Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Asbal Khairi (2010612110)
2. Muhammad Hanif Abiyyu Akram ( 2011112032)
3. Nadya Rezky Ananda (2010441017)
4. Salsa Nur Fadila (2011111027)

Dosen Pembimbing :
Drs. Yoserizal, M.Si

UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan
Kewarganegaraan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pendidikan
kewarganegaraan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yoserizal, M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai yang
kami inginkan.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bukittinggi, 31 Januari 2021

Penyusun (Kelompok 1)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan 3

2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan 5

2.3 Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan 7

2.3.1 Hakikat Pendidikan 7

2.3.2 Kemampuan Warga Negara 7

2.3.3 Menumbuhkan Wawasan Warga Negara 8

2.3.4 Dasar Pemikiran Warga Negara8

2.4 Ruang Lingkup dan Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 9

2.3.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan 9

2.3.2 Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 10

2.5 Urgensi dan Orientasi Pendidikan Kewarganegaraan 11

2.5.1 Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan 11

2.5.2 Orientasi Pendidikan Kewarganegaraan 12

BAB III PENUTUP 15

3.1 Kesimpulan 15

3.2 Saran 15

iii
DAFTAR PUSTAKA iv

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama
penjajahan, dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga
era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan
zamannya. Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus
1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai– nilai perjuangan
bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik
Indonesia. Selain itu nilai–nilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan setiap
permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta terbukti keandalannya.

Tetapi nilai-nila perjuangan itu telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
globalisasi. Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah
melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik. Sedangkan dalam era
globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan
bidang profesi masing–masing. Perjuangan non fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan
bagi setiap warga negara Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan
pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dari tingkat
Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan agar dapat memupuk
karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme, juga membentuk karakter sosial dan karakter
bangsa sejak dini.  Karakter bangsa adalah perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh warga
Negara sebagai cerminan dari Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan kewarganegaraan juga
merupakan pondasi atau modal utama bagi  seluruh bangsa Indonesia untuk dapat mempelajari,
memahami, dan mencintai setiap aspek dari Indonesia sendiri.

1
Mahasiswa sebagai sebagai bagian dari pendidikan tingkat tinggi di Indonesia juga turut
melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, karena mahasiswa merupakan bibit
untuk mempertanggung jawabkan Indonesia kedepannya. Karena itulah diperlukan pendidikan
moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa
akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembebenahan, pembekalan,
penentuan dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Di masa yang akan datang diperlukan ilmu yang
cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara dan mencerdaskan kehidupan
bangsa bagi warga Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat disimpulkan sebagai berikut
:

1. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan?


2. Apa saja tujuan pendidikan kewarganegaraan?
3. Apa saja kompetensi dasar pendidikan kewarganegaraan?
4. Apa saja ruang lingkup dan bidang kajian pendidikan kewarganegaraan?
5. Bagaimana urgensi dan orientasi pendidikan kewarganegaraan?
1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diberikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan


2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui kompetensi pendidikan kewarganegaraan
4. Untuk mengetahui ruang lingkup dan bidang kajian pendidikan kewarganegaraan
5. Untuk mengetahui urgensi dan orientasi pendidikan kewarganegaraan
6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan

Sebelum Indonesia merdeka, atau tepatnya sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia.


Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya telah ada,yaitu pada masa Hindia Belanda. Pendidikan
moral di Indonesia, secara tradisional, berisi nilai-nilai kemasyarakatan, negara dan agama. Pada
mulanya, pendidikan moral dilaksanakan melalui pendidikan agama dan budi pekerti, tidak ada
pendidikan moral secara eksplisit. Akan tetapi kemudian berkembang dari waktu ke waktu
sehingga tidak lagi menyatu dengan pendidikan agama dan budi pekerti.

Pada tahun 1957 mulai diperkenalkan mata pelajaran kewarganegaraan yang memuat isi
pokok cara memperoleh kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga negara. Pada tahun 1959
terjadi perubahan arah politik di Negara Indonesia. Dan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku, dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.
Kejadian ini membuat perubahan arah di bidang pendidikan. Perubahan arah ini ditandai dengan
diperkenalkannya mata pelajaran civics di SMP dan SMA, yang isinya meliputi sejarah nasional,
sejarah proklamasi, UUD 1945, pancasila, pidato-pidato kenegaraan presiden, pembinaan
persatuan dan kesatuan bangsa. Buku sumber yang dipergunakan adalah “Civics Manusia
Indonesia Baru” dan “Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi” yang lebih dikenal dengan singkatan
“TUBAPI”. Metode pengajarannya lebih bersifat indoktrinasi. Pada tahun 1962, istilah civics
diganti dengan istilah kewargaan negara atas anjuran Dr. Sahardjo, S.H yang pada waktu itu
menjabat sebagai Menteri Kehakiman. Perubahan ini didasarkan atas tujuan yang ingin
dicapainya, yaitu membentuk warga negara yang baik.

Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan G30S/PKI yang kemudian diikuti oleh
pembaharuan tatanan dalam pemerintahan. Pembaharuan tatanan inilah yang kemudian dibatasi
oleh tonggak yang resmi dengan diserahkannya surat perintah 11 Maret 1966 dari Presiden
Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto. Tanggal itulah yang kemudian dijadikan tonggak

3
pemerintahan Orde Baru, yang mengandung tekad untuk memurnikan pelaksanaan UUD 1945
secara konsekuen. Perubahan sistem ketatanegaraan/pemerintahan ini kemudian diikuti dengan
kebijaksanaan dalam pendidikan, yaitu dengan keluarnya Keputusan Menteri P & K No. 31/1967
yang menetapkan bahwa pelajaran civics isinya terdiri atas:

a. Pancasila
b. UUD 1945
c. Ketetapan-ketetapan MPRS
d. Pengetahuan tentang PBB.

Pada tahun 1968, kebijaksanaan dalam bidang pendidikan ini disusul dengan keluarnya
kurikulum 1968. Dalam kurikulum ini istilah civics, yang secara tidak resmi diganti dengan
istilah kewargaan negara, diganti lagi dengan Pendidikan Kewargaan Negara, yang lebih dikenal
dengan singkatan PKN.

Pada tahun 1994, nama Pendidikan Moral Pancasila diganti dengan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn). Bila dikaitkan dengan kurikulum sebelumnya, mata pelajaran
tersebut memadukan konsep Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dengan Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN).

Untuk perguruan tinggi, jurusan pendidikan kewarganegaraan pada awalnya


menggunakan nama jurusan Civic Hukum kemudian pada orde baru berubah menjadi program
studi PMP-KN dan saat ini banyak yang menggunakan Program Studi PPKn (PKn). Program
Studi (sekaligus Jurusan) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara resmi diselenggarakan
melalui SK Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 55 Tahun 1963, tanggal 22 Mei
1963, dengan nama program studi Civics-Hukum (CH), sebagai bagian dari Fakultas Keguruan
Pengetahuan Sosial (FKPS).

Dapat disimpulkan bahwa PPKn di Indonesia memiliki makna filosofis dalam


mempersiapkan warga negara yang beradap dan bijaksana, hal ini dikarenakan dalam kurikulum
PPKn dalam perkembangannya sendiri memiliki makna filosofis pelbagai penentu watak
warganegara yang taat hukum yang seimbang antara hak dan kewajiban, sebagai pembentuk
nilai, moral dan akhlak bangsa dalam mempersiapkan mental multikultural warga negara.

4
Dan juga, perkembangan kurikulum PPKn di Indonesia berkembang secara dinamis
disesuaikan dengan kebutuhan serta visi-misi dari pemerintah yang mempengaruhi dalam
pembentukan kebijakan kurikulum pendidikan di Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya
terdapat kekuatan yang menjadi fondasi dalam pelaksanaan mata pelajaran pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan, yaitu pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI 1945), politik, hukum, nilai, moral, kearifan lokal, dan kebhinekaan dalam
berkebudayaan.

2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Secara umum, tujuan pendidikan kewarganegaraan harus mendukung keberhasilan


pencapaian pendidikan nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa yang
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan
betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, serta
mewujudkan kepribadian masyarakat yang demokrasi".
b. Secara khusus, tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah membina moral yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang besifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan utama
di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat
atupun kepentingan diselesaikan melalui musyawarah-mufakat, serta perilaku yang
mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Untuk mengetahui latar belakang diselenggarakannya Pendidikan Kewarganegaraan
d. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah pendidikan kewarganegaraan.
e. Untuk mengetahui tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan.
f. Menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas
sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa selaku Warga Negara
Indonesia yang memiliki :
 wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dengan perilaku cinta tanah air,

5
 wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional, dan
 Pola pikir, sikap yang komprehensif integral pada seluruh aspek kehidupan
nasional.
g. Mendidik mahasiswa memiliki motivasi bahwa pendidikan kewarganegaraan yang
diberikan berkaitan erat dengan peranan dan kedudukan serta kepentingan mereka
sebagai individu, anggota keluarga anggota masyarakat, dan sebagai WNI yang terdidik
serta bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya.
h. Memberikan pemahaman akan hubungan antara warga negara dan negaranya, harus terus
ditingkatkan agar mahasiswa dapat menjawab tantangan masa depan sehingga memiliki
etos bela negara dalam profesinya masing-masing. PT sebagai institusi ilmiah juga harus
dapat mengembangkan ilmu dan teknologi (iptek) untuk mencetak kader pimpinan
bangsa yang dapat diharapkan dapat berperan dalam pembangunan. 
i. Memberikan pemahaman filosofi dan bahasan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
j. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
k. Berpartisi pasi secara cerdas dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dan
bertanggung jawab serta tidak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakatberbangsa dan
bernegara
l. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentukdiri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain
m. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi.

Dengan pendidikan kewarganegaraan ini para generasi muda diharapkan memiliki kesadaran
penuh akan demokrasi dan HAM. Dengan bekal keadaran ini, mereka akan memberikan
kontribusi yang berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa, seperti konflik
dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, dengan cara-cara yang damai dan
cerdas.

Mencetak generasi muda yang bertanggungjawab atas keselamatan dan kejayaan tanah air
adalah tujan berikutnya. Rasa tanggung jawab ini akan tercermin dalam partisipasi aktif generasi
muda dalam pembangunan. Generasi muda yang bertanggung jawab akan menyaring pengaruh-

6
pengaruh dari luar, mengambil sisi positifnya dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai
luhur dan moral bangsa.Akhirnya, Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu
menumbuhkan sikap setia kepada tanah air dan bersedia dengan tulus iklhas untuk
menyumbangkan setiap potensinya demi kemajuan tanah air walaupun mendapat iming-iming
popularitas atau harta dari pihak-pihak lain.

2.3 Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


2.3.1 Hakikat Pendidikan
Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup
serta kehidupan generasi penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual)
dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik). Generasi penerus
tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan
selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.
Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan global yang digambarkan sebagai
perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoks dan ketakterdugaan. Karena itu, Pendidikan
Kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela
negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.3.2 Kemampuan Warga Negara

Untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan


perubahan masa depannya, suatu negara sangat memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai keagamaan, dan
nilai-nilai perjuangan bangsa. Nilai-nilai dasar negara tersebut akan menjadi panduan dan
mewarnai keyakinan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia.

Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan


kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, Wawasan Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri para mahasiswa calon
sarjana/ilmuwan warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang mengkaji dan
akan menguasai iptek dan seni. Kualitas warga negara akan ditentukan terutama oleh keyakinan

7
dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di samping derajat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya.

Berkaitan dengan pemupukan nilai, sikap, dan kepribadian seperti tersebut di atas,
pembekalan kepada peserta didik di Indonesia dila kukan melalui Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, termasuk Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasarsebagai latar aplikasi
nilai dalam kehidupan yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MKPK) dalam komponen kurikulum Perguruan Tinggi.

2.3.3 Menumbuhkan Wawasan Warga Negara

Setiap warga negara Republik Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang merupakan misi atau tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan untuk
menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan, pengertian antarbangsa,
perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilai-nilai
budaya bangsa, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Pendidikan Kewarganegaraan ini
dilaksanakan oleh Depdiknas di bawah kewenangan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Ditjen dikti).Kualitas warga negara tergantung terutama pada keyakinan dan pegangan hidup
mereka dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di samping pada tingkat serta mutu
penguasaannya atas ilmu penge tahuan, teknologi, dan seni. Hak dan kewajiban warga negara,
teruta ma kesadaran bela negara, akan mewujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat
merasakan bahwa konsepsi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia sungguh-sungguh merupakan
sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.

2.3.4 Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Rakyat Indonesia, melalui Majelis Perwakilan Rakyat(MPR), menyatakan


bahwa:”Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas
mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat
memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa".

8
Selanjutnya mereka menyatakan bahwa: "Pendidikan Nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada
sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa depan".

Jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan di kalangan mahasiswa
hendak dipupuk melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Kehidupan kampus pendidikan tinggi
dikembangkan sebagai lingkungan ilmiah yang dinamis, berwawasan budaya bangsa, bermoral
keagamaan, dan berkepribadian Indonesia.

2.4 Ruang Lingkup dan Kajian Pendidikan Kewarganegaraan

2.4.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai


berikut :

a) Persatuan dan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI.
b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
c) Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pengembangan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d) Kebutuhan warga negara, meliputi : gotong royong, harga diri sebagai masyarakat,
kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, dan persamaan kedudukan warga negara.

9
e) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi di Indonesia, dan
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f) Kekuasaan dan politik, meliputi : pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintah daerah dan
otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, dan pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h) Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesiadi era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan
mengevaluasi globalisasi.
Aspek – aspek dari pengetahuan kewarganegaraan diatas pada dasarnya merupakan pengetahuan
yang berkaitan dengan peran warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
demokratis.
2.4.2 Kajian Pendidikan Kewarganegaraan
Adapun substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut :
a) Pengantar
b) Hak Asasi Manusia
c) Hak dan Kewajiban warganegara
d) Bela Negara
e) Demokrasi
f) Wawasan Nusantara
g) Ketahanan Nasional
h) Politik dan strategi nasional

Adapun substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan lainnya yang terdiri 11 (sebelas)


topik kajian yang disajikan. Topik Kajian tersebut sebagai :

a) Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


b) Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
c) Negara, Warganegara, dan Konstitusi

10
d) Identitas Nasional
e) Demokrasi Indonesia
f) Sistem Pemerintahan dan Otonomi Daerah
g) Hak Asasi Manusia (HAM)
h) Wawasan Nusantara
i) Ketahanan Nasional Pendidikan Kewarganegaraan v
j) Politik dan Strategi Keamanan Nasional
k) Pendidikan Politik

Setelah selesai mempelajari kesebelas topik kajian tersebut, kita mampu mengevaluasi
hakikat, konsepsi, teori, serta unsur-unsur yang mempengaruhi dan membentuk pola pikir, sikap
dan perilaku kita dalam bela negara, sebagai warga negara Indonesia yang baik. Dengan
demikian, kita diharapkan menjadi warga negara yang baik yang memberikan kontribusi nyata
dalam pembangunan negara bangsa (nation state) Indonesia.

2.5 Urgensi dan Orientasi Pendidikan Kewarganegaraan

2.5.1 Urgensi pendidikan pancasila

Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian dapat dilakukan


secara historis, sosiologis, dan politis. Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam arti
substansi telah dimulai jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.

PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran
sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negara bangsa. Dalam pidato-pidatonya, para
pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh
pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali
menguasai dan menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan
ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta kiai-kiai di pondok pesantren yang
mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi sosial
kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis sangat
diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan
mempertahankan eksistensi negara-bangsa.

11
Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945 belum dilaksanakan
di sekolah-sekolah hingga terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang berjudul Manusia
dan Masjarakat Baru Indonesia (Civics) yang disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M.
Hoetaoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr. J.C.T.
Simorangkir. Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan, Prijono
(1960), dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya dekrit Presiden kembali
kepada UUD 1945 sudah 14 sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan nasional. Tim
penulis diberi tugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hakhak warga
negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi Kemerdekaan Republik
Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia identik dengan istilah
“Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics” (Inggris), atau “Kewarganegaraan” (Indonesia).

2.5.2 Orientasi pendidikan kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan Dirjen Dikti NO 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pendidikan


Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai berikut:

a. Visi, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber


nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah
sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,
berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya
b. Misi, Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral.

Orientasi dari pendidikan kewarganegaraan yaitu :

 Sebagai upaya ketahanan nasional

Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa
usaha pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini

12
berkonsekuensi bahwa setiap warganegara berhak dan wajib untuk turut serta dalam
menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembagalembaga perwakilan
sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk pula aktifitas
bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Dalam
UndangUndang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 disebutkan
bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Upaya bela negara adalah sikap
dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai
kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa. Bela negara perlu kita pahami dalam arti luas
yaitu secara fisik maupun nonfisik (militer ataupun nonmiliter). Pemahaman demikian
diperlukan, oleh karena dimensi ancaman terhadap bangsa dan negara dewasa ini tidak
hanya ancaman yang bersifat militer tetapi juga ancaman yang sifatnya nonmiliter atau
nirmiliter. Yang dimaksud ancaman adalah ”setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam
maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa”. Ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter pada hakikatnya adalah ancaman yang
menggunakan faktor-faktor nirmiliter, yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa.

 Melaksanakan demokrasi

Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat di


mana warganegara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya
yang dipilih; pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara,

13
beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan ”rule of law”, adanya pemerintahan
mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga
negaranya saling memberi perlakuan yang sama. Pengertian tersebut pada dasarnya
merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, yang
menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat” atau “the government from the people, by the people, and for the people”.
Demokrasi itu selain memiliki sifat yang universal, yakni diakui oleh seluruh bangsa
yang beradab di seluruh dunia, juga memiliki sifat yang khas dari masing-masing negara.
Sifat khas demokrasi di setiap negara biasanya tergantung ideologi masing-masing.
Demokrasi kita pun selain memiliki sifat yang universal, juga memiliki sifat khas sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Suatu Negara mempunyai
ciri khas dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat atau demokrasinya. Hal ini ditentukan
oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan, pandangan hidup, serta tujuan yang
ingin dicapainya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) sangat banyak memberikan dampak positif bagi


warga negara. Dengan pendidikan ini dapat memberikan bekal yang kuat sebagai warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting karena dapat terciptanya keseimbangan antara hak
dan kewajiban bagi setiap warga negara dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan pendidikan kewarganegaraan ini juga para generasi muda mampu memiliki kesadaran
penuh akan demokrasi dan HAM. Dengan bekal keadaran ini, mereka akan memberikan
kontribusi yang berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa, seperti konflik
dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, dengan cara-cara yang damai dan
cerdas.

3.2 Saran

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pendidikan


untuk membangun kembali jiwa nasionalisme generasi penerus bangsa. Dengan adanya
pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan bahwa generasi penerus bangsa ini mempunyai
pondasi yang kuat dalam mencintai dan membela bangsa dan negaranya menghadapi perubahan
secara global di berbagai bidang. Sehingga melalui pendidikan kewarganegaraan ini dapat
melahirkan manusia indonesia yang memiliki daya saing dan nasionalisme yang kuat terhadap
bangsanya. Diharapkan bagi tenaga pengajar pendidikan kewarganegaraan mampu memberikan
inovasi – inovasi dalam pembelajaran sehingga mampu meningkat nasionalisme bagi peserta
didik serta peserta didik sebagai generasi bangsa mampu memupuk nasionalisme dan mampu
mengolah pola pikir dengan baik dan cerdas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, D., & Suryadi, K. 2008. PKN dan masyarakat multikultural. Bandung: Program
Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, D. 2010. Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter


bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Branson, M. S., & Quigley, C. N. 1998. The Role of Civic Education. Washinton DC : Center for
Civic Education.

Damri, M. Pd dan Fauzi Eka Putra M. I. Kom. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :
Prenata Media.

Fauzi, Imron dan Srikantono. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).


Kaliwates : Superior.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Grasindo,

Sumarsono, Susarso. 2001. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

iv

Anda mungkin juga menyukai