ABSTRACT
* Staf Pengajar Bahasa Indonesia Kopertis IIPalembang dipekerjakan pada Fakultas Keguruan
dan llmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung
** Staf Pengajar Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
"" Staf Pengajar Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta;
dan Staf Pengajar Luar Biasa Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Humaniora Volume 17, No. I , Februan 2005: 45-54
penutur bahasa Semende, dan wilayah dirikan Kerajaan Tulangbawang pada pada
transmigrasi yang terdin dari penutur bahasa abad keempat. Mereka mempunyai per-
Jawa, Sunda, Bali, dan lain-lain, sedangkan sekutuan adat Lampung yang dikukuhkan
penutur asli BL itu sendiri tersebar secara pada abad kedelapan pada masa keratuan,
merata di Sumbagsel yang diperkirakan yakni keratuan Dipuncak, Pemanggilan,
hanya 30% dari populasi penduduk cende- Pugung, Balaw, dan Darah Putih. Sekalipun
rung untuk menjadi kelompok minoritas di mereka berasal dari wilayah Skalaberak yang
wilayah ini. Dengan demikian, penutur sama, kemudian hidup dalam persekutuan
bahasa di Sumbagsel yang terdiri dari adat di wilayah geografis yang berbeda-beda,
bermacam-macam kelompok etnik dengan masing-masing kelompok etnik itu meng-
latar belakangbudayanyayang beragarn, dan gunakan dialeknya sendiri-sendiri. Untuk
di wilayah ini mereka menggunakan kepentingan komunikasi antarkelompok
bermacam-rnacam bahasa dengan aneka buay atau marga, lazimnya mereka meng-
dialeknya (Cf. Sudrajat, 1987:3) gunakan BM atau bahasa lndonesia sebagai
Gambaran rnengenai heterogenitas suatu prestise, sekaligus untuk menjaga
masalah kebahasaan di Sumbagsel, sebagai solidaritas antarsesama penduduk asli dan
bagian dari wilayah lndonesia telah diteliti pendatang yang bermukim di wilayah ini,
oleh Pusat Bahasa Jakarta pada tahun 1997 yang sepadan dengan larnbang daerah
dalam penelitian berskala nasional, yakni Lampung Sang Bhumi Ruwa Jurai hingga
Proyek Penelitian Kekerabatan dan Peme- sekarang.
taan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia, lhwalnya gambaran mengenai variasi
sedangkan penelitian BL ini dilihat dari kebahasaan BL itu pada mulanya diperikan
perspektif geografis, kajiannya difokuskan oleh van der Tuuk (1872) yang dalam pene-
pada penutur BL yang agak homogen di litian awal hanya meliputi ernpat wilayah titik
wilayah pedesaan yang lebih bersifat pengamatan (TP) Aboeng, Peminggir, Boemi
antropologis. Agoeng, dan Pubiyan di Sumbagsel tengah
Sifat BL yang agak homogen tersebut bagian selatan. Dalam perkembangan
tersebar secara merata di Sumbagsel, di selanjutnya, pandangan van Royen (1930)4
bagian utara penuturnya telah banyak dari segi hukum adat tampaknya secara
melakukan kontak dengan penutur bahasa dominan mempengaruhi pandangan van der
dan budaya Melayu Palernbang sejak masa Tuuk. Kemajuan di bidang kajian hukum adat
Sriwijaya, dan di bagian selatan banyak Lampung yang dilakukan van Royen me-
melakukan kontak dengan penutur bahasa manfaatkan hasil kajian dialektologi yang
dan budaya Melayu Jakarta sejak zaman dilakukan van der Tuuk, kemudian mempe-
kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam ngaruhijuga pandangan Hadikusuma sebagai
kenyataannya, BL dominan digunakan dalam budayawan dan ahli hukum adat Lampung.
rumah tangga, kelompok etnik, dan kegiatan Pandangan yang lebih dominan di-
upacara tradisi adat yang banyak dilakukan pengaruhioleh kajian budaya dan hukum adat
di desa-desa. Penutur BL lebih suka meng- Lampung tersebut telah dianut oleh sejumlah
gunakan BM atau bahasa lndonesia terhadap masyarakat hingga kini walaupun mengenai
mitra tutur di luar kelompok etniknya, baik persebaranvariasi BL hingga kini belum dikaji
terhadap rnitra tutur yang berbeda dialek berdasarkan geografi dialek yang sistematis
sesama penutur BL, maupun mitra tutur yang melalui pendekatan dialektologi. Pandangan
berbeda etniknya sehingga BL tidak banyak ini penting karena pendapat yang dikemuka-
diketahui mengenaifungsi dan kedudukannya kan oleh ketiga orang perintis bahasa dan
bagi pendatang yang baru memasuki dan budaya Lampung itu pada dasamya dianut
mengenal wilayah ini. oleh sebagian besar masyarakat akademik
Jauh sebelum kerajaan Sriwijaya ber- hingga kini. Pandanganyang dianut ini sangat
kuasa di seantero Nusantara pada abad rnempengaruhipengelompokan dialek-dialek
ketujuh, orang Lampung dari wilayah Skala- BL yang dianut oleh masyarakat pada
berak3telah mengadakan migrasi dan men- umumnya hingga saat ini.
Humaniora Volume 17, No. 1, Februari 2005: 45-54
Setelah evidensi tersebut dapat diarnati an fonern dan leksikon antara BL dan
dan dibuktikan, ternyata BL banyak rnenye- BM. Tarnpaknya, penutur BM lebih rnen-
rap dan rnerninjarn unsur bunyi BM --meliputi dorninasi pengaruh ekspansinya terha-
BD Minangkabau, Sernende, dan Ogan- dap penutur BL yang rnengakibatkan
berdasarkan perhitungan persarnaan leksikon penutur BL sebagai penuturyang bilingua-
yang terjadi korespondensi pada kognatnya. lisrne. Lebih-lebih lagi, bagi penutur
Analisis ini dapat rnengungkapkan jati diri bilingualisrne dalarn penggunaan BM
BL itu sendiri bahwa eksistensinya rnasih atau bahasa Indonesia ini pengguna-
tetap ada. Mengenai kerniripan-kerniripan annya sebagai suatu prestise rneng-
antarleksikon BM dan BL itu hanya disebab- akibatkan fungsi dan kedudukan BL
kan oleh secondary change BM terhadap BL, kurang rnaksirnal dan kurang dikenal
seperti terlihat pada contoh unsur bunyi oleh rnasyarakat lainnya.
serapan, dan pinjarnan di atas. Selain itu, b. lhwal unsur bunyi serapan dan pinjarnan
dari jurnlah persentase persarnaan seperti BL dari BM -BD Minangkabau, BD
yang tertera pada tabel di atas dapat pula Sernende, dan BD Ogan- baik sebagai
dibuktikan status hubungan kekerabatan BM unsur bunyi serapan analogi rnaupun
dan BL. Jika dijurnlahkan angka 59,5%,
sebagai unsur pinjarnan yang dapat
45,5%, dan 40,5%, dan ditarik angka rata-
dijaring berdasarkan 200 kosa kata
ratanya, rnaka diperoleh angka rata-rata
dasar Swadesh yang telah dipersentase-
48,2%. Jurnlah rata-rata 48,2% ini rnernper-
kan, unsur bunyi serapan analogi BL dari
lihatkan hubungan kekerabatan BM dan BL
EjM rata-rata 48,2%, yang rnenunjukkan
yang berada pada rentangankriteria 36 - 81%
status hubungan kekerabatan antar-
ini rnenunjukkan status hubungan bahasa
kerabat 'languages of a family. Jadi, status bahasa 'languages of a family, bukan
hubungan kekerabatan BM dan BL yang dialek dari suatu bahasa.
berada pada level bahasa kerabat, antara BM c. Selain kecenderungan penutur BL rneng-
dan BL rnernpunyaifungsi dan kedudukannya gunakan BM atau bahasa Indonesia,
sendiri-sendiri BL bukan sebagai BM tua, dan juga akibat pengaruh ekspansi Sriwijaya
BL bukan bagian atau dialek dari BM. rnasa silam-di Larnpung banyak diternu-
kan prasasti yang rnenggunakan BM
Kuno-, oleh para ahli BL disebut sebagai
BM tua dengan dalih hubungan kekera-
Berdasarkan analisis yang telah dilaku- batannya dengan BM sudah terlalujauh,
kan di atas, dapat disirnpulkan sebagai yang ditandai oleh hasil perhitungan
berikut. leksikostatistik yang rendah, yakni
a. Akibat hubungan kontak bahasa dan 39,9% (Dyen, 196526). Sirnpulan derni-
budaya antara penutur BL dan BM kian, berdasarkan tradisi atau kebiasaan
Sudirman AM dkk., Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung
para ilmuwan terdahulu dalam pem- daerah pegunungan, yaitu dataran tinggi
buktian perhitungan leksikostatistik Belalau di kaki Gunung Pesagi yang terletak
di sebelah timur Danau Ranau atau di hulu
menggunakan data sekunder yang Way Semangka yang bermuara di Teluk
sangat terbatas. Setelah diverifikasi Semangka Kota Agung.
berdasarkan data primer BL di lapangan, c) Dalam buku Sejarah PerkembanganPemerin-
patut kita akui bahwa substansi sebaran tahan di Lampung Buku 11 yang ditulis oleh
BL yang asli itu sendiri masih ada dan Dewan Harian DaerahAngkatan '45 (1994:38)
telah dijelaskan, bahwa "... pada umumnya
tetap bertahan, bukan sebagai BM tua. 'Orang Lampung' hingga kini sebagian besar
mengaku nenek moyang mereka dari dan
pernah berkerajaan 'Skala Beghak' [skala
1 Sumbagsel (merupakan akronim dari Sumatra baRa"] di Kenali Belalau".
bagian selatan) merujuk pada sebutan nama satu 4 Pemetaan van Royen yang diikuti Hadikusuma itu
provinsi sebelum tahun 60-an dengan pusat Ibu berdasarkan daerah teritorial hukum adat, yang
Kotanya di Palembang. Sumbagsel pada masa berbeda dengan hasil pemerian van der Tuuk
kolonial Hindia Belanda disebut sebagai (1872:119) dari segi dialektologi. Kajian dialekto-
Keresidenan Sumbagsel yang meliputi daerah logi BL yang pertama kali dilakukan van der Tuuk
Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Lampung. Setelah menggunakanempat TP, yakni Aboeng. Paminggir,
1960 ke-4 daerah itu menjadi keresidenansendiri- Boemi Agoeng, dan Pubiyan (1872). Dalam
sendiri yang dikembangkan pula menjadi provinsi perkembangan berikutnya oleh van Royen (1930)
yang diikuti Hadikusuma (1976) memanfaatkan
masing-masing. lstilah Sumbagselyang dirujuk ini
hasil penelitian van der Tuuk untuk menetapkan
masih tetap dipertahankan Kodam IV Sriwijaya
wilayah hukum adat di Sumbagsel. Meskipun apa
yang berpusatdi Palembangyang membawahkan
yang dikerjakanoleh van Royen dan Hadikusuma
komando teritorial keamanan 'security" yang ada
sesungguhnya terjadi tumpang tindih antara
di ke-4 provinsi itu. wilayah hukum adat dan wilayah sebaran varian
Sejak peristiwa G-30SIPKI Kodam IV berada di BL di Sumbagsel, nama Van der Tuuk tetap
bawah koordinator Pangdam IV Sriwijaya, menjadi terangkat dan terkenal.
Sumbagsel berpusat di Palembang hingga kini. 5 BM Palembang ada 12 bahasa daerah (BD) yang
Begitu juga untuk pendistribusiankegiatan dinas terdiri dari BD Palembang, Kubu, Musi, Rawas,
instansi yang terkait dalam bidang pemerintahan, Pasemah, Enim, Ogan, Komering, Bangka. Belitung,
apabila kegiatannya melibatkan ke-4 provinsi di Semende, Sekak, dan Orang Lorn (Dunggio dkk.,
Palembang, sebutan Sumbagsel masih tetap 1983:88). Yang bersentuhan langsung (kontak
berlaku (Cf.Depdikbud, 1976:86); Dewan Harian budaya) dengan BL adalah BD Ogan dan
Angkatan 45.1994:xxxvii). Atas dasar itu, BL yang Semende, sedangkan BM Minangkabau yang
berada di Provinsi Lampung dan Sumsel atau yang dijadikan bahasan ini, atas dasar pertimbangan
berada dalam wilayah Sumbagsel dalam tulisan pengaruh ekspansi kerajaan Pagaruyung masa
ini digunakan istilah BL di Sumbagsel. silam yang sudah diadopsi oleh bahasa dan
2 Setelah herakhirnya kerajaan Sriwijaya pada budaya setempat.
abad ke-14, kerajaan Majapahit mengadakan Sebagai tambahan mengenai ikhwalnya BM
ekspansi di Sumatra, dan mendirikan kerajaan Minangkabau, setelah berakhirnya kerajaan
Melayu. Setelah kerajaan Melayu berdiri sendiri, Sri.wijaya pada abad ke-14, kerajaan Majapahit
kerajaan Melayu diubah menjadi kerajaan mengadakan ekspansidi Sumatra, dan mendirikan
Pagaruyung yang menyebarkan pengaruhnya kerajaan Melayu. Setelah kerajaan Melayu berdiri
hingga ke wilayah Lampung Barat. sendiri, kerajaan Melayu diubah menjadi kerajaan
Pendapat ini disokong oleh data tertulis sebagai Pagaruyung yang menyebarkan pengaruhnya
3
hingga ke wilayah Lampung Barat.
berikut.
a) Dalam Monografi Daerah Lampung dijelas-
kan "... orang-orang suku bangsa Lampung
dari semua sub-subsukunya percaya bahwa DAFTAR RUJUKAN
tempat asal nenek moyang mereka adalah dari
Skalaberak" (Depdikbud,l976: If
dkk. 1981:ll).
: Cf. .
Bukri, Sayuti, Soepangat, dan Sukiji. 1 98 1 Sejarah
Daerah Lampung. Jakarta: Departemen
b) Hadikusuma(1989:3) dalam bukunya Bahasa
Lampungmenjelaskan bahwa asal-usul nama Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampung berasal dari ucapan asli penutur Broesma, Dr., R., 19 16. De Lampongsche
Lampung [anja" lambul<l eanjak lambung> 'dari Districten. Batavia: Jawasche Boekhandel &
atas'. Maksudnya untuk menyatakan bahwa
nenek moyang orang Lampung itu berasaldari
Drukkerij.
Humaniora Volume 17, No. 1, Februari 2005: 45-54
Crowley, Terry. 1 987. An Introduction To Historical Nothofer, B. 1975. The Reconstructionof Proto-
Linguistics. Papua New Guinea: University Malayo-javanic. S-Gravenhage-Martinus
of Papua New Guinea Press, University of Nijhoff.
the South Pacific. . 1992. Profil Provinsi Republik Indonesia:
DepartemenPendidikandan Kebudayaan. 1976. Lampung. Jakarta:Yayasan Bhakti Wawasan
Monografi Daerah Lampung.Jakarta: Proyek Nusantara.
Pengembangan Media Kebudayaan Depar- Royen, JWVan. 1930. Nota over de Lampoengsche
temen Pendidikandan Kebudayaan. Merga's, LansdmkkerijWeltev-reden. Batavia:
Dewan Harian Angkatan 45. 1994. Sejarah TBG Bruining & Wijt.
Perkembangan Fkrnerintahandi Lompung, Buku Sudirman AM. 2005. "Geografi Dialek Bahasa
11. Bandar Lampung: Badan Penggerak Pem- Lampung di Wilayah Sumatra Bagian
bina PotensiAngkatan 45 Provinsi Lampung. Selatan". Disertasi, Yogyakarta: PPS
Dunggio, Yuslizal Saleh, dan Natidjah. 1983. Universitas Gadjah Mada
Bahasa Polembang. Jakarta:Pusat Pembinaan Sudradjat. 1 987. Bahasa dun Aksara Lampung:
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Kojian Sosiolinguistik. Universitas Lampung:
Dyen, Isodore. 1965. A LexicostatisticalClassifi- Teknokrat
cation of the Austronesian Language. Tuuk, H.N.van der. 1872. "'t Lampongschen zijne
Bloomington, Indiana: Indiana University. tongvallen". Tjdschrift in lndische Taal-, Land-
Hadikusuma, Hilman. 1988. Bahasa Lampung. En Vokkenkunde Dee118. Batavia: W Bruining
Jakarta: Fajar Agung. & Co's Hage, M. Nijhoff.
Hadikusuma, Hilman. 1989.Masyarakatdon Adat Walker, Dale, F. 1975. 'A Lexical Study of
Budoyo Lampung. Bandung: CV Mandar Maju. Lampung Dialects". Dalam Verhaar JWM
Kridalaksana, Harimurti. 199 I. "Perihal Konstruksi (ed.). Miscellaneus Studies in Indonesianand
Sintaksis dalam Bahasa Melayu Kuna" dalam Languages in IndonesiaPart I.Jakarta: Badan
Kridalaksana (ed.) Masa Lampau Bahasa Penyelenggara Seri NUSA.
Indonesia: Sebuah Bunga Rampoi. Yogyakarta:
Kanisius.