Anda di halaman 1dari 87

GAMBARAN KUALITAS UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN

PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DIKAWASAN INDUSTRI PABRIK


KELAPA SAWIT (PKS) PTPN IV KEBUN SOSA II
KABUPATEN PADANG LAWAS
TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

RENI MONIKA
NIM. 111021128

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Industri pabrik kelapa sawit merupakan industri penting penghasil minyak


masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Pabrik kelapa sawit dapat
menimbulkan masalah terhadap lingkungan, salah satunya adalah masalah kualitas
udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara dan keluhan
gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan industri kelapa sawit
PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan stratifikasi
proporsional (Proportional stratified random sampling). Sampel dalam penelitian ini
66 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan alat pengukuran
kadar debu yaitu Haz- Dust Model EPAM- 5000 sedangkan kadar karbon monoksida
menggunakan alat CO Analyzer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur 21-40 tahun
(66,7%), lama bermukim terbanyak adalah ≥ 5 tahun sebanyak (86,3%). Berdasarkan
hasil pengukuran yang telah di lakukan pada tanggal 20 agustus 2013, kadar debu
3
rata-ratanya adalah 100µg/m , Hal ini menunjukkan bahwa kadar debu memenuhi
syarat (150µg/m3), sedangkan kadar karbon monoksida rata-ratanya adalah
3
11833,6µg/m , Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida memenuhi
syarat (30000µg/m3). Keluhan gangguan pernapasan yang di alami responden
terbanyak yaitu keluhan batuk sebanyak (73,4%).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar debu dan kadar
karbon monoksida pabrik kelapa sawit kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas
memenuhi syarat, meskipun demikian keterpaparan dalam waktu yang lama akan
menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu di sarankan kepada pihak pabrik
kelapa sawit sebaiknya melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan
dengan menggunakan alat penangkap debu.

Kata Kunci : Kawasan Industri, pabrik kelapa sawit, kualitas udara, keluhan
gangguan pernapasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACK

Palm oil mill industry is an important industry producing cooking oil,


industrial oil, and fuel (biodiesel). Palm oil factory can cause problems for the
environment, one of which is the issue of air quality.
This research aims to know the air quality and respiratory disturbances on
the community live in area of oil palm industry PTPN IV garden of Padang Lawas
Regency Sosa II by 2013.
Type of this research is a descriptive design proportional stratification
(Proportional stratified random sampling). The sample in this research 66 people.
Data collection using the questionnaire and measurement tools dust levels Haz-Dust
EPAM-5000 Model is whereas carbon monoxide levels using the tool CO Analyzer.
The results showed that respondents aged 21-40 years (66,7%), long the most
settled is% ≥5 years as much as (86,3%). Based on the results of the measurements
have been performed on 20 August 2013, the average dust level is 100 g/m3, this
indicates that the levels of dust are eligible (150 g/m3), while the average carbon
monoxide levels is 11833,6 g/m3, this shows that the carbon monoxide levels are
eligible (30000 g/m3).Respiratory disturbances in most natural respondents cough as
much complaint (73.4%).
Based on the study results indicate the levels of dust and carbon monoxide
levels factory oil palm plantation Padang Lawas Regency Sosa II, however a long
time exposure will cause health problems. Therefore on recommend to the factory oil
palm should complement the way of tackling environmental pollution by using dust-
catcher.

Keywords: Industrial areas, factories, oil palm, air quality, respiratory


disturbances
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Reni Monika

Tempat dan Tanggal Lahir : Sosa, 13 Juli 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Perumahan PTPN IV Kebun Sosa Kecamatan

Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri No. 148208 Sosa

2. Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 1 Siais

3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 5 Padang Sidimpuan

4. Tahun 2007-2010 : D3 Keperawatan USU

5. Tahun 2011-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Gambaran Kualitas Udara dan Keluhan Gangguan Pernapasan pada

Masyarakat yang Tinggal dikawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV

Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013”.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa

tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini

penulis persembahkan kepada ayahanda Ahmad Raja Lubis dan ibunda Warda Hayati

Harahap yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan

moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis

selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia

maupun di akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

4. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Pembimbing Skripsi II dan sekaligus

pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Taufik Ashar, MKM., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan

dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan

dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM

USU.

8. Alfattah Faisal, S.Si., M.Kes, selaku manajer teknik Lab. Fisika Udara & Radiasi

BTKL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Erwin Alamsyah Pane, SE, selaku Kasubbag tata usaha dan keuangan kantor

bupati Padang Lawas beserta seluruh staf.

10. Buat Adikku “Elly utari ”, “Ira wati dan “Ilman Amanda Lubis” tersayang,

yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

11. Buat keluarga besar Lubis dan Harahap yang telah banyak membantu, yang

penuh pengertian, kesabaran, doa dan kasih sayangnya dalam memberikan

motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


12. Teman - Teman seperjuangan Mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat

maupun Mahasiswa/i Peminatan Kesehatan Lingkungan (khususnya Marlina Sari,

Vina Anggina, Dessy Irfi Jayanti, Risky Sarjani, Dian, Moris, Bg Asrul, Yuli,

Zuhdina Ulya, Suryani Hrp, Tri Annisa, Khairiah, dll yang selalu memberi

dukungan, masukan dalam penyelesaian skripsi ini), dan Teman - Teman Kos 22

Pembangunan Gang Mesjid khususnya Evy, Winda, Destri dan Anggi serta

semua pihak yang telah membantu penulis, selalu memberikan semangat dan

senantiasa mendoakan penulis selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin

mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian,

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

(Reni Monika)
DAFTAR ISI

Abstrak...................................................................................................................... i
Abstract ...... .............................................................................................................. ii
Riwayat Hidup Penulis............................................................................ ................ iii
Kata Pengantar ........................................................................................................ iv
Daftar Isi ................................................................................................................... vii
Daftar Tabel.............................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ......................................................................................................
xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... ...........1


1.1. Latar Belakang............................................................................ ..........1
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................5
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7


2.1. Pencemaran Udara.................................................................................7
2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara ....................................................7
2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara......................................................8
2.1.3 Klasifikasi Bahan Pencemar Udara. ...........................................9
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara...............................11
2.1.5. Sumber Pencemar Udara ............................................................13
2.2. Karbon Monoksida ................................................................................15
2.2.1 Pengertian Karbon Monoksida ..................................................15
2.2.2 Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia .....................16
2.3. Partikel Debu .........................................................................................17
2.3.1. Pengertian Debu .......................................................................17
2.3.2 Sifat Debu ..................................................................................18
2.3.3. Sumber- sumber Debu ..............................................................19
2.3.4. Nilai Ambang Batas Debu ........................................................20
2.3.5 Dampak Pencemaran Debu Terhadap Manu .............................20
2.4. Industri Kelapa Sawit ............................................................................21
2.5. Baku Mutu Udara Ambien ....................................................................22
2.6. Prosedur Pengukuran Kadar Debu di Udara .........................................23
2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien .......24
2.8. Dampak Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan ...............................25
2.8.1. Anatomi Pernapasan .................................................................25
2.8.2. Mekanisme Pernapasan ............................................................26
2.8.3. Gangguan Saluran Pernapasan .................................................28
2.8.4. Gejala- gejala Saluran Pernapasan ...........................................28
2.9. Penanggulan Pencemaran Lingkungan .................................................32
2.9.1. Penanggulangan Secara Non Teknis ........................................33
2.9.2 Penanggulangan Secara Teknis .................................................35
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. ...........
36
3.1. Jenis Penelitian..................................................................................... 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 36
3.3. Populasi dan Sampel............................................................................. 36
3.3.1. Populasi................................................................................... 36
3.3.2. Sampel................................................................................... 37
3.4. Objek Penelitian ....................................................................................39
3.5. Metode Pengumpulan Data ...................................................................40
3.5.1. Data Primer ............................................................................40
3.5.2. Data Sekunder ........................................................................40
3.6. Metode Pengambilan Objek ..................................................................40
3.6.1. Pengukuran Kadar Debu di Udara .........................................40
3.6.2. Pengukuran Kadar Karbon Monoksida di Udara ..................41
3.7. Defenisi Operasional ............................................................................41
3.8. Aspek Pengkuran...................................................................................43
3.8.1. Kadar Debu ( PM10) ...............................................................43
3.8.2. Kadar Karbon Monoksida ( CO)............................................43
3.8.3. Keluhan Gangguan Pernapasan..............................................43
3.8.4. Karakteristik Penduduk ..........................................................44
3.8.5. Keluhan Gangguan Pernapasan..............................................44
3.9. Teknik Pengolahan Data .......................................................................45
3.10. Teknik Analisa Data .............................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................46
4.1. Gambaran Umum Kebun dan PKS .......................................................46
4.1.1. Sejarah Singkat Kebun dan PKS Sosa......................................46
4.1.2. Dasar Perolehan Tanah .............................................................47
4.1.3. Letak Geografis ........................................................................48
4.1.4. Unit Kebun ...............................................................................48
4.2. Karakteristik Responden ........................................................................49
4.2.1. Umur.........................................................................................49
4.2.2. Lama Bermukim .......................................................................49
4.2.3. Kerja/ Aktivitas Diluar Rumah.................................................50
4.2.4. Jenis Pekerjaan .........................................................................51
4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu dan Kadar Karbon Monoksida .............51
4.3.1. Rumus Perhitungan Kadar CO .................................................51
4.4. Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, ............................................54
4.5. Keluhan Gangguan Pernapasan ...............................................................54
4.5.1. Responden Yang Mengalami Keluhan Gangguan Pernapasan 55
4.5.2. Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan .......................................55
4.6. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden dengan Keluhan
Gangguan Pernapasan .............................................................................57
4.6.1. Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan
Gangguan Pernapasan ..............................................................57
4.6.2. Tabulasi Silang antara Lama Bermukim Responden
dengan Keluhan Gangguan Pernapasan .................................58
4.6.3. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas Responden dengan
Keluhan Gangguan Pernapasan ................................................58

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................59


5.1. Karakteristik Responden ......................................................................59
5.1.1. Umur.........................................................................................59
5.1.2. Lama Bermukim dan Pekerjaan ...............................................59
5.2. Keluhan Gangguan Pernapasan ...........................................................59
5.3. Kadar Kualitas Udara...........................................................................63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................66


6.1. Kesimpulan .........................................................................................66
6.2. Saran ...................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................68


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter Pencemar Udara

Tabel 2.2 Baku Mutu Emisi Udara Bergerak

Tabel 2.3 Pengaruh Konsentrasi COHB di Dalam Darah Terhadap Kesehatan

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kawasan Pabrik Sawit

PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim diKawasan Pabrik

Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun

2013

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kerja/ Aktivitas Luar Rumah di

Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten

Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kawasan Pabrik

Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas

Tahun 2013

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Debu PM10 dan Kadar Karbon Monoksida CO

di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten

Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Suhu, Kecepatan Angin, Tekanan Udara, Kelembapan

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan yang mengalami Keluhan Gangguan

Pernapasan Satu Bulan Terakhir di Kawasan Industri Pabrik Kelapa

Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013


Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan

Satu Bulan Terakhir di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV

Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan di

Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten

Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Lama Bermukim dengan Keluhan Gangguan

Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II

Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Tabel 4.11 Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan Keluhan

Batuk di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II

Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Denah Lokasi Penelitian

Lampiran 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999

Lampiran 4. Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Laboratorium

Lampiran 6. Telah Selesai Penelitian dari Kantor Bupati

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 8. Analisa Data


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta

produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Dengan peralatan yang diciptakannya, manusia dapat mengeksploitasi kekayaan alam

sesuai kehendaknya. Kegiatan tersebut dari waktu kewaktu semakin meningkat

seolah-olah sumber alam yang ada dibumi harus segera dihabiskan tanpa

memperdulikan generasi yang akan datang. Kerusakan dan penurunan daya dukung

lingkungan yang terjadi ini, belum ada dari pihak manapun yang menyadari

kesalahannya, semua mengaku tidak bersalah seperti kerusakan hutan, pencemaran

sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan

kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi

sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas

dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau,

tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar - benar bersih sudah

sulit diperoleh, terutama dikota – kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu

lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.

Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam

yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia (Wardhana, 2001)


Masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan

masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik,

kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Darmono,

2001).

Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernapasan sangat besar

tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang

terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah

bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang

mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain

menggunakannya secara bergantian, dengan demikian perbaikan kualitas udara

menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan

kadar oksigen dan menurunkan kadar karbondioksida dalam proses fotosintesis

(Sarudji, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999,

udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta

makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk

pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk

hidup lainnya.

Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak

berbau, mudah terbakar, dan bila terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu

kebiruan, terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192° C (Fardiaz, 2010).

Gejala-gejala keracunan karbon monoksida (CO) antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan

di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal dunia (Mukono,

2008).

Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999

tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida

3
(CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm dalam 1 jam pengukuran.

Di daerah industri banyak beroperasi berbagai pabrik seperti kimia, semen,

kayu lapis, pembangkit listrik maupun yang lainnya. Kegiatan industri tersebut

potensial dalam menghasilkan bahan pencemar udara. Bahan pencemar udara yang

dapat dikeluarkan oleh industri maupun pembangkit listrik antara lain adalah partikel

debu, gas SO2 (Sulfur dioksida), gas NO2 (Nitrogen dioksida), gas CO (Karbon

monoksida), gas NH3 (Amoniak) dan gas HC (Hidrokarbon) (Mukono, 2008).

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah

pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi

(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produksi yang dihasilkan dibawa ke

pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran

lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

Diantara Badan usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertanian yag banyak

adalah yang bergerak dibidang perkebunan milik negara yaitu salah satunya,

Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Persero. Perusahaan ini

memiliki usaha perkebunan diantara lain kebun kelapa sawit, karet, kopi, teh, dan
coklat tercatat seluas 0,82 ha, Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia

pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Soepadiyo, 2008)

Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II sudah ada sejak tahun 1986.

Pabrik ini memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah ( crude palm oil ).

Pabrik ini terletak di sebelah pemukiman karyawan pabrik itu sendiri, terdapat di

kabupaten Padang Lawas. Hasil minyak mentah hasil produk pabrik ini akan dikirim

ke pabrik pusat kelapa sawit PTPN IV kebun Adolina yang akan diolah selanjutnya

menjadi minyak murni.

Perkebunan yang bergerak dibidang industri minyak kelapa sawit (crude palm

oil) memiliki pabrik dalam pengolahan buah menjadi minyak. Dalam proses

pengolahan menggunakan bahan bakar berupa cangkang sawit dan serabut. Proses ini

berpotensi mengakibatkan pencemaran udara dari gas buang pabrik kelapa sawit

berupa polutan udara.

Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam

pengelolaan lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara.

Penggunaan boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa Serabut dan Cangkang

Sawit, Baku mutu emisinya diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 07 Tahun 2007 tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel

Uap (Abunajmu, 2007).

Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 2 november

2012, terlihat bahwa dari jalan raya maupun dari pabrik debu sangat banyak, sampai
menyelimuti pohon sawit disekitarnya dan apabila berada disekitarnya agak sulit

bernafas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian

yang berjudul: Gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada

masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa

II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas bahwasanya sektor industri kelapa sawit dapat

mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel debu (PM10) dan Transportasi yang

digunakan dalam pengangkutan buah yang berkontribusi mengeluarkan gas polutan

berupa karbon monoksida CO yang keduanya berpotensi mengakibatkan pencemaran

udara dan memberikan dampak kesehatan berhubungan dengan gangguan pernapasan

kepada masyarakat yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit tersebut,

untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Gambaran kualitas udara dan

keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik

kelapa sawit (PKS) PTPN IV kebun Sosa II kabupaten Padang Lawas”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan

pada masyarakat yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV

kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas


1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar debu (PM10) di kawasan pabrik kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui karbon monoksida (CO) di kawasan pabrik kelapa sawit.

3. Untuk mengetahui karakteristik responden yang tinggal di kawasan pabrik

kelapa sawit.

4. Untuk mengetahui keluhan gangguan pernapasan yang terjadi pada

masyarakat yang tinggal dikawasan pabrik kelapa sawit.

5. Untuk mengetahui perbandingan kadar Debu (PM10) dan karbon monoksida

(CO) di udara ambien dengan PP RI No 41 tahun 1999 pada kawasan industri

kelapa sawit.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi pada masyarakat di kawasan industri kelapa sawit

tentang efek dari kadar debu (PM10) dan karbon monoksida terhadap

kesehatan

2. Memberikan masukan kepada pihak Industri pabrik kelapa sawit PTPN IV

kebun sosa II terhadap masyarakat dan lingkungan

3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis yang berhubungan dengan

gambaran kualitas udara dan keluhan gangguan pernapasan pada masyarakat

yang tinggal di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS ) PTPN IV kebun Sosa II

kabupaten Padang Lawas.


BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara

Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I KEP-

03/ MENKLH/II/1991 menyebutkan:

“Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau kelompok lain keudara oleh kegiatan manusia atau proses alam,

sehingga kualitas udara turun sampai ketingakat tertentu yang menyebabkan udara

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”

(Mulia, 2005).

Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam

konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan

mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Mukono, 2005)

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke

dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat

dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek

pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Mukono, 2008).

Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth & Cormick (1976:690),

penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai

berikut:
Tabel 2.1. Parameter pencemar Udara

No Parameter Udara bersih Udara tercemar

1. Bahan partikel 0,01-0,02 mg/m3 0,07- 0,7 mg/m3

2. SO2 0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm

3. CO < 1 ppm 5- 200 ppm

4. NO2 0,003- 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

5. CO2 310- 330 ppm 350 – 700 ppm

6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm

Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005

2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2

macam, yaitu:

a. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:

1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin misalnya debu jalan raya.

2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas

vulkanik.

3) Proses pembusukan sampah organik.

b. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu:

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara


2.1.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian

(Mukono, 2006) yaitu:

1. Polutan primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu

dan dapat berupa:

a. Polutan gas terdiri dari:

1. Senyawa karbon, yaitu hidrokrbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon

oksida (CO atau CO2).

2. Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

3. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak

4. Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon

terklorinasi, dan bromin.

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa

zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari

proses kondensasi, proses dispersi (proses menyemprot (spraying) maupun proses

erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan

campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist)

(Mukono, 2005).
Adapun yang dimaksud dengan:

1) Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan

merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan

merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.

3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi,

distilasi atau reaksi kimia.

4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.

Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu:

1. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron.

2. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron.

3. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber

kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain

adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC

dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan

bahan bakar yang berasal dari bahan fosil ( Mukono, 2008).

Menurut Agusnar (2007) sumber polusi utama berasal dari transportasi,

dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan

sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon, Sumber- sumber polusi lainnya misalnya

pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain.

2. Polutan sekunder
Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi

dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh

adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan

arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Konsentarsi relatif dari bahan reaktan

2) Derajat foto aktivasi

3) Kondisi iklim

4) Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan

Formaldehida (Mukono, 2011).

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara

Beberapa keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi kualiatas udara (Junaidi,

2002) yaitu:

1. Suhu udara

Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara

yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi

pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan

udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin

tinggi.

2. Kelembapan
Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada

kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan

pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar

sekunder.

3. Tekanan udara

Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi

kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di

udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang

4. Angin

Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi

suatu proses penyebaran sehingga dapat mengakibatkan pengenceran dari

bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu

sumber akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan

arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar

setempat

5. Sinar matahari

Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara, karena dengan

adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di udara dapat

dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga

sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang

menyinari bumi. Demikian juga halnya mengenai banyaknya panas


matahari yang sampai ke bumi, yang dapat mempengaruhi kadar pencemar

udara

6. Curah hujan

Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari

atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas tertentu kedalam partikel

air, serta dapat menangkap partikel debu baik yang inert maupun partikel

debu yang lain, menempel pada partikel air dan di bawa jatuh ke bumi.

Dengan demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang

konsentrasinya akibat jatuhnya hujan.

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir

60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%

terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses

industri, pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).

Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan

sumber tidak bergerak (Sarudji, 2010).

1. Sumber Bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi:

(a). Kendaraan bermotor,

(b). Pesawat terbang

(c). Kereta api dan

(d). Kapal, (Sarudji, 2010).


Tabel 2.2. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak

No Kategori Bahan Uji tahap CO gr/Km Baku Mutu Maks Rata-


Kendaraan Bakar Operasi Hidrokarbon rata
gr/Km
Maks Maks
Rata-rata Rata-rata
1. Mobil penumpang
dengan tempat duduk
Maksimal 9 orang Bensin 10 28,2 24,6 4,2 3,6 3,7 3,1
2. Mobil dengan berat Bensin 10 31,4 26,8 4,8 4,3 3,7 3,3
dari 2-3 ton
3. Kendaraan bermotor
disel*)
-Direct injection Solar 6 1.050 920 1.010 920
-Inderect injection Solar 6 1.050 920 680 590 1.010 920

4. Kendaraan roda 2*)


-Untuk 4 tak
-Untuk 2 tak Bensin Idling 4,5 3.300
Bensin Idling
Keterangan : *) dalam ppm

Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor


Kep-02/MENKLH/I/1988

2. Sumber tak bergerak (menetap)

Menurut (Sarudji, 2010), yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar

bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan

pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak

bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi,

sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap,

sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang,

misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta

rencana tata ruang di wilayah tersebut.


2.2. Karbon Monoksida

2.2.1. Pengertian Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau

dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di

lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat

dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna

dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada

suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar

fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).

Menurut Sunu (2001), gas karbon monoksida sebagian besar berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang tidak

berwarna dan tidak bau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada

di lapisan atmosfer. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO

tidak dapat di lihat oleh mata. Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat,

konsentrasi gas CO dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentunya gas

CO adalah melalui proses berikut:

a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara

b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan

karbon (C) yang menghasilkan gas (CO).

c. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah

pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi
(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan dibawa ke

pemakai. Hal ini sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran

lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia

Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran

tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin bermotor. Gas ini dapat

membentuk senyawa yang stabil dengan hemoglobin darah menjadi

karboksihemoglobin. Senyawa tersebut dalam jumlah kecil tidak berbahaya, namun

dalam jumlah besar akan berbahaya bahkan dapat mematikan. Pengaruhnya terhadap

kesehatan yaitu bahwa karbon monoksida dapat merintangi darah untuk mengangkut

oksigen ( Sunu, 2001). Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh

manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi

persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya

terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara

langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007).

Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai

1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama

kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).

Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam waktu 30

menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari

knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian

(Sastrawijaya, 2009).
Tabel 2.3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah terhadap Kesehatan

NO Konsentrasi COHb Pengaruhnya terhadap kesehatan


di dalam darah
1. < 1.0 Tidak berpengaruh
2. 1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal
3. 2.0 – 5.0 Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi
panca indera tidak normal, benda terlihat agak
kabur
4. ≥ 5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonary
5. 10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan,
kesukaran bernafas, kematian.
Sumber : Manahan dalam Agusnar, 2007

2.3. Partikel Debu

2.3.1. Pengertian Debu

Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-

kekuatan alami atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,

pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun

anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan

sebagainya (Suma’mur, 1998).

Sedangkan menurut Sarudji (2010), dalam buku Kesehatan Lingkungan, debu

(partikulat) adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari berbagai

macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan

sampah terbuka. Mungkin hal ini sangat mengejutkan bahwa Environmental

Protection Agency (EPA) memperkirkan bahwa kebakaran hutan menghasilkan

seperempat dari seluruh emisi partikulat. Sepertiga darinya berasal dari kebakaran

hutan yang dapat dikendalikan dan dua pertiganya dari kebakaran hutan yang tak

terkendali.
2.3.2. Sifat Debu

Partikel (debu) sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada

saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke

bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan.

Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis

partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena

jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang

dan melayang-layang lagi di udara (Wardhana, 2001). Menurut Departemen

Kesehatan RI tahun 1994 yang dikutip oleh Sihombing (2006), sifat-sifat debu adalah

sebagai berikut:

1. Mengendap

Debu cenderung mengendap karena gaya grafitasi bumi. Namun karena

ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat

mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.

2. Permukaan cenderung selalu basah

Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena

permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi

penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja.

3. Menggumpal

Debu bersifat menggumpal disebabkan permukaan debu yang selalu basah,

sehingga debu menempel satu sama lain dan membentuk gumpalan.


4. Listrik statis (elektrostatik)

Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan.

Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses

penggumpalan.

5. Opsis

Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancakan

sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap. Menurut sifatnya, partikel dapat

menimbulkan rangsangan saluran pernapasan, kematian karena bersifat racun, alergi,

fibrosis, dan penyakit demam (Agusnar, 2008).

2.3.3. Sumber- Sumber Debu

Sumber pencemar partikel (debu) dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat

juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih

baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam (Wardhana, 2001) antara lain:

1. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.

2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung

berapi.

3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah

pegunungan.

Sedangkan sumber pencemaran partikel akibat ulah manusia sebagian besar

berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan

alat transportasi (Wardhana, 2001).


Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate

matter adalah partikel debu yang hanya berada di udara, partikel ini segera

mengendap karena ada daya tarik bumi. Dan Suspended particulate matter adalah

debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997).

2.3.4. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Debu

Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang

diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan

penyakit atau menderita karena zat tersebut (Agusnar, 2008).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu

udara ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang

ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien

yang tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel

<10 μm) adalah 150 μg/m3.

2.3.5. Dampak Pencemaran Debu terhadap Manusia

Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia

yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan udara ke

paru-paru dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran napas. Bahan polutan

yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Refleks batuk juga akan

mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian bila tertelan akan masuk ke

saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau minum.
Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara khususnya

bahan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan dapat menimbulkan efek sistemik

(Aditama, 1992). Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak,

konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain (Agusnar, 2008).

Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan

letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan

ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang

berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel

pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan

bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran

napas bagian atas (Sunu, 2001). Penyakit peneumokoniosis banyak jenisnya,

tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.

2.4. Industri Pabrik Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya

seperti minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja,

kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat dimanfaatkan

menjadi kompos dan campuran pakan ternak (Soepadiyo, 2008).

Pada tahun 2008, luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia yang telah

menghasilkan sekitar 6,6 juta Ha dengan total produksi sekitar 17,6 juta ton CPO.

Terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 2,6 juta ha dengan produksi 5.895.000 ton

CPO, Perkebunan Besar Nasional seluas 687 ribu Ha dengan produksi 2.313.000 ton
CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4 juta Ha dengan produksi 9.254.000

ton CPO. Sedangkan untuk luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008

yang belum menghasilkan seluas 2,8 juta Ha ( Ditjenbun, 2008).

Dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit, salah satu kegiatan dalam pengelolaan

lingkungan adalah melakukan pengukuran dan pemantauan emisi udara. Penggunaan

boiler atau ketel uap dengan bahan bakar berupa serabut dan cangkang sawit

(Abunajmu, 2007).

2.5. Baku Mutu Udara Ambien

Menurut Srikandi Fardiaz (2010) untuk menghindari terjadinya pencemaran

udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku

mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah

batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara,

namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan

dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi

zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,

sehinga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.

Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun1999

tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas kadar karbon monoksida

3
(CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/ Nm dalam 1 jam pengukuran.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara

ambien, yaitu ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau
yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam

udara ambien. Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam

PP RI No. 41 tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3.

2.6. Prosedur Pengukuran Kadar Debu di udara

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu

pada suatu lingkungan, konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan yang aman

dan sehat bagi masyarakat. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di

bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara (Asiah, 2008).

Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode

gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume

tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasanya digunakan

untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara (Asiah, 2008), seperti:

1. High Volume Air Sampler

Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7

m3/menit, partikel debu berdiameter 0,1-100 mikron akan masuk bersama aliran

udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat

digunakan untuk mengambil contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan

partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6-8 jam.

2. Low Volume Air Sampler

Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan dengan

cara mengatur flow rate. Untuk flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel
berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah

pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.

3. Low Volume Dust Sampler

Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low

volume air sampler.

4. Personal Dust Sampler (LVDS)

Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau

debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernapas. Untuk

flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini

biasanya digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja

karena ukurannya yang sangat kecil.

2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien

Secara umum, sampel udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk,

perkantoran, kawasan industri, atau daerah lain yang dianggap penting. Tujuannya

adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan

tertentu. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pengambilan

sampel udara ambien (Hadi, 2005), yaitu:

1. Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi

2. Daerah padat penduduk

3. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar dari emisi cerobong

industri

4. Daerah proyeksi untuk mengetahui dampak pembangunan


Di samping itu, faktor meteorologi, seperti arah angin, kecepatan angin, suhu

udara, kelembapan, dan faktor geografi, seperti topografi dan tata guna lahan, harus

dipertimbangkan. Beberapa acuan dalam menentukan titik pengambilan (Hadi, 2005)

adalah:

1. Hindari daerah yang dekat dengan gedung, bangunan, dan/atau pepohonan yang

dapat mengabsorpsi atau mengadsorpsi pencemar udara ke gedung atau pepohonan

tersebut.

2. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu kimia yang dapat memengaruhi

polutan yang akan diukur.

3. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu fisika yang dapat memengaruhi hasil

pengukuran. Sebagai ilustrasi, pengukuran total partikulat di dalam udara ambien

tidak diperkenankan di dekat insinerator.

2.8. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan

2.8.1. Anatomi Pernapasan

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,

laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus

dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung,

udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan

fungsi utama mukosa inspirasi yan terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan

bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi mukosa yang ekskresi oleh goblet dan

kelenjar serose. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam

rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum sentral yang
didalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai

apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf,

dan pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukan telah terjadi gangguan paru,

yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan di

bagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru-paru kiriterbagi menjadi 2 lobus

(Price dan Wilson, 1994).

2.8.2. Mekanisme Pernapasan


Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam

keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf

otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan

atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah

pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam

kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler

dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika

tekanan diluar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila

tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar (Surya, 1990).

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)

dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua

macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut

terjadi secara bersamaan. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot

antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Pernapasan Dada

a. Fase inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada

mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga

mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada

tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke

posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi

kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil

sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar.

Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida

keluar.

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas

otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme

pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni:

a. Fase inspirasi

Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga mengembang,

akibatnya paru-paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada

membesar dan tekanan udara di dalam paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara

luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam.


b. Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula)

sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paruparu lebih besar

daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

2.8.3. Gangguan Saluran Pernapasan

Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta

organ adneks seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan

saluran pernapasan adalah ganguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta

organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,

1999).

Gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana (2004) adalah penyakit

saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan

mengendap di dalam paru-paru dan polusi udara lainnya.

2.8.4. Gejala-gejala Gangguan Saluran Pernapasan


Penyakit paru atau saluran napas dengan gejala umum maupun gejala

pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada. Secara terinci

yaitu (Surya,1990):

a. Batuk

Batuk merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling umum, berfungsi

terutama untuk pertahanan paru terhadap masuk/ terhisapnya benda asing, baik itu

pada orang sehat maupun pada orang yang sakit, batuk dapat terjadi dengan disadari

maupun tidak disadari. Batuk yang disadari merupakan suatu respons terhadap
perasaan adanya sesuatu didalam saluran napas. Batuk yang tidak disadari terjadi

akibat refleks yang dipacu oleh perangsangan laring, trakhea atau bronkhi yang besar

karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat

pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan

mekanik dan kimia. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing berukuran kecil

merupakan penyebab batuk yang paling sering (Surya,1990).

c. Batuk Darah

Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan

tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu

kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita

maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang

berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada

penderita TB paru (tuberculosis paru) yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk

berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat (emergency) karena

dapat menyebabkan kematian dan harus mendapat pertolongan yang cepat.

Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika

karena TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk

(Surya,1990).

d. Sesak Napas

Sesak napas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan.

Sesak napas bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit

yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan sesak napas
sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. Hal-hal

yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :

1. Faktor psikis.

2. Peningkatan kerja pernapasan.

a. Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis metabolik).

b. Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis dinding

toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial).

3. Otot pernapasan yang abnormal

a. Penyakit otot ( Kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi).

b. Fungsi mekanis otot berkurang.

Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika

ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran

gas antara O2 dan CO2.

Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas

juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi

pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah

kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural

yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang

normal.

Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satunya adalah

digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau

iritan yang sama.sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat


sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah

sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada

saluran pernapasan maka ruang mati akan meningkat (Surya, 1990).

e. Nyeri dada

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di

klinik. Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut

disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang

tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus

lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri

serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Salah satu bentuk nyeri

dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala

penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian,

sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan

penangannan yang serius (Surya , 1990 ).

Sedangakan menurut Anwar gejala-gejala gangguan saluran pernafasan adalah:

a. Pilek

Pilek adalah sekelompok gejala pada saluran pernapasan atas yang disebabkan

oleh sejumlah besar virus yang berbeda. Meskipun lebih dari 200 virus dapat

menyebabkan pilek, pelaku biasanya rhinovirus, yang harus disalahkan karena

menyebabkan 10% sampai 40% dari pilek. Juga, coronaviruses menyebabkan sekitar

20% dari pilek dan virus RSV (RSV) menyebabkan 10% dari pilek. Pilek biasa

menghasilkan gejala ringan yang hanya berlangsung 5-10 hari. Keluhan yang paling
umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorokan

dan batuk (Anwar, 2004).

Tanda dan gejala umum pilek yaitu :

1. Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

2. Batuk

3. Hidung tersumbat

4. Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorokan

5. Kelelahan

6. Nyeri kepala

7. Iritasi mata, mata berair

8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,

tenggorokan, dan hidung

b. Asma

Asma adalah penyakit yang menyerang cabang-cabang halus bronkus yang

tidak memiliki kerangka cincin tulang rawan, sehingga terjadi penyempitan

mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk membantu pernapasan

seluruh otot-otot pernapasan difungsikan secara maksimal. Penyebab asma adalah

alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-butir sari bunga, bulu kucing,

spora jamur dan sebagainya.

c. Infeksi tenggorokan/ Faringitis

Infeksi tenggorokan adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang

tenggorok atau hulu kerongkongan. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang

lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus. Pengobatan

dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.

2.9. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat

merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan

atau bila mungkin meniadakan sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan

menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama yaitu penanggulangan

secara non-teknis dan penanggulangan secara teknis.

2.9.1. Penanggulangan secara Non-Teknis

Penganggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan

menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan

perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam

bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi

pencemaran lingkungan (Agusnar, 2007).

Peraturan perundangan yang dimaksud hendaknya dapat memberikan

gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan

di suatu tempat yang meliputi:

1. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)

2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

3. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi,

4. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan,


5. Menanamkan perilaku disiplin.

2.9.2. Penanggulangan secara Teknis

Kriteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang digunakan

dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut:

1. Mengutamakan keselamatan lingkungan

2. Teknologinya telah dikuasai dengan baik

3. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan kriteria tersebut di peroleh beberapa cara penanggulangan secara teknis,

Antara lain sebagai berikut:

1. Mengubah Proses

2. Mengganti Sumber Energi

3. Mengelola Limbah

4. Menambah Alat Bantu


2.10. Kerangka Konsep

Memenuhi Syarat
Kualitas Udara dikawasan Pabrik
Industri Kelapa Sawit PTPN IV PP RI No 41
22 Desember 2010.
Sosa II tahun 1999
CO (Karbon monoksida) Tidak Memenuhi
Syarat
PM10 (Particulate matter)
Keluhan Gangguan Pernafasan
Pada Masyarakat di Kawasan
Karakteristik Penduduk Industri Pabrik Kelapa Sawit

1. Umur
2. Lama bermukim
3. Pekerjaan
BAB III METODE
PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penulis ingin

mengetahui gambaran kualitas udara berupa kadar debu (PM10) dan karbon

monoksida serta keluhan gangguan pernapasan yang dialami masyarakat di kawasan

industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II kabupaten Padang Lawas tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekitar daerah pemukiman sebelah kanan (±100m),

kiri (±80 m) dan depan pabrik (±50 m) dari kawasan industri pabrik kelapa sawit

karena lokasi tersebut merupakan potensi terbesar oleh kadar debu (PM10) dan karbon

monoksida (CO). Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September

2013 disekitar kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten

Padang Lawas.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal dikawasan

industri kelapa sawit Sosa II ( pemukiman sebelah kanan dan kiri dari pabrik kelapa

sawit) yaitu 200 orang. Hal ini dilakukan karena ibu sebahagian besar tidak bekerja

dan melakukan aktivitas setiap hari dirumah dan disekitar kawasan industri

khususnya di luar pabrik yang memiliki tingkat keterpaparan terhadap debu dan

karbon monoksida lebih banyak.


3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak

stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling) , karena jumlah

sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain.

Adapun titik pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu:

1. Titik satu berada pada 100 m dari pemukiman disebelah kiri pabrik, pengukuran

disini dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu

kali pengukuran kadar debu. Alasan dilakukan lokasi titik pengambilan sampel

disini karena truk-truk buah yang menunggu antrian masuk kedalam pabrik,

banyak mengeluarkan gas karbon monoksida, juga dapat mengeluarkan debu

dari lintasan truk dijalan raya yang mengakibatkan pencemaran udara diarea

pemukiman masyarakat sekitar pabrik.

2. Titik kedua berada pada 80 m dari pemukiman disebelah kanan pabrik,

pengukuran disini dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon

monoksida dan satu kali pengukuran kadar debu. Alasannya dilakukan lokasi

titik pengambilan sampel disini karena lebih dekat ke jalan raya yang banyak

berkontribusi mengeluarkan partikel debu dan mengakibatkan pencemaran

udara .

3. Titik ketiga berada pada 50 m dari cerobong pabrik , pengukuran disisn

dilakukan yaitu satu kali untuk pengukuran karbon monoksida dan satu kali

pengukuran kadar debu. Alasannya dilakukan lokasi titik pengambilan sampel


disini karena lebih dekat dari sumber yaitu polusi dari cerobong pabrik kelapa

sawit.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki keluhan

gangguan pernafasan sebelum tinggal dikawasan industri pabrik kelapa

sawit.

2. Kriteria Eksklusi yaitu ibu rumah tangga yang tinggal dikawasan

industri pabrik kelapa sawit kurang dari setahun.

Menurut Soekidjo Notoatmojo (1988) jika populasi < 10.000 maka besar

sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus:

N N : Populasi = 200 orang

n= d : Presisi Absolut = 0,1


2
1+ N (d )

Dengan mensubstitusi nilai Ndan d kedalam formula besar sampel, maka:

200
=
2
1 + 200 ( 0,1 )

200
=
1+ 200 ( 0,01 )

200
=
1+2
= 66,6
= 66

Diketahui :
n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Presisi absolut yang diinginkan (0,1)

Dengan jumlah populasi sebesar 200 orang, maka sampelnya adalah 66 orang.

Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan diambil disebelah

kanan dan kiri dari pabrik kelapa sawit yaitu:

1. Besar sampel sebelah kanan pabrik ( 130 orang)

130
n= × 66 = 43 orang
200
2. Besar sampel sebelah kiri pabrik ( 70 orang)

70
n= × 66 = 23 orang
200

3.4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah udara ambien didaerah pemukiman di

kawasan industri kelapa sawit PTPN IV Sosa dan pengukuran kadar debu (PM10)

dan karbon monoksida (CO) dilakukan di tiga titik yaitu sebelah kanan dan kiri

pabrik dan di depan cerobong pabrik yang terletak searah dengan angin darat.
3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

1. Data hasil pengukuran kadar debu (PM10) dan karbon monoksida (CO)

diudara yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan.

2. Wawancara langsung dengan ibu yang tinggal di sekitar pabrik kelapa sawit

PTPN IV Sosa yang terpilih sebagai sampel penelitian.

3. Pengukuran dilakukan pada siang hari, dilakukan satu kali pengukuran pada

tanggal ( 20 agustus 2013).

3.5.2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari literatur maupun instansi yang ada hubungannya

dengan objek penelitian.

3.6. Metode Pengambilan Objek

3.6.1. Prosedur Pengukuran Kadar Debu (PM10)

Pengambilan objek penelitian menggunakan HAZ-DUST Model EPAM-5000

yang merupakan jenis High Volume Air Sampler dan menggunakan metode

Gravimetric, yaitu dengan cara:

1. Alat diletakkan 1,5 meter diatas tanah dalam kondisi batre full.

2. Tekan tombol ON/OFF

3. Masukkan filter sesuai denagan jenis debu yang di inginkan ( misal, 1,2,5,10

mikron, atau TSP) kedalam sleeve arm.

4. Pilih menu Size Select.

5. Lakukan proses kalibrasi sampai 100 detik


6. Tekan tombol Run ( alat akan bekerja)

7. Setelah selesai tekan tombol Enter.

8. Pilih menu Review Data ( untuk melihat konsentrasi debu).

3.6.2. Prosedur Pengukuran Kadar Karbon Monoksida ( CO)

Prosedur pengukuran karbon monoksida di udara dengan menggunakan CO

Analyzer, sebagai berikut:

1. Alat di Letakkan 1,5 meter di atas tanah

2. Tekan tombol ON/OFF

3. Alat distabilkan selama 2 menit

4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari

dispaly (RECORD untuk menangkap polutan karbon monoksida)

5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di

udara ambien

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.

7. Data di transfer ke komputer, untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran.

3.7. Defenisi Operasional

1. Kualitas udara adalah ada banyaknya debu PM10 ( Partikel debu < 10µm) dan

3
dalam µg/m sebelah kiri pabrik ±100 m dari pemukiman, sebelah kanan

pabrik ± 80 m dan depan cerobong ± 50 m di kawasan industri pabrik kelapa

sawit PTPN IV kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas di ukur dengan

menggunakan HAZ- DUST Model EPAM-5000.


2. Kawasan pabrik kelapa sawit adalah kawasan yang memiliki potensi terbesar

terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran udara.


3
3. Karbon monoksida adalah banyaknya karbon monoksida dalam µg/m sebelah

kiri pabrik ±100 m dari pemukiman, sebelah kanan pabrik ± 80 m dan depan

cerobong ± 50 m di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun

Sosa II Kabupaten Padang Lawas di ukur dengan menggunakan CO Analyzer.

4. Debu adalah partikel-partikel zat padat yang ada di kawasan industri kelapa

sawit.

5. Keluhan gangguan saluran pernafasan adalah gangguan saluran pernafasan

yang didasarkan pada subjektifitas yang dirasakan responden berupa batuk,

batuk darah, sesak napas,nyeri dada dan pilek.

6. Umur adalah lama orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir

sampai pada waktu penelitian ini, data diperoleh dari hasil pengisian

kuesioner.

7. Lama bermukim adalah lama seseorang tinggal disekitar kawasan industri

kelapa sawit PTPN IV Sosa yang dihitung dari ia mulai tinggal/ pabrik mulai

berproduksi sampai dengan sekarang, diperoleh dari hasil pengisian kuesioner.

8. Pekerjaan/ aktivitas adalah jenis pekerjaan/ aktivitas responden di luar rumah

swhingga mempengaruhi tingkat keterpaparan responden terhadap debu dan

karbon monoksida
3.8. Aspek pengukuran

3.8.1. Kadar Debu (PM10)

Mengukur kadar debu diudara dengan menggunakan High Volume Air

Sampler dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional Peraturan

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tercantum di dalam PP RI No. 41 tahun

1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3

3.8.2. Kadar Karbon Monoksida (CO)

Mengukur kadar karbon monoksida diudara dengan menggunakan alat

Analyzer. Hasil pengukuran dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien

Nasional Peraturan Republik Indonesia Nomor 41 mengenai kadar karbon

3
monoksida sebesar 30.000μg/m . Pengukuran dilakukan selama 1 jam.

3.8.3. Keluhan gangguan saluran pernafasan

Untuk mengetahui keluhan gangguan pernafasan, yang dilakukan dengan

menggunakan kuesioner yang pengkategoriannya sebagai berikut:

a. Terjadi gangguan keluhan saluran pernafasan jika responden mengatakan

adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas dan pilek pada

saat pengambilan data

b. Tidak terjadi keluhan gangguan saluran pernafasan jika responden tidak

mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas

dan pilek saat pengambilan data.

3.8.4. Karakteristik Penduduk

1. Umur
Umur ibu rumah tangga di kategorikan sebagai berikut:

1. Ibu rumah tangga yang berumur ≤ 20 tahun

2. Ibu rumah tangga yang berumur 21-40 tahun

3. Ibu rumah tangga yang berumur ≥ 41 tahun

2. Lama bermukim

Lama bermukim dikategorikan sebagai berikut:

1. Lama bermukim ≤ 5 tahun

2. Lama bermukim ≥ 5 tahun

3. Pekerjaan/ Aktivitas

Pekerjaan/ Aktivitas dikategorikan sebagai berikut:

1. Guru

2. Wiraswasta

3. Pedagang

3.8.5. Keluhan Gangguan Pernapasan

Keluhan kesehatan dilihat berdasarkan jenis keluhan gangguan pernapasan

yang dirasakan responden, yaitu

1. Batuk

2. Sesak

3. Pilek

4. Sakit Tenggorokan

5. Batuk Darak
3.9. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara:

1. Editing

Memeriksa data terlebih dahuu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,

misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan

pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan

simbol-simbol tertentu.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang

dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

3.10. Teknik Analisa Data

Semua data yang terkumpul, baik pengukuran kadar debu, kadar karbon

monoksida dan hasil wawancara dengan ibu rumah tangga di olah secara manual.

Selanjutnya data yang telah di olah, dianalisis dalam bentuk tabel distribusi dan

tabulasi silang yang kemudian dinarasikan. Hasil pengukuran kadar debu dan kadar

karbon monoksida akan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien

menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II

PTP Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang

Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi membangun

PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh dan Misi

menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk

secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan mengelola usaha

secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada masyarakat

lingkungan. Adapun Tri Dharma BUMN Perkebunan yaitu :

1. Penciptaan lapangan kerja

2. Peningkatan devisa untuk negara

3. Pemeliharaan kelestarian alam & lingkungan

PTP. Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan areal

kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan

yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah

menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma.

4.1.1. Sejarah Singkat Kebun Sosa dan PKS

Wilayah Padang Lawas yang didalamnya termasuk Barumun Sosa mempunyai

Iklim kering, selama ratusan tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang

berpindah, disamping itu merupakan penggembalaan ternak secara tradisional, hal

tersebut menyebabkan ekosistem tidak dapat dipertahankan mengakibatkan

kelestarian sumber daya alam semakin merosot sehingga wilayah Padang Bolak/
Padang Lawas berubah menjadi Savana. Keadaan tersebut membuat lokasi Padang

Bolak terpilih sebagai objek Pembangunan Kebun Inti dan Plasma.

PIR Trans Sosa berlokasi di Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang

Lawas, Propinsi Sumatera Utara. Jarak dari Kantor Direksi Medan ± 625 KM, dari

Kota Kabupaten Sibuhuan ± 35 Km dan dari kota Kecamatan Panyabungan ± 15 Km.

Adapun dasar pembangunan Kebun Inti dan Plasma :

1. Surat PNP VII (saat ini PTPN-IV) kepada Gubernur KDH Tingkat I Propinsi

Sumatera Utara No. 07.07/X/280/1983 tanggal 31 Kamiaro 1983

2. Surat Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras No.

44/Menmud/UPPTK/V/1983, tanggal 21 Mei 1983

Tindak lanjut dari Surat Menteri Muda Urusan peningkatan Produksi tanaman

keras tersebut, PNP VII (saat ini PTPN-IV) melalui surat-surat No.07.07/X/280/1983

tanggal 29 Agustus 1983 dengan perincian sebagai berikut :

Untuk Kebun Inti seluas 24.000 Ha

Untuk Kebun Plasma seluas 24.000 Ha

Pemerintah Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan melalui Surat No.

133338/22/1983, tanggal 04 Oktober 1983 telah menyetujui permohonan

Pembangunan Kebun Inti dan Plasma seluas 48.000 Ha di Kecamatan Sosa

Kabupaten Tapanuli Selatan.

4.1.2. Dasar Perolehan Tanah Menjadi Hak Guna Usaha (HGU).

Berdasarkan Surat Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Departemen

kehutanan RI No. 782/VII/4/1986 tanggal 31 Desember 1986 (lampiran-V) kepada


PTP VII telah diberikan persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan untuk areal PIR

Akselerasi PTP VII di Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan seluas 19.625

Ha.

Hasil survey Micro Departemen Kehutanan hasil pengukuran Tata Batas

seluas 16.230,50 Ha. Memutuskan melepaskan kawasan Hutan-hutan di kelompok

Hutan Sosa, sungai Sutam seluas 16.230,50 Ha di Kecamatan Sosa Kabupaten

Tapanuli Selatan untuk PIR Transmigrasi.

4.1.3. Letak Geografis

Batas-batasnya adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Barumun Tengah

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dalu-Dalu Riau

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasir Pangaraian- Riau

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Lubuk Sutam

4.1.4. Unit Kebun Sosa

Unit Kebun Sosa salah satu unit strategis bisnis dari PT Perkebunan Nusantara

IV (Persero) dibangun pada awal tahun 1985. Terdiri dari 9 (sembilan) Afdeling

dengan luas konsesi 7.205.90 Ha berdasarkan SK HGU Menteri Negara Agraria /

Kepala badan Pertahanan Nasional nomor : 46/HGU/BPN/99 tanggal 11 Mei 1999.

Dengan peta situasi No. 202/1987 (2.186.70 Ha) yakni Sosa I Afdelin I,II, dan III dan

peta situasi N0. 203/19 (5.119.20 Ha) yakni Sosa II Afdeling IV, V, VI, VII, VIII,

IX).
4.2. Karakteristik Responden

Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden yang bermukim

dikawasan pabrik kelapa sawit sosa PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas

dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Setelah dilakukan analisa,

didapat gambaran tentang karakteristik responden dan distribusinya sebagaimana

dituangkan dalam tabel-tabel berikut ini.

4.2.1. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur responden yang tinggal dikawasan

pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kawasan Pabrik Kelapa


Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun
2013
No. Umur Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. ≤ 20 tahun 2 3,0
2. 21- 40 tahun 44 66,7
3. ≥ 41 tahun 20 30,3
Total 66 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berumur 21- 40 yaitu sebanyak 66,7% responden.

4.2.2. Lama Bermukim

Distribusi responden menurut lama bermukim dikawasan indiustri pabrik

kelapa sawit di PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas, dapat dilihat pada Tabel

4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim di Kawasan
Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2013
No. Lama Bermukim Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. ≤ 5tahun 9 14,7
2. ≥ 5 tahun 57 86,3

Total 66 100,0

Berdasarkan tabel diatas memberikan gambaran bahwa pada umumnya

responden telah bermukim > 5 tahun yaitu sebanyak 86,3% responden.

4.2.3. Kerja/ Aktivitas Responden

Distribusi responden yang bekerja di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV

Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas dapat di lihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah


di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
No. Kerja/ Aktivitas di Jumlah Persentase
Luar Rumah (orang) (%)
1. Ya 17 25,7
2. Tidak 49 74,3

Total 66 100,0

Berdasarkan tabel diatas memberikan gambaran bahwa pada umumnya

responden tidak bekerja yaitu sebanyak 74,3% responden.


4.2.4. Jenis Pekerjaan Responden

Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaannya dikawasan indiustri pabrik

kelapa sawit di PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas, dapat dilihat pada Tabel

4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kawasan


Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2013
No. Kerja/ Aktivitas di Jumlah Persentase
Luar Rumah (orang) (%)
1. Guru 3 17,7
2. Wiraswasta 12 70,5
3. Pedagang 2 11,8

Total 17 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan terbanyak adalah

wiraswasta sebanyak 70,5 % responden.

4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu dan Karbon Monoksida

Untuk mengetahui kadar debu PM10 dan kadar karbon monoksida CO di

Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas

Tahun 2013 untuk pengukuran kadar debu dilakukan dengan menggunakan alat ukur

High Volume Air Sampler ( HVAS) dengan merek HAZ-DUST Model EPAM-5000,

sedangkan alat ukur untuk kadar karbon monoksida yaitu CO Analyzer.

4.3.1. Rumus Perhitungan Kadar Karbon Monoksida


3
Konversi dari ppm ke µg/Nm yaitu:
3
µg/Nm = ppm × BM × 1000
22,45
Keterangan : Jumlah Kadar Karbon Monoksida di udara

BM = Berat Molekul

1. Kadar Karbon Monoksida di sebelah kiri pabrik kelapa sawit (± 100 m)


3
µg/Nm = ppm × BM × 1000

24,45

= 8 × 28 × 1000

24,45
3
= 9161,5µg/m

2. Kadar Karbon Monoksida di sebelah kanan pabrik kelapa sawit (± 80 m)


3
µg/Nm = ppm × BM × 1000

24,45

= 10 × 28 × 1000

24,45
3
= 11451,9µg/m

3. Kadar Karbon Monoksida di depan cerobong pabrik kelapa sawit (± 50 m)


3
µg/Nm = ppm × BM × 1000

24,45

= 13 × 28 × 1000

24,45
3
= 14887,5 µg/m
3 3
Keterangan : µg/Nm = µg/m

N = Normalitas
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kadar Debu PM10 dan kadar Karbon Monoksida
CO di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Tanggal Titik Jarak Kadar Kadar NAB Keterangan
Terhadap Debu CO PM10/
Pabrik (µg/m3) (µg/m3) CO
(µg/m3)

20 Agustus 1 ± 100 m 90 9161,5 PM10 Memenuhi


2013 (150) syarat

2 ± 80 m 98 11451,9 Memenuhi
CO syarat
(30000)

3 ± 50 m 112 14887,5 Memenuhi


syarat

Rata –rata 100 11833,6 Memenuhi


syarat

Keterangan : Titik 1 ( Kiri pabrik) Titik


2 ( Kanan pabrik) Titik 3 (
Depan cerobong)

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) dan debu

tertingi terdapat pada titik III yaitu di (Depan Cerobong) yaitu CO sebesar
3 3
14887,5µg/Nm dan debu sebesar 112 µg/Nm , sedangkan kadar karbon monoksida

(CO) dan debu (PM10) terendah terdapat pada titik I yaitu di (Sebelah Kiri Pabrik)
3 3
yaitu CO sebesar 9161,5 µg/Nm dan debu sebesar 90 µg/Nm . Kadar karbon
monoksida dan debu yang diukur pada ketiga lokasi penelitian tersebut masih

memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999.

4.4. Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, Kelembapan, dan Tekanan

Udara

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban, dan


Tekanan Udara di di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit
PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas

No Parameter Satuan Titik I Titik II Titik III Rata –rata


1 Kecepatan angin m/s 0,2 0,1 0,2 0,16
2 Suhu ºC 32,9 33,1 33,2 33,06
3 Kelembaban % 59,7 58,1 59,3 59,03
4 Tekanan Udara mm/Hg 751,7 751,9 754,1 752,5

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kecepatan angin di kawasan

industri kelapa sawit PTPN IV berada pada rentang 0,1 m/s – 0,2 m/s dengan rata –

rata dari ketiga titik pengukuran adalah 0,16 m/s. Adapun suhu di pasar tersebut

0 0
berada pada rentang 32,9 C – 33,2 C dengan rata – rata dari ketiga titik adalah
0
33,06 C. Sedangkan untuk kelembaban berada pada rentang 58,1 % - 59,7 % dengan

rata – rata dari ketiga titik adalah 59,03%, dan untuk tekanan udara di pasar tersebut

berada pada rentang 751,7 mmHg – 754,1 mmHg dengan rata – rata dari ketiga titik

pengukuran adalah 752,2 mmHg.

4.5. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan

Untuk mendapatkan gambaran tentang keluhan gangguan saluran pernapasan

responden yang bermukim di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II

Kabupaten Padang Lawas dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner. Setelah dilakukan analisa, didapat gambaran tentang keluhan gangguan


saluran pernapasan responden dan distribusinya sebagaimana disajikan dalam tabel-

tabel berikut ini

4.5.1. Responden yang Mengalami Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan

Distribusi responden yang mengalami keluhan gangguan pernapasan di

kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas

Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernapasan di


Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2013
No. Keluhan Gangguan Jumlah Persentase
Pernapasan (orang) (%)
1. Ada keluhan 30 45,4
2. Tidak ada keluhan 36 54,6

Total 66 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang tidak mengalami

keluhan gangguan pernapasan yaitu 30 responden (45,4%), sedangkan yang

mengalami keluhan gangguan pernapasan sebanyak 36 responden (54,6%).

4.5.2. Jenis Keluhan Gangguan Pernapasan

Distribusi responden dalam hal jenis keluhan gangguan pernapasan dalam

penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 4.8.


Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Gangguan
Pernapasan Satu Bulan Terakhir di Kawasan Industri Pabrik
Kelapa
Keluhan
Pernapasan Jumlah Persentase
(orang) (%)
Batuk Ya 22 73,4
Tidak 8 26,6
Total 30 100,0

Batuk Darah Ya 1 3,3


Tidak 29 96,7

Total 30 100,0

Sesak Ya 2 6,7
Tidak 28 93,3
Total 30 100,0

Pilek Ya 4 13,3
Tidak 26 86,7

Total 30 100,0

Nyeri Dada Ya 0 0
Tidak 30 100

Total 30 100
Sakit Tenggorokan Ya 1 3,3
Tidak 29 96,7

Total 30 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 30 orang yang memiliki keluhan gangguan

pernapasan yang terbanyak 22 responden (73,4%) yang memiliki keluhan batuk. Hal

ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden yang memiliki keluhan gangguan

pernapasan yaitu memilki keluhan batuk.


4.6. Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Keluhan

Gangguan Pernapasan

Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden dengan keluhan

gangguan pernapasan yang tinggal di kawasan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV

Sosa II Kabupaten Padang Lawas dilakukan analisis data dengan menggunakan

tabulasi silang, dan didapatkan gambaran yang disajikan pada tabel di bawah ini:

4.6.1. Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan

Hasil tabulasi silang antara umur dengan keluhan gangguan pernapasan dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Umur dengan Keluhan Gangguan Pernapasan
di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

No Umur Keluhan Gangguan


Saluran Pernapsan
Ya % Tidak % Jumlah %
1 ≤ 20 tahun 2 6,6 0 0,0 2 100,0
2 21- 40 tahun 20 66,7 25 69,4 45 100,0
3 ≥ 41 tahun 8 26,7 11 30,6 19 100,0

Jumlah 30 45,4 36 54,6 66 100,0

Dari hasil tabulasi silang di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar

responden mengalami keluhan gangguan pernapasan pada responden yang berumur

21-40 tahun yaitu sebesar (66,7%) responden.

4.6.2. Tabulasi Silang antara Lama Bermukim dengan Keluhan Gangguan

Pernapasan

Hasil tabulasi silang antara lama bermukim dengan keluhan gangguan

pernapasan dapat dilihat pada Tabel 4.10.


Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Lama Bermukim dengan Keluhan Gangguan
Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV
Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
No Lama Bermukim Keluhan Gangguan
Saluran Pernapasan
Ya % Tidak % Jumlah %
1 ≤ 5 tahun 6 20 3 8,4 9 100,0
2. ≥ 5 tahun 24 80 33 91,6 57 100,0
Jumlah 30 45,4 36 54,6 66 100,0

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa keluhan gangguan pernapasan

terbanyak terdapat pada responden yang bermukim ≥ 5 tahun yaitu sebesar (80%)

responden.

4.6.3. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan Keluhan

Gangguan Pernapasan

Hasil tabulasi silang antara kerja/ aktivitas di luar rumah dengan keluhan

gangguan pernapasan dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Kerja/ Aktivitas di Luar Rumah dengan
Keluhan Gangguan Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas Tahun
2013
No Kerja/ Aktivitas di luar Keluhan Gangguan
Rumah Saluran Pernapasan
Ya % Tidak % Jumlah %
1 Ya 13 43,3 4 11,2 17 100,0
2. Tidak 17 56,7 32 88,8 49 100,0
Jumlah 30 45,4 36 54,6 66 100,0

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa keluhan gangguan pernapasan

terbanyak terdapat pada responden yang tidak bekerja yaitu sebesar (56,7%)

responden.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Umur

Dari hasil analisis data yang diketahui bahwa karakteristik responden yaitu

sebagian besar responden berumur 21-40 tahun sebanyak (66,7%), sedangkan untuk

rentang umur ≥ 41 sebanyak (30,3%) dan untuk responden yang paling sedikit

terdapat pada kelompok umur ≤ (3,0%). Berdasarkan kelompok umur yang

ditetapkan, maka dapat diketahui responden adalah berusia produktif.

5.1.2. Lama Bermukim dan Pekerjaan

Pada umumnya responden telah bermukim di kawasan industri kelapa sawit

PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas ini terdapat pada kelompok lama

bermukim ≥ 5 tahun sebanyak (86,3%). Sebagian besar responden tidak bekerja

(74,3%) sehingga sebagian besar responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

5.2. Keluhan Gangguan Pernapasan di Kawasan Industri Pabrik Kelapa Sawit

PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa responden yang mengalami

keluhan gangguan pernapasan (45,4%) dan responden yang mengalami keluhan

gangguan pernapasan menurut jenis keluhannya yang terbanyak adalah keluhan batuk

sebanyak (73,4%), Sedangkan keluhan batuk darah sebanyak (3,3%), keluhan sesak

(6,7%), keluhan pilek (13,3%) dan keluhan sakit tenggorokan (3,3%) responden.

Jika umur dikaitkan dengan keluhan gangguan pernapasan, bahwa sebagian

besar kelompok umur yaitu 21-40 tahun sebanyak (66,7%), hal ini terjadi karena
lebih banyaknya responden yang berumur 21- 40 tahun, dikarenakan kelompok umur

tersebut merupakan kelompok umur produktif yang terus beraktivitas baik didalam

maupun diluar rumah, Sehingga tingkat keterpaparan PM10 dan CO lebih tinggi. Pada

kelompok umur 21-40 tahun, maupun ≥ 41tahun, telah melewati pertumbuhan paru,

sehingga beresiko beresiko terhadap terjadinya ganggua pernapasan. Umur 18-21 adalah

saat dimana pertumbuhan paru sedang mencapai tingkat yang sangat baik (Mukono,

2008).

Menurut hasil penelitian, ada hubungan yang bermakna secara statistic antara

umur dengan gejala pernafasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit

dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya fakor umur dengan:

potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas

kekebalan tubuh, aktivitas fisiologi berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan

penyakit seseorang (Surya,1990)

Berdasarkan lama bermukim, terlihat bahwa keluhan gangguan pernapasan

terbanyak, terdapat pada responden yang bermukim ≥ 5 tahun (86,3%). Hal ini terjadi

mungkin dikarenakan semakin lama responden bermukim maka semakin besar

tingkat paparan debu yang di alami oleh responden, sehingga terjadi akumulasi debu

di dalam paru-paru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khairiah (2012) yang

menunjukkan bahwa konsentrasi debu telah bermukim ≥ 2 tahun mencapai (84,2%)

sedangkan yang telah bermukim ≤ 2 tahun sebanyak (15,8%) responden. Lama

tinggal responden di daerah terpapar mempengaruhi paparan kronis udara yang

tercemar dan akan meningkatkan morbiditas, terutama timbulnya gejala penyakit

saluran pernapasan dan menurunnya fungsi paru (Mukono, 2008).


Jika kerja/ aktivitas luar rumah di kaitkan dengan keluhan gangguan

pernapasan terdapat keluhan terbanyak pada responden yang tidak bekerja atau yang

tinggal dirumah selama 24 jam sebanyak (56,7%). Selain terjadi karena tingkat

paparan, keluhan gangguan pernapasan juga dapat di pengaruhi oleh sistem

pertahanan tubuh ataupun kekebalan seseorang yang terpapar debu yang sama. Sistem

imunitas atau kekebalan sangat berperan dalam menyerang bahan polutan yang

masuk kedalam tubuh manusia (Sartono, 2002).

Penyebab terjadinya PPOM salah satunya adalah pencemaran udara,

hubungannya dengan gangguan pernapasan yaitu pada saat partikel masuk melalui

saluran pernapasan akan meningkatkan jumlah kelenjar mukus dan sel goblet dan

terjadi penyumbatan saluran pernapasan serta peningkatan tahanan aliran udara

(Mukono, 2008).

Sumber debu dan karbon monoksida dari penelitian ini yaitu berasal dari

pabrik dan pelintasan truk buah, dan sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang

tinggal dikawasan industri kelapa sawit dan tanaman sawit.

Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusaki lingkungan,

hewan dan manusia. Partikel – partikel tersebut sangat merugikan manusia, pada

umumya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai

penyakit saluran pernapasan. Pada saat orang menarik nafas, udara yang

nmengandung partikel akan terhirup kedalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang

masuk kedalam paru-paru akan menentukan penempelan atau pengendapan partikel

tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan disaluran
pernapasan bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan

tertahan di saluran pernapasan bagian tengah . Partikel yang berukuran lebih kecil, 1

sampai 3 mikron, akan masuk kedalam kantung paru-paru, menempel pada alveoli.

Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat

nafas dihembuskan (Whardana, 2004).

Partikel berpengaruh terhadap tanaman terutama karena bentuknya debu, di

mana debu jika bergabung dengan uap air atau air hujan akan membentuk kerak yang

tebal pada permukaan daun yang tidak dapat dibilas oleh air hujan kecuali dengan

menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan mengganggu berlangsungnya proses

fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari ke

permukaan daun dan mencegah adanya pertukaran CO2 dengan atmosfir, Akibatnya

pertumbuhannya terganggu (Kristanto,2002).

Sedangkan jika karbon monoksida lebih dari 100 ppm akan menyebabkan

tidak sadar, gagal pernapasan, dan kematian jika di hirup lebih dari 1 jam. Gejala

keracunannya yaitu sakit kepala, badan lemah, mual, penglihatan kabur dan

kecepatan bernapas (Sartono, 2002)

Kondisi lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam

mempengaruhi konsentrsi udara. Sebagian radiasi pantulan dari permukaan bumi

akan di serap oleh gas-gas dan partikel- partikel yang berada di udara sehingga dapat

meningkatkan suhu udara. Kandungan gas-gas atmosfer secara konsisten berkurang

dengan bertambahnya ketinggian. Selain itu angin, angin memiliki fungsi yang
penting dalam mencampur lapisan udara sehingga keracunan terhadap gas- gas

partikel dapat di hindari (Lakitan, 1994).

5.3. Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Debu (PM10) di Kawasan Industri

Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa II Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tiga titik di kawasan

industri pabrik kelapa sawit dapat dilihat bahwa belum ada kadar CO dan PM10 yang

melebihi baku mutu yang diukur didasarkan pada PP RI No.41 Tahun 1999 dengan

3 3
baku mutu sebesar 30.000 µg/Nm untuk CO dan 150µg/Nm untuk PM10 . Kadar CO

dan PM10 yang tidak melebihi baku mutu tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

suhu, kecepatan angin, kelembaban, serta aktivitas kenderaan bermotor di pasar

tersebut.
0 0
Adapun suhu di kawasan pabrik tersebut berada pada rentang 32,9 C–33,2 C.

Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi

menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin

rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga

konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin tinggi (Junaidi, 2002).

Tekanan udara di pabrik tersebut berada pada rentang 751,7 mmHg – 754,1

mmHg. Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu

reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di

udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah ataupun berkurang.

Kecepatan angin juga mempengaruhi kadar udara di pabrik tersebut. Adapun

kecepatan angin di kawasan pabrik tersebut berada pada rentang 0,1 m/s – 0,2 m/s.
Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana – kemana

(Chandra, 2006).

Kelembaban di kawasan pabrik tersebut berada pada rentang 58,1 % - 59,7%.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer adalah

kelembaban. Kelembaban udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di

udara melalui proses metabolisme mikroorganisme yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap suplai oksigen (Sunu, 2001).

Selain itu aktivitas truk buah juga dapat mempengaruhi kadar karbon

monoksida (CO) dan debu (PM10) di pabrik tersebut. Sesuai penelitian Yenni (2012)

hasil pengukuran kadar karbon monoksida pada pengukuran CO Pada Jl. Asia kadar

karbon monoksida (CO) yang didapat yaitu 16.033μg/m³, tingginya kadar karbon

monoksida (CO) pada jalan ini diasumsikan karena banyaknya kendaraan yang

melintasi jalan ini, maka dapat di artiakan bahwa jumlah kendaraaan bermotor sangat

berpengaruh oleh tingginya kualitas udara ambien (Fardiaz, 2010).

Meskipun masih dibawah ambang batas, namun dalam teori Kristanto (2002)

mengatakan pembebasan suatu kontaminan yang tidak dibatasi, baik kuantitas, lama

paparan dan potensialnya diudara akan menagkibatkan dampak dan efek terhadap

manusia maupun mahluk hidup lainnya.

Kadar karbon monoksida (CO) dan debu (PM10) tertinggi terdapat pada jalan

3 3
titik III (Depan cerobong) yaitu sebesar 14887,5µg/Nm untuk CO dan 112 µg/Nm

untuk PM10 disebabkan karena titik ini merupakan jarak terdekat dari pabrik kelapa

sawit yaitu ± 50 m dan sangat dekat dengan debu jalan raya . Tingginya kadar debu
(PM10) dan kadar karbon monoksida (CO) pada titik ini sejalan dengan Kristanto

(2002) bahwa tingginya kadar asap dapat dipengaruhi dari jarak sumber pencemar.

Kadar CO dan PM10 di titik II (Sebelah kanan pabrik) yaitu sebesar 11451,9
3 3
µg/Nm untuk CO dan 98 µg/Nm untuk PM10. Kadar karbon monoksida dan debu

yang didapat di titik II disebabkan oleh jalan ini dilintasi oleh truk buah yang akan

diolah. Kontributor terbanyak dari polutan CO adalah kenderaan bermotor, oleh

karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah dimana kenderaan bermotor dan

berbagai macam pabrik banyak beroperasi (Mulia, 2005).

Sedangkan kadar CO dan PM10 terendah terdapat pada titik I (Sebelah kiri

3 3
pabrik) yaitu sebesar 9161,5 µg/Nm untuk CO dan 90 µg/Nm untuk PM10. Kadar

karbon monoksida (CO) dan debu (PM10) yang di dapat lebih rendah dibandingkan di

titik lokasi pengukuran lainnya disebabkan oleh aktivitas kenderaan yang melintas di

jalan ini pada saat pengukuran lebih sedikit.

Penanggulangan debu dan karbon monoksida di daerah penelitian ini yaitu

1. Pihak pabrik kelapa sawit, harus menurunkan debu serendah mungkin dengan

cara penaggulangan pencemaran lingkungan dengan menggunakan alat

penangkap debu.

2. Supir truk pengangkut buah di anjurkan setelah mengangkut buah, lalu

membawa air ditruk dan sekalian melintas sambil menyiram, agar debu di

jalan raya berkurang.

3. Menanam pohon mahoni yang dapat menjerap dan menyerap bahan partikel

dan bahan polutan di udara.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kadar debu di kawasan pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten Padang

Lawas II masih memenuhi syarat di dapatkan hasilnya dengan rata-rata


3
100µg/m . Kadar karbon monoksida di kawasan pabrik kelapa sawit PTPN IV

Sosa Kabupaten Padang Lawas II masih memenuhi syarat di dapatkan

3
hasilnya dengan hasil rata-ratanya 11833,6µg/m .

2. Sebanyak 66,7 % responden berusia di antara 21- 40 tahun, 86,3 % responden

telah bermukim ≥ 5 tahun, dan 86,3 % responden berada di rumah selama 24

jam/hari.

3. Sebanyak 30 responden yang mengalami keluhan gangguan pernapasan, dan

yang paling banyak dialami oleh responden yaitu keluhan batuk sebanyak

73,4% responden.

4. Kadar debu di kawasan pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa Kabupaten Padang

Lawas Sosa II masih di bawah nilai ambang batas (memenuhi syarat) menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara.


6.2. Saran

4. Pihak pabrik kelapa sawit, harus menurunkan debu serendah mungkin dengan

cara penaggulangan pencemaran lingkungan menggunakan alat penangkap

debu.

5. Bagi supir truk pengangkut buah di anjurkan setelah mengangkut buah, lalu

membawa air ditruk dan sekalian melintas sambil menyiram, agar debu di

jalan raya berkurang.

6. Bagi warga PTPN IV Kebun Sosa II Kabupaten Padang Lawas dapat

menanam pohon mahoni dan pohon tersebut dapat menjerap dan menyerap

partikel dan gas polutan di udara.

7. Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini yaitu dengan

menganalisis parameter lain misalnya sulfur dioksida dan kadar amoniak,

karena pada waktu penelitian, dikawasan tercium bau dari pengolahan pabrik

tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 1992. Polusi Udara dan Kesehatan. Arcan, Jakarta.

Abunajmu, 2007. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007


tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.
http://abunajmu.wordpress.com/emisi-udara-pabrik-kelapa-sawit/.Diakses 10
November 2012

Agusnar, H. 2007. Kimia Lingkungan. USU Press, Medan

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. USU


Press,Medan.

Anwar, Bahri.T. 2004. Nyeri Dada, www.repository.usu.ac.id, diakses tanggal 16


Maret 2011.

Asiah, N. 2008. Kadar Debu dan Keluhan Kesehatan Pekerja Usaha


Pertukangan Kayu di Desa Sipare-pare Kabupaten Batu Bara Tahun
2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan


Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit University Indonesia. Jakarta

Depkes RI, 1999. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Ditjenbun, 2008. Luas Area Kelapa Sawit. http//


ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/.../8-Kelapa%20Sawit. Htm. Diakses pada 12
september 2011

Fardiaz, S., 2010. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta.

Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Junaidi. 2002. Analisis Kwantitatif Kadar Debu PT. Semen Andalas Indonesia di
Lingkungan AKL DEPKES RI Banda Aceh. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit Andi dan, Yogyakarta.


Lakitan, B. 1994. Dasar- dasar klimatologi. Jakarta : Rajawali Press

Mukono, H.J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Airlangga University Press.Surabaya.


, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University
Press. Surabaya.

, H.J. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan


Saluran Pernapasan, Airlangga University Press, Surabaya.

, H.J. 2011. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Edisi Kedua.


Airlangga University Press, Surabaya.

Mulia, R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.

Profil Kabupaten Padang Lawas. http://bappeda.palas.go.id/ daftar-letak geografis.


Diakses 10 agustus 2013

Price, S.A. dan Wilson L.M. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit, Edisi ke Empat, Buku II, Judul Asli Pathophysiology Clinical
Concept EGC, Jakarta.

Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darwati, Bandung.

Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Sartono, 2002. Racun Dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta

Sihombing, K.F. 2006. Pengukuran Kadar Debu dan Gangguan Saluran


Pernapasan Pekerja Bengkel Pandai Besi di Desa Sitampurung Kecamatan
Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat – Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soepadiyo, M. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjha Mada


University Press, Yogyakarta.

Suma’mur, P.K. 1998. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Toko


Gunung Agung, Jakarta.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.


Grasindo, Jakarta.
Surya, Djaja, dr. 1990. Ilmu Penyakit Paru. Binarupa Aksara, Jakarta

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi,


Yogyakarta.

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan ( Edisi Revisi 1).


Penerbit Andi, Yogyakarta.
Yunus, F. 1992. Pulmonologi Klinik. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Lampiran 1

KUESIONER

GAMBARAN KUALITAS UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN


PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DIKAWASAN INDUSTRI
PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN IV KEBUN SOSA II
KABUPATEN PADANG LAWAS
TAHUN 2013

No. Responden :

Tanggal Wawancara :

I. Karakteristik Responden

a. Nama :

b. Umur :

c. Lama Bermukim :

d. Pekerjaan :

II. Keluhan Gangguan Pernapasan

1. Apakah anda pernah mengalami keluhan pernapasan?

2. Apakah anda terganggu dengan asap pabrik ini?

a. Sangat terganggu (1) b. Terganggu (2) c. Tidak (3)

3. Apakah anda terganggu dengan asap truk buah ini?

b. Sangat terganggu (1) b. Terganggu (2) c. Tidak (3)

4. Kapan anda merasakan asap yang paling banyak?

a. Pagi hari (1) b. Siang hari (2) c. Sore hari (3)


5. Apakah sebelum pabrik kelapa sawit ini ada, anda pernah batuk?

a. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

6. Apakah setelah pabrik kelapa sawit ini berproduksi, anda pernah batuk?

a. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

7. Jika pernah, dalam waktu satu bulan berapa kali anda

batuk?............................kali

8. Jika pernah, kapan pertama sekali anda mengalami batuk ?.................

9. Apakah anda pernah mengalami sesak?

a. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

10. Jika pernah, sejak kapan anda mengalaminya?..........................

11. Dalam sebulan, berapa kali anda mengalami sesak?..............................

12. Apakah anda pernah mengalami pilek?

b. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

13. Jika pernah, sejak kapan anda mengalaminya?..........................

14. Dalam sebulan, berapa kali anda mengalami pilek?..............................

15. Apakah anda pernah mengalami nyeri dada?

c. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

16. Jika pernah, kapan anda mengalaminya?..........................

17. Dalam sebulan, berapa kali anda mengalami nyeri dada?..............................

18. Apakah anda pernah mengalami sakit tenggorokan?

d. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

19. Jika pernah, kapan anda pernah mengalaminya?..........................


20. Dalam sebulan, berapa kali anda pernah mengalami sakit

tenggorokan?..............................

21. Apakah anda pernah mengalami sakit asma?

e. Pernah (1) b. Tidak pernah (2)

22. Jika pernah, kapan anda mengalaminya?..........................

Anda mungkin juga menyukai