Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA

MELAYU DAN BAHASA LAMPUNG


Sudirman AM*, M. Ram fan**
Harimurti Kridalaksana ***, Znyo Yos Fernandez*"

ABSTRACT

This paper discussesthe relationshipbetween Malay and Lampunglanguage, and


attempts to answer the issue whether Lampung language is actually as old as Malay
language. Malay language is considered more dominant them Lampunglanguage, and
the peopleare unclined to use Malay language. The result of reconstructionand com-
parative analyses of sound elements of lexicons indicate that Lampung language bar-
rows and absorbs sound elements of Malay language. The status of relationship be-
tween Malay and Larnpunglanguage may be defined as languagesof afamily. People use
Malay language to listeners outside his ethnic groups and use Lampung language on
family and traditional ceremonies in the village.

Key words: relationship - reconstruction- use - language

PENDAHULUAN hanya merupakan persekutuan adat yang


dikukuhkan pada abad kedelapan berupa

P erspektif geografis bahasa Melayu


(BM) dan bahasa Lampung (BL)
mempunyai hubungan kekerabatan
yang baik dan dekat. Secara historis penutur
keratuan, seperti Keratuan Dipuncak,
Keratuan Pemanggilan. Keratuan Pugung,
Keratuan Dibalau, dan Keratuan Darah Putih
(cf. Hadikusuma,l989:157). Karena di
BM dan BL di Sumatra bagian selatan dalam Lampung tidak pernah ada kerajaan yang
sejarah perkembangannya hingga dewasa ini feodal dan teratur, masyarakat Lampung
mempunyai corak tersendiri. tundub kepada Sriwijaya abad ketujuhsampai
Corak perkembangan BM dan BL yang ketiga belas, tunduk kepada Majapahit abad
ada dewasa ini tidak terlepas dari sejarah ketiga belas dan empat belas, dan tunduk
perkembangannya pada masa silam karena pada Banten abad lima belas dan enam
di Lampung tidak pernah ada suatu kerajaan belas. Selanjutnya, sejak abad ke-16-20
yang bersifat feodal dan teratur. Yang ada sampai sekarang telah terjadi kolonisasi dan

* Staf Pengajar Bahasa Indonesia Kopertis IIPalembang dipekerjakan pada Fakultas Keguruan
dan llmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung
** Staf Pengajar Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
"" Staf Pengajar Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta;
dan Staf Pengajar Luar Biasa Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Humaniora Volume 17, No. I , Februan 2005: 45-54

transmigrasi untuk kemajuan masyarakat sedangkan penggunaan BL oleh penutumya


Lampung dari berbagai aspek sosial, hanya dilakukan dalam kelompok etnik, rumah
budaya, dan agraris. Akibat dari perkem- tangga, dan seremonial upacara adat yang
bangan itu, penutur BL lebih cenderung masih homogin saja. Tentu saja, akibat
menggunakan BM sebagai penutur yang penggunaan BL antarkelompok etnik
bilingualisme, disertai terjadinya pemukiman masyarakat Lampung dalam ruang waktu dan
orang Lampung di Cikoneng Jawa Barat pada tempat yang berbeda di Sumatra bagian
masa Kesultanan Banten (cf. Broesma, selatan ini mengakibatkan sifat BL dalam
1916:17). masa terakhir ini sudah agak homogin. Oleh
Rekonstruksisejarah bahasa dan budaya sebab itu, sifat BL yang agak homogin -
ini sangat penting untuk mengetahui dan terutama yang banyak ditemukan di wjlayah
mengungkapkan keberadaan isolek satuan pedusunan- telah dilakukan penelitian
lingual yang digunakan oleh penutumya masa geografi dialek BL dalam perspektif geografis
kini, sebagai refleksi dari endapan proses di Sumatra Bagian Selatan (selanjutnya
perkembangan sosial budaya penuturnya disingkat Sumbagsell).
pada masa lampau. Dalam penelitian tersebut dijelaskan,
lhwalnya penutur BL itu sendiri, kehi- dengan banyaknya penduduk Lampung asal
dupannya yang berkelompok-kelompok kolonisasi atau transmigrasi, orang Lampung
berdasarkan buay atau marga ethnic group dan perkampungannya sudah ada yang
sampai pada akhir abad ke-20 mengaki- bercampur baur dengan kaum pendatang
batkan masing-masing kelompok etnik itu sehingga di pasar-pasar, desa-desa, dan
menggunakan dialeknya sendiri-sendiri. kota-kota umumnya yang dipakai adalah BM
Untuk kepentingan berkomunikasi antar- atau bahasa Indonesia. Bahasa Jawa,
kelompok buay atau marga lazimnya mereka Sunda, Bali, dan lain-lain dipakai di lingkungan
menggunakan BM atau bahasa lndonesia pasar-pasar desanya masing-masing,
sebagai suatu prestise. Persoalan ini telah sedangkan BL banyak dipakai di per-
dijelaskan oleh Walker bahwa di wilayah kampungan orang Lampung. Orang-orang
pemakaian BL banyak variasi dialek yang Lampung banyak yang pandai berbahasa
membingungkankarena karakter penutur dari bahasa pendatang, sedangkan para pen-
salah satu dialek lebih suka menggunakan datang banyak yang tidak pandai berbahasa
dialek campuran BM atau bahasa lndonesia Lampung, karena BL hanya digunakan
di tempat lain. Persoalan ini dapat diketahui sebagai bahasa keluarga atau rumah tangga,
dari publikasi terakhir tentang itu yang upacara adat, dan sesama orang Lampung
menyebutkan seorang penutur dialek Abung dalam lingkungan pergaulan yang terbatas
seperti Peminggir, Pubian, dan Maringgai (cf. Hadikusuma,l988:2).
yang pada umumnya antarkelompok itu lebih .Dalam kajian ini, BL dilihat dari per-
cenderung berbicara dalam BM atau bahasa spektif geografis, yakni geografi dialek BL di
lndonesia (Walker, 1975:ll). Sumbagsel. Secara geografis bahasa-
Yang dimaksud Walker dengan karakter bahasa di Sumbagsel menunjukkan sifat
penutur di atas, yaitu karakter masyarakat yang heterogen. Sifat heterogen ini diperlihat-
iampung yang tercermin dalam lambang kan oleh banyaknya anak suku bangsa
daerah Lampung Sang Bhumi Ruwa Jurai sebagai penutur bahasa, dan sebagai akibat
'bumi yang dihuni dua keturunan'; maksud- interaksi antarpenutur BL dengan penutur
nya, wilayah Lampung dihuni oleh penduduk bahasa dan budaya lainnya di wilayah ini. Di
asli dan penduduk pendatang. Untuk men- bagian utara Sumbagsel banyak didominasi
jaga solidaritasantarsesama dalam kehidupan oleh penutur BM Palembang, seperti bahasa
bermasyarakat, baik penduduk asli maupun Semende dan Ogan; di bagian selatan
pendatang dalam berkomunikasi lebih banyak didominasi oleh penutur BM Jakarta;
cenderung menggunakan BM atau bahasa ditambah lagi di Lampung Barat dan sekitar-
lndonesia dalam mengatasi kebuntuan atau nya banyak dipengaruhi oleh BM Minang-
kemandekan komunikasi di antara mereka, kabau2. Selain itu, ada daerah kantong
Sudirman AM dkk., Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung

penutur bahasa Semende, dan wilayah dirikan Kerajaan Tulangbawang pada pada
transmigrasi yang terdin dari penutur bahasa abad keempat. Mereka mempunyai per-
Jawa, Sunda, Bali, dan lain-lain, sedangkan sekutuan adat Lampung yang dikukuhkan
penutur asli BL itu sendiri tersebar secara pada abad kedelapan pada masa keratuan,
merata di Sumbagsel yang diperkirakan yakni keratuan Dipuncak, Pemanggilan,
hanya 30% dari populasi penduduk cende- Pugung, Balaw, dan Darah Putih. Sekalipun
rung untuk menjadi kelompok minoritas di mereka berasal dari wilayah Skalaberak yang
wilayah ini. Dengan demikian, penutur sama, kemudian hidup dalam persekutuan
bahasa di Sumbagsel yang terdiri dari adat di wilayah geografis yang berbeda-beda,
bermacam-macam kelompok etnik dengan masing-masing kelompok etnik itu meng-
latar belakangbudayanyayang beragarn, dan gunakan dialeknya sendiri-sendiri. Untuk
di wilayah ini mereka menggunakan kepentingan komunikasi antarkelompok
bermacam-rnacam bahasa dengan aneka buay atau marga, lazimnya mereka meng-
dialeknya (Cf. Sudrajat, 1987:3) gunakan BM atau bahasa lndonesia sebagai
Gambaran rnengenai heterogenitas suatu prestise, sekaligus untuk menjaga
masalah kebahasaan di Sumbagsel, sebagai solidaritas antarsesama penduduk asli dan
bagian dari wilayah lndonesia telah diteliti pendatang yang bermukim di wilayah ini,
oleh Pusat Bahasa Jakarta pada tahun 1997 yang sepadan dengan larnbang daerah
dalam penelitian berskala nasional, yakni Lampung Sang Bhumi Ruwa Jurai hingga
Proyek Penelitian Kekerabatan dan Peme- sekarang.
taan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia, lhwalnya gambaran mengenai variasi
sedangkan penelitian BL ini dilihat dari kebahasaan BL itu pada mulanya diperikan
perspektif geografis, kajiannya difokuskan oleh van der Tuuk (1872) yang dalam pene-
pada penutur BL yang agak homogen di litian awal hanya meliputi ernpat wilayah titik
wilayah pedesaan yang lebih bersifat pengamatan (TP) Aboeng, Peminggir, Boemi
antropologis. Agoeng, dan Pubiyan di Sumbagsel tengah
Sifat BL yang agak homogen tersebut bagian selatan. Dalam perkembangan
tersebar secara merata di Sumbagsel, di selanjutnya, pandangan van Royen (1930)4
bagian utara penuturnya telah banyak dari segi hukum adat tampaknya secara
melakukan kontak dengan penutur bahasa dominan mempengaruhi pandangan van der
dan budaya Melayu Palernbang sejak masa Tuuk. Kemajuan di bidang kajian hukum adat
Sriwijaya, dan di bagian selatan banyak Lampung yang dilakukan van Royen me-
melakukan kontak dengan penutur bahasa manfaatkan hasil kajian dialektologi yang
dan budaya Melayu Jakarta sejak zaman dilakukan van der Tuuk, kemudian mempe-
kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam ngaruhijuga pandangan Hadikusuma sebagai
kenyataannya, BL dominan digunakan dalam budayawan dan ahli hukum adat Lampung.
rumah tangga, kelompok etnik, dan kegiatan Pandangan yang lebih dominan di-
upacara tradisi adat yang banyak dilakukan pengaruhioleh kajian budaya dan hukum adat
di desa-desa. Penutur BL lebih suka meng- Lampung tersebut telah dianut oleh sejumlah
gunakan BM atau bahasa lndonesia terhadap masyarakat hingga kini walaupun mengenai
mitra tutur di luar kelompok etniknya, baik persebaranvariasi BL hingga kini belum dikaji
terhadap rnitra tutur yang berbeda dialek berdasarkan geografi dialek yang sistematis
sesama penutur BL, maupun mitra tutur yang melalui pendekatan dialektologi. Pandangan
berbeda etniknya sehingga BL tidak banyak ini penting karena pendapat yang dikemuka-
diketahui mengenaifungsi dan kedudukannya kan oleh ketiga orang perintis bahasa dan
bagi pendatang yang baru memasuki dan budaya Lampung itu pada dasamya dianut
mengenal wilayah ini. oleh sebagian besar masyarakat akademik
Jauh sebelum kerajaan Sriwijaya ber- hingga kini. Pandanganyang dianut ini sangat
kuasa di seantero Nusantara pada abad rnempengaruhipengelompokan dialek-dialek
ketujuh, orang Lampung dari wilayah Skala- BL yang dianut oleh masyarakat pada
berak3telah mengadakan migrasi dan men- umumnya hingga saat ini.
Humaniora Volume 17, No. 1, Februari 2005: 45-54

Penelitian khusus di bidang linguistik halnya kekerabatan BM dengan bahasa


deskriptif tentang BL telah mendapat perhatian Seraway. Jika hubungan kedua isolek itu
para sarjana, baik sarjana Indonesia maupun rendah, berarti penutur isolek tersebut
Barat. Namun, penelitian yang lebih dominan terisolisasi dan rnenggunakan bahasa tua.
rnengenai deskripsi struktur BL itu sendiri Di sisi lain, di Larnpung telah dijumpai
tidak banyak memberikan inforrnasi prasasti Palas Pasernah di Lampung
tambahan mengenai persebaran variasi BL. Selatan, prasasti Haur Kuning di Balik Bukit
Dalam kajian ini, perhatian terhadap Larnpung Barat, dan prasasti Ulu Belu di
persebaran variasi-variasi BL dikaji berdasar- Wonosobo Tanggarnus Larnpung yang
kan pendekatan yang lazirn dilakukan dalarn rnenggunakan BM Kuno (Profil Provinsi
Republik Indonesia: Lampung, 1992:293; cf.
geografi dialek modern atau historis kornpa-
Kridalaksana, 1991:I 66). Berdashrkan
ratif, terutama di wilayah perbatasan adrnin-
banyaknya fakta tertulis pada prasasti,
istratif pemerintahan Provinsi Lampung dan
dirnungkinkan rnunculnya suatu prediksi
Provinsi Sumatra Selatan. yang rnenyatakan BL sebagai BM tua.
Di sisi lain, ihwalnya penggunaan BM, Beranjak dari persoalan di atas, kajian ini
di samping sebagai lingua franca sejak masa dapat dilakukan setelah rnelihat evidensi
Sriwijaya di seantero Nusantara, juga satuan lingual yang ada di lapangan, banyak
sebagai bahasa prestise bagi masyarakat sekali fakta yang mernperlihatkan kerniripan-
Sumbagsel dalam situasi pemakai dan kerniripan unsur bunyi antarleksikon BM dan
pernakaiannya yang bersifat nonforrnal. BL. Persoalan itu perlu diverifikasi mengenai
Akibat pernakaian BM yang demikian, analogi unsur bunyi serapan, dan analogi
wilayah sebaran BM yang digunakan di unsur serapan pinjarnan sebagai secondary
wilayah dekat perbatasan Lampung, change BM terhadap BL. Berpijak pada suatu
terutama mulai dari Kayu Agung, Gunung anggapan dasar, sebagian besar penutur BL
Batu, Martapura, Muaradua, Ranau, hingga sebagai rnasyarakat yang mernpunyai
Aji Kagungan Kota Bumi dan sekitarnya, persekutuan adat, sedangkan penutur BM
penutur BL secara ekstemal menggunakan sebagai rnasyarakat yang biasa mernpunyai
BM terutarna di daerah kantong bahasa pemerintahan yang feodalistis dan teratur
Semende 'Enclave Bahasa Semende'. merupakanciri khas penutur yang bergengsi.
Berdasarkan penuturan sebelurnnya, Masing-masing aspirasi penutur BL dan BM
bahasan dalam makalah ini terbatas pada itu berkernbang rnenurut situasi pernakai dan
pembicaraan rnengenai hubungan kekerabat- pernakaiannya dalarn dua wilayah geografis
an BM dan BL, terutarna untuk rnendeskripsi- yang bersentuhan.Akibat persentuhanwilayah
geografis dan berikut sosial budayanya,
kan unsur bunyi serapan, dan unsur bunyi
selanjutnya tejadi kontak bahasa dan budaya,
pinjaman sebagai secondary change BM
teru'iarna antarpenutur BM dan BL yang
terhadap BL. Hal ini dilakukan untuk mern-
rnenggunakan kedua bahasa yang berkerabat.
buktikan suatu anggapan bahwa BL apakah Yang perlu dipertanyakan apakah BL sebagai
sebagai BM tua atau bukan. Oleh para ahli BM tua, dan apakah BL mempunyai corak
terdahulu yang menggunakan data van der tersendiri yang berbeda dengan BM.
Tuuk yang sangat terbatas, seperti yang Selanjutnya, dalam kajian ini perlu
dilakukan oleh Dyen (1965) yang diikuti oleh ditelusuri mengenai hubungan kekerabatan
Nothofer (1975) yang menggunakan antar-BM dan BL terbatas pada 200 kosa
instrumen seratus kosa kata dasar Swadesh kata dasar Swadesh, rnenggunakan teori
dalam perhitungan leksiko-statistik mernper- perbandingan fonologi antarkedua bahasa,
lihatkan hubungan kekerabatan BM dan BL seperti dilakukan oleh Crowley. Crowley
itu sangat rendah, yakni 39,9 % (1965:26). rnenyatakan bahwa:
Menurut kelaziman kedua ahli tersebut, "You should rememberfrom your
dalarn perhitungan yang dernikian status BL study of phonology, that when we are
sudah sangat jauh dari BM, tidak seperti looking for possible conditioning fac-
Sudirman AM dkk., Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung

tors for allophones, we need to con- perangkat (katalleksikon) yang ber-


sider the following (a) the nature of the korespondensi itu distribusinya saling
sound or sounds which follow; (b) the melengkapi atau kontrastif.
nature of the sound or sounds which
precede; (c) the nature of the syllable Analisis Perbandingan antar-BM dan BL
i.e. whether open or closed; (d) the
posisition in the word i.e. initial, me- Dalam analisis perbandingan antar-BM5
dial, or final. Let us consider these dan BL berikut ini, dideskripsikan BM -
possible conditioning factors to see terdiri dari bahasa Minangkabau, bahasa
if these two sets of coresspondences Semende, bahasa Ogan- dan BL yang
are in complementary or contrastive menggunakan instrumen 200 kosa kata
distribution" (Crowley, 1987:108). dasar Swadesh versi Pusat Bahasa ~akarta
tahun 2000. Dari 200 kosa kata dasar
Crowley menyatakan bahwa Swadesh itu, yang disajikan dalam analisis
dalam studi fonologi kita perlu mencari ini hanya yang mempunyai kesamaannya
kemungkinan kondisi faktor-faktor saja, selain itu diabaikan dan tidak dihitung
bunyi yang beralofon, dan kita perlu
dalam perhitungan leksikostatistik.
mempertimbangkan (kaidah) sebagai
berikut (a) sifat bunyi atau bunyi-bunyi
yang mengikutinya; (b) sifat bunyi atau
,. KorespDndensi Bahasa Minang-
kabau dengan B L
bunyi-bunyi yang mendahuluinya; (c)
sifat silabe apakah terbuka atau ter- Korespondensi bahasa Minangkabau
tutupi dan posisi (unsur) bunyi dengan BL ini sudah diidentifikasi dalam
dalam kata (leksikon) apakah di awal, penelitian terbatas pada unsur bunyi yang
di tengah, dan di akhir. Kits perlu berkorespondensi saja, mengenai UnSUr
mempertimbangkan kemungkinan bunyi Serapan dan UnSUr bunyi pinjaman
kondisi faktor-faktor seperti ini untuk analogi dari bahasa Minangkabau ke BL
dicermati jika (dijumpai persoalan) dua sekedar contoh, seperti berikut ini.

a. Pada posisi antepenultirna terbuka

B. Minangkabau B. Lampung Unsur bunyi Glos Bhs. Indonesia


Serapan Pinjaman

[boburu] 3 [babuRu] 'berburu'


[babuReu]
b. Pada posisi awal setelah jeda
[Oabu] = [habu] 'abu'
[Oanau] [hanau 'enau'
c. Pada posisi antar-vokal
[awan] a [aban] 'awan'
[(a)pa"I = [(u)ba"l 'ayah'
d. Pada posisi akhir sebelum jeda
[gigi"] a [gigit] It] [gigi"] 'gigit'
[IiIi"1 [lilit] [tl [iili"] 'lilit'
e. Pada posisi ultima tertutup
[upie"] = [upe"] 'anak wanita'
[silie"] [sile"] 'silat'
Humaniora Volume 17, No. 1, Febmari 2005: 45-54

2. Korespondensi Bahasa Semende penelitian, terbatas pada unsur bunyi yang


dengan E L berkorespondensi saja, rnengenai unsur
bunyi serapan dan unsur bunyi pinjarnan
KOrespOndensi bahasa Sernende analogi dari bahasa Sernende ke BL,
dengan BL ini telah diidentifikasi dalarn sekedar =ontoh seperti berikut.

a. ' Pada posisi antepenultirna terbuka

B.Semende 6. Lampung Unsur bunyi Glos Bhs. Indonesia


Serapan Pinjaman
[baburu] 3 [bubuRu(ou)] [u] 'berburu'
[babuRu(eu)] [a] 'berburu'
Pada posisi antepenultirna tertutup
[hambuwe] 3 [harnbuwa] [a] 'abu'
[Oambalah] [Oarnbolah] [a] 'mernbelah'
Pada posisi awal setelah jeda
[OakaR] 3 [waka"] [w] 'akar'
[baka"] [bl 'akar'
Pada posisi antar-vokal
[ernpay] 3 [appayl [PPI [arnpayl 'baru'
[sernpit] [sa~~itl [PP] [sampit] 'sernpit'
Pada posisi akhir sebelurn jeda
[liyut] 3 [IiyaR] [Rl [liyut] 'licin'
[IiyoX] [XI
Pada posisi penultirna terbuka
[taloR] 3 [talu~l [a] 'telur'
[OulaR] [0ola~l [o] 'ular'
Pada posisi penultirna tertutup
[sernpit] * [sornpit] [o] 'sernpit'
[sappit] [a1 'sernpit'
[surnpit] [ul 'sempit'
Pada posisi ultirna terbuka
[jarna] 3 [jirnou] [OU] 'orang'
[diye I EOoyEI [El 'ia'
Pada posisi ultirna tertutup
[tata"] 3 [tatow] [o] 'potong'
[indOF] [induy] [u] 'ibu'
[i(a)ndUW] [ul 'ibu'

3. Korespondensi Bahasa Ogan pondensi saja, rnengenai unsur bunyi serapan


dengan BL dan unsur bunyi pinjaman analogi dari
Korespondensi bahasa Ogan dengan BL bahasa Ogan ke BL, untuk sekadar contoh
ini sudah diidentifikasi dalarn penelitian Sebagai berikut.
terbatas pada unsur bunyi yang berkores-

a. Pada posisi antepenultirna terbuka

B. Ogan B. Lampung Unsur bunyi GIos Bhs. Indonesia


Serapan Pinjaman
[baburu] 3 [bubuRu(ou)] - [babuRu] 'berburu'
Sudirman AM dkk., Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung

b. Pada posisi awal setelah jeda


[sapEI* [@apouI 'siapa'
[gap0 I 'siapa'
c. Pada posisi antar-vokal
[para"] 3 [paRa"] 'dekat'
[Oidup] [(h)iRu~l 'hidung'
[OiXup] 'hidung'
[hiyupl 'hidung'
d. Pada posisi akhir sebelum jeda
[ekor ] [ikuyl [YI - 'ekor'
[byrat] [biya"] [?I [biyat] 'berat'
e. Pada posisi penultima terbuka
[tuwE] [taha] 'tua'
[Oijau] [hujou(au)] 'hijau'
[Oiya I [BoyEI 'ia'
f. Pada posisi penultima tertutup
[sYmpit] * [sumpit] [ul [sappit] 'sempit'
[sompit] 101 - 'sempit'
[empay1 * [ampay1 [a1 - 'baru'
fvmpayl [vl - 'baru'
g. Pada posisi ultima terbuka
[Oabu] [Oabeu] [eul [(h)abul 'abu'
[Oijau] [hujou] [OU] [hujau] 'hijau'
h. Pada posisi ultima tertutup
[Oasap] 3 [OasY] fv] [Oasa"] 'asap'
[tup kat] [tukkY"] [vl [tupkatl 'tongkat'

Berdasarkan data leksikon yang telah stocks of a microphylum 04 - 12%,


diperhatikan dan dicermati korespondensi microphyla of a mesophyulum 01 - 4%,
kognatnya sebagai satuan unsur bunyi yang mesophyla of a macrophylum 00 - 1%
sama, dan yang mengalami perubahan (Crowley, 1987:192)
teratur, kemudian diikuti dengan perhitungan
kesamaan leksikon antara BM -yang Apabila kita cermati data di atas, BL
meliputi bahasa daerah (BD) Minangkabau, mempunyai unsur bunyi serapan, dan
Semende, dan Ogan- dengan BL sebanyak pinjaman dari BD Minangkabau, BD
dua ratus kosa kata dasar, di samping mem- Semende, dan BD 0gan. Deskripsi satuan
perlihatkan unsur bunyi serapan, dan unsur lingual yang diperikan dalam makalah ini
bunyi pinjaman,juga memperlihatkan kesama- sekadar contoh yang terbatas, dan tidak
an antarleksikon BM dan BL yang dapat direntangkan sejumlah perbandingan dua
dipersentasekan. Jumlah kesamaan antar- ratus kosa kata dasar antarleksikon bahasa-
leksikon BM dan BL dipersentasekan itu bahasa yang diperbandingkan untuk mem-
tanpa memperhitungkan kesamaan unsur buahkan jumlah kesamaan yang dialihganti-
fonologis dan morfologisnya. Selanjutnya, kan dalam bentuk hasil persentase.
dapat ditentukan status hubungan kekerabat- Semua hasil persentase kognat leksikon
an antarkedua bahasa tersebut pada antara BM dan BL yang dijaring dari daftar
rentangan dua ratus kosa kata dasar Swadesh itu, di
dialect of a language 81-loo%, samping dapat diperhatikan unsur serapan
languages of a family 36 - 81%, dan pinjaman analogi, juga dapat diperhati-
families of a stock 12 - 36%, kan jumlah persentase persamaan dalam
Humaniora Volume 17, No. 1. Februan' 2005: 45-54

perhitungan leksikostatistik, sebagai upaya sebagai bahasa yang berkerabat, BL


pernbuktian status kekerabatan BM dan BL. banyak rnenyerap dan rnerninjarnfonern
Sebelurn pernbuktian dilakukan, terlebih dan leksikon BM, berupa secondary
dahulu dapat diarnati tabel berikut ini. change BM sehingga banyak kernirip-
Tabel: Hasil Persentase Unsur Serapan dan Pinjarnan BL dari BM
Unsur Serapan Unsur Pinjarnan Jurnlah
No Bahasa (BM'
dalarn Persentase dalarn Persentase Persentase
1. BD Minangkabau 553% 4,5% 59.5%
2. BD Sernende 36,5% 9% 453%
3. BD Ogan 313 % 9% 403%
Surnber: Sudirman AM (2005: 334)

Setelah evidensi tersebut dapat diarnati an fonern dan leksikon antara BL dan
dan dibuktikan, ternyata BL banyak rnenye- BM. Tarnpaknya, penutur BM lebih rnen-
rap dan rnerninjarn unsur bunyi BM --meliputi dorninasi pengaruh ekspansinya terha-
BD Minangkabau, Sernende, dan Ogan- dap penutur BL yang rnengakibatkan
berdasarkan perhitungan persarnaan leksikon penutur BL sebagai penuturyang bilingua-
yang terjadi korespondensi pada kognatnya. lisrne. Lebih-lebih lagi, bagi penutur
Analisis ini dapat rnengungkapkan jati diri bilingualisrne dalarn penggunaan BM
BL itu sendiri bahwa eksistensinya rnasih atau bahasa Indonesia ini pengguna-
tetap ada. Mengenai kerniripan-kerniripan annya sebagai suatu prestise rneng-
antarleksikon BM dan BL itu hanya disebab- akibatkan fungsi dan kedudukan BL
kan oleh secondary change BM terhadap BL, kurang rnaksirnal dan kurang dikenal
seperti terlihat pada contoh unsur bunyi oleh rnasyarakat lainnya.
serapan, dan pinjarnan di atas. Selain itu, b. lhwal unsur bunyi serapan dan pinjarnan
dari jurnlah persentase persarnaan seperti BL dari BM -BD Minangkabau, BD
yang tertera pada tabel di atas dapat pula Sernende, dan BD Ogan- baik sebagai
dibuktikan status hubungan kekerabatan BM unsur bunyi serapan analogi rnaupun
dan BL. Jika dijurnlahkan angka 59,5%,
sebagai unsur pinjarnan yang dapat
45,5%, dan 40,5%, dan ditarik angka rata-
dijaring berdasarkan 200 kosa kata
ratanya, rnaka diperoleh angka rata-rata
dasar Swadesh yang telah dipersentase-
48,2%. Jurnlah rata-rata 48,2% ini rnernper-
kan, unsur bunyi serapan analogi BL dari
lihatkan hubungan kekerabatan BM dan BL
EjM rata-rata 48,2%, yang rnenunjukkan
yang berada pada rentangankriteria 36 - 81%
status hubungan kekerabatan antar-
ini rnenunjukkan status hubungan bahasa
kerabat 'languages of a family. Jadi, status bahasa 'languages of a family, bukan
hubungan kekerabatan BM dan BL yang dialek dari suatu bahasa.
berada pada level bahasa kerabat, antara BM c. Selain kecenderungan penutur BL rneng-
dan BL rnernpunyaifungsi dan kedudukannya gunakan BM atau bahasa Indonesia,
sendiri-sendiri BL bukan sebagai BM tua, dan juga akibat pengaruh ekspansi Sriwijaya
BL bukan bagian atau dialek dari BM. rnasa silam-di Larnpung banyak diternu-
kan prasasti yang rnenggunakan BM
Kuno-, oleh para ahli BL disebut sebagai
BM tua dengan dalih hubungan kekera-
Berdasarkan analisis yang telah dilaku- batannya dengan BM sudah terlalujauh,
kan di atas, dapat disirnpulkan sebagai yang ditandai oleh hasil perhitungan
berikut. leksikostatistik yang rendah, yakni
a. Akibat hubungan kontak bahasa dan 39,9% (Dyen, 196526). Sirnpulan derni-
budaya antara penutur BL dan BM kian, berdasarkan tradisi atau kebiasaan
Sudirman AM dkk., Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung

para ilmuwan terdahulu dalam pem- daerah pegunungan, yaitu dataran tinggi
buktian perhitungan leksikostatistik Belalau di kaki Gunung Pesagi yang terletak
di sebelah timur Danau Ranau atau di hulu
menggunakan data sekunder yang Way Semangka yang bermuara di Teluk
sangat terbatas. Setelah diverifikasi Semangka Kota Agung.
berdasarkan data primer BL di lapangan, c) Dalam buku Sejarah PerkembanganPemerin-
patut kita akui bahwa substansi sebaran tahan di Lampung Buku 11 yang ditulis oleh
BL yang asli itu sendiri masih ada dan Dewan Harian DaerahAngkatan '45 (1994:38)
telah dijelaskan, bahwa "... pada umumnya
tetap bertahan, bukan sebagai BM tua. 'Orang Lampung' hingga kini sebagian besar
mengaku nenek moyang mereka dari dan
pernah berkerajaan 'Skala Beghak' [skala
1 Sumbagsel (merupakan akronim dari Sumatra baRa"] di Kenali Belalau".
bagian selatan) merujuk pada sebutan nama satu 4 Pemetaan van Royen yang diikuti Hadikusuma itu
provinsi sebelum tahun 60-an dengan pusat Ibu berdasarkan daerah teritorial hukum adat, yang
Kotanya di Palembang. Sumbagsel pada masa berbeda dengan hasil pemerian van der Tuuk
kolonial Hindia Belanda disebut sebagai (1872:119) dari segi dialektologi. Kajian dialekto-
Keresidenan Sumbagsel yang meliputi daerah logi BL yang pertama kali dilakukan van der Tuuk
Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Lampung. Setelah menggunakanempat TP, yakni Aboeng. Paminggir,
1960 ke-4 daerah itu menjadi keresidenansendiri- Boemi Agoeng, dan Pubiyan (1872). Dalam
sendiri yang dikembangkan pula menjadi provinsi perkembangan berikutnya oleh van Royen (1930)
yang diikuti Hadikusuma (1976) memanfaatkan
masing-masing. lstilah Sumbagselyang dirujuk ini
hasil penelitian van der Tuuk untuk menetapkan
masih tetap dipertahankan Kodam IV Sriwijaya
wilayah hukum adat di Sumbagsel. Meskipun apa
yang berpusatdi Palembangyang membawahkan
yang dikerjakanoleh van Royen dan Hadikusuma
komando teritorial keamanan 'security" yang ada
sesungguhnya terjadi tumpang tindih antara
di ke-4 provinsi itu. wilayah hukum adat dan wilayah sebaran varian
Sejak peristiwa G-30SIPKI Kodam IV berada di BL di Sumbagsel, nama Van der Tuuk tetap
bawah koordinator Pangdam IV Sriwijaya, menjadi terangkat dan terkenal.
Sumbagsel berpusat di Palembang hingga kini. 5 BM Palembang ada 12 bahasa daerah (BD) yang
Begitu juga untuk pendistribusiankegiatan dinas terdiri dari BD Palembang, Kubu, Musi, Rawas,
instansi yang terkait dalam bidang pemerintahan, Pasemah, Enim, Ogan, Komering, Bangka. Belitung,
apabila kegiatannya melibatkan ke-4 provinsi di Semende, Sekak, dan Orang Lorn (Dunggio dkk.,
Palembang, sebutan Sumbagsel masih tetap 1983:88). Yang bersentuhan langsung (kontak
berlaku (Cf.Depdikbud, 1976:86); Dewan Harian budaya) dengan BL adalah BD Ogan dan
Angkatan 45.1994:xxxvii). Atas dasar itu, BL yang Semende, sedangkan BM Minangkabau yang
berada di Provinsi Lampung dan Sumsel atau yang dijadikan bahasan ini, atas dasar pertimbangan
berada dalam wilayah Sumbagsel dalam tulisan pengaruh ekspansi kerajaan Pagaruyung masa
ini digunakan istilah BL di Sumbagsel. silam yang sudah diadopsi oleh bahasa dan
2 Setelah herakhirnya kerajaan Sriwijaya pada budaya setempat.
abad ke-14, kerajaan Majapahit mengadakan Sebagai tambahan mengenai ikhwalnya BM
ekspansi di Sumatra, dan mendirikan kerajaan Minangkabau, setelah berakhirnya kerajaan
Melayu. Setelah kerajaan Melayu berdiri sendiri, Sri.wijaya pada abad ke-14, kerajaan Majapahit
kerajaan Melayu diubah menjadi kerajaan mengadakan ekspansidi Sumatra, dan mendirikan
Pagaruyung yang menyebarkan pengaruhnya kerajaan Melayu. Setelah kerajaan Melayu berdiri
hingga ke wilayah Lampung Barat. sendiri, kerajaan Melayu diubah menjadi kerajaan
Pendapat ini disokong oleh data tertulis sebagai Pagaruyung yang menyebarkan pengaruhnya
3
hingga ke wilayah Lampung Barat.
berikut.
a) Dalam Monografi Daerah Lampung dijelas-
kan "... orang-orang suku bangsa Lampung
dari semua sub-subsukunya percaya bahwa DAFTAR RUJUKAN
tempat asal nenek moyang mereka adalah dari
Skalaberak" (Depdikbud,l976: If
dkk. 1981:ll).
: Cf. .
Bukri, Sayuti, Soepangat, dan Sukiji. 1 98 1 Sejarah
Daerah Lampung. Jakarta: Departemen
b) Hadikusuma(1989:3) dalam bukunya Bahasa
Lampungmenjelaskan bahwa asal-usul nama Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampung berasal dari ucapan asli penutur Broesma, Dr., R., 19 16. De Lampongsche
Lampung [anja" lambul<l eanjak lambung> 'dari Districten. Batavia: Jawasche Boekhandel &
atas'. Maksudnya untuk menyatakan bahwa
nenek moyang orang Lampung itu berasaldari
Drukkerij.
Humaniora Volume 17, No. 1, Februari 2005: 45-54

Crowley, Terry. 1 987. An Introduction To Historical Nothofer, B. 1975. The Reconstructionof Proto-
Linguistics. Papua New Guinea: University Malayo-javanic. S-Gravenhage-Martinus
of Papua New Guinea Press, University of Nijhoff.
the South Pacific. . 1992. Profil Provinsi Republik Indonesia:
DepartemenPendidikandan Kebudayaan. 1976. Lampung. Jakarta:Yayasan Bhakti Wawasan
Monografi Daerah Lampung.Jakarta: Proyek Nusantara.
Pengembangan Media Kebudayaan Depar- Royen, JWVan. 1930. Nota over de Lampoengsche
temen Pendidikandan Kebudayaan. Merga's, LansdmkkerijWeltev-reden. Batavia:
Dewan Harian Angkatan 45. 1994. Sejarah TBG Bruining & Wijt.
Perkembangan Fkrnerintahandi Lompung, Buku Sudirman AM. 2005. "Geografi Dialek Bahasa
11. Bandar Lampung: Badan Penggerak Pem- Lampung di Wilayah Sumatra Bagian
bina PotensiAngkatan 45 Provinsi Lampung. Selatan". Disertasi, Yogyakarta: PPS
Dunggio, Yuslizal Saleh, dan Natidjah. 1983. Universitas Gadjah Mada
Bahasa Polembang. Jakarta:Pusat Pembinaan Sudradjat. 1 987. Bahasa dun Aksara Lampung:
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Kojian Sosiolinguistik. Universitas Lampung:
Dyen, Isodore. 1965. A LexicostatisticalClassifi- Teknokrat
cation of the Austronesian Language. Tuuk, H.N.van der. 1872. "'t Lampongschen zijne
Bloomington, Indiana: Indiana University. tongvallen". Tjdschrift in lndische Taal-, Land-
Hadikusuma, Hilman. 1988. Bahasa Lampung. En Vokkenkunde Dee118. Batavia: W Bruining
Jakarta: Fajar Agung. & Co's Hage, M. Nijhoff.
Hadikusuma, Hilman. 1989.Masyarakatdon Adat Walker, Dale, F. 1975. 'A Lexical Study of
Budoyo Lampung. Bandung: CV Mandar Maju. Lampung Dialects". Dalam Verhaar JWM
Kridalaksana, Harimurti. 199 I. "Perihal Konstruksi (ed.). Miscellaneus Studies in Indonesianand
Sintaksis dalam Bahasa Melayu Kuna" dalam Languages in IndonesiaPart I.Jakarta: Badan
Kridalaksana (ed.) Masa Lampau Bahasa Penyelenggara Seri NUSA.
Indonesia: Sebuah Bunga Rampoi. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai