Anda di halaman 1dari 8

Pengujian dalam Audit

Dosen Pengampu :
Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak

Oleh :
Kelompok 1
Anak Agung Pradnya Satya Nugraha (1907531082)
Adelayde Ronauli Simangunsong (1907531129)
Elsa Donita Aritonang (1907531279)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
PEMBAHASAN

11.1 PENGUJIAN SUBSTANTIF


Pengujian substantive merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang dibuat oleh
auditor untuk menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang
mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. Maka auditor
harus menghimpun semua bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Pengujian
substantive menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan. Terdapat 3 jenis pengujian substantive, yaitu:

1. Pengujian substantive atas transaksi


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan apakah semua tujuan audit
berkaitan dengan transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh,
auditor melakukan pengujian substantive atas transaksi untuk menguji apakah transaksi
yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat. Selain itu
pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat dengan
benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah
diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan
diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga
benar.
2. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlah-jumlah yang
dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur
analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan
rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
3. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian rincian saldo harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo
akun juga sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen
dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi.
11.2 PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan. Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu bagaimana
pengendalian diterapkan, sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun, siapa yang
menerapkanpengujian pengendalian. Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua
saat, yaitu:
1. Selama pekerjaan interim
2. Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir tahun.
Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun pembukuan
yang diaudit.
11.2.1 Tipe Pengujian Pengendalian
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor
seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien.
2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang
dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
11.2.2 Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.
11.2.3 Lingkup Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus
dihimpun. Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga
oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum
menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor
harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi
berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
11.2.4 Penentuan Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.
2. Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh
5. Menentukan risiko pengendalian.

11.3 PENGUJIAN ANALITIKAL


Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “Evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data
keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah – jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor”. Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh
auditor. Dalam audit atas laporan keuangan, prosedur analitis menjadi bukti audit yang
sangat penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan,
pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit.
 Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang
diperlukan untuk memenuhi risiko audit yang diinginkan
 Selama pelaksanaan audit bersama – sama dengan pengujian atas transaksi dan
pengujian terinci atas saldo
 Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir
Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan
keuangan adalah:
a. Memahami Sifat Industri dan Usaha Auditan.
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan
sebagai bagian dari perencanaan audit. Dengan melakukan prosedur analitis, perubahan
yang terjadi dapat diamati dari perbandingan informasi tahun berjalan (yang belum
diaudit) dengan informasi tahun sebelumnya yang telah diaudit. Perubahan-perubahan
ini dapat mewakili kecenderungan yang penting atau kejadian - kejadian tertentu dimana
semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Contohnya menurunnya persentase
marjin kotor selama beberapa waktu dapat mengindikasikan inefisiensi kinerja
perusahaan..
b. Memperkirakan Kemampuan Auditan untuk Melanjutkan Usahanya (Going
Concern)
Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jika auditan sedang mengalami masalah
keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam
memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi
kombinasi antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan
kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total
aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan
hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan audit
jika prosedur analitis ini dilakukan pada tahap penyelesaian.
c. Mengindikasikan Terjadinya Kemungkinan Salah Saji dalam Laporan Keuangan.
Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data
lain yang digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa
(unusual fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan
yang seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang
seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk
fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi. Oleh karena itu
apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam jumlah besar, auditor harus
menemukan alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa penyebabnya adalah
kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya salah saji.
d. Mengurangi Pengujian Terinci.
Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa,
maka kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini,
prosedur analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara
layak atas akun - akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan
pengujian terinci yang lebih sedikit atas akun - akun tersebut. Dengan kata lain beberapa
prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi, atau waktu
pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh dari tanggal neraca. Pada
saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan dan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan pengujian terinci.

Lebih lanjut Konrath menjelaskan bahwa jenis - jenis penerapan prosedur analitis antara
lain :
a. Analisis Horizontal (trend analysis)
Analisis kecenderungan (trend analysis) mensyaratkan auditor untuk memeriksa
perubahan - perubahan dalam data sepanjang waktu. Premis yang mendasari analisa ini
adalah bahwa kecenderungan di masa lalu mungkin diharapkan berlanjut di masa yang
akan datang kecuali terjadi perubahan - perubahan keadaan yang material. Aplikasi dari
analisis kecenderungan (trend analysis) adalah dengan membandingkan unsur - unsur
utama dalam laporan keuangan yang diaudit dengan laporan keuangan tahun
sebelumnya dan menyelidiki perubahan yang signifikan. Contoh dari analisis
kecenderungan adalah auditor membandingkan sumber - sumber pendapatan dan
belanja dan menyelidiki sumber - sumber baru atau sumber - sumber lama yang
dihapuskan.
b. Analisis Vertikal (Common-size analysis)
Laporan keuangan dengan ukuran yang biasa menyajikan semua unsur laporan
keuangan dalam bentuk persentase terhadap sebuah dasar yang biasa (common base).
Contoh analisis vertikal adalah setelah menyusun beberapa paket laporan keuangan
dengan ukuran yang biasa, auditor mencoba menyusun perkiraan auditor dengan
menganalisa hubungan antar data dalam periode audit.
c. Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio membandingkan hubungan antara saldo akun. Meskipun analisa ini
lebih berguna ketika membandingkan auditan dengan organisasi lain, auditor juga harus
mengamati perubahan dalam rasio untuk suatu kurun waktu tertentu.

11.4 HUBUNGAN MASING – MASING PENGUJIAN


11.4.1 Hubungan Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Subtantif.
Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan
kemungkinan salah saji memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan
suatu pengecualian dalam pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci
saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam
pengujian pengendalian dinamakan deviasi uji pengendalian.
Auditor sangat mungkin meyakini salah saji rupiah yang material terjadi dalam
laporan keuangan ketika deviasi uji pengendalian dianggap sebagai kekurangan
signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan
pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan
apakah salah saji rupiah yang material telah terjadi. Karena kebutuhan untuk
menyelesaikan beberapa pengujian pengerjaan ulang danperhitungan ulang, banyak
auditor yang melakukan pengujian substantif sebagai bagian dari pengujian atas
pengendalian awal. Auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil
dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang di
perlukan.
11.4.2 Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan.
Ketika prosedur analitis mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor
harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk
menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor
melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya
salah saji itu kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA

Yogiswari, Kartika. 2017. Pengujian dalam Audit https://kartikayogiswari.blogspot.com/


2017/03/pengujian-dalam-audit.html (Diakses tanggal 18 April 2021)
Kasdjan, Allan Moechammad Zennoer. 2014. Pengujian Pengendaliam dan Pengujian Substantif.
https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-
substantif/ (diakses pada tanggal 18 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai