Disusun oleh:
WAHYU WIDYASTUTI
P1337420920126
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala pada seseorang
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal
(hioerglikemia) akibat tubuh kekurangan insuin baik absolute maupun
relative. Permasalahan yang besar pada penderita diabetes adalah
munculnya permasalahan pada kaku yaitu neuropati. Gejala neuropati
yang sering dijumpai yaitu kesemutan, kebas pada tungkai bawah dan kaki
sebelah kanan dan kiri. Neuropati dimulai sejak plasma darah penderita
diabet tidak terkontrol sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya
nutrisi dan oksigen jaringan tidak mencukupi sehingga akan
mengakibatkan munculnya gangren atau ulkus diabetic (smeltzer and
bare).
Tahun 2018 kementrian Kesehatan republik Indonesia menyatakan
bahwa 70% beban penyakit dan kematian didunia diakibatkan oleh DM.
dimana 90-95 % dari angka tersebut didiagnosa sebagai DM type II yang
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan konsumsi makanan yang
kurang baik. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh international diabetic
federation (IDF) tahun 2013 diperkirakan lebih dari 382 juta orang
mengidap diabetes, dimana 175 juta diantaranya belum terdiagnosis.
Diperkirakan angka tersebut terus meningkat hingga menjadi sekitar 592
juta pada tahun 2035. Data riskesdas 2018 menunjukan adanya
peningkatan prevelensi diabetes dari tahun 2013 sebanyak 6.9% menjadi
8.5% pada tahun 2018.
Sehubungan dengan data diatas maka kemenkes RI menekankan
bahwa indonseia perlu melakukan pencegahan dan pengendalian diabetes
mellitus. Diantaranya adalah dengan mengubah perilaku terkait dengan
diet yang seharusnya dikonsumsi dengan seimbang, melakukan aktivitas
fisik serta menghindari alcohol dan asap rokok.
Keluarga merupakan sekelompok individu yang hidup bersama,
berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dan terikat secara
perkawinan, garis keturunan, maupun adopsi yang memiliki suatu tujuan
bersama. Apabila ada satu individu dalam keluarga sakit maka berdampak
pada keluarga lainnya karena keluarga adalah suatu system yang saling
terhubung antara satu individu dengan individu lainnya (Komang, 2015).
Oleh karena itu peran keluarga sangatlah penting dalam penyakit DM,
mengingat gen DNA keturunan serta pola hidup yang diterapkan pada
keluarga sangatlah membantu sekali dalam penanganan DM. Penerapan
diet yang tepat sehari-hari dan pola hidup yang sehat sangatlah berperan
dalam menekan gula dalam darah sehingga pasien tersebut dalam kedaan
stabil.
B. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat senam kaki dalam menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus type II
C. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Hasil penulisan ini menambah informasi mengenai senam kaki
diabetik
2. Bagi profesi perawat
Hasil ini dapat dijadikan sebagai referensi sebagai salah satu kegiatan
yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah
3. Bagi institusi Pendidikan
Hasil ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi institusi
Pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELLITUS
1. Pengertian
a. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner dan Sudarta, 1999).
c. Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
2. Etiologi
Etiologi dari Diabetes mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu:
a. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
1) Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan
ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge)
teertentu pada individu tertentu
2) Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga
antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya
jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan abnormal
3) Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
b. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor
resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea
tipe II yaitu:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65
tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
c. Faktor non genetic
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2) Nutrisi
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Malnutrisi protein
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding
vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam
jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
5. Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Komplikasi
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
3) Neuropati diabetic.
c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas.Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantiandan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur,
menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri
dan kaki kanan sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buatgerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki,tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secarabergantian . Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
g. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
boladengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan sekalisaja, lalu robek Koran menjadi 2 bagian, pisahkan
kedua bagian Koran.Sebagian Koran di sobek- sobek menjadi kecil-
kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan
tersebut dengan kedua kaki, lalu letakkan sobekan kertas pada bagian
kertas yang utuh. Bungkus semua dengan kedua kaki membentuk bola.
A. Rumusan PICOT
Problem : anggota keluarga dengan diabetes mellitus
Intervention : penerapan senam kaki
Comparison :-
Outcome : penurunan kadar gula darah
Time : 3 kali penerapan
B. Analisis Artikel
Berdasarkan hasil analisis sebanyak 5 artikel, dapat ditarik kesimpulkan
bahwa hidroterapi efektif dalam menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. adapun ringkasan artikel yang telah dianalisis tercantum dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Analisis Artikel
2 Rika Srywahyuni, 2019 Quasy Experimental 32 orang Hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon pada kelompok
Agung Waluyo, dan method with Pretest- tai chi didapatkan nilai p = 0,000 < α=0,05 dan hasil uji t-test paired
Rohman Azzam Posttest Group Design sample test pada senam diabetes mellitus didapatkan nilai p=0,000 <
α=0,05. Simpulan, senam tai chi dan senam DM sama-sama
berpengaruh dalam menurun kan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe II, namun dilihat dari selisih penurunan kadar gula darah
senam Diabetes Mellitus lebih efektif dari senam Tai Chi. Senam
dilakukan 3 kali dalam seminggu.
3 Bangun Dwi Hardika 2018 one group pretest- 30 orang Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah sebelum
posttest design melakukan senam kaki 202.67mg/dl, setelah senam kaki menurun
menjadi 173.07mg/dl. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan
kadar gula darah yang signifikan pada pasien diabetes mellitus tipe II
sebelum dan setelah melakukan senam kaki diabetes (p<0.01). senam
kaki dilakukan sebanyak 3 kali.
4 Rita Fitria Yulita, 2019 Quasi experiment 32 orang Hasil penelitian pada kelompok intervensi terjadi penurunan
Agung Waluyo, Pretest-Posttest Control bermakna skor neuropati dan kadar gula darah (p=0,001). Sedangkan
Rohman Azzam Group Design. pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan secara bermakna skor
neuropati (p=0,069) dan kadar gula darah (p=0,184). Berdasarkan
hasil uji mann-withney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan penurunan skor neuropati dan kadar gula darah antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,003; p=0,042).
5 Efa Trisna dan 2018 Quasi experiment 80 orang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai p secara berturut
Musiana Pretest-Posttest Control turut mulai dari intervensi ke-1 sampai dengan ke-4 yaitu 0,008;
Group Design 0,002; 0,000; dan 0,000. Hasil uji t (t-test) nilai signifikansi (2-tailed)
yang dihasilkan <0,05 (α) maka Ho ditolak, yang berarti ada
perbedaan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
intervensi.
C. Target dan Luaran
1. Target
Target dari penelitian ini adalah menerapkan EBNP senam kaki
diabetik
2. Luaran
Kadar gula dalam darah menurun setelah dilakukan senam kaki.
D. SOP
Terlampir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Simpulan
Senam kaki efektif menurunkan kadar gula dalam darah pada
pasien diabetes mellitus type 2. Mekanisme yang terjadi adalah pergerakan
otot-otot karena senam membantu menurunkan retensi insulin dan
meningkatkan permeabilitas sehingga gula dalam darah dapat masuk
kedalam sel. Senam kaki diabetic dilakukan 3-5 kali dalam seminggu
dengan durasi 15-30 menit dan maksimal tidak melakukan adalah dua hari
berturut-turut.
B. Saran
Dapat menambah informasi tetang salah satu alternative kegiatan
untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes
mellitus type II yang merupakan terapi non farmakologis dan dapat
dilakukan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Hardika, B. D. (2018). Penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II
melalui senam kaki diabetes. Medisains, 16(2), 60.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2759
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. EJournal Keperawatan (EKp), 4, 1–5.
Trisna, E., & Musiana, M. (2018). Pengaruh Senam Kaki terhadap Kadar Glukosa
Darah dan Nilai ABI Penderita DM. Jurnal Kesehatan, 9(3), 439.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.976
Yulita, rita fitri, Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Pengaruh senam kaki terhadap
penurunan skor neuropati dan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.