Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT

Disusun Oleh :

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020/2021
A. Pengertian

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram
dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus (Cunningham, et al.,
2014). Pada abortus inkomplit ini didapatkan kanalis servikalis yang
membuka (Cunningham,

et al., 2014).

B. Penyebab dan faktor predisposisi

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya abortus inkomplit adalah


sebagai berikut:

1. Faktor fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya


disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas
kromosom ditemukan sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan
angka abortus yang disebabkan kelainan kromosom akan semakin
berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas
kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya (Gaufber, 2015).

Sekitar 95 % dari kelainan kromosom disebabkan oleh kegagalan


gametogenesis. Autosomal trisomi adalah kelainan kromosom yang
paling sering ditemukan pada abortus trimester awal. Adanya riwayat
abortus sebelumnya akan meningkatkan risiko fetal aneuploidy dari 1
% menjadi 2 %. Monosomy X (45,X) adalah penyebab kelainan
kromosom tunggal tersering. Kelainan ini akan menyebabkan sindrom
Turner, dimana biasanya akan berakhir dengan abortus dan sangat
jarang dapat bertahan 10 hingga trimester tiga. Triploid sering
dihubungkan dengan hidropik plasental (degenerasi Mola) atau Mola
Hidatidosa parsial. Janin dengan jumlah kromosom normal (Euploidy)
(46 XY / XX) cenderung akan bertahan lebih lama daripada janin
dengan Aneuploidy (Larsen, et al., 2013).
2. Faktor maternal Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi
uterus seperti Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya sinekia
uterus (Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko abortus
(Cunningham, et al., 2014). Malformasi kongenital yang disebabkan
oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki
pengaruh yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada
beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif. Inkompetensia
servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester II.
Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan hasil
yang positif (Gaufber, 2015).

Infeksi Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah


diteliti secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma
hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus
(Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang
bervariasi dengan semua jenis abortus spontan (Smith, 2015). Data
penelitian yang menghubungkan infeksi dengan abortus menunjukkan
hasil yang beragam, 11 sehingga American College of Obstetricians
and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama
abortus trimester awal (Cunningham, et al., 2014). Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada
ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan
anemia. Pada penelitian Craig tahun 2002 dilaporkan bahwa angka
abortus meningkat secara signifikan pada Ibu hamil dengan Diabetes
tidak terkontrol (Cunningham, et al., 2014).
C. Manifestasi Klinis
Abortus inkomplit ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut
atau kram. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan
sebagian masih tertinggal di dalam, sehingga menimbulkan perdarahan
pervaginam, bahkan menyebabkan terjadinya syok pada ibu. Pada
pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba pada vagina, serviks yang
membuka, dan besar uterus yang mulai mengecil. Pada keadaan ini tes
kehamilan masih positif, tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan
(Puscheck, 2015).
D. Patofisiologi
Perdarahan dalam desidua basalisterjadi pada awal
abortuskemudian diikuti oleh nekrosisjaringan disekitarnya. Hal
tersebut menyebabkan hasil konsepsiterlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterusberkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Usia
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialesbelum menembus
desiduasecara mendalam. Kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialesmenembus desiduasecara mendalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, di susul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap, peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortusdapat berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum)mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion), apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat maka ia diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi
uterusdinamakan mola krueta, bentuk ini menjadi mola karnosaapabila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,
sehingga semaunya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberosadalam hal ini amniontampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amniondan korion, padaabortus inkomplitmasih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalisterbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteriatau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uterieksternum.
Perdarahan pada abortus inkomplitdapat banyak sekali sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsidikeluarkan (Winkjosastro, 2006, p. 303).
E. Pathway
Pemberian zat makanan ke janin terganggu

Gangguan pertumbuhan janin

Kematian janin

Perdarahan dalam desidua basalis

Nekrosis jaringan sekitar

Uterus terstimulasi dan berkontraksi

Hasil konsepsi lepas

Terlepas sebagian jaringan plasenta terlapas seluruh jaringan plasenta

Terlepasnya hasil konsepsi


Mulas, serviks membuka
Risiko
Perdarahan
Abortus inkomplit
Nyeri Akut

Pengangkatan janin kuretase Jaringan terputus

HCL
Berduka Ansietas

Nausea
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus inkomplit menurut Anik dan Yulianingsih


(2009, p.n 23-24), yaitu sebagai berikut :

a. Bila disertai syok karena perdarahanm diberikan infuse cairan fisiologis


NaCl atau Ringer Laktat dan trasfusi darah selekas mungkin

b. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan


diberikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan


pengeluaran plasenta secara manual.

d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi.Syok pada abortus


inkomplitteratasi, dilakukan kuretase. Kuretase adalah suatu teknik
dimana bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum bergerigi dan
diberikan anestetik local disuntikkan secara bilateral ke dalam serviks.
(F. Gary Cunningham, 2006, p. 970). Teknik dilatasidan kuretaseadalah
dilator Hegar, Hank, atau Prattsampai kanula penghisap yang sesuai
dimasukkan. Memilih kanula disesuaikan terhadap pertimbangan,
kanula kecil memiliki risiko tersisanya jaringan intrauterus
pascapembedahan sementara kanula besar berisiko cedera serviks dan
rasa tidak nyaman. Jari tangan keempat dan kelima dari tangan yang
memasukkan dilator didorong melalui ostium internus. Pemasangan
sonde uterus untuk mengukur kedalaman dan arah rongga uterus
sebelum insersi kanula. Kanula penghisap didorong kearah fundusdan
kemudian ditarik kearah ostiumdan diputar secara berkeliling untuk
mencakup keseluruhan permukaan rongga uterus. Kuretasetajam
dilakukan jika tidak ada lagi jaringan yang terhisap untuk
membersihkan semua potongan jaringan janin atau plasenta (F. Gary
Cunningham, 2013, p.241)
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang abortusmenurut dr. Taufan (2010, p. 22)


adalah sebagai berikut :

a.Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.

b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin

masih hidup.

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah

H. Tinjauan Keperawatan

1. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus menurut Doenges (2001, p.236) adalah :

a. Sirkulasi

Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu,


terlambat menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah,
masalah jantung, edema, penurunan pengisian vena,
peningkatan nadi, penurunan volume darah, riwayat penyakit
vaskuler, hematokritmeningkat, suhu badan meningkat (jika
keadaan umum buruk, lakukan resusitasidan stabilisasi).

b. Eliminasi

Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat,


nyeri saat defekasi, darah merah segar menyertai pengeluaran
feses, penggunaan kateterisasi, penurunan volume feses,
penurunan frekuensi defekasi, pola defekasi menurun
(konstipasi), mengejan saat defekasi, tidak mampu
mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses,
defekasi terakhir, adanya hemoroid, adanya perdarahan
dalam pengeluaran feses, peningkatan frekuensi perkemihan,
karakter urine, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit
diuretik, perasaan penuh pada rektum, peningkatan tekanan
abdomen.

c. Makanan / cairan

Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi


makanan dalam sehari, terjadi mual muntah, penurunan berat
badan, membran mukosa kering, adanya alergi, anoreksia,
adanya nyeri ulu hati, perubahan selera makan, merasa cepat
kenyang, penurunan turgor kulit dan lidah.

d. Aktivitas/istirahat

Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur,


pembatasan aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur
(mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, dan
menyeringai), kebiasaan aktivitas, ketidaknyamanan /
dispneasaat beraktivitas, kelemahan.

e. Nyeri/ kenyamanan

Adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas


simfisis, kram kaki, adanya nyeri tekan dan bengkak pada
payudara, nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen, nyeri
punggung, lokasi nyeri, intensitas, frekuensi, dan kualitas
nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah, posisi klien
untuk menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.

f. Keamanan
Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin,
keluarnya jaringan hasil konsepsi.

g. Seksualitas

Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak


sampaiperdarahan nyata, riwayat abortus sebelumnya, catat
perkiraan tanggal lahir peningkatan progresif pada ukuran
uterus missal TFU, posisi uterus, perubahan payudara,
pembesaran jaringan adiposa.

