Disusun oleh:
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Disusun Oleh :
Penulis 1, Penulis 2,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
1.1 Thaharah...............................................................................................................3
A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Alat untuk thaharah...............................................................................................4
C. Najis......................................................................................................................5
D. Hadast...................................................................................................................7
E. Jenis Thaharah.......................................................................................................8
1.2 Sholat.....................................................................................................................9
A. Pengertian..............................................................................................................9
B. Tata Cara Sholat..................................................................................................10
C. Waktu dan Bacaan Niat Shalat Fardhu................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
Kesimpulan.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika kita membuka kitab fiqih apapun itu, mulai dari kitab Taqrib
karya Abu Suja’, sampai kitab fiqih yang berjilid-jilid seperti Fathu al-
Wahhab dan kitab-kitab yang serupa dengannya, maka bab pertama yang
dibahas adalah bab thaharah.
Kitab hadits pun sama. Seperti kitab Bulugh al-Marom. Kitab hadits ini,
pembahasan pertama juga thaharah. Sedikit beda dengan kitab tasawuf, yang
menjadikan thaharah sebagai bab kedua setelah pembahasan bab iman.
Sebagaimana susunan kitab Ihya’ Ulum ad-Din karya Imam Gazali. Timbul
pertanyaan, kenapa bab thaharah dijadikan pembahasan utama? Bukankah
terdapat hadits yang berbunyi:
َّ ب بِ ِه ا ْل َع ْب ُد يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة ال
ُصالَة َ إِنَّ أَ َّو َل َما يُ َحا
ُ س
Artinya: sesungguhnya awal perkara yang dihisah pada seorang hamba besok
pada hari Kiamat adalah shalat (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Baihaqi)
Shalat adalah ibadah yang pertama akan dihisab pada hari Kiamat
nanti. Lalu, kenapa tidak shalat yang dibahas pertama kali? Kenapa thaharah?
Terdapat hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi:
ُّ صالَ ِة ال
ط ُهو ُر ُ ِم ْفت
َّ َاح ال
Artinya: kunci shalat adalah suci (HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi,
Baihaqi, dan ad-Daruquthni)
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari thaharah dan sholat dan pentingnya
menjaga kebersihan dalam melaksanakan ibadah sholat.
2. Untuk mengetahui alat-alat yang bisa digunakan untuk bersuci.
3. Untuk mengetahui tata cara cara mensucikan diri dari hadast dan najis.
4. Untuk mengetahui jenis thaharah yang dilakukan untuk memenuhi syarat
sah sholat.
5. Untuk mengetahui tata cara melaksanakan sholat yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Thaharah
A. Pengertian
Dalam beberapa kitab fiqih, seperti kitab al-Fiqh al-Islmamy wa
adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaily, bahwa thaharah secara bahasa berarti
2
bersuci, dan thaharah juga bermakna an-Nadhzafah, yaitu kebersihan.
maka, thaharah secara istilah bisa diartikan sebagai kegiatan bersuci dan
membersihkan.
Namun yang dimaksud di sini tentu bukan semata suci dan
kebersihan. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih sebagaimana yang
terdapat dalam kitab Kifayah al-Akhyar karya Taqiyuddin Abu Bakr bin
Muhammad al-Husainy al-Hashini, kitab bermadzhab Syafi’i dan
Kasysyaf al-Qinna’ karya Manshur bin Yunus bin Idris al-Bahuty, kitab
bermadzhab Hanbali, adalah :
3
Air yang suci lagi mensucikan bagi lainnya, yaitu air yang sah
dipakai untuk berwudhu, mandi, dan membasuh najis. Air ini ada tujuh
macam :
a. Air Hujan
b. Air Laut
c. Air Sungai
d. Air Sumur
e. Air Pancuran Atau air sumber (Keran)
f. Air Embun
g. Air Salju2
Ketujuh macam air ini dapat disimpulkan denga perkataan : Air yang
turun dari langit dan air yang terbit(muncul) dari bumi.
Air yang suci tiada mensucikan bagi lainnya, ialah air yang tiada
sah dipakai untuk berwudhu, mandi, dan membasuh najis. Air ini ada 3
macam :
1. Air yang bercampur dengan barang yang suci, sehingga timbul
perubahan contohnya :
Air yang bercampur bunga mawar, baunya menjadi harum.
Air yang bercampur gula, rasanya berubah menjadi manis.
Air yang bercampur بلؤwarnanya berubah menjadi biru.
2. Air Musta’mal, sudah dipakai untuk wudhu, mandi dan membasuh
najis, tapi airnya tidak berubah. Andaikan berubah air itu dengan
najis hukumnya termasuk air najis
3. Air yang timbul dari kayu-kayuan atau buah-buahan, misalnya: Air
nira, air kelapa dan lain-lainnya.
2
H.Muhammad Zuhdi Bin H.Ramli, “Tangga Ibadah”, 1389H, halaman 5
4
Air najis atau yang bernajis ialah :
a. Air yang sedikit bercampur dengan najis
b. air yang banyak bercampur dengan najis, sehingga timbul
perubahan pada baunya, rasanya atau warnanya.
c. Apabila airnya kurang dari 2 qolah, Air yang sampai dua qolah
dinamakan air yang banyak, sebaliknya air yang kurang dari dua
qolah dinamakan air yang sedikit, tempat yang panjangnya,
lebarnya, dalamnya 1 \frac{1}{4} hasta isinya dua qolah,
mengingat 1 hasta 48cm, maka isi dua qolah 20x 20x 20 cm =
216000cm kubik = 216dm kubik 216 liter.
C. Najis
Najis terbagi tiga :
1. Najis yang berat atau Mughalladzah
2. Najis yang pertengahan atau Mutawassithah.
3. Najis yang ringan atau Mukhaffafah
Najis yang berat ialah najis (kotoran, air kencing, air liur, peluh)
anjing dan babi atau keturunan salah satu dari keduanya, umpama kambing
beristri anjing maka maka anaknya ini masuk hukum anjing. Demikian
pula juga anjing ber istri kambing anaknya masuk hukum anjing. Cara
menyucikannya pertama-tama dihilangkan benda najis itu kemudian
3
Ibid, h. 6
5
dibasuh dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan air yang bercampur
tanah.
Najis yang pertengahan ialah najis yang bukan anjing, babi, dan
keturunan salah satu dari keduanya seperti kotoran, kencing, darah, nanah,
susu binatang yang haram dimakan, bangkai binatang kecuali ikan,
belalang dan anak adam. Cara menyucikannya lebih dahulu dibuang najis
itu, kemudian baru dibasuh dengan air yang suci lagi menyucikan.
Najis yang ringan ialah kencing anak laki-laki yang belum cukup
umurnya dan belum makan atau minum dengan berkenyang selain dari
susu ibunya. Cara menyucikannya lebih dahulu dihilangkan najis itu
kemudian cukup dengan memercikkan air kepada tempat yang kena najis
tadi sampai basah.
Perhatian :
Apabila anak itu perempuan meskipun kurang umurnya dua tahun
Umurnya cukup dua tahun atau lebih
Pernah makan atau minum berkenyang selain susu ibu meskipun sekali
Maka hukumnya termasuk najis yang pertengahan.4
D. Hadast
Hadast terbagi dua, yaitu :
1. Hadast Kecil
2. Hadast besar
4
Ibid, h. 7 - 9
6
Hadast Kecil : Orang yang tidak berwudhu dinamakan orang yang
berhadast kecil. Jadi apabila sudah berwudhu tidak lagi dinamakan
berhadast kecil. Diharamkan bagi orang yang berhadast kecil :
1. Sembahyang
2. Tawaf
3. Menyentuh Qur’an
4. Mengangkat Qur’an
7
E. Jenis Thaharah
Thaharah terdiri dari dua jenis, yaitu :
8
Seorang yang shalat dengan memakai pakaian yang ada noda
darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena dia tidak terbebas
dari ketidaksucian secara hakiki. Thaharah hakiki bisa didapat dengan
menghilangkan najis yang menempel, baik pada badan, pakaian atau
tempat untuk melakukan ibadah ritual.
Caranya bermacam-macam. Tergantung dari level
kenajisannya. Bila najis itu ringan, cukup dengan memercikkan air
saja, maka najis itu dianggap telah lenyap. Bila najis itu berat, harus
dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu
pertengahan, disucikan dengan cara mencucinya dengan air biasa,
hingga hilang warna, bau dan rasa najisnya.6
1.2 Sholat
A. Pengertian
Shalat dalam islam menempati posisi yang tidak bisa disamai
dengan ibadah yang lain. Shalat adalah tiang agama, yang dengan tanpa
shalat, Islam tidak dapat berdiri. Rasulullah Sholla Allahu ‘Alaihi wa
sallam bersabda :
pada malam Mi’raj dengan tanpa ada perantara. Anas berkata, “Pada
6
Muhammad Abu Nadlir, Fiqih Thaharah: Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis, https://
https://baladena.id/fiqih-thaharah-pengertian-dasar-hukum-dan-jenis/, diakses pada 12 Oktober
2020
9
sallam. Pada malam Mi’raj sebanyak limapuluh kali. Kemudian, dikurangi
lagi di sisi-Ku. Dengan mengerjakan shalat lima waktu ini, engkau tetap
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 1, Jakarta 2008, CP Cakrawala Hal 159
8
Ibid, h. 227
10
C. Waktu dan Bacaan Niat Shalat Fardhu
Shalat fardhu ada 5 waktu dan masing masing mempunyai waktu yang
di tentukan. Setiap umat islam diperintahkan untuk menunaikan shalat-
shalat itu di dalam waktunya masing masing.
Adapun waktu shalat fardhu (wajib) yang ditentukan dalam islam
adalah sebagai berikut:
1) Shalat Subuh Waktunya dimulai dari terbitnya fajar shidiq, hingga
terbitnya matahari. Yaitu antara pukul 04.00 – 5.30 pagi. Shalat subuh
terdiri dari 2 raka’at. Niat Shalat Subuh:
Ushalli fardhash-shubhi rak'ataini mustaqbilal-qiblati adaa'an
(ma'muuman / imaaman) lillaahi ta'aalaa.
Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu subuh 2 raka’at, dengan
menghadap qiblat (ma’muman/imaman) karena Allah ta’ala.
11
4) Shalat Maghrib Waktunya dimulai sejak terbenamnya matahari
hingga hilangnya mega merah di langit. Yaitu antara pukul 18.00-19.00
sore. Shalat maghrib terdiri dari 3 raka’at. Niat Shalat Maghrib:
Ushalli fardhal-maghribi tsalaatsa raka'aatim mustaqbilal-qiblati adaa'an
(ma'muman / imaman) lillaahi ta'aalaa.
Artinya: Aku berniat melakukan shalat fardhu maghrib 3 raka’at, dengan
menghadap qiblat (ma’muman/imaman) karena Allah ta'ala.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Shalat adalah ibadah yang pertama akan dihisab pada hari Kiamat nanti. Dan
thaharah adalah kuncinya, Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya thaharah,
9
http://eprints.dinus.ac.id/18852/9/bab1_17898.pdf, diakses pada 10 Oktober 2020
12
ibadah kita kepada Allah Swt tidak akan diterima. Sebab beberapa ibadah
utama mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah tidak
sah. Bila ibadah tidak sah, maka tidak akan diterima Allah. Kalau tidak
diterima Allah, maka konsekuensinya adalah kesia-siaan. Oleh karena itu,
thaharah menjadi bab pertaama yang dikaji dalam semua kitab fiqih.
2. Shalat mempunvai rukun dan fardhu yang harus dipenuhi sehingga shalat yang
dikerjakan sesuai dengan aturan yang ada dan tidak menyimpang darinya.Jika
rukun dan fardhu yang telah ditetapkan tidak dilaksanakan, maka shalat yang
dilakukan tidak sah menurut syara'.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
H.Muhammad Zuhdi Bin H.Ramli, “Tangga Ibadah”, 1389H
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 1, Jakarta 2008, CP Cakrawala
Sumber Internet :
http://eprints.dinus.ac.id/18852/9/bab1_17898.pdf, diakses pada 10 Oktober
2020
Muhammad Abu Nadlir, Fiqih Thaharah: Pengertian, Dasar Hukum, dan
Jenis, https:// https://baladena.id/fiqih-thaharah-pengertian-dasar-hukum-dan-
jenis/, diakses pada 12 Oktober 2020
14