Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL DASAR

MATERI

PEMUDA DAN SOSIALISASI

DOSEN PENGAMPU :

HADANA ULFANNUR M.Pd

DISUSUN OLEH :

Abdul Rahman Wahid ( 12020115419)

Era Afriyanti ( 12020124878)

Fikra Haqqul Jamil ( 12020115299)

Khalid Nazmi ( 12020115429)

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada umumnya, “pemuda” atau “generasi muda” merupakan konsep-konsep
yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Misalnya “pemuda harapan bangsa” dan
lain sebagainya yang merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di lain sisi,
pemuda menghadapi masalah persoalan-persoalan seperti ungkapan frustasi,
kecemasan akan masa depan, kenakalan remaja, dan masalah lainnya. Dalam
hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk proses, baik yang
terang-terangan maupun yang terselubung.
Menurut literatur psikologi, kelompok umur pemuda masih dianggap sebagai
kelompok yang terbuang dari kelompok orang-orang pada umumnya dengan suatu
subkultur tersendiri karena masa pemuda ditandai dengan berbagai perubahan menuju
ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti sikap, biologis,
intelektual, dan emosional. Kenyataan ini memberikan dampak perubahan sosial. Di
satu sisi menimbulkan masalah penyediaan lapangan pekerjaan, alokasi peran sosial,
dan menggugah kestabilan sosial.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian pemuda dan sosialisasi
b. Apa peran pemuda dalam masyarakat dan pembangunan.
c. Bagaimana masalah-masalah pemuda
d. Apa Media dan Tujuan Sosialisasi
e. Apa tujuan internalisasi, belajar, dan spesialisasi
f. Bagaimana peran orang tua dalam sosialisasi
3. TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui pengertian pemuda dan sosialisasi
b. Untuk mengetahui peran pemuda dalam masyarakat
c. Untuk mengetahui masalah-masalah pemuda
d. Untuk mengetahui media dan tujuan sosialisasi
e. Untuk mengetahui tujuan internalisasi, belajar, dan spesialisasi
f. Untuk mengetahui peran orang tua dalam sosialisasi
.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 A. PEMUDA DAN SOSIALISASI


1. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah suatu generasi yang di pundaknya terbebani bermacam-macam
harapan. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi
yang harus mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan secara terus-menerus.
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami
perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,
sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini
maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO menyebut sebagai” young people”
dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea”
atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis,
bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang
stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia
antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa
perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu
memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam
makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan
generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau
kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada
definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel.
Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat
pembaharu dan prograsif.
Hampir seluruh pemuda mempunyai permasalahan-permasalahan yang sangat
bervariasi, di mana jika permasalahan ini tidak dapat diatasi secara proporsional maka
pemuda akan kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan. Disamping
menghadapi berbagai permasalahan, pemuda memiliki potensi-potensi yang melekat
pada dirinya dan sangat berarti sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu
berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus dikembangankan sesuai
dengan asas, arah, dan tujuan pengembangan dan pembinaan generasi muda di dalam
jalur-jalur pembinaan yang tepat.
Harwantiyoko dan Katuuk Neltje F. 1997. MKDU Ilmu

2. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah interaksi yang dilakukan oleh satu orang dengan orang lain ataupun,
kelompok satu dengan kelompok lain. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang
harus dijalankan oleh individu.

Faktor yang mempengaruhi Sosialisasi ialah :

a. Faktor Internal : Faktor dari dalam diri individu, misalnya: minat, bakat dan
motivasi.
b. Faktor Eksternal : Faktor dari luar individu, misalnya: nilai, norma, struktur sosial
budaya, dan ekonomi.
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat
diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti
bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari
keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab.
Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan
sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai
dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Proses sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial.
Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling
menerima dan saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya
pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga
selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Darwaty , Yulia. 2011. buku saku sosiologi SMA. Jakarta: kawan pustaka

B. Peran Pemuda Dalam Masyarakat


Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa
telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk
generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan
pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia
membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
Kami menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian
dikenal dengan nama orde baru ( ORBA). Barangsiapa menguasai generasi muda,
bearti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti
masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan
sebagai :
1. Agent of change
2. Agent of development
3. Agent of modernization

Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-


perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of
development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang,
baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa
bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai makhluk sosial yang
bermoral. Maksudnya pemuda harus beretika, bersusila, menjadi barometer moral
kehidupan bangsa, serta bertindak di atas kebenaran yang berlandasan hukum.

Peranan pemuda dalam masyarakat dan bangsa telah digariskan dalam GBHN, yaitu :
1. Pengembangan generasi muda disiapkan untuk kader penerus perjuangan bangsa
dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan,
kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, serta
kepribadian dan budi yang luhur.
2. Pengembangan wadah pembinaan generasi muda seperti sekolah, organisasi
fungsional pemuda, organisasi olahraga, dan lainnya.
3. Perlu diwujudkan suatu kebijaksaan nasional tentang kepemudaan secara
menyeluruh dan terpadu.

Akan tetapi, apabila melihat peranan pemuda sehubungan dengan


pembangunan, peranan itu dibedakan menjadi dua, yaitu :
Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan lingkungannya.
1. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati
tradisi yang berlaku. Kebudayaan diwujudkan dalam tingkah lakunya masing-
masing. Usaha penyesuaian diri ini mungkin dilakukan terhadap orang-orang yang
sebenarnya justru berusaha mengubah tradisi. Hal ini tentu akan melahirkan
perubahan dalam tradisi tersebut dan menjadi perubahan dalam masyarakat.
Perubahan ini mengandung makna sumbangan atau sebaliknya dalam
pembangunan.
2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Peranan pemuda ini dapat dikelompokkan dalam tiga sikap, yaitu :
a. Pemuda pembangkit.
Pemuda jenis ini adalah pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah
sosial. Mereka secara tidak langsung ikut mengubah masyarakat dan kebudayaannya
sehingga ada kepuasan bagi dirinya dalam mencari kebebasan akibat baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas
dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan.
b. Pemuda nakal.
Pemuda jenis ini tidak berniat melakukan perubahan, baik pada
masyarakat maupun pembangunan. Namun mereka hanya berusaha
memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tindakan
menguntungkan dirinya sendiri, sekalipun dalam kenyataannya merugikan.
c. Pemuda radikal.
Pemuda jenis ini berkeinginan besar melakukan perubahan masyarakat dan
kebudayaan melalui cara-cara radikal dan revolusioner.

C. Masalah-masalah Generasi Muda, Potensi Generasi Muda


Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
 Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan
masyarakat termasuk generasi muda.
 Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
 Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan
yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus
sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan
generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
 Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran /setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan
mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.

Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan


kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut
disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu
makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
 Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat
daerah pedesaan.
 Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
 Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
 Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dan ada juga masalah lain yaitu:
 Kebutuhan Akan Figur Teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
 Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan
pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis
ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di
masyarakatnya.
 Kecemasan dan Kurangnya Harga Diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.
Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk
“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks
dan lainnya).
 Ketidakmampuan untuk Terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola
pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional
maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat.
Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
 Perasaan Tidak Berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern.
Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa
kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2
masyarakat. Lebihjauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan
segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
 Pemujaan Akan Pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam
keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba.
Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yang
keliru tentang pengalaman.

Potensi- potensi Generasi Muda


Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
 Idealisme dan daya kritis
 Dinamika dan kreativitas
 Keberanian Mengambil Resiko
 Opimis dan kegairahan semangat
 Sifat kemandirian, disiplin, peduli, dan bertanggung jawab
 Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
 Patriotisme dan Nasionalisme
 Kemampuan menguasai ilmu dan teknologi

Soelaeman M. Munandar,1987, Ilmu Sosial Dasar, Bandung, Penerbit,Refika


Adhitama

D. MEDIA DAN TUJUAN SOSIALISASI


Adapun beberapa media yang digunakan dalam proses sosialisasi, diantaranya
1. Orang tua dan keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Teman bermain
5. Media Massa.

Sedangkan tujuan dalam sosialisasi yaitu

1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi


kehidupan kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas
diri yang tepat.Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan
kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada
masyarakat umumnya.
4. Membiasakan diri dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kepercayaan
pokok di dalam masyarakat.

E. INTERNALISASI, BELAJAR, DAN SPESIALISASI


Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat. Sedangkan Spesialisasi adalah
suatu peroses yang mempelajari tentang norma – norma masyarakat yang akan membentuk
keperibadiannnya dilingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi dan
Spesialisasi didalam lingkungan masyarakat. Maka tidak akan ada perubahan dilingkungan
itu. Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki
pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial.
Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan
norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota
masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur
pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan
pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).

Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki
sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi
tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan. Istilah
spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang
individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
anam1506.blogspot.com

F. PERAN ORANG TUA DALAM SOSIALISASI


Peran orang tua dalam sosialisasi keluarga utamanya adalah untuk melakukan langkah
– langkah persiapan bagi kemampuan sosialisasi anak, yaitu:
1. Memperkenalkan lingkungan keluarga
Anak – anak pada awalnya hanya mengenal anggota keluarga inti yang sering ia
jumpai setiap hari. Seorang anak akan belajar mengenal keluarganya yang lain melalui
perantara orang tua. Anda dapat memperkenalkan keluarga yang lain seperti paman, bibi,
sepupu kepada anak ketika ada acara kumpul keluarga. Seringnya pertemuan akan membuat
anak perlahan – lahan mengingat siapa saja anggota keluarganya tersebut dan bagaimana
posisi mereka dalam keluarga. Ketahuilah juga teori keluarga dalam psikologi sosial, fungsi
afeksi bagi keluarga dan penerapan psikologi dalam keluarga.

2. Memberikan pengarahan mengenai etika bersosialisasi


Proses bersosialisasi tentunya memiliki etika – etika tertentu yang perlu diketahui
semua orang yang sedang terlibat. Dalam rangka mendidik dan mengajari anak mengenai
etika yang perlu diterapkan ketika bersosialisasi, orang tua perlu mengarahkan anak dengan
baik dan benar. Tanpa adanya etika dalam proses sosialisasi, maka kita tidak akan
mendapatkan suasana yang nyaman ketika sedang membaur dengan orang lain.

3.Menetapkan aturan yang harus diikuti


Selain etika yang harus dipatuhi dalam bersosialisasi, ada pula berbagai aturan yang
perlu diketahui oleh semua orang dan tidak bisa dilanggar. Pelanggaran berarti bisa
dikucilkan atau tidak lagi dianggap dalam pergaulan. Sebelum keluarga bersosialisasi, orang
tua perlu mempersiapkan semuanya dengan pengetahuan mengenai aturan – aturan dalam
pergaulan. Perlu juga diterapkan cara menjaga kerukunan dalam keluarga, cara mewujudkan
cinta kasih dalam keluarga, dan cara menjaga emosi dalam keluarga.

4. Mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi


Anak tentunya tidak dapat dibiarkan untuk bersosialisasi sendiri tanpa bimbingan
orang tua, terutama diperlukan agar ia mengetahui apa saja hal yang baik dan buruk dalam
pergaulan. Sebagai pihak yang jauh lebih berpengalaman daripada anak, untuk mencapai cara
bersosialisasi yang baik harus ada cara yang efektif dan bisa diikuti oleh semua orang
terutama seluruh keluarga. Peran orang tua dalam sosialisasi keluarga adalah untuk memberi
contoh dan mengajarkan secara nyata kepada seluruh keluarga mengenai bagaimana cara
bersosialisasi yang baik dan benar.

5. Mengarahkan pembentukan kepribadian anak


Orang tua tepatnya ayah dan ibu merupakan panutan pertama untuk pembentukan
kepribadian anak. Setiap hari anak menyaksikan sendiri bagaimana perilaku orang tuanya dan
ia akan mendasarkan perilakunya sendiri dengan hal tersebut. Apa yang dilihat anak
dilakukan orang tua akan ditirunya sebagai satu – satunya pedoman bertingkah laku yang
disaksikan anak setiap hari. Segala keyakinan, pemikiran, pola pikir, perilaku dan cara orang
tua mengambil keputusan dalam berbagai situasi akan mempengaruhi perilaku anak dengan
sangat dalam. Manfaat psikologi dalam keluarga adalah untuk membantu dalam cara
membaca karakter seseorang dan cara mengetahui sifat seseorang dalam psikologi.

6.Memperkenalkan nilai – nilai dan norma bermasyarakat


Untuk dapat bersosialisasi suatu keluarga harus mengetahui bahwa dalam masyarakat
berlaku nilai dan norma tertentu yang harus dipatuhi agar terjalin suatu pengertian yang baik
antara semua orang. Nilai dan norma ini ada untuk memberi batasan pada pergaulan antar
orang dan masyarakat, agar tetap terjalin ketertiban dan keteraturan dalam hidup. Peran orang
tua dalam sosialisasi keluarga adalah untuk mengenalkan nilai serta norma tersebut kepada
semua anggota keluarga.

7. Melaksanakan nilai – nilai yang dianut dalam masyarakat


Hanya mengajarkan nilai – nilai sosialisasi yang berlaku di masyarakat tanpa
memberi contoh kepada anak tidak akan menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan proses
sosialisasi kepada anak. Orang tua perlu menerapkan semua hal yang diajarkan kepada anak
pada diri mereka sendiri, dan dalam kehidupan sehari – hari keluarga agar anak dapat melihat
konsistensi dari apa yang diajarkan orang tua. Hal ini berarti orang tua perlu memberikan
contoh yang baik kepada anak mengenai apa yang dianggap baik dan pantas untuk dilakukan
dalam pergaulan.

8. Memenuhi kebutuhan anak


Setiap orang tua tentunya menginginkan agar anaknya tidak memiliki kesulitan untuk
bersosialisasi, agar kehidupan sang anak lebih mudah dijalani. Anak yang tercukupi segala
kebutuhannya baik itu secara fisik maupun mental dan spiritual akan menjadi anak yang
bahagia. Anak yang bahagia tidak akan mengalami kesulitan bersosialisasi, dan cenderung
akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan serta positif. Watak demikian sangat
dibutuhkan dalam proses sosialisasi, karena orang yang menyenangkan serta mudah bergaul
akan disenangi oleh semua orang dan mudah diterima di mana saja. Sebaliknya, anak yang
kurang terpenuhi kebutuhan sosialnya akan menjadi pribadi yang kurang positif dan
mempengaruhi kehidupannya kelak.

9. Memberikan kepercayaan kepada anak


Agar proses sosialisasi keluarga dapat berjalan lancar, maka seluruh anggota keluarga
harus dapat melakukannya dengan benar. Disinilah perlunya orang tua menaruh keyakinan
kepada kemampuan anak untuk bersosialisasi sebagai anggota keluarga, dan turut
mengarahkan apabila anak membuat kesalahan agar ia dapat memperbaikinya. Memberikan
kepercayaan berarti tidak mendikte dan membiarkan anak membuat keputusan sendiri selama
hal tersebut tidak merugikan. Ketahuilah bagaimana cara membentuk karakter anak usia dini,
mengenai psikologi keluarga dan juga apa saja peran keluarga dalam pendidikan anak.

10. Menyediakan waktu untuk berkumpul keluarga


Sosialisasi keluarga tidak akan ada artinya apabila keluarga itu sendiri tidak memiliki
kedekatan dan ikatan antara satu sama lainnya. Inilah gunanya waktu berkualitas yang
biasanya digunakan oleh orang tua untuk berkumpul dengan semua anggota keluarga , yaitu
untuk mempererat ikatan antara anggota keluarga. Ikatan yang erat akan menjamin bantuan
dan dukungan bagi salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah dalam pergaulan.

11. Memberi tahu peran anak dalam proses sosialisasi


Setiap anggota keluarga memiliki peran tersendiri dalam proses sosialisasi keluarga,
termasuk anak. Anggota keluarga lainnya yang lebih dewasa mungkin sudah mengetahui apa
saja peran mereka dalam masyarakat, namun anak – anak belum tentu. Peran orang tua dalam
sosialisasi keluarga adalah sebagai orang yang dapat memberikan informasi tersebut kepada
anak. Menegaskan apa saja peranan sang anak dalam bersosialisasi akan memudahkannya
untuk menentukan tempatnya pada pergaulan.

12. Tetap mengawasi dan mengendalikan anak dengan benar


Ketika sedang melakukan sosialisasi keluarga, anak perlu diawasi dengan benar agar
tetap berada di bawah kendali orang tua. Pengawasan yang jeli tetap perlu dilakukan agar
tidak terjadi penyimpangan dalam proses sosialisasi keluarga yang akan mengakibatkan anak
dan anggota keluarga lainnya mengalami kerugian. Pengawasan dan pengendalian anak yang
tidak benar akan menyebabkan anak lepas kendali dan mempengaruhi perkembangan
karakter serta kepribadiannya. Ada pula beberapa peran keluarga lainnya, seperti peran
keluarga dalam gangguan jiwa dan peran keluarga dalam perkembangan remaja.

13. Menasihati anak ketika melenceng dari etika sosialisasi


Peran orang tua dalam sosialisasi keluarga diperlukan ketika anak atau anggota
keluarga lainnya tampak menyimpang dari etika atau aturan sosialisasi. Penyimpangan dalam
pergaulan bisa berakibat sangat buruk, seperti misalnya pergaulan bebas atau kenakalan
remaja. Orang tua bertugas untuk mengembalikan anak dan keluarga lain ke jalurnya agar
tidak menyimpang terlalu jauh dan justru terjerumus kepada pergaulan bebas.

Keluarga adalah perantara sosialisasi pertama dari kehidupan seorang anak. Oleh
karena itu peran orang tua dalam sosialisasi keluarga sangat penting sebagai pengendali dan
pengarah agar proses sosialisasi tersebut tetap berada di jalur yang benar. Orang tua sebagai
pemimpin dan kepala dari keluarga bertanggung jawab untuk memastikan proses sosialisasi
ini dapat membentuk kepribadian serta karakter anak yang sesuai dengan nilai – nilai yang
baik, dan tidak mengarah kepada nilai yang buruk.

Dosenpsikologi.com
BAB III

PENUTUP

3.1 A. KESIMPULAN
Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama.
Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan
sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau
gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara
dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu
para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan
yang lainnya, dengan begitu bangsa ini akan maju aman dan sentosa.

B. SARAN
Remaja tidak boleh terlalu bebas bergaul dengan sembarangan orang , harus
bisa memilih pertemanan sekiranya jangan sampai membawa dampak buruk bagi diri
kita. Dan juga jangan terlalu dekat dengan lawan jenis dan bisa jadi nanti
menimbulkan fitnah.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
4.1 DAFTAR PUSTAKA

Soelaeman M. Munandar, 1987, Ilmu Sosial Dasar, Bandung, Penerbit Refika Aditama.
Harwantiyoko & Katuuk Neltje F. 1997.MKDU Ilmu
Darmawaty, Yulia. 2011. Buku Saku Sosiologi SMA. Jakarta: Kawan Pustaka
Dosenpsikologi.com
Anam1506.blogspot.com/2014

Anda mungkin juga menyukai