Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yeni Puspitasari

Nim : 2018-341
Kelas : Ekonomi islam 6E

1. a. Jelaskan 3 (tiga) akar masalah dalam kegiatan ekonomi!


JAWAB :
1. Urgensi Kenaikan Mutu Pertumbuhan Ekonomi Tidak Stabil
Permasalahan ekonomi di Indonesia yang pertama adalah urgensi kenaikan mutu pertumbuhan
ekonomi tidak stabil. Ini biasanya disebabkan oleh terjadinya ketimpangan sosial, jumlah
pengangguran yang masih tinggi, tingkat kemiskinan masih di atas rata-rata dan selainnya. Hal
inilah yang menyebabkan mutu pertumbuhan ekonomi Indonesia dari menengah ke skala
lanjutan tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu, pendapatan negara masih bertahan di zona
tersebut.
2. Daya Beli Stagnan Pada Situasi Inflasi
Jika inflasi sedang terjadi, seharusnya daya beli masyarakat jangan dibiarkan menurun. Karena di
saat itu, harga sedang menaik dan perputaran jumlah uang juga semakin tinggi. Akan tetapi jika
daya beli masyarakat justru menurun, tentu pertumbuhan ekonomi tidak akan berkembang.
Justru biaya produksi yang semakin tinggi dengan kuantitas produk yang semakin bertumpuk
membuat trend pasar menjadi lesu yang bisa merugikan pihak produsen.
3. Kekalahan Daya Saing
Permasalahan selanjutnya adalah kekalahan daya saing dengan perusahaan-perusahaan dari
negara yang lebih adidaya. Problem ekonomi semacam ini yang juga melanda perekonomian
Indonesia. Akibatnya, pasaran produk dalam negeri menjadi lesu. Apalagi jika masyarakat masih
lebih suka membeli produk luar dibandingkan produk negeri sendiri.

b. Bagaimanakah cara pandang Homoeconomicus dan HomoIslamicus dalam menyelesaikan


persoalan ekonomi tersebut?
JAWAB :
Kritik terhadap model homo economicus

Banyak yang beranggapan bahwa model ini tidak akurat secara empiris selain juga tidak etis.
Thorstein Veblen, John Maynard Keynes, Herbert Simon mengkritik model rational economic
man dengan argumentasi bahwa pengetahuan atau informasi yang sempurna itu tidak ada.
Artinya semua aktivitas eko nomi pasti mengandung risiko. Jadi keputusan ekonomi dibuat
dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) dan rasionalitas yang terbatas (bounded rationality).

Kritik terhadap model homo islamicus


Ilmu ekonomi menurut Qardhawi bukanlah kebenaran yang pasti dan bukan pula sesuatu yang
abadi. Pemikiran yang berkembang sekitar ekonomi hanyalah paham yang selalu berubah dan
sangat mungkin untuk disanggah. Konsep homo islamicus berawal dari pandangan Islam tentang
manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang memiliki selain tubuh dan
akal juga ruh dan jiwa.Keberadaannya di muka bumi adalah sebagai wakil Tuhan. Oleh karena
itu segala tindakan manusia di bumi harus sesuai dengan apa yang diajarkan-Nya, termasuk
dalam ekonomi. Manusia memang dalam kadar yang berbeda-beda memiliki sifat-sifat sebagai
yang dicirikan oleh homo economicus, namun karena adanya filter yang islami, perilaku yang
keluar menjadikannya homo islamicus. Filternya adalah aturan syariah dan bukan sekadar filter
moral ciptaan manusia. Ajaran Islam pada dasarnya ditujukan pada individu, sehingga dalam
mengatasi berbagai permasalahan dalam bidang eko -nomi terlebih dulu perilaku individu perlu
dibenahi. Di sinilah pentingnya mengubah perilaku homo-economicus menjadi homo islamicus.
Jadi sebagai konsumen ia tidak akan mengonsumsi dengan berlebihan, sebagai produsen ia tidak
akan berusaha dalam bidang-bidang yang dilarang agama, dan sebagai penguasa ia akan
mendahulukan kepentingan umum dengan senantiasa mengutamakan keadilan. Homo islamicus
mencari keuntungan dengan kendala moral dan religi serta pengawasan sosial. Konsep welfare
state yang dalam ekonomi konvensional direkonstruksi ulang oleh penyesuaian struktural tidak
diperlukan dalam ekonomi Islam. Ini disebabkan adanya institusi zakat yang secara sistematis
telah membuat para pemilik aset bertanggung jawab pada kesejahteraan si miskin. Redistribusi
pendapatan dan kemiskinan merupakan tujuan lembaga zakat.

2. a. Jelaskan tingkatan maqashid asy-syariah sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-


Ghazali tersebut!

JAWAB :

Al-Ghazali (450-505 H) menurut seorang penulis telah menemukan sebuah konsep fungsi
kesejahteraan sosial yang sulit diruntuhkan yang dirindukan oleh para ekonom kontemporer.
Selanjutnya, ia mendifinisikan fungsi sosial dalam kerangka hierarki kebutuhan individu dan
sosial. Ia mendefinisikan aspek-aspek ekonomi dari kesejahteraan sosialnya dalam kerangka
sebuah hierarki tersebut, dengan tripartite (daruriyyat, hajat, dan tahsiniyyat) (al-Ghazalli,
tt.:109). Hierarki tersebut merupakan sebuah klasifikasi peninggalan tradisi Aristoteles yang
disebut sebagai kebutuhan ordinal yang terdiri atas kebutuhan dasar, kebutuhan terhadap barang-
barang eksternal, dan kebutuhan terhadap barang-barang psikis (Lowry, 1987:220). Secara
khusus, ia memandang bahwa produksi barang-barang kebutuhan dasar sebagai kewajiban sosial
(fard al-kifayah). Klasifikasi aktivitas produksi yang diberikan alGhazali mirip dengan
klasifikasi yang terdapat dalam pembahasan kontemporer, yakni primer (agrikultur), sekunder
(manufaktur), dan tersier (jasa). Ia membagi aktivitas produksi ke dalam tiga kelompok, yakni
Pertama, industri dasar (agrikultur untuk makanan, tekstil untuk pakaian, konstruksi untuk
perumahan dan aktivitas negara). Kedua, akitivitas penyokong, seperti eksplorasi pengembangan
tambang serta sumber daya alam. Ketiga, aktivitas komplementer, seperti penggilingan dan
pembakaran produk-produk agrikultur.
b. Berikanlah contoh implementasi maqashid asy-syariah dalam kehidupan sehari-hari anda !

JAWAB :

 Contoh penjagaannya adalah dengan melaksanakan shalat dan zakat. Sedangkan dari segi
pencegahan dilakukan dengan jihad atau hukuman bagi orang-orang yang murtad.
 Contoh penerapannya dalam bentuk penjagaan dilakukan dengan makan dan mencari
makan. Sedangkan dalam bentuk pencegahan dilakukan dengan menegakkan hukum bagi
pengonsumsi narkoba.
 Contoh penerapan hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan jual beli dan mencari
rizki. Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan hukum potong tangan bagi
pencuri dan menghindari riba.

3. a. Gambarkan ekonomi konvensional yang mengedepankan nilai materialisme dan


dampaknya pada masyarakat?

JAWAB :

Sikap hidup dengan orientasi materialis akan mendorong seseorang cenderung konsumtif demi
mendapatkan kesenangan dan kepuasaan. perilaku konsumtif yang cenderung hedonis sebagai
dampak internalisasi nila-nilai materialisme sehingga mengabaikan spirit sosial-keagamaan pada
masyarakat.

b. Bagaimanakah gambaran Ekonomi Islam jika dibandingkan dengan Ekonomi Konvensional


sebagaimana pertanyaan di poin a?

JAWABAN :

Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-
masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan
dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem
ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.Karena kelemahannya atau
kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran
baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang
penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang
didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil
membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab.
Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut,saat inisedang dikembangkan
Ekonomi Syariah danSistemEkonomiSyariah dibanyaknegara Islamtermasuk di Indonesia.

4. a. Bagaimanakah Islam memandang kepemilikan individu, kepemilikan umum/public dan


kepemilikan Negara?

JAWAB :

Dalam masalah kepemilikan, individu, masyarakat dan negara sebagai subyek ekonomi
mempunyai hak-hak kepemilikan tersendiri yang ditetapkan berdasarkan ketentuan syariah.
Islam membagi konsep kepemilikan menjadi : kepemilikan individu (private property);
kepemilikan public (collective property); dan kepemilikan negara (state property)9 .

a. Kepemilikan Individu(private property) Kepemilikan individu adalah hak individu yang


diakui syariah dimana dengan hak tersebut seseorang dapat memiliki kekayaan yang
bergerak maupun tidak bergerak. Hak ini dilindungi dan dibatasi oleh hukum syariah dan
ada kontrol. Selain itu seseorang akhirnya dapat memiliki otoritas untuk mengelola
kekayaan yang dimilikinya, dengan tetap berpegang pada batas-batas yang telah
ditentukan oleh syari. ketetapan barang atau jasa yang dibolehkan dimiliki dan yang
tidak. Allah telah memberikan kreteria sesuatu dengan halal dan haram. Di sisi lain
tentang tatacara perolehan harta yang dibolehkan dan yang tidak, bisa melalui: sebab-
sebab kepemilikan harta dan sebab-sebab pengembangan harta.
b. Kepemilikan publik adalah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh
Allah bagi kaum muslim sehingga kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum
muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun
terlarang memilikinya secara pribadi12. Ada tiga jenis kepemilikan publik: 1) Sarana
umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara untuk keperluan sehari-hari seperti air,
saluran irigasi, hutan, sumber energy, pembangkit listrik dll. 2) Kekayaan yang aslinya
terlarang bagi individu untuk memilikinya seperti jalan umum, laut, sungai, danau, teluk,
selat, kanal, lapangan, masjid dll.
c. Kepemilikan Negara (state property) Kepemilikan negara adalah harta yang ditetapkan
Allah menjadi hak seluruh kaum Muslim. Wewenang pengelolaannya diserahkan kepada
Khalifah sesuai dengan pandangannya. Harta milik negara ini mencakup jizyah, kharaj,
ghanimah, fa’i, warisan yang tidak ada ahli warisnya, khumûs rikaz dan luqathah, harta
orang murtad, harta ghulul penguasa dan pegawai negara, dan denda sanksi pidana; juga
termasuk harta milik negara berupa padang pasir, gunung, pantai dan tanah mati yang
belum ada pemiliknya, ashshawafi, marafiq, dan semua bangunan yang didirikan oleh
negara dengan menggunakan harta baitul mal.

b. Jelaskan dengan membandingkan ketiga konsep system kepemilikan dengan paham


Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam!
JAWAB :

– kapitalis : perekonomian berdasarkan kepemilikan individu, kepemilikan umum adalah


sebuah pengecualian apabila situasi dan kondisi menuntut adanya kepepemilikan umum tersebut.
Disitulah peran negara dalam mengendalikan kegiatan perekonomian. Kepemilikan individu
sangat dihormati dan sacral dalam ekonomi kapitalis. Karena ia adalah faktor utama dalam
aktifitas perekonomian dan inti dari kehidupan. Oleh karena itu kepemilikan individulah yang
menjadi dasar pertumbuhan ekonomi

- sosialis : yang dijadikan dasar adalah kepemilikan umum, dan kepemilikan individu
dijadikan sebuah pengecualian. Kepemilikan inividu yang diakui oleh negara karena keadaan
darurat sosial. Kepemilikan individu tidak dijaga dan dipelihara oleh negara karena ia adalah
penyebab kemudharatan dan kesulitan bagi masyarakat. Oleh karena itu kepemilikan individu
tidak dipandang sebagai faktor pengembang perekonomian. Kepemilikan umumlah yang menjadi
faktor satusatunya sebagai dasar pertumbuhan ekonomi.

- Islam : seperti yang telah dijelaskan, kepemilikan individu tetap diakui dan dijaga begitu
juga kepemilikan umum. Keduanya merupakan faktor pertumbuhan eknomomi, keduanya adalah
dasar dari pertumubhan ekonomi yang saling menyempurnakan satu sama lain. Keduanya
tidaklah mutlak akan tetapi diikat oleh aturan-ataran syara’ yang mengacu kepada maqashid
assyari’ah dalam menumbuh kembangkan perekonomian nasional. Kadangkala negara Islam
sangat cenderung kepada kepemilikan umum dalam pengembangan ekonomi akan tetapi ia tidak
akan menjadi negara sosialis dan sebaliknya ada sebuah negara Islam yang cenderung kepada
kepemilikan individu akan tetapi negara tersebut tidak pernah menjadi negara kapitalis karena
semua itu ada batasannya yang diatur oleh syari’at Islam. Kebijakankebijakan tesebut
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang lebih menguntungkan dalam
menumbuhkembangkan harta yang dimiliki oleh negara Islam tersebut. Ibnu Taimiyah
mengatakan keragaman bukan pertentangan.

5. a. Apakah yang menjadi pertimbangan seorang muslim dalam mengkonsumsi barang/jasa


tersebut? Jelaskan pula jawaban saudara dengan memetik ayat/hadist yang sesuai!

JAWAB :

Aturan dan kaidah konsumsi dalam sistem ekonomi Islam menganut paham keseimbangan dalam
berbagai aspek. Konsumsi yang dijalankan oleh seorang muslim tidak boleh mengorbankan
kemaslahatan individu dan masyarakat. Kemudaian, tidak diperbolehkan mendikotomi antara
kenikmatan dunia dan ahirat, bahkan sikap ekstrimpun harus dijauhkan dalam berkonsumsi.
Larangan atas sikap tabzir dan israf bukan berarti mengajak seorang muslim untuk bersikap
bakhil dan kikir, akan tetapi mengajak kepada konsep keseimbangan, karena sebaik-baiknya
perkara adalah pertengahan. (QS. Al-Isra’: 29)
Prinsip Keseimbangan pengeluaran yang jika kita jalankan sepenuhnya dapat menghapus
kerusakan-kerusakan dalam ekonomi yaitu pemborosan dan kekikiran yang biasa ditemukan
dalam sistem kapitalis modern. Setiap orang baik yang mampu baik kaya maupun miskin
dianjurkan untuk mengeuarkan harta sesuai dengan kemampuannya. Orang kaya dapat
mempertahankan standard hidupnya secara layak. Meskipun dengan kondisi penghasilan yang
berdasarkan tanggung jawab ekonomi masing-masing baik untuk sebuah keluarga kecil atau
keluarga besar, sepanjang.

b. Bagaimanakah menjelaskan formulasi sebagaimana di atas?

JAWAB :

Formulasi tersebut dapat ditunjukkan bahwa ketika pahala suatu kegiatan tidak ada misalnya,
Ketika mengkonsumsi barang yang haram, maka maslahah yang diperoleh konsumen adalah
hanya sebatas manfaat yang dirasakan di dunia (F). Demikian pula sebaliknya, jika suatu
kegiatan yang sudah tidak memberikan manfaat (di dunia), maka nilai keberkahannya juga tidak
ada sehingga maslahah dari kegiatan tersebut juga tidak ada.

Besarnya keberkahan akan mengkonsumsi suatu barang dan jasa tergantung dengan frekuensi
kegiatan konsumsi yang yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan yang memberikan
unsur maslahah maka akan besar pula keberkahan yang akan di dapat.

6. a. Apakah hal ini juga berlaku dalam hukum permintaan pada Ekonomi Islam?

JAWAB :

Teori permintaan konvensional dan teori pemintaan Islami dari beberapa sumber menyatakan
bahwa secara garis besar keduanya hampir sama. Perbedaannya terletak pada sumber hukum
yang digunakan bahwa adanya batasan-batasan secara Islami dalam pandangan permintaan
Islami, dari beberapa pandangan yang berbeda tentang komoditas serta tujuan yang ingin dicapai.
Sumber utama teori dari permintaan Islami adalah alQur’an, al-hadits, dan as-sunnah Rasulullah
SAW. Sementara itu, dalam teori konvensional adalah akal manusia yang terkadang kurang
bahkan tidak rasional saat membeli sejumlah komoditas barang atau jasa, misalnya saat membeli
sejumlah komoditas hanya memperhatikan harga dari komoditas tersebut tanpa memperhatikan
apakah komoditas yang akan dibeli atau dikonsumsi halal atau haram karena tujuannya untuk
mencapai tujuan dunia saja.

b. Jelaskan tentang Law Diminishing Marginal Utility pada prinsip Ekonomi Islam?
JAWAB ;

Dalam ilmu ekonomi konvensional dikenal adanya hukum mengenai penurunan


utilitas marginal (law of diminishing marginal utility). Hukum ini mengatakan bahwa jika
seseorang mengonsumsisuatu barang dengan frekuensi yang di ulang-ulang, maka nilai
tambahan kepuasan dari konsumsi berikutnya akan semakin menurun.

Anda mungkin juga menyukai