h. Integritas Ego

Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan,


mungkin sangat cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan
masalah keputusasaan, ekonomi dan rencana individu untuk
masa datang, kemungkinan merasakan penolakan misal
kehilangan kontak dengan pasangan pria, perubahan status
mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas
panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam,
distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira
berlebihan, marah, menyesal, perasaan takut, ketidakpastian,
dan khawatir); fisiologis (wajah tegang, peningkatan
keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan
suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus
asa, distress psikologis, memberi makna kehilangan, perilaku
panik, dan kepedihan.i.Penyuluhan atau PembelajaranHarapan
individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan
selanjutnya, tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan
terhadap anak, mengungkapkan masalah secara verbal, tidak
mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.
2. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan abortus menurut Saktya Airlangga (cit.Johnson


dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 17) adalah sebagai berikut :

a. Inspeksi

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,


laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, dan adanya keterbatasan fisik.

b. Palpasi

1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,


derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan
kekuatan kontraksi uterus.

2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi


edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor.3)Pemeriksaan dalam : menentukan
tegangan / tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.

c. Perkusi

1) Menggunakan jari : ketuk lutut, dada dan dengarkan


bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, masa atau
konsolidasi.

2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada


tidaknya refleks / gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak.

d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.

B. Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit menurut


Saktya Airlangga (cit.Johnson dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 8)
adalah sebagai berikut :

a. Inspeksi vulva, meliputi perdarahan pervaginam, bekuan


darah, jaringan keluar sebagian.

b. Pemeriksaan dalam spekulum, meliputi perdarahan dari


cavum uteri, ostium uteriterbuka, tampak jaringan keluar
dari ostium, cairan/jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Pemeriksaan colok vagina, meliputi portio terbuka, teraba


jaringan dalam cavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia
kehamilan, nyeri pada porsio digoyang, nyeri perabaan
adneksa, terasa tumor/tidak, cavum douglasi menonjol nyeri/tidak.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perdarahan
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
3. Nausea b.d kehamilan
4. Ansietas b.d krisis situsional
5. Berduka b.d kematian orang yang berarti

J. Intervensi Keperawatan

No Tujuan & kriteria hasil Perencanaan Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan Observasi


keperawatan selama 1x24 jam 1. Memonitor tanda
pasien akan meunjukkan Observasi : dan grjala perdaran
penurunan tingkat perdarahan 1. Monitor tanda dan digunakan untuk
dengan kriteria hasil : gejala perdarahan melakukan
1. Perdarahan vagina 2. Monitor tindakan
menurun (5) hematokrit/hemoglo keperawatan yang
2. Hemoglobin membaik bin sebelum dan sesuai
(5) sesudah perdarahan 2. Adanya penurunan
3. Hematokrit membaik Terapeutik : hematrokit/hemogl
(5) 1. Pertahankan bedrest obin mampu
4. Kelmbapan membran selama perdarahan memperburuk
mukosa meningkat (5) 2. Batasi tindakan kondisi pasien, dan
5. Kelembapan kognitif invansif, jika perlu jika perlu dapat
membaik (5) Edukasi : dilakukan tranfusi
1. Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan Terapeutik
2. Anjukan 1. Bedrest mampu
meningkatkan menjaga
asupan makanan dan kestabilan tubuh
vitamin K pasien dan
3. Anjurkan mencegah
meningkatkan cairan perdarahan
4. Anjurkan segera menjadi lebih
melapor apabila banyak
terjadi perdarahan 2. Membatasi
Kolaborasi : tindakan invansif
1. Kolaborasi obat hanya dilakukan
pengontrol apabila kondisi
perdarahan, jika pasien tidak
perlu berbahaya
Edukasi
1. Pemberian
informasi kepada
pasien bertujuan
supaya pasien
mengerti tentang
kondisinya saat
ini
2. Asupan makanan
mampu
meningkatkan
energi, nutrisi dan
cairan pasien
akibat adanya
perdarahan, serta
penggunaan
vitamin K
digunakan untuk
menghentikan
perdarahan
3. Cairan tubuh
pasien yang
keluar akibat
perdarahan harus
segera diganti
melalui asupan
per oral atau
intravena dengan
pemasangan infus
4. Perdarahan harus
segera dilaporkan
agar lebih cepat
ditangani dan
mencegah adanya
komplikasi

Kolaborasi
1. Penggunan obat
pengontrol darah
seperti asam
traneksamat
bekerja dengan
cara menghambat
hancurnya bekuan
darah yang sudah
terbentuk.
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri: Observasi
keperawatan selama 1x 24 jam Observasi 1. Observasi skala,
paien akan menunjukkan 1. Identifikasi skala intensitas dan
tingkat nyeri yang berkurang nyeri frekuensi nyeri
dengan ktiteria hasil : 2. Identifikasi respon dilakukan untuk
1. Keluhan nyeri menurun nyeri non verbal melakukan
(5) Terapeutik tindakan lebih
2. Diaforesis menurun (5) 1. Kontrol lingkungan lanjut
3. Muntah menurun (5) yang memperberat 2. Respon nyeri
4. Mual menurun (5) nyeri yang ditnjukkan
2. Berikan tehnik non pasien dapat
farmakologi untuk digunakan untuk
mengurangi rasa mengidentifikasi
nyeri skala nyeri
Edukasi Terapeutik
1. Ajarkan tehnik 1. Jika lingkunga
nonfarmakologi pasien terasa
untuk mengurangi nyaman, maka
rasa nyeri nyeri pada pasien
Kolaborasi akan cepat turun
1. Kolaborasi 2. Memberikan
pemberian analgetik teknik
jika perlu nonfarmakologi
sebagai metode
untuk mengurangi
rasa nyeri dan
memberikan rasa
nyaman pada
pasien
Edukasi
1. Mengajarkan
teknik
nonfarmakologi
sebagai metode
untuk
mengurangi rasa
nyeri dan
memberikan
rasa nyaman
pada pasien
secara mandiri
Kolaborasi
1. Pemberian
analgetik
digunakan untuk
mencegah spasme
otot penyebab
nyeri timbul
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual Observasi
keperawatan selama 3x 24 Observasi 1.Mengidentifikasi
jam pasien akan 1. Identifikasi mual digunakan untuk
menunjukkan status nutrisi pengalaman mual menentukan terapi
yang membaik dengan 2. Identifikasi lebih lanjut
Kriteria hasil : dampak mual 2. Dampak mual perlu
1. Nyeri abdomen 3. Monitor asupan diidentifikasi guna
menurun (5) nutrisi dan kalori mencegah adanya
2. Frekuensi makan Terapeutik komplikasi
meningkat (5) 1. Kendalikan 3. Memonitor status
3. Nafsu makan penyebab mual nutrisi berguna untuk
meningkat (5) 2. Berikan makanan mencegah adanya
4. Membran mukosa sedikit tapi sering resiko defisit nutrisi
membaik (5) Edukasi pada pasien
1. Anjurkan istirahat Terapeutik
yang cukup 1. Mengendalikan
Kolaborasi mual sebagai
1. Kolaborasi tindakan untuk
pemberian meningkatkan
pengobatan nafsu makan
(antiemetik) pasien
2. Memberikan
makanan sedikit
tapi sering mampu
menjaga kestabilan
nutrisi pasien
Edukasi
1. Istiraht yang cukup
mampu
mempercepat
pemulihan kondisi
pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi obat
antiemetik
digunakan sebagai
pengobatan iritasi
pada lambung
penyebab mual
4 Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas Observasi
keperawatan selama 1x24 jam, Observasi 1. Tanda-tanda
pasien akan menunjukkan 1. Monitor tanda-tanda ansietas yang
penurunan tingkat ansietas ansietas berlebihan akan
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi saat menyembabkan
1. Perilaku gelisah tingkat ansietas penurunan pada
menurun (5) berubah kondisi pasien
2. Perilaku tegang Terapeutik 2. Mengidentifikasi
menurun (5) 1. Ciptakan suasana perubahan tingkat
3. Keluhan pusing terapeutik yang ansietas pasien
menurun (5) menumbuhkan digunakan untuk
kepercayaan menganalisa
2. Temani pasien untuk penurunan atau
mengurangi peningkatan
kecemasan ansietas
Edukasi Terapeutik
1. Jelaskan prosedur 1. Suasana yang
dan sensasi yang kan nyaman akan
dihadapi menghilangkan
2. Informasikan secara kecemasan pada
faktual mengenai pasien
diagnosis, prognosis, 2. Menemani pasien
dan pengobatan dan memberi
Kolaborasi motivasi pada
1. Kolaborasi obat pasien mampu
ansietas, jika perlu mengurangi
tingkat ansietas
Edukasi
1. Penjelasan
sebelum
dilakukan
prosedur dokter
dapat
meningkatkan
kepercayaan dan
kesiapan pasien
2. Informasi yang
disampaikan
kepada pasien
harus benar-benar
sesuai dengan
fakta
Kolaborasi
1. Pemberian obat
ansietas hanya
digunakan pada
pasien dengan
tingkat keparahan
kecemasan yang
tinggi
5 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Proses Observasi
keperawatan selama 1x24 Berduka 1. Mengidentifika
jam pasien anakn si kehilangan
menunjukkan penurunan Observasi utnuk melihat
tingkat berduka dengan 1. Identifikasi koping dari
kriteria hasil : kehilangan yang pasein dalam
1. Verbalisasi dihadapi menghadapi
menerima 2. Identifikasi reaksi kehilangan
kehilangan awal terhadap
meningkat (5) kehilangan 2. Reaksi
2. Verbalisasi Terapeutik kehilangan
perasaan sedih 1. Tunjukkan sikap pasien dapat
menurun (5) menerima dan bermacam-
3. Menangis menurun empati macam seperti
(5) 2. Motivasi agar mau marah,
mengungkapkan mengingkari,
perasaan kehilangan tawar-
3. Motivasi untuk menawar,
mengutkan sepresi dan
dukungan keluarga menerima
atau orang terdekat
Edukasi Terapeutik
1. Anjurkan 1. Sikap
mengekspresikan menenrima dan
perasaan kehilangan empati dari
perawat dapat
meningkatkan
kepercayaan
pasien
2. Perasaan
kehilangan dari
pasien harus
diungkapan
untuk
menghindari
adanya rasa
kehilangan
yang berlarut
3. Keluarga
mampu
meningkatkan
kepercayaan
diri pada
pasien
Edukasi
1. Perasaan
kehilangan dari
pasien harus
diungkapan
untuk
menghindari
adanya rasa
kehilangan
yang berlarut
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
EGC: Jakarta
Cunningham ,F. Gary.(2016). Obstetri Williams Edisi 21 Volume 2.
EGC: Jakarta
Doengoes, M.E. Moorhouse, M.F, Burley, J.T. (2011). Penerapan
proses Keperawatan dan Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan
(Terjemahan). EGC : Jakarta
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
Ed 2. EGC : Jakarta
Lamadhah, Dr. Athif. 2012. Buku Pintar kehamilan dan Melahirkan.
Yogjakarta : DIVA press.Manuaba, I. B. G. (2017). Pengantar kuliah
Obstetric. EGC : Jakarta
Maryunani, Anik. (2019). Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.
Jakarta : CV. Trans Info Media.Moore, Hacker. (2001). Esensial
Obstetri dan Ginekologi. Hipokrates: Jakarta
Nugroho, Taufan.2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha
Medika.Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi
keempat Cetakan Ketiga. Tridasa Printer: Jakarta
Suryawan, Ari. (2013). Askep Abortus Inkomplit.
https://arisuryawan58.wordpress.com/2013/11/20/askep-abortus-
inkomplit/di akses pada 23 Maret 2021 jam 20:35 WIB
Viviparitha. 2013. Asuhan Keperawatan Abortus.
(http://viviparitha.wordpress.com/asuhan-keperawatan-abortus/ di
akses pada 23 Maret 2021 jam 20:35 WIB
Wiknjosastro, Hanifa. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Wilkinson, J. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
Edisi 9. EGC :Jakarta
Yeyeh Ai, Lia Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). CV. Trans Info Media : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai