah satunya masyara pkan
yang ada dapat terkini kebijakan Pemerinta memberi yaitu dalam kat kecil bahan
dikemukakan mengenai pemerinta h kan menjalankan dan penyusu
bahwa kebijakan h Bantuan sebagian proses BLT- masyara nan
permasalahan inti Bantuan Langsung anggaran dana desa kat yang kebijaka
yang sangat Langsung Tunai dana ini perlu di terkena n yang
dominan yang Tunai yang (BLT) di desa koordinasi korban lebih
menjadi telah di masa untuk lintas sektor PHK di ketat
permasalahan laksanakan pandemi BLT ini maupun masa tentang
utama yang pada masa Covid-19 demi lintas pandemi pemerat
mewakili dari pandemic ini yaitu mengaha tingkatan Covid- aan
beberapa Covid-19 untuk dapi pemerintaha 19 pendata
permasalahan saat ini membant dampak n yang baik. tercukup an, agar
lainnya, yaitu masih u dan ekonomi Harus i tidak
ketidakadilan terkesan meringan pandemi menyiapkan kebutuh terjadi
dikarenakan buruk kan beban Covid- isntrumen annya kecemb
masih banyak dikarenakan masyarak 19. BLT pendataan dalam urun
rakyat miskin masih at yang Dana kemiskinan mengad anatara
yang berhak belum kurang Desa yang lebih api masyara
mendapatkan meratanya mampu disalurka tajam untuk perekon kat
bantuan tersebut pembagian dan n dalam pemerintaha omianny kecil.
namun belum BLT yang korban dua n agar dapat a
pernah adil, masih PHK di gelomba mengantisip
merasakannya. banyak mas ng. asi
Beberapa warga masyarakat/ pandemi Masing- penerimaan
yang seharusnya warga yang ini untuk masing Program
tidak kurang menghad gelomba BantuanLan

16
mendapatkan mampu api ng terdiri gsung Tunai
bantuan ini. Dan belum masalah dari tiga adalah
beberapa menerima/ perekono tahapan masyarakat
kalangan juga mendapatka mian. Per yang benar-
merasa bahwa n bantuan bulannya benar
BLT ini belum pemerintah , masing- membutuhk
tepat, dan tidak tersebut. masing annya.
merata. keluarga Pemerintah
penerima juga
manfaat menggunaka
(KPM) n pengurus
akan RT dan RW
mendapa sebagai
tkan pusat
bantuan pengumpula
sebesar n informasi
Rp pengumpula
600.000. n update
Jumlah data
bantuan kemisikinan.
yang Itu juga
diterima dapat di
lebih bantu
rendah dengan
yakni Rp menggunaka
300.000 n teknologi
per sehingga
bulannya bisa lebih
efisien.

 Skoring Peringkat Data Penilaian Alternatif


 Pemeringkatan Penilaian Alternatif Dengan Metode Perbandingan

No KRITERIA ALTERNATIF Ket

17
Penerapan Sosialisasi Sistem
B N S BN S B N S
1. Technical 4 4 16 4 3 12 3 3 9
Feasibility
2. Economic And 3 2 6 3 3 9 3 3 9
Financial
Feasibility
3. Political Viability 3 3 9 3 3 9 3 3 9
4. Administrative 2 2 4 2 2 4 3 2 6
Operability
Jumlah 35 34 33
RANKING 1 2 3

2.3 TAHAP REKOMENDASI KEBIJAKAN


 Tahap Rekomendasi Kebijakan Dengan Menggunakan Metode Perbandingan

No KRITERIA ALTERNATIF Ket


Penerapan Sosialisasi Sistem
B N S B N S B N S
1. Technical 4 4 16 4 3 12 3 3 9
Feasibility
2. Economic And 3 2 6 3 3 9 3 3 9
Financial
Feasibility
3. Political Viability 3 3 9 3 3 9 3 3 9
4. Administrative 2 2 4 2 2 4 3 2 6
Operability
Jumlah 35 34 33
RANKING 1 2 3

1. Technical Feasibility
 Dalam penentuan penerapan memiliki 4 bobot dan menghasilkan 4 nilai menciptkan
pemerintah memberikan sebagian anggaran dana desa untuk BLT ini demi
mengahadapi dampak ekonomi pandemi Covid-19. BLT Dana Desa disalurkan dalam
dua gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan. Gelombang
pertama diberikan pada bulan April (tahap I), Mei (tahap II), dan Juni (tahap (III). Per
bulannya, masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan mendapatkan
bantuan sebesar Rp 600.000.

18
 Dalam penentuan Sosialisasi memiliki 4 bobot dan menghasilkan 3 nilai karena Pada
dasarnya, prinsip bantuan ini adalah untuk melengkapi serangkaian program jarring
pengaman sosial yang telah di tetapkan pemerintah seperti PKH, Bantuan Sembako,
dan Diskon Listrik. Bedanya, skema BLT Dana Desa ini memberikan keluasan bagi
pemerintah desa untuk menentukan sendiri calon penerima bantuan partisipatif
melalui Musyawarah Desa. Dengan demikian, diharapkan bantuan in bisa lebih tepat
sasaran.
 Dalam penentuan Sistem memiliki 3 bobot dan menghasilkan 3 nilai karena memiliki
system banyak pekerja yang menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja oleh
beberapa perusahaan. Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan mulai April
2020 sebagai dampak dari penyebaran virus corona. Bantuan ini dimaksudkan sebagai
kompensasi terhadap korban PHK dan masyarakat miskin, oleh karena itu kementrian
ketenagakerjaan melalui program BPJS membuat kebijakan bahwa korban PHK bias
mendaftarkan diri untuk mendapatkan BLT subsidi upah atau gaji. Kebiasaan baru di
Indonesia pada saat pandemic Covid-19 ini, kemudia manyalurkan BLT.
2. Economic And Financial Feasibility
 Dalam penentuan Penerapan memiliki 3 bobot dan menghasilkan 2 nilai dikarenakan
menciptakan Penekanan pada aspek efisiensi dari alternatif kebijakan pemerintah
harus memiliki cara alternatif lainnya untuk menangani pembiayaan terkait dana yang
telah dikeluarkan untuk program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD),
dikarenakan kebijakan ini akan berdampak untuk kedepan yang akan dirasakan
dampak langsungnya.
 Dalam penentuan Sosialisasi memiliki bobot 3 dan penilaian 3 dikarenakan
Pemerintah menggelontorkan berbagai skema bantuan untuk membantu masyarakat
selama pandemi Covid-19. Dana triliunan rupiah itu dikucurkan untuk program jaring
pengaman sosial. Berbagai bantuan ini diharapkan bisa meringankan beban
masyarakat yang ekonominya terdampak pandemi
 Dalam penentuan Sistem memiliki 3 bobot dan menghasilkan 3 nilai yaitu Pemerintah
juga mengalihkan sebagian anggaran dana desa untuk BLT ini demi mengahadapi
dampak ekonomi pandemi Covid-19. BLT Dana Desa disalurkan dalam dua
gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan. Gelombang pertama
diberikan pada bulan April (tahap I), Mei (tahap II), dan Juni (tahap (III). Per
bulannya, masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan mendapatkan

19
bantuan sebesar Rp 600.000. Sementara itu, gelombang kedua diberikan pada bulan
Juli (tahap IV), Agustus (tahap V), dan September (tahap VI). Jumlah bantuan yang
diterima lebih rendah yakni Rp 300.000 per bulannya. Penyaluran BLT Dana Desa
tahap I telah direalisasikan oleh 74.877 desa yang menyasar sebanyak 7.426.707 KPM
dengan dana sebesar Rp 4,69 Triliun. Pada tahap II, sebanyak 64.515 desa telah
menyalurkan BLT Dana Desa sebesar Rp 4,05 triliun untuk 6.757.859 KPM.
Kemudian, pada tahap III, terdapat 35.857 desa dengan rincian 3.453.286 KPM dan
dana sebesar Rp 2,07 triliun. Penyaluran tahap IV telah direalisasikan oleh 645 desa
yang menyasar 58.494 KPM dengan dana sebesar Rp 17,55 miliar.
3. Political Viability
 Dalam penentuan Penerapan memiliki bobot 3 dan 3 penilaian yaitu Pemerintah dapat
menyerahkan pendataan kepada kepala desa di setiap daerah dan setiap desa dapat
menentukan sendiri siapa calon penerima BLT-Dana Desa selama mengikuti kriteria
yang ditetapkan, melaksanakan pendataan secara transparan dan adil serta dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Desa dapat menggunakan data desa sebagai
acuan, serta menggunakan DTKS sebagai referensi penerima PKH, BPNT, serta data
Dinas Ketenagakerjaan untuk identifikasi penerima bantuan Kartu Prakerja. Jika data
penerima JPS tersebut tidak tersedia, maka desa bisa menggunakan data rekapitulasi
penerima bantuan dari pendamping program jaring pengaman sosial. Hingga
melakukan proses validasi dan penetapan hasil pendataan, Daftar calon penerima
BLT-Dana Desa dilaporkan dan disahkan oleh Bupati/Wali Kota, atau dapat
diwakilkan ke Camat. Untuk penyaluran bulan ke dua, desa harus memastikan bahwa
data penerima BLT-Dana Desa harus sudah disahkan.
 Dalam penentuan Sosialisasi memiliki 3 bobot dan 3 penilaian alasannya karena
Pemerintah menggelontorkan berbagai skema bantuan untuk membantu masyarakat
selama pandemi Covid-19. Dana triliunan rupiah itu dikucurkan untuk program jaring
pengaman sosial. Berbagai bantuan ini diharapkan bisa meringankan beban
masyarakat yang ekonominya terdampak pandemi.
 Dalam penentuan Sistem memiliki bobot 3 dan penilaian 3 dikarenakan Bantuan ini
mempunyai dampak positif yaitu sebagian masyarakat menggunakan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) subsidi gaji yang diterimanya untuk menunjang kebutuhannya
sehari-hari. BLT juga berguna karena pendapatan menurun selama pandemi Covid-
19. Bila program bantuan ini dilanjutkan maka harus ada proses penyempurnaan

20
dalam pendataan. Pendataan yang dilakukan dengan memasukan data baru yang
belum tercakup, bukan hanya verifikasi dari data sebelumnya sehingga jika Rumah
Tangga Sasaran (RTS) yang dulu sudah mengalami kesejahteraan yang meningkat
maka dapat digantikan kepada yang lebih miskin atau yang lebih membutuhkan.
4. Administrative Operability
 Dalam penentuan Penerapan memiliki bobot 2 dan penilaian 2 dikarenakan harus
menyiapkan Instrumen pendataan kemiskinan yang lebih tajam untuk pemerintah,
agar dapat mengantisipasi penerimaan Program Bantuan Langsung Tunai adalah
masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pemerintah bisa menggunakan pengurus RT dan RW sebagai pusat informasi
pengumpulan update data kemiskinan. Itu bisa juga dibantu dengan penggunaan
teknologi, sehingga lebih efisien. Dan bisa menjadi perkiraan statistik terhadap
proporsi orang miskin yang berada di masyarakat. Karena bersifat proxy, maka itu
adalah simulasi sifatnya, perkirakan jumlah keseluruhan dari orang miskin yang
terdampak dari suatu peristiwa ekonomi
 Dalam penentuan Sosialisasi memiliki 2 bobot dan menghasilkan 2 nilai dikarenakan
masih banyak permasalahan seperti terkait tumpang tindih data yang akhirnya
menimbulkan kecemburuan sosial lalu yang menjadi korban pertama yaitu para
operator dan staf yang menjadi ujung tombak pemerintah desa. Sebenarnya, rencana
peningkatan alokasi program Dana Desa harus disertai dengan akurasi mengenai
potensi dan pembangunan yang terdapat di berbagai desa di Nusatara. Dana desa
sekarang ini masih sangat jauh dari harapan, masih belum presisi atau akurasinya
masih rendah. Masih tingginya angka tidak akuratnya data yang ada dan presisi terkait
data desa membuat rencana pembangunan jadi tidak tepat saat diimplementasikan
 Dalam penentuan Sistem memiliki 3 bobot dan menghasilkan 2 nilai yaitu
dikarenakan ketidakadilan dikarenakan masih banyak rakyat miskin yang berhak
mendapatkan bantuan tersebut namun belum pernah merasakannya. Beberapa warga
yang seharusnya tidak mendapatkan bantuan ini. Dan beberapa kalangan juga merasa
bahwa BLT ini belum tepat, dan tidak merata.

3.1 TAHAP MONITORING KEBIJAKAN


1. Kepatuhan terhadap pelaksana kebijakan (pemegang stakeholder) :
Monitoring pada petugas akan semakin ringan karena semua terintegrasi pada suatu
sistem yaitu dalam rangka pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, pemerintah

21
akan melanjutkan sejumlah program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional tahun ini pada anggaran tahun 2021. Presiden Jokowi pun mengalokasikan
anggaran sebesar Rp 419,31 triliun di dalam RAPBN 2021. Perpanjangan program
bantuan pemerintah itu, sudah mendapatkan persetujuan DPR RI.
keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan kasus Covid-19 masih akan terus
bergerak, meski pemerintah juga mengharapkan, tahun depan vaksin sudah bisa
diadakan. Dan juga ada empat program BLT yang akan dilanjutkan tahun depan,
yakni, BLT subsidi gaji Rp600.000, BLT kartu pekerja, BLT UMKM dan BLT
Bansos tunai. BPJS Ketenagakerjaan menyasar karyawan swasta dengan gaji di
bawah Rp 5 juta. Pencairan BLT ini dimulai sejak 27 Agustus lalu dan dilakukan
bertahap hingga akhir September 2020.
Pemerintah menyiapkan anggaran Rp 37,7 triliun untuk program Bantuan Subsidi
Upah dengan jumlah penerima mencapai 15,7 juta pekerja yang terdaftar sebagai
peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan, per Juni 2020.
Penerima subsidi gaji karyawan ini akan menerima bantuan Rp 600.000 per bulan
selama 4 bulan. Pembayarannya dilakukan sebanyak 2 tahap atau Rp 1,2 juta setiap
penyaluran.
Pemerintah juga merelease BLT kartu pekerja, untuk membantu mereka yang
terdampak pandemi, khususnya karyawan yang terkena PHK dan pengangguran.
Peserta dari program ini, menurut Airlangga akan mendapatkan bantuan insentif
untuk pelatihan kerja sebesar Rp 1 juta per bulannya.

2. Pemeriksaan dari fungsi pelayanan kebijakan baik terlaksana maupun belum :


Pemerintah memberikan sinyal Bantuan subsidi upah/gaji (BSU) atau bantuan
langsung tunai (BLT) BPJS Ketenagakerjaan rencananya dilanjutkan pada 2021 ini.
Penerima akan mendapatkan bantuan sebesar Rp1,2 juta. proyeksi alokasi anggaran
untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 mencapai Rp403,9 triliun
atau naik dari rencana sebelumnya Rp372,3 triliun.
Total anggaran program PEN Rp403,9 triliun tersebut difokuskan untuk alokasi
terhadap enam bidang yaitu kesehatan Rp25,4 triliun dengan SILPA Earmark 2020
Rp47,07 triliun yang akan dimanfaatkan untuk tahun ini dan perlindungan sosial
Rp110,2 triliun. Kemudian sektoral kementerian/lembaga dan pemda Rp184,2 triliun,
UMKM dan pembiayaan korporasi Rp63,84 triliun, serta insentif usaha Rp20,26
triliun. 
22
anggaran program PEN hingga akhir 31 Desember 2020, terealisasi Rp579,78 triliun
atau 83,4% dari total pagu sebesar Rp695,2 triliun. Bila merujuk anggaran PEN di
atas yang mengalami kenaikan, maka program BLT BPJS Ketenagakerjaan bisa
diperpanjang hingga 2021.
3. Accounting, perubahan sosial terhadap kebijakan yang dibuat :
Mengingat kondisi pandemi Covid-19 masih berlanjut. Pada 2020 lalu, Staf Khusus
Kementerian Ketenagakerjaan (Stafsus Kemnaker), Reza Hafiz pun mengungkapkan,
Kemanker berharap program BLT atau BSU senilai Rp1,2 juta untuk pekerja formal
bergaji di bawah Rp5 juta per bulan tersebut bisa terlaksana kembali pada 2021.
Namun, secara policy atau kebijakan itu kami mengikuti dari keputusan KPC-PEN
(Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional). keputusan
lanjutan program BLT atau BSU Rp1,2 juta untuk termin 3 pada 2021 akan
tergantung dengan kondisi perekonomian Indonesia. Sebab, kondisi perekonomian
pada 2020 juga akan berpengaruh terhadap besaran dana yang akan disalurkan kepada
calon penerima BLT atau BSU.

4. Eksplanasi dapat menjelaskan mengapa hasil dan tujuan tidak sama :


 Hasil dari kebijakan keluaran Output ini adalah bahwa :
Program BLT dirancang sebagai pengganti kenaikan biaya hidup di masa pandemic
Covid-19. Karena itu, besaran BLT dihitung sebagai kenaikan biaya hidup penduduk
miskin karena kenaikan harga (inflasi) yang diakibatkan langsung maupun tidak
langsung. Dan program dari pemerintah pusat ini didukung langsung oleh pemerintah
daerah bantuan sosial ini. Program ini merupakan program jaring pengaman sosial
dalam penanganan Covid-19 dengan target pada 2021, BST akan tetap berlangsung
selama 6 bulan tahun depan. Nilai BST gelombang I sebesar 600 ribu/KPM selama 3
tahap yakni bulan April, Mei, dan Juni. Gelombang II sebesar 300 ribu/KPM selama 6
tahap, yakni bulan Juli hingga Desember 2020. Nilai bantuan disesuaikan karena
situasi krisis membaik dan harga mulai stabil. Untuk Provinsi Jawa Barat mendapat
Bantuan Sosial dari Kemensos berupa pogram sembako 3,3 juta KPM dengan nilai
Rp7,6 miliar. Lalu BST sejumlah 1.523.749 KPM dengan nilai Rp.5,4 triliun.
Disamping itu juga BST non PKH untuk 1.801.806 KPM, dengan nilai Rp.900 miliar
serta PKH sejumlah 1.751.842 KPM dengan nilai Rp1,2triliun. Sebagai informasi
dana tersebut disalurkan oleh Pos Indonesia. Berdasarkan laporan Pos Indonesia ada

23
sebanyak 141.000 keluarga tambahan dari Kemendes yang mendampat Bantuan
Sosial Tunai ini. Pihak Pos Indonesia melalukan persiapan untuk penambahan data ini
sejak bulan Oktober 2020. Khusus tambahan dari Kemendes ini akan diberikan untuk
bulan November dan Desember tahun 2020. Secara keseluruhan penyaluran BST
tahap 7 untuk wilayah Jawa Barat ini sudah mencapi 99%.

 Hasil dari kebijakan keluaran Outcam ini adalah bahwa :


Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan mengenai pemberian Bantuan Langsung
Tunai dan paket sembako ini akan diberikan kepada keluarga penerima manfaat yang
sudah terdaftar di DTKS Kemensos dan pemda setempat. Sementara untuk
penerimanya, secara spesifik Mensos menyebut kelompok yang terdampak virus
Corona, namun tidak menerima bantuan sosial rutin, seperti PKH (Program Keluarga
Harapan), BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), maupun Kartu Prakerja. Penyaluran
BLT disusun oleh Bappenas dan dilaksanakan oleh PT Pos. selain itu dalam bentuk
pengawasan, dilibatkan juga unsur perangkat pemerintahan desa, RT, RW dan karang
taruna serta melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP),
Advokasi pemerintahan daerah, dan Depdagri.

 Hasil dari kebijakan keluaran Impact ini adalah bahwa :

Kebijakan ini keluar dalam rangka mengantisipasi kepada masyarakat dalam rangka
mendorong perekonomi di masyarakat. Di tahun 2021 sejumlah bantuan akan
diperpanjang oleh pemerintah. Meski untuk bantuan lainnya dinyatakan berakhir di
tahun 2020 seperti listrik gratis.

Tidak lain alasannya diperpanjang sejumlah bantuan guna mendorong perbaikan


ekonomi akibat pandemi covid-19. Bantuan yang bakal diperpanjangan pemerintah
yakni subsidi gaji, BLT UMKM, Kartu Prakerja, dan Bantuan Sosial Tunai.

Termasuk juga untuk program yang telah berjalan sebelum Covid-19, seperti Program
Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan. Namun khusus BLT UMKM / BPUM
tidak berlaku bagi peserta yang sudah menerima, hanya diperuntukkan
untuk penerima baru dengan tujuan pemerataan.

 Tujuan dari Kebijakan ini dapat dijelaskan bahwa :

24
BLT adalah program kompensasi jangka pendek dengan maksud, agar tingkat
konsumsi Rumah Tangga Sasaran, yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin,
miskin dan dekat dengan miskin (near poor), Dengan demikian walaupun program
BLT bukan satu-satunya program yang berkenaan dengan pemecahan masalah
kemiskinan, diharapkan dapat mendorong penanggulangan tingkat kemiskinan.
Di tengah pandemi covid-19, dana desa diperbantukan untuk memberikan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin di desa. Bukan berbentuk barang
ataupun sembako, BLT Dana Desa diberikan dalam bentuk uang. BLT Dana Desa
diberikan kepada warga miskin di desa yang belum mendapatkan program bantuan
pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT), dan kartu pra kerja. BLT Dana Desa diberikan dalam rangka untuk
membantu masyarakat yang terdampak secara ekonomi akibat covid 19. BLT Dana
Desa diberikan kepada penerima sebesar Rp600 ribu per bulan selama tiga bulan
berturutturut. Sehingga total BLT Dana Desa yang akan diberikan selama tiga bulan
berjumlah Rp1,8 Juta. Menteri Desa menyarankan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) untuk menyediakan bahan-bahan pokok kebutuhan warga desa. Hal ini
bertujuan agar penerima BLT Dana Desa dan masyarakat desa setempat tidak perlu
keluar desa untuk mencari kebutuhan pokok sehari-hari. Setelah BLT diserahkan
kepada penerima, sampaikan ke penerima BLT bahwa mau belanja beras, minyak, ada
di BUMDes. Sehingga dana itu berputar di desa.

3.2 TAHAP EVALUASI KEBIJAKAN


Dengan Menggunakan Metode Model Dunn.

 Evalusasi kebijakan :

Dari beberapa permasalahan ada tahapan permasalahan formal yang dapat


dikemukakan bahwa permasalahan inti yang sangat dominan yang menjadi
permasalahan utama yang mewakili dari beberapa permasalahan lainnya, yaitu
ketidakadilan dikarenakan masih banyak rakyat miskin yang berhak mendapatkan
bantuan tersebut namun belum pernah merasakannya. Beberapa warga yang seharusnya
tidak mendapatkan bantuan ini. Dan beberapa kalangan juga merasa bahwa BLT ini
belum tepat, dan tidak merata.

25
Seharusnya pemerintah berkaca dari pelaksanaan program BLT yang telah dilakukan
beberapa tahun lalu. Pada praktiknya, BLT tidak efektif menjangkau rakyat miskin dan
menimbulkan berbagai masalah di lapangan.Dan seperti BLT tidak memiliki efektifitas
dari segi penyaluran di lapangan. Kita sering menjumpai kasus pemberian bantuan yang
tidak tepat sasaran. Misalnya, rumah miskin justru tidak mendapatkan bantuan namun
rumah tangga yang lebih mampu mendapatkan bantuan. Barangkali pemerintah dapat
menanggap bahwa ini bersifat kasuistik. Namun pada praktiknya, kesalahan penyaluran
bantuan berawal dari data yang tidak jelas dan menimbulkan gesekan di masyarakat.
Hingga sekarang, tidak pernah dilakukan pendataan dan pencacahan ulang tentang data
rumah tangga miskin tersebut.

 Peramalan Masa Depan :


Seluruh masyarakat kecil dapat mendapatkan bantuan dana desa diperbantukan untuk
memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin di desa.
Bukan berbentuk barang ataupun sembako, BLT Dana Desa diberikan dalam bentuk
uang. BLT Dana Desa diberikan kepada warga miskin di desa yang belum
mendapatkan program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH),
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja. BLT Dana Desa diberikan
dalam rangka untuk membantu masyarakat yang terdampak secara ekonomi akibat
covid 19. BLT Dana Desa diberikan kepada penerima sebesar Rp600 ribu per bulan
selama tiga bulan berturutturut. Sehingga total BLT Dana Desa yang akan diberikan
selama tiga bulan berjumlah Rp1,8 Juta.

 Rekomendasi :
Bahwa Rekomendasi Alternatif Penerapan lebih cendurung dalam penyaluran BLT
atau BSU termin 2 ini terdapat perbedaan yang tidak dilakukan sebelumnya pada
termin 1, yakni rekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
mengharuskan Kemnaker memadankan data penerima dengan data wajib pajak.

 Aksi Kebijakan :
Masyarakat dinilai belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Data penerima
yang tidak ada perubahan, sering terjadi keterlambatan informasi, jauhnya lokasi
pencairan BLT dari desa adalah indikator dari penilaian kesungguhan aparat dalam
melaksanakan program BLT. Selain itu tidak ada 10 monitoring dari perintah pusat

26
saat pencairan dana sehingga permasalahan yang terjadi dilapangan tidak ada
penyelesaiannya.

 Pemantauan :
Harus menyiapkan Instrumen pendataan kemiskinan yang lebih tajam untuk
pemerintah, agar dapat mengantisipasi penerimaan Program Bantuan Langsung Tunai
adalah masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pemerintah menggunakan pengurus RT dan RW sebagai pusat informasi
pengumpulan update data kemiskinan. Itu bisa juga dibantu dengan penggunaan
teknologi, sehingga lebih efisien. Dan bisa menjadi perkiraan statistik terhadap
proporsi orang miskin yang berada di masyarakat. Karena bersifat proxy, maka itu
adalah simulasi sifatnya, perkirakan jumlah keseluruhan dari orang miskin yang
terdampak dari suatu peristiwa ekonomi.

Hasil Kebijakan :
Pemerintah Indonesia, sebelumnya pemerintah disebut akan memperpanjang program
subsidi upah tersebut. Di mana Subsidi gaji 2021 berupa bantuan Rp 600 ribu per
bulan tersebut seperti biasa diperuntukkan bagi pegawai yang bergaji di bawah Rp 5
juta, penyaluran bantuan subsidi upah telah mencapai 98,13 persen atau setara Rp
29,21 triliun, hingga akhir tahun ini, penyaluran bantuan subsidi upah sebesar Rp 1,2
juta untuk dua bulan tersebut bisa mencapai 99 persen.

 Tahap Pengevaluasian :
Kebijakan ini dapat disimpulkan berada dalam Kebijakan yang uptodate bahwa
kebijakan ini sudah mampu menyelesaikan masalahnya sendiri didalam problem-
problem masalah penumpukan sampah yang menggunung yang dapat segera diatasi
serta peningkatan kinerja sudah mulai terlihat hasil kerja nyata nya dapat dirasakan
oleh masyarakat sepeti pemberian BLT subsidi gaji Rp600.000, BLT kartu pekerja,
BLT UMKM dan BLT Bansos tunai.

27
DAFTAR PUSTAKA

Presiden Lanjutkan BLT Sampai 2021, Pulihkan Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19. (2020,
september 18). Retrieved januari 5, 2021, from menitindonesia.com:
https://menitindonesia.com/2020/09/18/presiden-lanjutkan-blt-sampai-2021-pulihkan-
ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19/

Razak, A. (2011, juni 20). Evaluasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai. Retrieved
januari 5, 2021, from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/razakabdur/5500e3d3a33311e77251269c/evaluasi-
kebijakan-program-bantuan-langsung-tunai

Romadhoni, B. A. (2021, januari 6). Hore! Pemerintah Beri Sinyal BLT untuk Pekerja akan
Dilanjutkan 2021. Retrieved januari 5, 2021, from suarasurakarta.id:
https://surakarta.suara.com/read/2021/01/06/110837/hore-pemerintah-beri-sinyal-blt-
untuk-pekerja-akan-dilanjutkan-2021?page=all

Solit, A. (2020, april 29). Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Ketidakpastian di Masa
Pandemi Covid-19. Retrieved januari 5, 2021, from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/arsos/5ea8880b097f367a1d573742/bantuan-langsung-
tunai-blt-dan-ketidak-pastian-di-era-covid-19

28
29

Anda mungkin juga menyukai