SKRIPSI
Oleh:
RENI MONIKA
NIM. 111021128
Kata Kunci : Kawasan Industri, pabrik kelapa sawit, kualitas udara, keluhan
gangguan pernapasan
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
penulis persembahkan kepada ayahanda Ahmad Raja Lubis dan ibunda Warda Hayati
Harahap yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan
moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis
selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
2. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam
4. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Pembimbing Skripsi II dan sekaligus
5. dr. Taufik Ashar, MKM., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan
6. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan
Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM
USU.
8. Alfattah Faisal, S.Si., M.Kes, selaku manajer teknik Lab. Fisika Udara & Radiasi
9. Erwin Alamsyah Pane, SE, selaku Kasubbag tata usaha dan keuangan kantor
10. Buat Adikku “Elly utari ”, “Ira wati dan “Ilman Amanda Lubis” tersayang,
11. Buat keluarga besar Lubis dan Harahap yang telah banyak membantu, yang
Vina Anggina, Dessy Irfi Jayanti, Risky Sarjani, Dian, Moris, Bg Asrul, Yuli,
Zuhdina Ulya, Suryani Hrp, Tri Annisa, Khairiah, dll yang selalu memberi
dukungan, masukan dalam penyelesaian skripsi ini), dan Teman - Teman Kos 22
Pembangunan Gang Mesjid khususnya Evy, Winda, Destri dan Anggi serta
semua pihak yang telah membantu penulis, selalu memberikan semangat dan
senantiasa mendoakan penulis selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak
mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian,
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis,
(Reni Monika)
DAFTAR ISI
Abstrak...................................................................................................................... i
Abstract ...... .............................................................................................................. ii
Riwayat Hidup Penulis............................................................................ ................ iii
Kata Pengantar ........................................................................................................ iv
Daftar Isi ................................................................................................................... vii
Daftar Tabel.............................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ......................................................................................................
xiv
2013
Tahun 2013
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Debu PM10 dan Kadar Karbon Monoksida CO
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Suhu, Kecepatan Angin, Tekanan Udara, Kelembapan
Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan di
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Lama Bermukim dengan Keluhan Gangguan
Tabel 4.11 Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan Keluhan
Lampiran 1. Kuesioner
seolah-olah sumber alam yang ada dibumi harus segera dihabiskan tanpa
memperdulikan generasi yang akan datang. Kerusakan dan penurunan daya dukung
lingkungan yang terjadi ini, belum ada dari pihak manapun yang menyadari
Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan
sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau,
tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar - benar bersih sudah
sulit diperoleh, terutama dikota – kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu
lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.
kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Darmono,
2001).
Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernapasan sangat besar
tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang
terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah
bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang
mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain
menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan
(Sarudji, 2010).
udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk
hidup lainnya.
berbau, mudah terbakar, dan bila terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu
kebiruan, terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192° C (Fardiaz, 2010).
Gejala-gejala keracunan karbon monoksida (CO) antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan
di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal dunia (Mukono,
2008).
tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida
3
(CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm dalam 1 jam pengukuran.
kayu lapis, pembangkit listrik maupun yang lainnya. Kegiatan industri tersebut
potensial dalam menghasilkan bahan pencemar udara. Bahan pencemar udara yang
dapat dikeluarkan oleh industri maupun pembangkit listrik antara lain adalah partikel
debu, gas SO2 (Sulfur dioksida), gas NO2 (Nitrogen dioksida), gas CO (Karbon
pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi
pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran
Diantara Badan usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertanian yag banyak
adalah yang bergerak dibidang perkebunan milik negara yaitu salah satunya,
memiliki usaha perkebunan diantara lain kebun kelapa sawit, karet, kopi, teh, dan
coklat tercatat seluas 0,82 ha, Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia
Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II sudah ada sejak tahun 1986.
Pabrik ini memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah ( crude palm oil ).
Pabrik ini terletak di sebelah pemukiman karyawan pabrik itu sendiri, terdapat di
kabupaten Padang Lawas. Hasil minyak mentah hasil produk pabrik ini akan dikirim
ke pabrik pusat kelapa sawit PTPN IV kebun Adolina yang akan diolah selanjutnya
Perkebunan yang bergerak dibidang industri minyak kelapa sawit (crude palm
oil) memiliki pabrik dalam pengolahan buah menjadi minyak. Dalam proses
pengolahan menggunakan bahan bakar berupa cangkang sawit dan serabut. Proses ini
berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dari gas buang pabrik kelapa sawit
Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa Serabut dan Cangkang
Sawit, Baku mutu emisinya diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 07 Tahun 2007 tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel
2012, terlihat bahwa dari jalan raya maupun dari pabrik debu sangat banyak, sampai
menyelimuti pohon sawit disekitarnya dan apabila berada disekitarnya agak sulit
bernafas.
yang berjudul: Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada
masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa
mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel debu (PM10) dan Transportasi yang
kepada masyarakat yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit tersebut,
untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Gambaran kualitas udara dan
pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV
kelapa sawit.
kelapa sawit.
tentang efek dari kadar debu (PM10) dan karbon monoksida terhadap
kesehatan
yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV kebun Sosa II
energi dan atau kelompok lain keudara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ketingakat tertentu yang menyebabkan udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”
(Mulia, 2005).
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek
penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Parameter pencemar Udara
macam, yaitu:
1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin misalnya debu jalan raya.
2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas
vulkanik.
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian
1. Polutan primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu
b. Partikel
zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari
campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist)
(Mukono, 2005).
Adapun yang dimaksud dengan:
1) Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan
2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi,
4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain
adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC
dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan
dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan
sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon, Sumber- sumber polusi lainnya misalnya
2. Polutan sekunder
Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi
dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh
adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan
3) Kondisi iklim
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan
2002) yaitu:
1. Suhu udara
pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan
tinggi.
2. Kelembapan
Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada
kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan
pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar
sekunder.
3. Tekanan udara
kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di
4. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi
bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu
sumber akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan
setempat
5. Sinar matahari
udara
6. Curah hujan
Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari
atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas tertentu kedalam partikel
air, serta dapat menangkap partikel debu baik yang inert maupun partikel
debu yang lain, menempel pada partikel air dan di bawa jatuh ke bumi.
60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
1. Sumber Bergerak
Menurut (Sarudji, 2010), yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar
bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan
pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak
bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi,
sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap,
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau
dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di
lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat
dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada
suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar
Menurut Sunu (2001), gas karbon monoksida sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang tidak
berwarna dan tidak bau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada
di lapisan atmosfer. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO
tidak dapat di lihat oleh mata. Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat,
konsentrasi gas CO dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentunya gas
b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan
pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi
(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan dibawa ke
pemakai. Hal ini sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran
tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin bermotor. Gas ini dapat
dalam jumlah besar akan berbahaya bahkan dapat mematikan. Pengaruhnya terhadap
kesehatan yaitu bahwa karbon monoksida dapat merintangi darah untuk mengangkut
oksigen ( Sunu, 2001). Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh
manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi
persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya
1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama
kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).
Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam waktu 30
menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari
(Sastrawijaya, 2009).
Tabel 2.3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah terhadap Kesehatan
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun
anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan
(partikulat) adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari berbagai
macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan
seperempat dari seluruh emisi partikulat. Sepertiga darinya berasal dari kebakaran
hutan yang dapat dikendalikan dan dua pertiganya dari kebakaran hutan yang tak
terkendali.
2.3.2. Sifat Debu
Partikel (debu) sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada
bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan.
partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena
jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang
Kesehatan RI tahun 1994 yang dikutip oleh Sihombing (2006), sifat-sifat debu adalah
sebagai berikut:
1. Mengendap
ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat
mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi
3. Menggumpal
Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan.
Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses
penggumpalan.
5. Opsis
Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancakan
sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap. Menurut sifatnya, partikel dapat
Sumber pencemar partikel (debu) dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat
juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam (Wardhana, 2001) antara lain:
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung
berapi.
3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan
matter adalah partikel debu yang hanya berada di udara, partikel ini segera
mengendap karena ada daya tarik bumi. Dan Suspended particulate matter adalah
debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997).
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
udara ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien
yang tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia
yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan udara ke
paru-paru dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran napas. Bahan polutan
yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Refleks batuk juga akan
mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian bila tertelan akan masuk ke
saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau minum.
Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara khususnya
bahan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan dapat menimbulkan efek sistemik
(Aditama, 1992). Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak,
konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain (Agusnar, 2008).
Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan
letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan
ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang
berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel
pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan
bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran
tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya
seperti minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja,
kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat dimanfaatkan
Pada tahun 2008, luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia yang telah
menghasilkan sekitar 6,6 juta Ha dengan total produksi sekitar 17,6 juta ton CPO.
Terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 2,6 juta ha dengan produksi 5.895.000 ton
CPO, Perkebunan Besar Nasional seluas 687 ribu Ha dengan produksi 2.313.000 ton
CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4 juta Ha dengan produksi 9.254.000
ton CPO. Sedangkan untuk luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008
Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan
boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa serabut dan cangkang sawit
(Abunajmu, 2007).
udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku
mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah
batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara,
dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,
tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida
3
(CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm dalam 1 jam pengukuran.
ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau
yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam
PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3.
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu
pada suatu lingkungan, konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan yang aman
dan sehat bagi masyarakat. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di
bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara (Asiah, 2008).
gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume
tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasanya digunakan
untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara (Asiah, 2008), seperti:
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7
m3/menit, partikel debu berdiameter 0,1-100 mikron akan masuk bersama aliran
udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat
digunakan untuk mengambil contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan
partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6-8 jam.
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan dengan
cara mengatur flow rate. Untuk flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel
berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau
debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernapas. Untuk
flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini
biasanya digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja
perkantoran, kawasan industri, atau daerah lain yang dianggap penting. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan
industri
udara, kelembapan, dan faktor geografi, seperti topografi dan tata guna lahan, harus
adalah:
1. Hindari daerah yang dekat dengan gedung, bangunan, dan/atau pepohonan yang
tersebut.
3. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu fisika yang dapat memengaruhi hasil
laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung,
udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama mukosa inspirasi yan terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan
bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi mukosa yang ekskresi oleh goblet dan
kelenjar serose. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum sentral yang
didalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai
apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf,
dan pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukan telah terjadi gangguan paru,
yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan di
bagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru-paru kiriterbagi menjadi 2 lobus
keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan
atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan diluar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar (Surya, 1990).
dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut
terjadi secara bersamaan. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil
sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar.
Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
2. Pernapasan perut
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme
a. Fase inspirasi
membesar dan tekanan udara di dalam paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara
Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula)
sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paruparu lebih besar
Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta
organ adneks seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan
saluran pernapasan adalah ganguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta
organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
1999).
saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan
pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada. Secara terinci
yaitu (Surya,1990):
a. Batuk
terutama untuk pertahanan paru terhadap masuk/ terhisapnya benda asing, baik itu
pada orang sehat maupun pada orang yang sakit, batuk dapat terjadi dengan disadari
maupun tidak disadari. Batuk yang disadari merupakan suatu respons terhadap
perasaan adanya sesuatu didalam saluran napas. Batuk yang tidak disadari terjadi
akibat refleks yang dipacu oleh perangsangan laring, trakhea atau bronkhi yang besar
karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat
mekanik dan kimia. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing berukuran kecil
c. Batuk Darah
Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan
tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu
kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita
maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang
berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada
penderita TB paru (tuberculosis paru) yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk
berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat (emergency) karena
karena TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk
(Surya,1990).
d. Sesak Napas
Sesak napas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan.
Sesak napas bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit
yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan sesak napas
sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. Hal-hal
1. Faktor psikis.
b. Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis dinding
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi
pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah
kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural
yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang
normal.
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau
sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada
e. Nyeri dada
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di
klinik. Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang
tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus
lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri
serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Salah satu bentuk nyeri
dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala
penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian,
sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan
a. Pilek
Pilek adalah sekelompok gejala pada saluran pernapasan atas yang disebabkan
oleh sejumlah besar virus yang berbeda. Meskipun lebih dari 200 virus dapat
menyebabkan 10% sampai 40% dari pilek. Juga, coronaviruses menyebabkan sekitar
20% dari pilek dan virus RSV (RSV) menyebabkan 10% dari pilek. Pilek biasa
menghasilkan gejala ringan yang hanya berlangsung 5-10 hari. Keluhan yang paling
umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorokan
2. Batuk
3. Hidung tersumbat
5. Kelelahan
6. Nyeri kepala
8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,
b. Asma
alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-butir sari bunga, bulu kucing,
tenggorok atau hulu kerongkongan. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang
atau bila mungkin meniadakan sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan
bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan
Kriteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang digunakan
1. Mengubah Proses
3. Mengelola Limbah
Memenuhi Syarat
Kualitas Udara dikawasan Pabrik
Industri Kelapa Sawit PTPN IV PP RI No 41
22 Desember 2010.
Sosa II tahun 1999
CO (Karbon monoksida) Tidak Memenuhi
Syarat
PM10 (Particulate matter)
Keluhan Gangguan Pernafasan
Pada Masyarakat di Kawasan
Karakteristik Penduduk Industri Pabrik Kelapa Sawit
1. Umur
2. Lama bermukim
3. Pekerjaan
BAB III METODE
PENELITIAN
mengetahui gambaran kualitas udara berupa kadar debu (PM10) dan karbon
industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
kiri (±80 m) dan depan pabrik (±50 m) dari kawasan industri pabrik kelapa sawit
karena lokasi tersebut merupakan potensi terbesar oleh kadar debu (PM10) dan karbon
2013 disekitar kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten
Padang Lawas.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal dikawasan
industri kelapa sawit Sosa II ( pemukiman sebelah kanan dan kiri dari pabrik kelapa
sawit) yaitu 200 orang. Hal ini dilakukan karena ibu sebahagian besar tidak bekerja
dan melakukan aktivitas setiap hari dirumah dan disekitar kawasan industri
khususnya di luar pabrik yang memiliki tingkat keterpaparan terhadap debu dan
sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain.
1. Titik satu berada pada 100 m dari pemukiman disebelah kiri pabrik, pengukuran
disini dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu
kali pengukuran kadar debu. Alasan dilakukan lokasi titik pengambilan sampel
disini karena truk-truk buah yang menunggu antrian masuk kedalam pabrik,
dari lintasan truk dijalan raya yang mengakibatkan pencemaran udara diarea
monoksida dan satu kali pengukuran kadar debu. Alasannya dilakukan lokasi
titik pengambilan sampel disini karena lebih dekat ke jalan raya yang banyak
udara .
dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu kali
sawit.
1. Kriteria Inklusi yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki keluhan
sawit.
Menurut Soekidjo Notoatmojo (1988) jika populasi < 10.000 maka besar
200
=
2
1 + 200 ( 0,1 )
200
=
1+ 200 ( 0,01 )
200
=
1+2
= 66,6
= 66
Diketahui :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Dengan jumlah populasi sebesar 200 orang, maka sampelnya adalah 66 orang.
Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan diambil disebelah
130
n= × 66 = 43 orang
200
2. Besar sampel sebelah kiri pabrik ( 70 orang)
70
n= × 66 = 23 orang
200
kawasan industri kelapa sawit PTPN IV Sosa dan pengukuran kadar debu (PM10)
dan karbon monoksida (CO) dilakukan di tiga titik yaitu sebelah kanan dan kiri
pabrik dan di depan cerobong pabrik yang terletak searah dengan angin darat.
3.5. Metode Pengumpulan Data
1. Data hasil pengukuran kadar debu (PM10) dan karbon monoksida (CO)
2. Wawancara langsung dengan ibu yang tinggal di sekitar pabrik kelapa sawit
3. Pengukuran dilakukan pada siang hari, dilakukan satu kali pengukuran pada
Data skunder diperoleh dari literatur maupun instansi yang ada hubungannya
yang merupakan jenis High Volume Air Sampler dan menggunakan metode
1. Alat diletakkan 1,5 meter diatas tanah dalam kondisi batre full.
3. Masukkan filter sesuai denagan jenis debu yang di inginkan ( misal, 1,2,5,10
4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari
udara ambien
1. Kualitas udara adalah ada banyaknya debu PM10 ( Partikel debu < 10µm) dan
3
dalam µg/m sebelah kiri pabrik ±100 m dari pemukiman, sebelah kanan
kiri pabrik ±100 m dari pemukiman, sebelah kanan pabrik ± 80 m dan depan
4. Debu adalah partikel-partikel zat padat yang ada di kawasan industri kelapa
sawit.
6. Umur adalah lama orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir
sampai pada waktu penelitian ini, data diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner.
kelapa sawit PTPN IV Sosa yang dihitung dari ia mulai tinggal/ pabrik mulai
karbon monoksida
3.8. Aspek pengukuran
1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3
3
monoksida sebesar 30.000μg/m . Pengukuran dilakukan selama 1 jam.
adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas dan pilek pada
mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas
1. Umur
Umur ibu rumah tangga di kategorikan sebagai berikut:
2. Lama bermukim
3. Pekerjaan/ Aktivitas
1. Guru
2. Wiraswasta
3. Pedagang
1. Batuk
2. Sesak
3. Pilek
4. Sakit Tenggorokan
5. Batuk Darak
3.9. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Memeriksa data terlebih dahuu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,
2. Koding
simbol-simbol tertentu.
3. Tabulasi
Semua data yang terkumpul, baik pengukuran kadar debu, kadar karbon
monoksida dan hasil wawancara dengan ibu rumah tangga di olah secara manual.
Selanjutnya data yang telah di olah, dianalisis dalam bentuk tabel distribusi dan
tabulasi silang yang kemudian dinarasikan. Hasil pengukuran kadar debu dan kadar
karbon monoksida akan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien
4.1. Gambaran Umum Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II
PTP Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang
menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk
kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan
yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah
menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma.
Iklim kering, selama ratusan tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang
kelestarian sumber daya alam semakin merosot sehingga wilayah Padang Bolak/
Padang Lawas berubah menjadi Savana. Keadaan tersebut membuat lokasi Padang
Lawas, Propinsi Sumatera Utara. Jarak dari Kantor Direksi Medan ± 625 KM, dari
1. Surat PNP VII (saat ini PTPN-IV) kepada Gubernur KDH Tingkat I Propinsi
Tindak lanjut dari Surat Menteri Muda Urusan peningkatan Produksi tanaman
keras tersebut, PNP VII (saat ini PTPN-IV) melalui surat-surat No.07.07/X/280/1983
Akselerasi PTP VII di Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan seluas 19.625
Ha.
Batas-batasnya adalah:
Unit Kebun Sosa salah satu unit strategis bisnis dari PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero) dibangun pada awal tahun 1985. Terdiri dari 9 (sembilan) Afdeling
Dengan peta situasi No. 202/1987 (2.186.70 Ha) yakni Sosa I Afdelin I,II, dan III dan
peta situasi N0. 203/19 (5.119.20 Ha) yakni Sosa II Afdeling IV, V, VI, VII, VIII,
IX).
4.2. Karakteristik Responden
dikawasan pabrik kelapa sawit sosa PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas
4.2.1. Umur
pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
kelapa sawit di PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas, dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim di Kawasan
Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2013
No. Lama Bermukim Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. ≤ 5tahun 9 14,7
2. ≥ 5 tahun 57 86,3
Total 66 100,0
Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas dapat di lihat pada Tabel 4.3.
Total 66 100,0
kelapa sawit di PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas, dapat dilihat pada Tabel
4.4.
Total 17 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan terbanyak adalah
Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas
Tahun 2013 untuk pengukuran kadar debu dilakukan dengan menggunakan alat ukur
High Volume Air Sampler ( HVAS) dengan merek HAZ-DUST Model EPAM-5000,
BM = Berat Molekul
24,45
= 8 × 28 × 1000
24,45
3
= 9161,5µg/m
24,45
= 10 × 28 × 1000
24,45
3
= 11451,9µg/m
24,45
= 13 × 28 × 1000
24,45
3
= 14887,5 µg/m
3 3
Keterangan : µg/Nm = µg/m
N = Normalitas
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kadar Debu PM10 dan kadar Karbon Monoksida
CO di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Tanggal Titik Jarak Kadar Kadar NAB Keterangan
Terhadap Debu CO PM10/
Pabrik (µg/m3) (µg/m3) CO
(µg/m3)
2 ± 80 m 98 11451,9 Memenuhi
CO syarat
(30000)
Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) dan debu
tertingi terdapat pada titik III yaitu di (Depan Cerobong) yaitu CO sebesar
3 3
14887,5µg/Nm dan debu sebesar 112 µg/Nm , sedangkan kadar karbon monoksida
(CO) dan debu (PM10) terendah terdapat pada titik I yaitu di (Sebelah Kiri Pabrik)
3 3
yaitu CO sebesar 9161,5 µg/Nm dan debu sebesar 90 µg/Nm . Kadar karbon
monoksida dan debu yang diukur pada ketiga lokasi penelitian tersebut masih
Udara
industri kelapa sawit PTPN IV berada pada rentang 0,1 m/s – 0,2 m/s dengan rata –
rata dari ketiga titik pengukuran adalah 0,16 m/s. Adapun suhu di pasar tersebut
0 0
berada pada rentang 32,9 C – 33,2 C dengan rata – rata dari ketiga titik adalah
0
33,06 C. Sedangkan untuk kelembaban berada pada rentang 58,1 % - 59,7 % dengan
rata – rata dari ketiga titik adalah 59,03%, dan untuk tekanan udara di pasar tersebut
berada pada rentang 751,7 mmHg – 754,1 mmHg dengan rata – rata dari ketiga titik
responden yang bermukim di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II
kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas
Total 66 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang tidak mengalami
Total 30 100,0
Sesak Ya 2 6,7
Tidak 28 93,3
Total 30 100,0
Pilek Ya 4 13,3
Tidak 26 86,7
Total 30 100,0
Nyeri Dada Ya 0 0
Tidak 30 100
Total 30 100
Sakit Tenggorokan Ya 1 3,3
Tidak 29 96,7
Total 30 100,0
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 30 orang yang memiliki keluhan gangguan
pernapasan yang terbanyak 22 responden (73,4%) yang memiliki keluhan batuk. Hal
ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden yang memiliki keluhan gangguan
Gangguan Pernapasan
gangguan pernapasan yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV
tabulasi silang, dan didapatkan gambaran yang disajikan pada tabel di bawah ini:
Hasil tabulasi silang antara umur dengan keluhan gangguan pernapasan dapat
Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan
di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar
Pernapasan
terbanyak terdapat pada responden yang bermukim ≥ 5 tahun yaitu sebesar (80%)
responden.
4.6.3. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan Keluhan
Gangguan Pernapasan
Hasil tabulasi silang antara kerja/ aktivitas di luar rumah dengan keluhan
Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan
Keluhan Gangguan Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun
2013
No Kerja/ Aktivitas di luar Keluhan Gangguan
Rumah Saluran Pernapasan
Ya % Tidak % Jumlah %
1 Ya 13 43,3 4 11,2 17 100,0
2. Tidak 17 56,7 32 88,8 49 100,0
Jumlah 30 45,4 36 54,6 66 100,0
terbanyak terdapat pada responden yang tidak bekerja yaitu sebesar (56,7%)
responden.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.1. Umur
Dari hasil analisis data yang diketahui bahwa karakteristik responden yaitu
sebagian besar responden berumur 21-40 tahun sebanyak (66,7%), sedangkan untuk
rentang umur ≥ 41 sebanyak (30,3%) dan untuk responden yang paling sedikit
PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas ini terdapat pada kelompok lama
(74,3%) sehingga sebagian besar responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
gangguan pernapasan menurut jenis keluhannya yang terbanyak adalah keluhan batuk
sebanyak (73,4%), Sedangkan keluhan batuk darah sebanyak (3,3%), keluhan sesak
(6,7%), keluhan pilek (13,3%) dan keluhan sakit tenggorokan (3,3%) responden.
besar kelompok umur yaitu 21-40 tahun sebanyak (66,7%), hal ini terjadi karena
lebih banyaknya responden yang berumur 21- 40 tahun, dikarenakan kelompok umur
tersebut merupakan kelompok umur produktif yang terus beraktivitas baik didalam
maupun diluar rumah, Sehingga tingkat keterpaparan PM10 dan CO lebih tinggi. Pada
kelompok umur 21-40 tahun, maupun ≥ 41tahun, telah melewati pertumbuhan paru,
sehingga beresiko beresiko terhadap terjadinya ganggua pernapasan. Umur 18-21 adalah
saat dimana pertumbuhan paru sedang mencapai tingkat yang sangat baik (Mukono,
2008).
Menurut hasil penelitian, ada hubungan yang bermakna secara statistic antara
umur dengan gejala pernafasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit
dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya fakor umur dengan:
potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas
terbanyak, terdapat pada responden yang bermukim ≥ 5 tahun (86,3%). Hal ini terjadi
tingkat paparan debu yang di alami oleh responden, sehingga terjadi akumulasi debu
di dalam paru-paru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khairiah (2012) yang
pernapasan terdapat keluhan terbanyak pada responden yang tidak bekerja atau yang
tinggal dirumah selama 24 jam sebanyak (56,7%). Selain terjadi karena tingkat
pertahanan tubuh ataupun kekebalan seseorang yang terpapar debu yang sama. Sistem
imunitas atau kekebalan sangat berperan dalam menyerang bahan polutan yang
hubungannya dengan gangguan pernapasan yaitu pada saat partikel masuk melalui
saluran pernapasan akan meningkatkan jumlah kelenjar mukus dan sel goblet dan
(Mukono, 2008).
Sumber debu dan karbon monoksida dari penelitian ini yaitu berasal dari
pabrik dan pelintasan truk buah, dan sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang
hewan dan manusia. Partikel – partikel tersebut sangat merugikan manusia, pada
umumya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai
penyakit saluran pernapasan. Pada saat orang menarik nafas, udara yang
nmengandung partikel akan terhirup kedalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang
tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan disaluran
pernapasan bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan
tertahan di saluran pernapasan bagian tengah . Partikel yang berukuran lebih kecil, 1
sampai 3 mikron, akan masuk kedalam kantung paru-paru, menempel pada alveoli.
Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat
mana debu jika bergabung dengan uap air atau air hujan akan membentuk kerak yang
tebal pada permukaan daun yang tidak dapat dibilas oleh air hujan kecuali dengan
permukaan daun dan mencegah adanya pertukaran CO2 dengan atmosfir, Akibatnya
Sedangkan jika karbon monoksida lebih dari 100 ppm akan menyebabkan
tidak sadar, gagal pernapasan, dan kematian jika di hirup lebih dari 1 jam. Gejala
keracunannya yaitu sakit kepala, badan lemah, mual, penglihatan kabur dan
akan di serap oleh gas-gas dan partikel- partikel yang berada di udara sehingga dapat
dengan bertambahnya ketinggian. Selain itu angin, angin memiliki fungsi yang
penting dalam mencampur lapisan udara sehingga keracunan terhadap gas- gas
5.3. Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Debu (PM10) di Kawasan Industri
industri pabrik kelapa sawit dapat dilihat bahwa belum ada kadar CO dan PM10 yang
melebihi baku mutu yang diukur didasarkan pada PP RI No.41 Tahun 1999 dengan
3 3
baku mutu sebesar 30.000 µg/Nm untuk CO dan 150µg/Nm untuk PM10 . Kadar CO
dan PM10 yang tidak melebihi baku mutu tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
tersebut.
0 0
Adapun suhu di kawasan pabrik tersebut berada pada rentang 32,9 C–33,2 C.
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi
rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga
Tekanan udara di pabrik tersebut berada pada rentang 751,7 mmHg – 754,1
mmHg. Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu
reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di
kecepatan angin di kawasan pabrik tersebut berada pada rentang 0,1 m/s – 0,2 m/s.
Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana – kemana
(Chandra, 2006).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer adalah
Selain itu aktivitas truk buah juga dapat mempengaruhi kadar karbon
monoksida (CO) dan debu (PM10) di pabrik tersebut. Sesuai penelitian Yenni (2012)
hasil pengukuran kadar karbon monoksida pada pengukuran CO Pada Jl. Asia kadar
karbon monoksida (CO) yang didapat yaitu 16.033μg/m³, tingginya kadar karbon
monoksida (CO) pada jalan ini diasumsikan karena banyaknya kendaraan yang
melintasi jalan ini, maka dapat di artiakan bahwa jumlah kendaraaan bermotor sangat
Meskipun masih dibawah ambang batas, namun dalam teori Kristanto (2002)
mengatakan pembebasan suatu kontaminan yang tidak dibatasi, baik kuantitas, lama
paparan dan potensialnya diudara akan menagkibatkan dampak dan efek terhadap
Kadar karbon monoksida (CO) dan debu (PM10) tertinggi terdapat pada jalan
3 3
titik III (Depan cerobong) yaitu sebesar 14887,5µg/Nm untuk CO dan 112 µg/Nm
untuk PM10 disebabkan karena titik ini merupakan jarak terdekat dari pabrik kelapa
sawit yaitu ± 50 m dan sangat dekat dengan debu jalan raya . Tingginya kadar debu
(PM10) dan kadar karbon monoksida (CO) pada titik ini sejalan dengan Kristanto
(2002) bahwa tingginya kadar asap dapat dipengaruhi dari jarak sumber pencemar.
Kadar CO dan PM10 di titik II (Sebelah kanan pabrik) yaitu sebesar 11451,9
3 3
µg/Nm untuk CO dan 98 µg/Nm untuk PM10. Kadar karbon monoksida dan debu
yang didapat di titik II disebabkan oleh jalan ini dilintasi oleh truk buah yang akan
karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah dimana kenderaan bermotor dan
Sedangkan kadar CO dan PM10 terendah terdapat pada titik I (Sebelah kiri
3 3
pabrik) yaitu sebesar 9161,5 µg/Nm untuk CO dan 90 µg/Nm untuk PM10. Kadar
karbon monoksida (CO) dan debu (PM10) yang di dapat lebih rendah dibandingkan di
titik lokasi pengukuran lainnya disebabkan oleh aktivitas kenderaan yang melintas di
1. Pihak pabrik kelapa sawit, harus menurunkan debu serendah mungkin dengan
penangkap debu.
membawa air ditruk dan sekalian melintas sambil menyiram, agar debu di
3. Menanam pohon mahoni yang dapat menjerap dan menyerap bahan partikel
6.1. Kesimpulan
1. Kadar debu di kawasan pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten Padang
3
hasilnya dengan hasil rata-ratanya 11833,6µg/m .
jam/hari.
yang paling banyak dialami oleh responden yaitu keluhan batuk sebanyak
73,4% responden.
4. Kadar debu di kawasan pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten Padang
Lawas Sosa II masih di bawah nilai ambang batas (memenuhi syarat) menurut
4. Pihak pabrik kelapa sawit, harus menurunkan debu serendah mungkin dengan
debu.
5. Bagi supir truk pengangkut buah di anjurkan setelah mengangkut buah, lalu
membawa air ditruk dan sekalian melintas sambil menyiram, agar debu di
menanam pohon mahoni dan pohon tersebut dapat menjerap dan menyerap
karena pada waktu penelitian, dikawasan tercium bau dari pengolahan pabrik
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi. 2002. Analisis Kwantitatif Kadar Debu PT. Semen Andalas Indonesia di
Lingkungan AKL DEPKES RI Banda Aceh. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Price, S.A. dan Wilson L.M. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit, Edisi ke Empat, Buku II, Judul Asli Pathophysiology Clinical
Concept EGC, Jakarta.
KUESIONER
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
I. Karakteristik Responden
a. Nama :
b. Umur :
c. Lama Bermukim :
d. Pekerjaan :
6. Apakah setelah pabrik kelapa sawit ini berproduksi, anda pernah batuk?
batuk?............................kali
tenggorokan?..............................