Anda di halaman 1dari 22

DESAIN INOFATIF (EBP)

PENERAPAN SENAM KAKI TERHADAP


PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA TN. H
DENGAN MASALAH DIABETES MELLITUS

Disusun oleh:

WAHYU WIDYASTUTI

P1337420920126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala pada seseorang
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal
(hioerglikemia) akibat tubuh kekurangan insuin baik absolute maupun
relative. Permasalahan yang besar pada penderita diabetes adalah
munculnya permasalahan pada kaku yaitu neuropati. Gejala neuropati
yang sering dijumpai yaitu kesemutan, kebas pada tungkai bawah dan kaki
sebelah kanan dan kiri. Neuropati dimulai sejak plasma darah penderita
diabet tidak terkontrol sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya
nutrisi dan oksigen jaringan tidak mencukupi sehingga akan
mengakibatkan munculnya gangren atau ulkus diabetic (smeltzer and
bare).
Tahun 2018 kementrian Kesehatan republik Indonesia menyatakan
bahwa 70% beban penyakit dan kematian didunia diakibatkan oleh DM.
dimana 90-95 % dari angka tersebut didiagnosa sebagai DM type II yang
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan konsumsi makanan yang
kurang baik. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh international diabetic
federation (IDF) tahun 2013 diperkirakan lebih dari 382 juta orang
mengidap diabetes, dimana 175 juta diantaranya belum terdiagnosis.
Diperkirakan angka tersebut terus meningkat hingga menjadi sekitar 592
juta pada tahun 2035. Data riskesdas 2018 menunjukan adanya
peningkatan prevelensi diabetes dari tahun 2013 sebanyak 6.9% menjadi
8.5% pada tahun 2018.
Sehubungan dengan data diatas maka kemenkes RI menekankan
bahwa indonseia perlu melakukan pencegahan dan pengendalian diabetes
mellitus. Diantaranya adalah dengan mengubah perilaku terkait dengan
diet yang seharusnya dikonsumsi dengan seimbang, melakukan aktivitas
fisik serta menghindari alcohol dan asap rokok.
Keluarga merupakan sekelompok individu yang hidup bersama,
berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dan terikat secara
perkawinan, garis keturunan, maupun adopsi yang memiliki suatu tujuan
bersama. Apabila ada satu individu dalam keluarga sakit maka berdampak
pada keluarga lainnya karena keluarga adalah suatu system yang saling
terhubung antara satu individu dengan individu lainnya (Komang, 2015).
Oleh karena itu peran keluarga sangatlah penting dalam penyakit DM,
mengingat gen DNA keturunan serta pola hidup yang diterapkan pada
keluarga sangatlah membantu sekali dalam penanganan DM. Penerapan
diet yang tepat sehari-hari dan pola hidup yang sehat sangatlah berperan
dalam menekan gula dalam darah sehingga pasien tersebut dalam kedaan
stabil.
B. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat senam kaki dalam menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus type II
C. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Hasil penulisan ini menambah informasi mengenai senam kaki
diabetik
2. Bagi profesi perawat
Hasil ini dapat dijadikan sebagai referensi sebagai salah satu kegiatan
yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah
3. Bagi institusi Pendidikan
Hasil ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi institusi
Pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELLITUS
1. Pengertian
a. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner dan Sudarta, 1999).
c. Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
2. Etiologi
Etiologi dari Diabetes mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu:
a. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
1) Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan
ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge)
teertentu pada individu tertentu
2) Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga
antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya
jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan abnormal
3) Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
b. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor
resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea
tipe II yaitu:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65
tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
c. Faktor non genetic
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2) Nutrisi
 Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
 Malnutrisi protein
 Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
3. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes mellitus


(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes
(JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-
anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya
terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

4. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding
vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam
jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
5. Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Komplikasi
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
3) Neuropati diabetic.

B. SENAM KAKI DIABETIK


1. Definisi
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarakan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu
memperbaiki terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi (Proverawati & Widianti, 2010). Senam
kaki diabetik yang dilakukan pada telapak kaki terutama diarea organ yang
bermasalah akan memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang
berhubungan dengan pankreas agar menjadi aktif sehingga menghasilkan
insulin melalui titik-titik saraf yang berada di telapak kaki.
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan
penyakit diabetes mellitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik
teratur (3-4 kali seminggu lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan,
bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Latihan fisik sebaiknya
disesuaikan dengan unsur dan status kesegaran jasmani (Perkeni,2002
dalam Priyanto, 2012).
2. Tujuan
Tujuan dari senam kaki adalah:
a. Membantu melancarkan peredaran darah
b. Memperkuat otot-otot
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
3. Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita
Diabetes melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan
sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan
pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang
mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea atau sesak . Orang
yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti hal iniperlu
diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki.
4. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah:
a. Kertas koran
b. Kursi apabila tindakan dilakukan sambal duduk
5. Prosedur
a. Posisikan klien duduk tegak dengan nyaman, tinggi kursi
memungkinkan telapak kaki klien menyentuh lantai secara
keseluruhan. Atau jika posisi klien berbaring maka dengan meluruskan
kaki.

b. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali

c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas.Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantiandan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur,
menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri
dan kaki kanan sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buatgerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan


memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
Pada posisitidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan
gerakan memutarpada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

f. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki,tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secarabergantian . Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
g. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
boladengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan sekalisaja, lalu robek Koran menjadi 2 bagian, pisahkan
kedua bagian Koran.Sebagian Koran di sobek- sobek menjadi kecil-
kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan
tersebut dengan kedua kaki, lalu letakkan sobekan kertas pada bagian
kertas yang utuh. Bungkus semua dengan kedua kaki membentuk bola.

BAB III METODE PENULISAN

A. Rumusan PICOT
Problem : anggota keluarga dengan diabetes mellitus
Intervention : penerapan senam kaki
Comparison :-
Outcome : penurunan kadar gula darah
Time : 3 kali penerapan
B. Analisis Artikel
Berdasarkan hasil analisis sebanyak 5 artikel, dapat ditarik kesimpulkan
bahwa hidroterapi efektif dalam menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. adapun ringkasan artikel yang telah dianalisis tercantum dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Analisis Artikel

No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil


1 Graceistin Ruben, 2016 Pra experimental with 56 orang Hasil uji t-test paired samples test didapatkan nilai p = 0,000 < á =
Julia Villy Rottie, dan One group pre post test 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh senam kaki dalam
Michael Y Karudeng menurunkan kadar gula darah. Senam direkomendasikan dilakukan
dengan intensitas moderat (60-70 maksimum heart rate), durasi 30-60
menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan tidak lebih dari 2
hari berturut-turut tidak melakukan senam.

2 Rika Srywahyuni, 2019 Quasy Experimental 32 orang Hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon pada kelompok
Agung Waluyo, dan method with Pretest- tai chi didapatkan nilai p = 0,000 < α=0,05 dan hasil uji t-test paired
Rohman Azzam Posttest Group Design sample test pada senam diabetes mellitus didapatkan nilai p=0,000 <
α=0,05. Simpulan, senam tai chi dan senam DM sama-sama
berpengaruh dalam menurun kan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe II, namun dilihat dari selisih penurunan kadar gula darah
senam Diabetes Mellitus lebih efektif dari senam Tai Chi. Senam
dilakukan 3 kali dalam seminggu.
3 Bangun Dwi Hardika 2018 one group pretest- 30 orang Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah sebelum
posttest design melakukan senam kaki 202.67mg/dl, setelah senam kaki menurun
menjadi 173.07mg/dl. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan
kadar gula darah yang signifikan pada pasien diabetes mellitus tipe II
sebelum dan setelah melakukan senam kaki diabetes (p<0.01). senam
kaki dilakukan sebanyak 3 kali.
4 Rita Fitria Yulita, 2019 Quasi experiment 32 orang Hasil penelitian pada kelompok intervensi terjadi penurunan
Agung Waluyo, Pretest-Posttest Control bermakna skor neuropati dan kadar gula darah (p=0,001). Sedangkan
Rohman Azzam Group Design. pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan secara bermakna skor
neuropati (p=0,069) dan kadar gula darah (p=0,184). Berdasarkan
hasil uji mann-withney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan penurunan skor neuropati dan kadar gula darah antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,003; p=0,042).
5 Efa Trisna dan 2018 Quasi experiment 80 orang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai p secara berturut
Musiana Pretest-Posttest Control turut mulai dari intervensi ke-1 sampai dengan ke-4 yaitu 0,008;
Group Design 0,002; 0,000; dan 0,000. Hasil uji t (t-test) nilai signifikansi (2-tailed)
yang dihasilkan <0,05 (α) maka Ho ditolak, yang berarti ada
perbedaan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
intervensi.
C. Target dan Luaran
1. Target
Target dari penelitian ini adalah menerapkan EBNP senam kaki
diabetik
2. Luaran
Kadar gula dalam darah menurun setelah dilakukan senam kaki.
D. SOP
Terlampir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan dari 5 jurnal yang telah ditelaah, didapatkan hasil bahwa
senam kaki diabetic memiliki pengaruh terhadap kadar gula dalam darah pada
pasien diabetes mellitus.
Pelaksanaan senam kaki

Tanggal Hari ke- Hasil GDS


2 Des 2020 1 147
6 Des 2020 3 130
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Enemawira” oleh Graceistin Ruben dan tim (2016) berpendapat
bahwa dalam upaya mengendalikan gula darah tidak efektif hanya dengan
pengobatan saja. Perlu adanya dukungan dari factor lain untuk menunjang perna
pancreas yang telah rusak sehingga tidak dapat memproduksi insulin yaitu dengan
diet dan latihan. yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah seperti
jalan-jalan, senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan dan kemampuan. saat
latihan (senam) kebutuhan energi meningkat sehingga otot menjadi lebih aktif
dan terjadi peningkatan pemakaian glukosa sehingga terjadi penurunan kadar gula
darah, hal ini juga dilatarbelakangi oleh faktor kontinuitas atau keteraturan pasien
dalam mengikuti senam sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.
Sejalan dengan penelitian oleh Bangun Dwi Hardika (2018) dengan judul
“Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Melalui Senam
Kaki Diabetes” bahwa senam kaki perlu dilakukan pada penderita diabetes
melitus setiap hari agar gula darah pasien lebih stabil dengan penurunan kadar
gula darah sejak treatment I hingga treatment IV. Penurunan kadar gula darah
karena senam kaki diakibatkan oleh adanya efek peningkatan sensitivitas sel
terhadap insulin sehingga gula dalam darah akan masuk kedalam sel kemudian
dimetabolisme. Otot-otot yang bergerak aktif akan meningkatkan
permeabilitas membrane sel terhadap peningkatan glukosa sehingga retensi
insulin akan berkurang dan sensitivitas sel akan meningkat. Hal serupa
dikemukakan oleh Efa Trisna dan Musiana (2018) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Nilai
ABI Penderita DM”. Bahwa saat berolahraga otot otot menggunakan glukosa
yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan
dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa
darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah. Permeabilitas membran
terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki
sifat seperti insulin. Maka, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi
insulin berkurang.
Penelitian sejenis dengan judul “Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Penurunan Skor Neuropati Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dm Tipe 2”
oleh Rita Fitria dan tim (2019) menyatakan bahwa senam kaki berpengaruh
terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe 2 karena senam
kaki menggerakkan otot-otot kaki secara aktif. Menggerakan otot kaki dapat
meningkatkan kontraksi otot-otot ekstremitas bawah seperti otot fleksor hip,
fleksor ektensor knee, dan yang paling utama yaitu otot-otot pergerakan ankle
(dorsal fleksor, plantar fleksor, invertor, dan evertor). Peningkatan kontraksi
otot-otot ekstremitas bawah dapat meningkatkan permeabilitas membran,
sehingga adanya peningkatan aliran darah. Apabila aliran darah meningkat
maka membran kapiler lebih banyak yang terbuka dan banyak nya reseptor
insulin yang aktif, mengakibatkan peningkatan transfort glukosa melalui
glucose transporter (GLUT)–4 ke dalam membran sel. Peningkatan transfor
glukosa, dapat mengakibatkan terjadinya mekanisme peningkatan adenosin
monofosfat (AMP) otot. Peningkatan AMP ini dapat mengakibatkan
perubahan metabolisme glukosa (glukosa akan di rubah menjadi ATP sebagai
sumber energi). Semakin meningkat transfort glukosa melalui glucose
transporter (GLUT)–4 ke dalam membran sel maka dapat menyebabkan
glukosa dalam darah berkurang.
Manfaat senam kaki menurut artikel yang ditulis oleh Efa Trisna dan Musiana
(2018) adalah Senam kaki dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi. Senam diabetes dianggap lebih efektif menurunkan kadar gula
dalam darah dibandingkan senam lain seperti pada penelitian oleh Rika
Srywahyuni, Agung Waluyo, dan Rohman Azzam dengan judul “ Perbandingan
Senam Tai Chi Dan Senam Diabetes Mellitus Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II”. Penelitian ini menunjukan
bahwa berdasarkan selisih rata-rata yang di dapat antara kelompok senam tai chi
dan senam diabetes mellitus menunjukkan bahwa selisih penurunan kadar gula
darah senam diabetes lebih besar dibandingkan dengan senam tai chi. Kadar gula
darah dapat menurun apabila gula dalam darah diubah menjadi energy, sehingga
tidak menumpuk dialiran darah yang membuat kadar gula darah tinggi. Pada
penelitian ini kedua senam tersebut sama-sama berpengaruh dalam menurunkan
kadar gula darah pada pasien DM tipe II, tetapi dilihat dari selisih penurunan
kadar gula darah, senam DM lebih besar dari senam tai chi, selisih senam tai chi
antara sebelum senam dan setelah senam yaitu 11,31 mg/dl sedangkan selisih
senam DM antara sebelum dan setelah senam yaitu 23,37 mg/dl. Setelah
diberikan senam DM kadar gula darah mengalami penurunan karena aktivitas
olahraga sangat berpengaruh terhadap pengendalian kadar gula darah.Melakukan
olahraga yang teratur dapat membuat peningkatan aliran ke otot dengan cara
pembukaan kapilerpembuluh darah kecil diotot. Menurut Ilyas (2017) olahraga
secara langsung bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa,
sehingga reseptor insulin tersedia lebih banyak dan reseptor insulin menjadi lebih
aktif, yang akan berpengaruh terhadap turunnya glukosa darah pada penderita
diabetes sehingga terjadi perubahan pada kadar gula darah. Kegiatan fisik
dinamik yang melibatkan kelompok otot-otot utama akan meningkatkan ambilan
oksigen sebesar 15-20 kali liat karena peningkatan laju metabolic pada otot yang
aktif. Ventilasi pulmoner dapat mencapai 100 L/ menit dan curah jantung
meningkat hingga 20-30 L/menit, untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif .
Terjadi dilatasi arteriol maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak jala-jala
kapiler terbuka sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih aktif/ lebih peka.
Kepekaan reseptor insulin berlangsung lama bahkan sampai latihan telah
berakhir. Jaringan otot yang aktif /peka insulin disebut jaringan nonnsulin
dependent dan jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin untuk
menyimpan glukosa, sehingga disebut jaringan insulin dependent, pada fase
pemulihan post-exercise terjadi pengisian kembali cadangan glikogen otot dan
hepar.Aktivitas glikogenik berlangsung terus sampai 12-24 jam post exercise,
menyebabkan glukosa darah kembali normal.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Senam kaki efektif menurunkan kadar gula dalam darah pada
pasien diabetes mellitus type 2. Mekanisme yang terjadi adalah pergerakan
otot-otot karena senam membantu menurunkan retensi insulin dan
meningkatkan permeabilitas sehingga gula dalam darah dapat masuk
kedalam sel. Senam kaki diabetic dilakukan 3-5 kali dalam seminggu
dengan durasi 15-30 menit dan maksimal tidak melakukan adalah dua hari
berturut-turut.
B. Saran
Dapat menambah informasi tetang salah satu alternative kegiatan
untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes
mellitus type II yang merupakan terapi non farmakologis dan dapat
dilakukan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Hardika, B. D. (2018). Penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II
melalui senam kaki diabetes. Medisains, 16(2), 60.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2759
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. EJournal Keperawatan (EKp), 4, 1–5.
Trisna, E., & Musiana, M. (2018). Pengaruh Senam Kaki terhadap Kadar Glukosa
Darah dan Nilai ABI Penderita DM. Jurnal Kesehatan, 9(3), 439.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.976
Yulita, rita fitri, Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Pengaruh senam kaki terhadap
penurunan skor neuropati dan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai