ABSTRAK
Di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II, Kabupaten Buleleng, akseptor baru paling
banyak memilih metode suntik dibandingkan dengan metode lain yaitu 70,9%. Angka ini
melebihi rata-rata propinsi yang mencapai angka 43,35%. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat karakteristik dan alasan akseptor baru memilih kontrasepsi suntik di wilayah kerja
Puskesmas Sukasada II mengingat tingginya akseptor kontrasepsi suntik sampai melebihi
rata-rata propinsi. Penelitian deskriptif cross-sectional dilaksanakan dari tanggal 20
Agustus – 2 Oktober 2010. Sebanyak 85 sampel dipilih secara sistematik random sampling
dari populasi sebanyak 436 orang. Alat ukur dan metode yang dipilih adalah kuesioner dan
wawancara. Variabel yang diteliti adalah variabel karakteristik (umur, paritas, agama,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan jenis pekerjaan) dan variabel alasan yang
berdasarkan tujuan dan kepraktisan (tempat dan penyedia pelayanan,ketersediaan alat
kontrasepsi, pengambilan keputusan dan persepsi biaya). Karakteristik responden umur 19-
34 tahun sebanyak 84,7%, beragama Hindu 82,4%, memiliki 1-2 anak 63,5%, tingkat
pendidikan SD 70,6% dan 41,2% bekerja sebagai pedagang. Tingkat pengetahuan akseptor
tentang indikasi, kontraindikasi, keunggulan, cara penggunaan dan efek samping
dikalangan akseptor masih kurang. Berdasarkan alasan tujuan, 68,2% akseptor mau
menjarangkan kehamilan. 35.3% akseptor memilih KB suntik karena merasakan metode
lain tidak cocok. 47,1% akseptor mendapatkan pelayanan di bidan praktek swasta.
Akseptor merasakan tempat pelayanan dekat dan merasa gampang mendapatkan
pelayanan. 70,6% dari akseptor mengambil keputusan sendiri di dalam hal pemakaian
kontrasepsi. 52,9% dari akseptor merasakan biaya untuk KB suntik masih terjangkau.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk para petugas KB agar memberikan
keterangan yang lengkap tentang metode kontrasepsi baik indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kerugian sehingga mampu membantu akseptor dalam memilih metode
kontrasepsi yang tepat bagi mereka. Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat mengkaji
hal-hal yang belum di teliti oleh penulis dalam penelitian ini seperti mitos, sosial budaya,
unmet needs dan kualitas pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II.
Ni Putu Yenny Kendarini, Sukandriani Utami, Luh Gede Yulia Dewi, Ayu Swandewi
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
ABSTRAK
Dewasa ini masih ditemukan persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin. Fenomena
tersebut masih terjadi di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.
Sebagian besar dari masyarakat setempat, persalinannya masih ditolong oleh dukun
bersalin, tetangga yang sebelumnya pernah membantu dukun bersalin, dan keluarga dekat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan
perilaku pemilihan penolong persalinan di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng. Analisis dilakukan secara deskriptif (univariat) dan analitik bivariat
dengan uji statistik chi square (X2). Dari hasil penelitian ditemukan responden dengan
kehamilan berisiko (umur >35 tahun), hanya 50 % yang memilih tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan. Pendidikan responden dan suami yang dikategorikan dibawah SMA,
cenderung memilih bukan tenaga kesehatan, sebaliknya pendidikan SMA ke atas, lebih
banyak memilih tenaga kesehatan. Responden dengan kehamilan berisiko (paritas >4),
cenderung memilih penolong persalinan dari bukan tenaga kesehatan. Mereka yang
memiliki pengetahuan baik ataupun kurang baik, cenderung memilih bukan tenaga
kesehatan. Lebih dari 50% responden dengan sikap baik ataupun kurang baik, memilih
bukan tenaga kesehatan. Responden dengan penolong persalinan terdekat non nakes,
cenderung pergi ke non nakes, sedangkan yang dekat dengan nakes, hanya 50% yang
memilih nakes sebagai penolong persalinan. Ditinjau dari kondisi sosial ekonomi, yang
berada pada kategori baik, hanya setengahnya yang memilih nakes, sedangkan responden
dengan kategori kurang, 76,5% yang memilih non nakes. Namun dari hasil tersebut, hanya
penolong persalinan terdekat yang memiliki p value yang signifikan. Dapat disimpulkan
bahwa faktor penolong persalinan terdekat berhubungan dengan perilaku penolong
persalinan, sedangkan lainnya tidak berhubungan, yang meliputi faktor umur, tingkat
pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, kondisi sosial ekonomi.
Kata kunci : faktor penolong persalinan, persalinan nakes, persalinan non nakes
FAKTOR RISIKO TERJADINYA LESI PRE KANKER SERVIKS DENGAN
METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI DESA BATURITI
Ni Wyn Kanta Karuni, Soraya Salle Pasulu, Yosevina HTL Djati, A.A. Sagung Sawitri
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
ABSTRAK
Pada Bulan Februari 2009 telah dilaksanakan pemeriksaan skrining kanker serviks dengan
metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Baturiti I. Dari hasil pemeriksaan
tersebut ditemukan sebanyak 77 kasus hasil IVA positif, di Desa Baturiti sendiri ditemukan
26 kasus (23,01%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko terjadinya lesi pre
kanker serviks di Desa Baturiti. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
puskesmas dalam membuat suatu perencanaan promotif dan preventif untuk menurunkan
insiden lesi pre kanker serviks yang dapat menjadi kanker serviks. Penelitian dilaksanakan
tanggal 2 November hingga 12 Desember 2009 di Desa Baturiti. Populasi penelitian adalah
seluruh perempuan dari Desa Baturiti yang mengikuti pemeriksaan IVA pada Bulan
Februari 2009 di Puskesmas Baturiti I yang berjumlah 113 orang. Penelitian ini
menggunakan rancangan kasus kontrol. Kasus adalah wanita dengan hasil tes IVA positif
sebanyak 26 orang. Kontrol adalah wanita dengan hasil tes IVA negatif berjumlah 26
orang yang dipilih dengan metode teknik acak sistematik. Data diperoleh dari wawancara
terstruktur. Variabel yang diteliti adalah status IVA, tingkat pengetahuan, hubungan
seksual usia muda, melahirkan usia muda, paritas, responden multipartner, suami
multipartner, higienitas, dan kontrasepsi. Variabel tersebut dianalisis bivariate dengan chi-
square test. Variabel yang signifikan secara biologis dan statistik, dianalisis multivariate
dengan regresi logistik. Dari hasil analis dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi
hormonal lebih dari lima tahun (OR 20; IK 1,21-339,46; p 0,036), suami multipartner (OR
12; IK 0,98-159,13; p 0,052), higienitas personal (OR 30,5; IK 2,63-355,40; p 0,006) dan
infeksi genitalia kronis (OR 20; IK 1,208-339,458; p 0,036) merupakan faktor risiko lesi
pre kanker. Sedangkan variabel tingkat pengetahuan, hubungan seksual usia muda,
melahirkan usia muda, dan paritas tidak terbukti sebagai faktor risiko lesi pre kanker.
Pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan tentang higienitas, penggunaan kontrasepsi
hormonal dan perilaku seksual. Selain itu dapat dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi terhadap wanita usia reproduksi beserta pasangannya.
Kata kunci: lesi pre kanker, inspeksi visual asam asetat (IVA), faktor risiko, Baturiti
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI BERUMUR 0-6 BULAN
DI PUSKESMAS PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA
ABSTRAK
Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya penurunan angka kematian bayi.
Salah satu penyebab utama kematian menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2001 adalah kejadian diare. Pada era sekarang 80% bayi yang baru lahir di Indonesia tidak
lagi menyusu sejak 24 jam pertama setelah mereka lahir padahal, pemberian makanan
padat pada bayi dibawah usia 4 bulan sering menyebabkan gangguan diare. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan, sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah explanatory research dengan metode survei melalui pendekatan case
control. Pengambilan sampel berdasarkan teknik purposive dari populasi bayi yang berusia
0-6 bulan. Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu
tentang pemberian ASI eksklusif dan Kejadian diare dilakukan dengan memberikan
kuesioner kepada ibu bayi. Hasil uji statistik menjelaskan adanya hubungan yang
signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Bila dilihat dari Asymp.
Sig (2 sided) menunjukkan 0,227 dan OR= 2,133. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada umur 0-6
bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan Kabupaten Jembrana. Namun hubungan
tersebut tidak signifkan sehingga hasil yang diperoleh terjadi pada sampel dan tidak bisa di
terapkan pada populasi. Oleh karena itu disarankan pada penelitian berikutnya melakukan
kontrol yang lebih baik terhadap variabel-variabel perancu yang berpengaruh pada
pemberian ASI eksklusif dan kejadian diare seperti higienitas, latar belakang demografis
dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.
Wayan Wahyu Semara Putra, Nyoman Dwi Aussie Hary Mastika, Nyoman T. Suryadhi
Bagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah utama untuk semua bayi yang diperuntukkan
selama usia bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif di
Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan Riskesdas provinsi Bali tahun 2007, proporsi
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 34,22 % kurang dari target menurut
indikator minimal bidang kesehatan Bali sehat 2005 sebesar 50% .(Depkes,2003).
Pencapaian pemberian ASI eksklusif yang rendah juga didapatkan di wilayah kerja
puskesmas Tembuku I tahun 2008 yaitu sebesar 29,07%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan geografis
dengan pola pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik
cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 60 responden yaitu ibu-ibu yang
bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas Tembuku I, yang memiliki bayi berumur 6-
12 bulan. Sampel didapat menggunakan tehnik acak sederhana. alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data ini berupa kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji chi
square untuk mengetahui hubungan dari 2 variabel. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu
yang memberikan ASI secara eksklusif adalah ibu yang berpendidikan tinggi (58,3 %) dan
ibu yang memiliki pekerjaan dirumah (66,7%), serta menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan pola pemberian
ASI eksklusif.
ABSTRAK
Yurika Santika Dewi, Jati Kusuma Wardhani, Anegala P Kovindear, I Nyoman Sutarsa
Bagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman
tambahan lain kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Pada laporan
tahunan Puskesmas Mengwi I tahun 2008, didapatkan bahwa angka pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mengwi I adalah sebesar 25,59% Berdasarkan data
laporan bulanan Puskesmas Mengwi I dari Bulan Januari sampai Oktober 2009,
pencapaian ASI eksklusif paling rendah terdapat di Desa Kekeran, yaitu sebesar 0%.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dibuat untuk mengetahui persepsi ibu balita
terhadap pemberian ASI eksklusif di Banjar Sangiang, Delod Sema dan Dangin Pangkung
Desa Kekeran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi
teknis seperti Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui
pemberian ASI eksklusif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Pada penelitian ini dibuat 3
kelompok FGD masing-masing terdiri dari 8 ibu yang memiliki balita yang tinggal di
Banjar Sangiang, Delod Sema dan Dangin Pangkung, Desa Kekeran. Hasil penelitian
didapatkan bahwa dalam hal pekerjaan, ibu yang bekerja dan tidak bekerja keduanya tidak
lulus ASI eksklusif. Peran petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif dapat
berupa dukungan maupun hambatan. Peranan keluarga terutama orangtua terhadap
pemberian ASI eksklusif terlihat dari bagaimana orangtua memberitahukan kebiasaan yang
ada dalam keluarga tersebut. Sedangkan untuk peran suami dalam pemberian ASI eksklusif
masih sangat kurang. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu yang bekerja
maupun ibu tidak bekerja, semuanya tidak lulus ASI eksklusif, petugas kesehatan memiliki
peranan penting untuk keberhasilan ASI eksklusif, masih adanya peranan keluarga
terutama orang tua dalam memberitahukan kebiasaan dalam pemberian ASI, sedangkan
peranan suami masih sangat kurang.
ABSTRAK
Pemberian ASI ekslusif masih mendapat perhatian serius dari berbagai ahli kesehatan.
Puskesmas sebagai lini pertama pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki peranan yang
sangat penting dalam upaya peningkatan penggunaan ASI eksklusif sehingga dapat
menurunan angka kematian bayi dan meningkatkan status gizi balita. Sikap ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif nantinya akan menentukan prilaku ibu dalam memberikan ASI
pada bayinya. Dari data Puskesmas Tabanan I jumlah pemberian ASI eksklusif
pencapaiannya masih jauh dibawah target puskesmas yaitu sebesar 100%. Desa yang
paling rendah pencapaiannya adalah di desa Gubug yaitu 4,2%, diikuti dengan desa
Bongan sebesar 9,1%, desa Sudimara 20% dan pencapaian tertinggi di desa Dauh Peken
yaitu 22,2%. Dalam penelitian ini akan diteliti sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pelaksana program di
Puskesmas Tabanan I untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu
yang dari data bulanan puskesmas memiliki bayi usia 7-12 bulan pada bulan September
2010 di semua desa, di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian menggunakan kuesioner. Data diperoleh dengan cara melakukan
wawancara kepada responden penelitian berdasarkan kuesioner. Data yang telah terkumpul
tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan secara naratif. Pada penelitian
didapatkan ibu yang memiliki jumlah anak 1-2 orang sebagian besar menyatakan sikap
setuju untuk memberi ASI eksklusif pada bayinya. Dilihat dari status pekerjaan, baik ibu
yang bekerja maupun tidak bekerja menyatakan setuju untuk memberi ASI eksklusif.
Dilihat dari pengetahuan ibu, ibu yang memiliki pengetahuan baik menyatakan setuju dan
ibu dengan pengetahuan kurang lebih banyak menyatakan tidak setuju untuk memberi ASI
eksklusif. Selain itu sebagian besar ibu dengan tingkat pendidikan tinggi dan sedang
menyatakan sikap setuju untuk memberi ASI eksklusif. Sedangkan ibu-ibu yang dalam
pengambilan keputusan di keluarganya ditentukan oleh suami, sebagian besar memiliki
sikap setuju untuk memberikan ASI eksklusif.