Anda di halaman 1dari 40

Membangun Komitmen Budaya

Keselamatan Pasien di RS
Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di FKRTL Wilayah Tengah

dr Bambang Tutuko SpAn KIC


dr Bambang Tutuko SpAn KIC

PENDIDIKAN:
• Dokter, FKUI 1979
• Sepamilwa ABRI , 1980
• Diktap POLRI , 1982
• Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif , FKUI 1989
• Konsultan Intensive Care , FKUI 1997

JABATAN SAAT INI:


• Ketua Komite Medik RS Premier Bintaro , 2009 - sekarang
• Ketua Sub-komite Etik Rumah Sakit, RS Medistra 2010 - sekarang
• Institut Keselamatan Pasien RS PERSI , 2012 - 2015 , 2015 - 2018
• Wakil Ketua MAKERSI IRSJAM 2020 - 2023
• Ketua Dewan Spesialis dan Sub-spesialis, MPPK IDI 2018 – 2021
• Ketua Komite Nasional Keselamatan Pasien , Kemenkes RI 2020 - 2023
dr Bambang Tutuko SpAn KIC

RIWAYAT ORGANISASI DAN PEKERJAAN:


• Dokter POLRI 1981 - 2006
• Past President PERDATIN , 2007 - 2009 dan 2010 - 2013
• Anggota Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian PB IDI , 2009 - 2012 , 2012
- 2015 , 2015 - 2018
• Anggota BP2KB PB IDI 2009 - 2012 , 2012 - 2015
• Anggota Kompartemen Pengendalian Infeksi Rumah Sakit PERSI , 2012 - 2015
• Member of Safety and Quality of Patient Committee, World Federation of
Societies of Anaesthesiologists , 2012 - 2016
• Past Chairman of Confederation of ASEAN Society of Anesthesiologists , 2013 –
2015
• Anggota Komite Nasional Keselamatan Pasien , Kemenkes RI 2018 - 2021
Alur Bahasan:

Apakah Patient Safety

To Err is Human, perbaikan pada system

Sistem organisasi Yankes adalah Organisasi Keandalan Tinggi

Untuk mencapai Nol Cedera pada organisasi keandalan tinggi a.l.


diperlukan komitmen Budaya Keselamatan yang matang

Kematangan budaya keselamatan ini adalah suatu perjalanan yang


memerlukan tahapan-tahapan untuk mencapainya.
What is patient safety?
• Patient safety is the absence of • Keselamatan pasien (KP) adalah
preventable harm to a patient and ✓ keadaan tidak adanya cedera yg dapat dicegah
reduction of risk of unnecessary harm pada pasien dan
associated with health care to an ✓ pengurangan risiko cedera yang tidak perlu terkait
acceptable minimum.
dengan pelayanan kesehatan, seminimal mungkin
• An acceptable minimum refers to the
collective notions of given current (yang dapat diterima).
• Minimum yang dapat diterima mengacu pada gagasan kolektif dari
knowledge, resources available and the
pengetahuan saat ini yang diberikan, sumber daya yang tersedia dan
context in which care was delivered konteks di mana pelayanan diberikan mempertimbangkan risiko non-
weighed against the risk of non- pengobatan atau pengobatan lain.
treatment or other treatment. • Disiplin Keselamatan Pasien merupakan upaya
• The discipline of patient safety is the terkoordinasi untuk mencegah terjadinya cedera yang
coordinated efforts to prevent harm,
disebabkan oleh proses pelayanan kesehatan itu sendiri
caused by the process of health care
itself, from occurring to patients. terhadap pasien.
• Patient safety has been increasingly • KP semakin diakui sebagai masalah global yang
recognized as an issue of global penting.
importance.

(www.who.int/patientsafety/about/en/)
PATIENT SAFETY KEY FACTS
• The occurrence of adverse events due to unsafe • Terjadinya KTD karena pelayanan yang tidak aman kemungkinan merupakan salah satu dari 10
care is likely one of the 10 leading causes of death
and disability in the world penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia
• In high-income countries, it is estimated that one in • Di negara-negara berpenghasilan tinggi, diperkirakan bahwa satu dari setiap 10 pasien cedera saat
every 10 patients is harmed while receiving hospital
care . menerima pelayanan rumah sakit.
• The harm can be caused by a range of adverse • Cedera dapat disebabkan oleh berbagai efek samping, dengan hampir 50% dari mereka dapat dicegah.
events, with nearly 50% of them being preventable.
• Each year, 134 million adverse events occur in • Setiap tahun, 134 juta efek samping terjadi di rumah sakit di negara-negara berpenghasilan rendah dan
hospitals in low- and middle-income countries menengah (LMICS), karena asuhan yang tidak aman, menghasilkan 2,6 juta kematian.
(LMICs), due to unsafe care, resulting in 2.6 million
deaths. • Sebuah penelitian lain memperkirakan bahwa sekitar dua pertiga dari semua peristiwa buruk yang
• Another study has estimated that around two- dihasilkan dari pelayanan yang tidak aman, dan tahun-tahun yang hilang karena disabilitas dan
thirds of all adverse events resulting from unsafe
care, and the years lost to disability and death kematian (dikenal sebagai disability adjusted life years, atau Dalys) terjadi pada LMICS.
(known as disability adjusted life years, or DALYs)
occur in LMICs. • Secara global, sebanyak 4 pada 10 pasien mendapat cedera dalam pelayanan kesehatan primer dan
• Globally, as many as 4 in 10 patie`nts are harmed in rawat jalan. Hingga 80% dari cedera dapat dicegah. Kesalahan paling merugikan terkait dengan
primary and outpatient health care. Up to 80% of diagnosis, resep dan penggunaan obat-obatan.
harm is preventable. The most detrimental errors
are related to diagnosis, prescription and the use of • Di negara-negara OECD, 15% dari total kegiatan dan pengeluaran rumah sakit adalah hasil langsung dari
medicines.
kejadian tak diinginkan.
• In OECD countries, 15% of total hospital activity
and expenditure is a direct result of adverse events. • Investasi dalam mengurangi cedera pasien dapat menyebabkan penghematan finansial yang signifikan,
• Investments in reducing patient harm can lead to dan luaran pasien yang lebih baik. Contoh pencegahan adalah pelibatan pasien, yang jika dilakukan
significant financial savings, and more importantly
better patient outcomes. An example of prevention
dengan baik, dapat mengurangi beban cedera hingga 15%.
is engaging patients, if done well, it can reduce the
burden of harm by up to 15%. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/patient-safety
High Reliability Organization (HRO)
Terjadinya KTD karena asuhan yang tidak aman kemungkinan merupakan salah satu dari 10 penyebab utama
kematian dan kecacatan di dunia
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, diperkirakan bahwa satu pada setiap 10 pasien cedera saat menerima
pelayanan rumah sakit.
Organisasi keandalan tinggi adalah organisasi yang beroperasi dalam domain kompleks dan ancaman tinggi untuk
periode yang cukup lama tanpa kecelakaan serius atau kegagalan katastrofik.
Konsep keandalan tinggi menarik bagi asuhan kesehatan, karena kompleksitas operasional dan risiko konsekuensi
yang signifikan dan bahkan berpotensi katastrofik ketika kegagalan terjadi dalam asuhan kesehatan. Makna
keandalan tinggi melampaui makna standarisasi efektif dalam proses asuhan kesehatan. Keandalan tinggi lebih
menggambarkan suatu kondisi perhatian yang persisten dalam suatu organisasi. Organisasi keandalan tinggi
menumbuhkan ketahanan dengan tanpa henti memprioritaskan keamanan diatas tekanan kinerja lainnya.
Contoh klasik adalah bahwa dari kapal induk militer: Meskipun tekanan produksi yang signifikan (pesawat lepas landas dan
mendarat setiap 48-60 detik), dengan kondisi yang selalu berubah, dan struktur organisasinya hierarkis, semua personel secara
konsisten memprioritaskan keselamatan dan memiliki otoritas dan tanggung jawab untuk membuat penyesuaian keputusan
operasional saat itu, untuk menjaga operasi yang aman sebagai prioritas utama.
Institute Of Medicine

TO ERR IS HUMAN
Building a Safer Health System

The First Law of Healthcare Improvement


It is not bad people but bad systems that harm and kill our patients
Source: Don Berwick, IHI (Boston)
HERKUTANTO 9
Organisasi keandalan tinggi menggunakan sistem berpikir untuk mengevaluasi dan merancang keselamatan, tetapi mereka
sangat menyadari bahwa masalah keselamatan adalah kondisi yang muncul tak terduga, bukan suatu kondisi statis. Ancaman
baru untuk keselamatan terus-menerus muncul, ada ketidakpastian endemik, dan juga tidak ada dua kecelakaan yang persis
sama.
Dengan demikian, organisasi keandalan tinggi selalu bekerja untuk menciptakan lingkungan di mana potensi masalah
diantisipasi, dideteksi dini, dan hampir selalu menanggapi cukup awal untuk mencegah konsekuensi katastrofik / bencana.
Pola pikir ini didukung oleh lima cara berpikir dengan karakteristik: 1. selalu mempertimbangkan kemungkinan kegagalan; 2.
penolakan untuk menyederhanakan penjelasan suatu pekerjaan, keberhasilan, dan kegagalan; 3. sensitivitas terhadap
pekerjaan (kesadaran situasi); 4. menghargai keahlian personil garis depan; dan 5. komitmen untuk ketahanan.
Karakteristik Keandalan Tinggi:

1. Kebiasaan berfikir untuk selalu


memperhitungkan kegagalan

2. Tidak menganggap enteng /


menyederhanakan

3. kepekaan terhadap penugasan


pekerjaan (kesadaran
situasional)

4. menghargai keahlian petugas


garis depan

5. komitmen terhadap ketahanan

PSNet , High Reliability, August 2018


Karakteristik Keandalan Tinggi
1. Kebiasaan berfikir untuk selalu memperhitungkan kegagalan

• Setiap orang tetap awas (aware) dan berpikir tentang adanya potensi
kegagalan. Mereka memahami bahwa potensi ancaman baru, bisa muncul
kapan saja dari situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya, jadi semua
personil selalu secara aktif berpikir tentang apa yang mungkin bisa salah
dan selalu waspada terhadap tanda-tanda potensi masalah sekecil apapun.
Tidak adanya kesalahan atau kecelakaan tidak membuat mereka berpuas
diri, tetapi tetap mempertahankan kewaspadaan yang tinggi untuk
kemungkinan kegagalan berikutnya.
• Near misses dilihat sebagai peluang untuk belajar tentang isu-isu didalam
sistem dan potensi perbaikan, daripada suatu bukti adanya keamanan.

PSNet , High Reliability, August 2018


Karakteristik Keandalan Tinggi
2. Tidak menganggap enteng / menyederhanakan

• Mereka tidak menganggap enteng / menyederhanakan suatu proses


pekerjaan, dan mencari bagaimana (how) serta mengapa (why) suatu
hal bisa berhasil atau gagal. Personil HRO memahami bahwa
pekerjaannya kompleks dan dinamis.
• Mereka mencari penjelasan yang mendasari bukan sekedar yang
terlihat permukaan. Walaupun HRO mengakui perlunya standarisasi
untuk mengurangi variasi, mereka juga menghargai adanya
kompleksitas yang terkait dengan jumlah tim, proses-proses, dan
hubungan yang terlibat dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

PSNet , High Reliability, August 2018


Karakteristik Keandalan Tinggi
3. kepekaan terhadap penugasan pekerjaan (kesadaran situasi)

• Berdasarkan pemahaman mereka tentang kompleksitas pekerjaan,


personil HRO berusaha untuk mempertahankan kewaspadaan tinggi
terhadap kondisi pekerjaannya. Sensitivitas ini sering disebut sebagai
"pemahaman akan gambaran besarnya" atau "kesadaran situasi." Ini
berarti bahwa mereka menumbuhkan pemahaman tentang konteks
keadaan terkini pekerjaan mereka dalam kaitannya dengan kondisi
unit atau organisasi — yaitu, apa yang terjadi di sekitar mereka — dan
bagaimana keadaan terkini itu dapat mendukung atau mengancam
keselamatan.
PSNet , High Reliability, August 2018
Karakteristik Keandalan Tinggi
4. menghargai keahlian petugas garis depan

• Orang-orang di HRO menghargai bahwa orang-orang terdekat dengan pekerjaan


itu adalah yang mereka yang paling tahu tentang pekerjaan. Dengan demikian,
orang-orang di HRO tahu bahwa dalam krisis atau keadaan darurat orang dengan
pengetahuan terbesar tentang kondisi tersebut mungkin bukanlah mereka yang
mempunyai status dan senioritas tertinggi. Rasa hormat / penghargaan terhadap
ahli lokal dan ahli situasi menghasilkan semangat penyelidikan dan mengurangi
tekanan pada hierarki untuk mendukung pembelajaran sebanyak mungkin
tentang potensi ancaman keamanan. Dalam HRO, setiap orang diharapkan untuk
berbagi perhatian dengan orang lain, dan iklim organisasinya adalah sedemikian
rupa sehingga semua anggota staf merasa nyaman berbicara tentang potensi
masalah keamanannya.
PSNet , High Reliability, August 2018
Karakteristik Keandalan Tinggi
5. Komitmen terhadap ketahanan

• Komitmen terhadap ketahanan / kelenturan berakar pada


pemahaman mendasar tentang sifat kegagalan sistem yang sering
tidak dapat diprediksi. Orang-orang di HRO menganggap sistem
mempunyai risiko untuk gagal, dan mereka berlatih melakukan
penilaian cepat dan respons cepat terhadap situasi yang menantang.
Tim menumbuhkan penilaian situasi dan pemantauan silang sehingga
mereka dapat mengidentifikasi potensi ancaman keamanan dengan
cepat dan juga berespons sebelum masalah keamanan menyebabkan
cedera atau mengurangi beratnya kejadian keselamatan.
PSNet , High Reliability, August 2018
Konteks saat ini :
Penting untuk diketahui bahwa diperlukan standardisasi, tetapi tidak cukup untuk memperoleh suatu sistem
asuhan kesehatan yang tangguh dan andal. Keandalan tinggi adalah proses berjalan atau kerangka berpikir
organisasi, bukan struktur spesifik. AHRQ telah menguraikan strategi praktis untuk organisasi pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk menjadi sangat andal dalam melaporkan praktiknya yang tergabung dalam
rumah sakit di Network Pembelajaran Organisasi Keandalan Tinggi.
Joint Commission menganjurkan rumah sakit dan organisasi pelayanan kesehatan untuk bekerja menciptakan
dasar yang kuat sebelum mereka dapat mulai matang sebagai organisasi keandalan tinggi. Pembentukan dasar
tersebut meliputi pengembangan komitmen kepemimpinan terhadap tujuan-tujuan nol-cedera, menciptakan
budaya keselamatan positif, dan melembagakan budaya perbaikan proses yang kuat.
Joint Commission juga menyediakan ukuran dan alat untuk menilai kematangan kepemimpinan organisasi,
budaya keselamatan, dan budaya perbaikan proses, sebagai prasyarat ke keandalan tinggi.
PSNet , High Reliability, August 2018
Safety Culture Definition
The safety culture of an organization is the • Budaya keselamatan suatu RS
product of individual and group values, (organisasi) adalah hasil dari nilai2
attitudes, perceptions, competencies, and individu dan kelompok, sikap, persepsi,
patterns of behavior that determine the kompetensi, dan pola perilaku yg
commitment to, and the style and proficiency menentukan komitmen terhadap, dan
of, an organization’s health and safety gaya serta kemampuan, manajemen
management. pelayanan kesehatan dan keselamatan
Organizations with a positive safety culture are RS.
characterized by communications founded on • RS dengan budaya keselamatan positif
mutual trust, by shared perceptions of the dicirikan oleh komunikasi atas dasar
importance of safety, and by confidence saling percaya, dengan persepsi yang
in the efficacy of preventive measures. sama tentang pentingnya keselamatan,
dan yakin akan manfaat langkah2
pencegahan.

(AHRQ, U.S. Department of Health and Human Services. 2016.


Hospital Survey on Patient Safety Culture, User’s Guide)
(Nico Lumenta, 2020)
PATIENT SAFETY CULTURE

(Nico Lumenta, 2020)


PATIENT SAFETY CULTURE

(Nico Lumenta, 2020)


Bagaimana
implementasi Patient
Safety Culture ini?
Framework for High-Reliability Organizations in Healthcare
Drs. Frankel dan Leonard mengembangkan
framework dan menyusun komponen kunci dari
Organisasi Keandalan Tinggi (HRO).
Terdiri dari:
1. kepemimpinan,
2. budaya yang berfokus pada keselamatan,
3. dedikasi untuk pembelajaran dan peningkatan
berkelanjutan.
Mereka menawarkan alat dan wawasan praktis
yang meningkatkan kemampuan untuk
memberikan asuhan pasien yang optimal dalam
lingkungan yang berfokus pada pembelajaran dan
peningkatan kualitas.

© 2018 Health Catalyst


Proprietary. Feel free to share but we would appreciate a Health Catalyst citation.
Framework for High-Reliability Organizations in Healthcare

Based on: https://www.safeandreliablecare.com/blog/2016/11/29/s-r-sociotechnical-framework-ihi-minicourse


Figure 1: Model for the Framework for Safe & Reliable Care
© 2018 Health Catalyst
Proprietary. Feel free to share but we would appreciate a Health Catalyst citation.
Cultural Maturity Model

Figure 2: Cultural Maturity Model


© 2018 Health Catalyst
Proprietary. Feel free to share but we would appreciate a Health Catalyst citation.
Conclusions: Hospitals can make substantial progress toward high reliability by undertaking several
specific organizational change initiatives. Further research and practical experience will be
necessary to determine the validity and effectiveness of this framework for high-reliability health
care.
High-Reliability Health Care: Getting There from Here
MARK R. CHASSIN and JEROD M. LOEB

Adapting High-Reliability Science to Hospitals


Kerangka kerja ini berasal dari integrasi ilmu keandalan tinggi, pengalaman yang cukup besar bekerja dengan
ribuan organisasi pelayanan kesehatan yang diakreditasi atau disertifikasi oleh Joint Commission, dan beberapa
penelitian yang menjelaskan bagaimana beberapa rumah sakit telah mulai mengadaptasi prinsip-prinsip
keandalan tinggi untuk operasional mereka.
Mereka mengeksplorasi tiga perubahan besar yang harus dilakukan oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk
membuat kemajuan besar menuju keandalan tinggi:
(1) komitmen kepemimpinan terhadap tujuan akhir tidak adanya / nol cedera pasien,
(2) penggabungan semua prinsip dan praktik budaya keselamatan di semua bagian organisasi, dan
(3) adopsi dan penerapan yang meluas dari alat dan metode peningkatan proses yang paling efektif.
Kami menguraikan ketiga perubahan ini dengan perhatian khusus kepada rumah sakit dan sistem kesehatan.
Semua konstituen kepemimpinan, baik formal maupun informal, harus berbagi visi tunggal yang sama yang
akhirnya mengeliminasi cedera pada pasien. Ini adalah persyaratan awal yang penting, karena keberhasilan
semua perubahan lain tergantung padanya. Tujuan nol juga penting karena salah satu karakteristik paling
penting dari organisasi keandalan tinggi adalah bahwa mereka tidak akan puas dengan apapun tingkat
keselamatan mereka saat ini. Mereka selalu mencari cara untuk memperbaikinya.
High-Reliability Health Care: Getting There from Here
MARK R. CHASSIN and JEROD M. LOEB

Maturity Model: A Practical Framework for Improvement


Mereka kemudian mempertimbangkan bagaimana rumah sakit dan sistem kesehatan beroperasi saat itu dan
bagaimana mereka dapat berevolusi (perlahan atau cepat) menuju keandalan tinggi di masing-masing dari tiga
bidang ini. Jelas, organisasi2 itu mengandung banyak heterogenitas.
Dalam merancang kerangka kerja ini, mereka mengidentifikasi beberapa komponen spesifik masing-masing dari
masing-masing dari tiga domain perubahan (semuanya ada empat belas komponen) dan empat tahap
kematangan masing-masing dari mereka yang akan memperlihatkan kemajuan keandalan tingginya. Mereka
menggambarkan empat tahapan sebagai awal, mengembangkan, memajukan, dan mendekati.
1. LEADERSHIP
Komitmen pemimpin rumah sakit
terhadap keandalan tinggi harus
mencakup peran penting dari Dewan
Pengawas atau Direksi. Dewan harus
menjadi bagian dari komitmen
kepemimpinan untuk akhirnya
mencapai nol cedera pasien dan
untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan pasien dengan tujuan
strategis tertinggi organisasi.
Dokter sangat penting untuk
keberhasilan setiap inisiatif kualitas di
RS. Dua komponen vital peran dokter:
kepemimpinan dan partisipasi. Untuk
bergerak secara efektif ke keandalan
tinggi, dokter harus secara rutin
melakukan inisiatif sebagai pimpinan
peningkatan kualitas di seluruh rumah
sakit. Kedua pemimpin yang ditunjuk
secara formal (kepala komite medis,
wakil ketua) dan para pemimpin
informal (ketua peer, pemimpin staf
medis sukarela) perlu terlihat dan
pelaku aktif untuk kualitas, termasuk
para pemimpin dokter yang bukan
karyawan rumah sakit
2. BUDAYA KESELAMATAN
Budaya keselamatan yang sepenuhnya
mendukung keandalan tinggi memiliki tiga
atribut sentral: kepercayaan, laporan, dan
perbaikan (Reason dan hobbs 2003). Pekerja
menunjukkan kepercayaan yang cukup pada
rekan-rekan mereka dan manajemen
organisasi bahwa mereka secara rutin
mengenali dan melaporkan kesalahan dan
kondisi yang tidak aman. Kepercayaan ini
terbangun ketika organisasi menghilangkan
perilaku intimidasi yang menekan pelaporan,
bertindak tepat waktu untuk memperbaiki
masalah yang dilaporkan oleh pekerja, dan
mengkomunikasikan perbaikan ini secara
konsisten terhadap individu-individu yang
melaporkan masalah tersebut sejak awal.
Komunikasi pada gilirannya memperkuat
kepercayaan yang menyebabkan laporan dan
menumbuhkan identifikasi lebih lanjut dan
melaporkan masalah bahkan jauh sebelum
cedera. Ketika ketiga komponen budaya
keselamatan ini bekerja dengan baik, mereka
akan saling memperkuat dan menghasilkan
budaya organisasi yg stabil yg menopang
keandalan tinggi. Mempertahankan
kepercayaan juga mengharuskan organisasi
untuk meminta pertanggungjawaban
karyawan mematuhi protokol dan prosedur
keselamatan.
Key components of safety culture (JCI)
1. Trust 1. Kepercayaan
2. Accountability 2. Akuntabilitas
3. Identifying unsafe 3. Mengidentifikasi kondisi yang tidak
conditions aman
4. Strengthening 4. Penguatan sistem
systems 5. Penilaian / Pengukuran
5. Assessment

Strategies for Creating, Sustaining, and Improving a Culture of Safety in Health Care. (2017) .JCI

(Nico Lumenta, 2020)


(E.Manajemen risiko
Manchester Patient Safety Framework – MaPSaF merupakan bagian integral
keselamatan)
Levels of maturity with respect to a safety culture
(Tingkat kematangan dalam budaya keselamatan) (D.Kami selalu
waspada thd E. Risk
risiko yg mungkin
muncul) management
is an integral
(C.Kita sudah part of
punya sistem utk
mengelola risiko D. We are everything
yg teridentifikasi) always on that we do
the alert for
(B.Kita berbuat risks that
(A.Mengapa sesuatu bila C. We have might
membuang terjadi insiden) emerge
systems in
waktu utk
keselamatan) place to
B. We do manage all
A. Why something identified
waste our when we risks
time on have an
safety? incident
PATHOLOGICAL REACTIVE BUREAUCRATIC PROACTIVE GENERATIVE
3. Robust Process Improvement
(Perbaikan proses yang kuat)

Mereka percaya bahwa tiga set alat perbaikan proses - lean, six sigma, dan change management /
manajemen perubahan - merupakan cara paling efektif di pelayanan kesehatan untuk secara
dramatis meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan proses keselamatan yang hampir
sempurna
Metode ini mewakili generasi selanjutnya dari metode proses perbaikan yang dikembangkan di
industri dan diimpor ke pelayanan kesehatan. Metode ini terbukti jauh lebih efektif dalam
mengatasi masalah kualitas klinis dan keselamatan yang kompleks dibandingkan PDCA (”Plan, Do,
Check, Act") atau pendahulunya yang belum lama (peningkatan kualitas berkelanjutan dan
manajemen kualitas total) (Goldberg 2000). Salah satu fitur pembeda yang paling penting dari
metode perbaikan yang lebih baru ini adalah pendekatan sistematis metode ini untuk mengungkap
semua penyebab spesifik dari kegagalan proses keselamatan (mis.nya, cuci tangan).

High-Reliability Health Care: Getting There from Here


MARK R. CHASSIN and JEROD M. LOEB
Cultural competence
Kesadaran budaya (Cultural awareness)
• adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan
menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk.
• Dapat menilai apakah hal tsb normal dan dapat diterima pada budayanya atau
mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain.
• Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya
Kompetensi budaya adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya
• Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya.
• Kompetensi budaya merupakan pemahaman thd kelenturan budaya (culture
adhesive).
• Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorg memfokuskan pemahaman
pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
(Nico Lumenta, 2020)
Cultural competence
Is a set of congruent behaviors,
attitudes, and policies that come
together in a system, agency or
among professionals and enable Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku,
that system, agency or those sikap dan bersama secara harmonis dlm suatu
sistem, badan atau para profesi utk bekerja
professions to work effectively in secara efektif dlm situasi yg lintas-budaya /
cross-cultural situations. ‘cross-cultural’

Is a developmental process that


Suatu proses pertumbuhan yg berkembang
evolves over an extended period.
melampaui suatu kerangka waktu yg lama

(Collins Dictionary of Medicine © Robert M. Youngson 2004)


(Nico Lumenta, 2020)
Patient-centered care: the key to cultural competence
(Epner, DE & Baile, WF : Patient-centered care: the key to cultural competence. Annals
The Golden Rule of Oncology, vol 23, supl 3,
2012)
* In the final analysis, we should * Dalam analisis final, kita harus
treat our patients as we would mperlakukan pasien2 kita sebagaimana kita
want others to treat us during ingin diperlakukan oleh orang lain, selama
periods of vulnerability and fear. periode yg penuh dgn krisis maupun
ketakutan

* The key to cultural competence


is patient centeredness built on
respect, sensitivity, composure, * Kunci menuju kompetensi kultural adalah
partnership, honesty, astuteness, patient centeredness (focus kpd pasien) yg
dibangun atas respek (rasa hormat),
curiosity, and tolerance. All people
sensitivitas, kesabaran, kemitraan, kejujuran,
really care about is being cared kecerdikan, rasa ingin tahu, dan toleransi.
about Semua orang benar2 peduli ttg asuhan

(Nico Lumenta, 2020)


Why is it important to be culturally
competent?
• Increased respect
• Increased creativity
• Decreased unwanted surprises
• Increased participation from cultural groups
• Increased trust and cooperation
• Overcome fear of mistakes and conflict
• Promotes inclusion and equality

(Nico Lumenta, 2020) Copyright © 2014 by The University of Kansas


BUDAYA
KESELAMATAN
PASIEN
dalam
SNARS Ed 1.1.

(Nico Lumenta, 2020)


Asuhan Pasien : “DNA of Care”
Profesional Pemberi Asuhan perlu memiliki DNA of Care

I. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

🌏 Safety Diperoleh dan


II. KELOMPOK STANDAR
PELAYANAN BERFOKUS PADA
PASIEN
tumbuh melalui
penerapan SNARS
🌏 Quality Ed 1.1.
III. KELOMPOK STANDAR
MANAJEMEN RS

🌏 Culture
IV. PROGRAM NASIONAL

Mindset kita dalam


V. INTEGRASI PENDIDIKAN
Asuhan Pasien : KESEHATAN DALAM PELAYANAN
“BPIS”
(Hardy, P. 2017. Patient voice and DNA of Care, Bila Pasien Itu Saya (KARS. 2018. SNARS Edisi 1)
ISQua Conference, London.
(Nico Lumenta, 2020)
RANGKUMAN:

Sistem organisasi Yankes adalah Organisasi Keandalan Tinggi

Tujuan Patient Safety Nol Cedera, bisa dicapai bila kondisi organisasinya adalah Organisasi
Keandalan Tinggi yang mempunyai kematangan budaya keselamatan.

To Err is Human, karena itu sasaran perbaikan pada system

Untuk mendapatkan komitmen Budaya Keselamatan diperlukan peran serta penuh semua personil
mulai dari pimpinan sampai kebawah

Kematangan budaya keselamatan ini adalah suatu perjalanan yang memerlukan tahapan-tahapan
untuk mencapainya.
Semoga Bermanfaat

TERIMA KASIH
dr Bambang Tutuko SpAn KIC
bambang.tutuko@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai