Beranda ▼
W e d n e s d a y, 2 6 D e c e m b e r 2 0 1 2
RESENSI BUKU
Komentar :
Setelah membaca buku ini, dapat pengetahuan baru mengenai akhlak dan tasawuf,
khususnya membantu pada perkuliahan tasawuf ini dan umumnya semoga dapat bermanfaat
dalam mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.
Kelebihan :
· Dilengkapi dengan glosarry, sehingga dapat mengetahui arti kata-kata yang kurang
dimengerti.
· Banyak referensi sehingga menambah banyak sumber yang terpercaya.
· Cara penulisan sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Kekurangan :
· Covernya kurang menarik.
· Isi, bahasa, serta analisis bukunya kurang memuaskan.
· Kertasnya mudah sobek.
RANGKUMAN TIAP BAB
Judul Buku : Akhlak Tasawuf
Pengarang : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
menjadi kepribadiannya.
Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya,
karena bersandiwara.
Sejalan dengan ciri keempat, perbuatan akhlaq (khususnya akhlaq yang baik) adalah karena Allah,
bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
sesuatu pujian.
Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlaq adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan
manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau
perbuatan yang buruk.
Ilmu akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.
Dalam tasawuf masalah ibadah sangat menonjol karena dalam tasawuf hakikatnya
melakukan serangkaiaan ibadah seperti shalat, puasa, dzikir dsb, semunya dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah. Dalam islam ibadah ini erat sekali dengan pendidikan
akhlak yang tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia.
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an.
Kata tersebut berasal dari bahasa Sanswekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus, dan sila
berarti dasar, prinsip, peraturan, hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan
sama dengan kesopanan.
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik buruknya.
Sedangkan perbedaan antara kesemuanya adalah terletak pada sumber yang dijadikan
patokan untuk menentukan baik dan buruknya. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di
masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah
al-Qur’an dan al-Hadits.
Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat yang dipandang baik, dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara
adat.
Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan
kepuasan nafsu biologis.
Pada tahap selanjutnya paham hedonisme ini ada yang bercorak individual dan universal. Dampak
dari kehidupan yang hedonistik ini sudah demikian parah, karena semakin dipersubur dan didukung
oleh keberhasilan pembangunan bidang material yang kurang seimbang dengan pembangunan
bidang spiritual dan moral.
Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Perbuatan baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau
kekuatan batin yang ada dalam dirinya. San sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang
menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.
Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Menurut paham ini bahwa yang baik yang berguna. Orang tua yang sudah jompo misalnya semakin
kurang dihargai, karena secara material tidak asa lagi kegunaannya. Padahal kedua orang tua tetap
berguna untuk nasihat dan doanya serta kerelaannya. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang
baik adalah orang yang memberikan manfaat pada yang lainnya. (HR Bukhari).
Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.
Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
sedangkan perbuatan buruk asalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Baik dan Buruk Menurut Paham evolusi (evolution)
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini
mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya.
Dikatakan bahwa perkembangan alam ini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
· Ketentuan alam(swelwexction of naturew);
· Perjuangan hidup (strungglew for lifwe);
· Kekal bagi yang lebih pantas (survival for thwe fit tewst);
Baik dan buruk menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk al-Qur’an dan al-Hadits. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-
Hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmusdah, azizah dan al-birr.
) Sabar
Secara harfiah berarti tabah hati. Menurut Zun al-nun al-Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari
hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapat cobaan dan
menampakan sikap cukup walaupun sebenarnya kefakiran di dalam hal ekonominya.
) Tawakkal
Secara harfiah, menyerahkan diri.
) Kerelaan
Secara harfiah ridla, artinya rela, ikhlas, suka, senang,.
Hal menurut Harun Nasution merupakan keadaan mental, seperti perasaan senang,
perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Hal yang biasa disebut dengan hal adalah takut
(al-Khauf), rendah hati (al-tawadlu), patuh (al-Taqwa), ikhlas (al-Ikhlas), rasa berteman (al-uns),
gembira hati (al-Wajsd), berterimakasih (al-Syukr).
BAB 13 MAHABBAH
Mahabah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan yang secara harfiah berarti
mencintai secara mendalam. Mahabah juga diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang hanya
mencintai Tuhan, tidak ada yang lainnya yang dicintainya. Paham ini dibawa oleh Rabi’ah Al-
Adawiyah. Harun Nasution mengatakan ada tiga alat untuk berhubungan dengan Tuhan yaitu Al-
qalbu (hati sanubari) sebagai alat-alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh sebagai alat
mencintai Tuhan dan Sir untuk melihat Tuhan.
BAB 14 MA’RIFAH
Ma’rifah berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan.Ma’rifah artinya pengetahuan atau pengalaman.
Dalam arti sufistik ma’rifah diartiakan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati sanubari.
Alat yang digunakan untuk mencapai ma’rifah yaitu qalb karena selain untuk merasa juga alat untuk
berfikir. Tokoh yang mengembangkan ma’rifah yaitu Al-Ghazali dan Zun Al-nun al-misri. Menutut al-
Quran dan hadis Ma’rifah memberi petunjuk bahwa Allah dapat dikenal manusia caranya dengan
mngenal dan meneliti ciptaannya, jadi ma’rifah tidak bertentangan dengan ajaran islam.
BAB 15 AL-FANA, AL-BAQA DAN ITTIHAD
Fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak tercela.Kebodohan dan perbuatan
maksiat dari diri manusia, sedangkan baqa adalah sifat-sifat ketuhanan, akhlak terpuji, ilmu
pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu dilakukan
usaha-usaha seperti bertaubat, berdzikir, ibadah dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji .
Orang yang pertama memperkenalkan faham fana dan baqa ini adalah Abu Yazid Al-
Bustomi. Dan ittihad adalah suatu faham yang menyatakan bahwa Tuhan dan manusia dapat
mencapai kesatuan rohaniah setelah manusia melenyapakan sifat-sifat dirinya, akhlak yang buruk
dan dosa (fana). Paham ini juga dibawa oleh Abu Yazid Al-Bustomi.
BAB 16 AL-HULUL
Halul adalah suatu faham yang menyatakan bahwa Tuhan dapat mengambil tempat pada
diri manusia. Paham in dibawa oleh Al-Hallaj. Hulul terjadi apabila manusia terlebih dahulu
melenyapkan sifat-sifat negatif, dosa dan kemanusiaanya secara fisik (fana). Dalam faham Al-Hulul
yang dikemukakan Al-Hallaj ada dua hal yang perlu dicatat yaitu pertama bahwa paham al-hulul
merupakan pengembangan atau bentuk lain dari faham mahabbah sebagaimana disebutkan
dibawa Robiah Al-Adawiyah., kedua al-hulul mengambarkan adanya Ittihad atau kesatuan rohaniah
dengan Tuhan.
Berfungsi intuisinya
Tata cara pelaksanaan tarikat yaitu dzikir (ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati
serta menyebut namanya), ratib (mengucap lafal la ilaha illallah dengan gaya gerak dan irama
tertentu), munzik (membacakan wirid dan syair tertentu diiringi bunyi-bunyian seperti rebana),
menari (gerak yang dilakukan mengiringi wirid dan bacaan tertentu untuk menimbulkan
kehidmatan), bernafas (mengatur cara bernafas pada waktu melakukan dzikir tertentu).
Share
No comments:
Post a Comment
‹ Home ›
View web version
Powered by Blogger.