Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS NASIONAL

KELOMPOK 2
1. Devry Purnawan : 2011512029
2. Miko Kurniawan : 2011112035
3. Nikita Aulia Firdaus : 2010442004
4. Sarah Risvita : 2011132005

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Drs. Yoserizal, M.Si

UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
1155
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr. wb.

Dengan nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, marilah kita lantunkan
puji beserta syukur atas kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Identitas Nasional” dalam waktu yang telah ditentukan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Yoserizal, M.Si selaku dosen
pengampu matakuliah pendidikan kewarganegaraan yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Sehingga
kami bisa membuat lebih baik untuk kedepannya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, khususnya para
mahasiswa supaya lebih mengetahui dan memahami apa itu Identitas Nasional Negara
Republik Indonesia.

Bukittinggi, 30 Januari 2021


Penulis
1155
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Identitas Nasional...........................................................................................
2.2. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional.....................................................................
2.3. Nasionalisme.....................................................................................................................
2.4. Spirit Nasionalisme...........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................
3.2. Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

1155
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai warga negara yang baik seharusnya kita mengerti dan memahami arti serta
tujuan dan apa saja yang terkandung di dalam identitas nasional. Identitas nasional
merupakan pengertian dari jati diri suatu bangsa dan negara. Selain itu, pembentukan
identitas nasional telah menjadi ketentuan yang telah disepakati bersama, menjunjung
tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada, dan berusaha memperbaiki segala
kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu bangsa dan negara.
Oleh karena itu, identitas nasional sangatlah penting untuk dipelajari hingga
diterapkan pada kehidupan sehari–hari agar masyarakat di negara ini dapat mengubah dan
memperbaiki segala kekeliruan yang terjadi, menjadikan negara ini lebih baik lagi dari
sebelumnya. Mari kita mulai dari diri sendiri, sebagai masyarakat yang ada di negara dan
bangsa ini yang dapat mengubah segala kekeliruan yang terjadi.
Pengertian identitas negara indonesia adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa, filsafat pancasila, dan sebagai ideologi negara sehingga mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas nasional
dijadikan ciri dari suatu bangsa dan negara tersebut, sehingga identitas nasional
mencerminkan kepribadian suatu bangsa.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan identitas nasional ?
1.2.2. Apa saja unsur-unsur pembentuk identitas nasional ?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan nasionalisme ?
1.2.4. Bagaimana spirit nasionalisme ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian identitas nasional
1.3.2 Untuk mengetahui unsur pembentuk identitas nasional
1.3.3 Untuk mengetahui nasionalisme
1.3.4 Untuk mengetahui spirit nasionalisme
1155
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL


Identitas nasional berasal dari kata “national identity” yang berarti
“kepribadian nasional” atau “jati diri nasional”. Istilah identitas nasional dapat
disamakan dengan identitas kebangsaan. Jadi, pengertian identitas nasional
merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya.
Setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas yang berbeda, sesuai
dengan keunikan, sifat, serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat
pengertian identitas nasional, maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan
kepribadian suatu bangsa.
Eksistensi suatu bangsa pada Era Globalisasi ini sangat kuat, terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution,
Era Globalisasi ini, ideologi kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme
sudah mengubah masyarakat satu-persatu dan menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa di dunia, dan secara tidak
langsung juga nasib sosial, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi
partikular ke arah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalisme yang
akan menguasainya. Negara Nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang
lazimnya didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,
negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian,
dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challenge dan response. Jika
challenge besar sementara response kecil, maka bangsa tersebut akan punah. Hal ini
sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika.
Namun jika challange kecil sementara response besar, maka bangsa tersebut tidak
akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
1155
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi
globalisasi, maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang
merupakan kepribadian Bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas
budaya globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di berbagai negara di dunia, justru
dalam Era Globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

2.2. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL


Unsur-unsur pembentuk identitas nasional ialah suatu ukuran atau parameter
yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menjadi faktor pendukung atau
faktor kunci dari ciri khas suatu bangsa. Ada beberapa unsur yang dijadikan sebagai
patokan identitas nasional suatu bangsa, yaitu:
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis adalah keadaan muka bumi dari aspek letak suatu
wilayah yang berhubungan dengan lokasi, cuaca atau iklim, flora dan fauna serta
sumber daya alamnya. Aktivitas penduduk suatu daerah tentu sangat dipengaruhi
oleh kondisi geografis, terutama kondisi fisiknya, meliputi: iklim, topografi, jenis
dan kualitas tanah serta perairan.
2. Sejarah
Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggalan dari berbagai peristiwa. Peninggalan itu merupakan
sumber sejarah. Pada masa kini, sejarah akan dapat dipahami oleh generasi
penerus dari masyarakat yang terdahulu sebagai suatu cermin untuk menuju
kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberi kita gambaran
tentang kehidupan manusia dan kebudayaan pada masa itu, sehingga kita dapat
merumuskan hubungan sebab akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi
dalam kehidupan tersebut, walaupun belum tentu setiap peristiwa atau kejadian
akan tercatat dalam sejarah.
3. Ideologi Negara
Ideologi negara merupakan pedoman hidup dalam berfikir, baik dalam
segi kehidupan pribadi ataupun umum. Dalam arti sempit ideologi adalah
pedoman hidup baik dalam berfikir ataupun bertindak dalam bidang tertentu
1155

(Sunarso, Hs, 1986).


Ideologi negara merupakan consensus (mayoritas) warga negara tentang
nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu
(Heuken, 1998).
Ideologi akan mampu bertahan dalam menghadapi perubahan jika
mempunyai tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Realita, yaitu ideologi mencerminkan realita kehidupan masyarakat.
b. Dimensi Idealisme, yaitu kualitas idealisme yang terkandung dalam ideologi.
c. Dimensi Fleksibilitas, yaitu kemampuan ideologi untuk mempengaruhi dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan masyarakat.
Ada beberapa ideologi yang berkembang di dunia, yaitu: Liberalisme,
Kapitalisme, Sosialisme, Anarkisme, Konservatisme dan Totalitarianisme.
4. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dapat dibedakan dari golongan
sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum yang
berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti sekelompok manusia yang
memiliki kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut.
Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
5. Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Istilah agama berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti “tradisi”.
6. Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni ” buddayah ” yang
merupakan bentuk jamak dari kata ”budhi”, yang artinya budi atau akal.
Kebudayaan disimpulkan sebagai beberapa hal yang berkaitan dengan budi atau
akal. Pengertian kebudayaan pada umumnya merupakan hasil cipta, rasa dan
karsa manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya yang kompleks.
7. Bahasa
Dalam arti sempit, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun dalam arti luas,
1155

bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau berkomunikasi, maksudnya alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa
berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu
yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau
menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi
“nasi” melambangkan konsep atau makna “sesuatu yang biasa dimakan orang
sebagai makanan pokok‟.

2.3. NASIONALISME
 Pengertian Nasionalisme
Menurut Dean A. Minix dan Sandra M. Hawley, negara bangsa merupakan
sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik (political building), seperti ketentuan
perbatasan teritorial, pemerintahan yang sah, pengakuan luar negeri dan sebagainya.
Menurut Koerniatmanto Soetoprawiro, secara hukum peraturan tentang
kewarganegaraan merupakan suatu konsekuensi langsung dari perkembangan paham
nasionalisme. Lahirnya negara bangsa (nation state) merupakan akibat langsung dari
gerakan nasionalisme yang sekaligus telah melahirkan perbedaan mengenai
kewarganegaraan dari masa sebelum kemerdekaan. Nasionalisme Indonesia ditandai
dengan lahirnya:
 Hasil Politik Etis (abad ke 19-20)
 Tumbuhnya Paham Nasionalisme
 Budi Utomo (1908)
 Indische Partij (1912)
 Volksraad (1917)
 Sumpah Pemuda (1928)
 Proklamasi (1945)
 Proses Pembentukan Bangsa
Ada dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu:
 Model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, kemudian
1155

bangsa itu membentuk suatu negara.


 Model mutakhir berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk
melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan
suku bangsa dan ras.
Perbedaan kedua model ini adalah:
 Ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat.
 Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara.
 Munculnya kesadaran politik masyarakat.
 Derajat partisipasi politik dan rezim politik.
Model ortodoks menghasilkan bangsa negara yang relative homogen,
contohnya Israel. Sedangkan model mutakhir menghasilkan bangsa negara yang
relative heterogen, contohnya Amerika Serikat.
 Hakikat Bangsa
Bangsa dalam arti sosiologis antropologis (cultural unity) adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan
hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bangsa, agama, dan adat isitiadat. Contoh:
bangsa Kasmir, Yahudi, Kurdi, dan Palestina.
Bangsa dalam pengertian politik (political unity) adalah suatu masyarakat
dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya
sebagai kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa dalam arti politik adalah
bangsa yang sudah bernegara. Contoh: bangsa Indonesia, India, dan Jerman.
 Loyalitas Ganda
Seorang warga dalam sebuah negara bangsa pada dasarnya memiliki dua
identitas, yaitu identitas kesukubangsaan karena ia adalah warga dari cultural unity,
dan identitas kebangsaan (nasional) karena ia adalah warga dari suatu political unity.
Jika ia memiliki dua identitas, maka ia juga memiliki dua loyalitas (loyalitas
ganda). Kesetiaan pada identitas nasional itu sangat penting, karena dapat
mempersatukan warga itu sebagai satu bangsa dalam satu negara. Oleh sebab itu,
sebuah negara bangsa perlu adanya natonal character building yang terus-menerus
dalam diri warga negara.
 Identitas Bangsa
Bangsa memiliki penanda, jati diri, atau identitas yang dapat membedakan
dengan bangsa lain. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu
bangsa, meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah,
1155

perkembangan ekonomi dan kelembagaan.


Cultural unity ditandai dengan adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama,
adat dan budaya, keturunan (darah), dan daerah asal (homeland). Identitas cultural
unity disebut pula identitas kesukubangsaan. Identitas yang dimiliki oleh sebuah
cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah ada sejak lahir), alamiah
(bawaan), primer, dan etnik. Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau
loyalitas pada identitasnya. Misalnya setia pada sukunya, agamanya, budayanya,
kerabatnya, daerah asalnya, dan bahasanya. Loyalitas pada indentitas kelompok
(etnik) pada umumnya kuat dan langgeng (bertahan lama).
 Sejarah Nasionalisme
Nasionalisme muncul pada akhir abad ke-18 dalam suasana liberalisme di
antara bangsa-bangsa Eropa yang merasa perlu menekankan identitas dan kesamaan
derajatnya dengan Inggris dan Perancis yang pada waktu itu paling maju. Walaupun
bangsa lain, seperti Jerman, Italia yang merasa sama dalam hal budaya, namun secara
politis mereka kurang, karena terpecah belah. Sampai rasa nasionalisme pada waktu
itu berkobar-kobar untuk bersatu dan kemerdekaan dicapai pada akhir abad-19.
Bangsa-bangsa Eropa Timur, Asia dan Afrika pada abad ke-20 dengan gigih
berjuang untuk membangun identitas nasional sebagai suatu hal yang baru, karena
warisan lama yaitu kebudayaan suku yang sering tidak memadai untuk membangun
suatu negara nasional, bahkan kadang-kadang menghalanginya.
Dalam usaha menciptakan basis ideologis untuk perjuangan nasional, tentunya
perlu dikembangkan bahasa nasional, diambil ide-ide dan cara hidup yang baru dari
bangsa-bangsa yang sudah membentuk negara nasional.
Dalam prakteknya banyak mengambil ide-ide dari barat yang kadang-kadang
menjadi lawan utama dari para nasionalis. Maka timbulah faham yang setengah baru
setengah lama sebagai bangsa. Nasionalisme baik yang ada di Eropa Timur, Balkan,
Asia, maupun Afrika sangat tertarik sekaligus menolak apa yang terpaksa dicontoh
dari barat tersebut. Maka tidak heran, jika banyak nasionalis abad ini merupakan
tokoh-tokoh peralihan dari era tradisional dan modern, seperti Sun Yat Sen, Kemal
Ataturk, Nehru, Soekarno, serta Nasser.
Dalam kenyataannya bahwa nasionalisme lahir sejak pada abad ke-18, dan
berkembang cepat ke seluruh Eropa sepanjang abad ke-19, dan dalam abad ke-20
menjadi suatu gerakan sedunia, yang bersifat universal. Namun kata “nasionalisme“
memiliki arti positif hanya di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia sebagai
1155

kata yang menyarankan pembebasan dari tekanan kolonial.


Sedangkan pada negara barat, mereka lebih menggunakan kata “patriotist”
daripada nasionalime. Orang Amerika yang baik disebut patriotis bukan nasionalistis.
Karena bagi negara penjajah rasanya nasionalisme dianggap gangguan, sedangkan
bagi negara yang dijajah nasionalisme dijadikan modal untuk mengusir penjajah.
 Nasionalisme Indonesia
Bagi dunia ketiga abad ke-20 dapat dianggap sebagai abad nasionalisme,
karena menyaksikan timbulnya nation state (negara bangsa), setelah berakhirnya
Perang Dunia II. Fungsi nation state dianggap sangat relevan sejak Perang Dunia II.
Konsep bangsa Indonesia pertama kali dijumpai dalam manifesto politik tahun 1925,
dan Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah kelengkapan dan pembulatan konsep
tersebut. Secara implisit, manifesto itu memuat paham nasionalisme sebagai anti
kolonialisme sekaligus memuat prinsipnya, yakni: kesatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian. Prinsip beserta nilai nasionalisme tersebut sejak awal pergerakan
nasional diperjuangkan secara simbolis, konseptual, fisik revolosioner, dan dalam
periode pasca revolusi, mengonsolidasi.
Selama pergerakan keempat prinsip itu menjadi tujuan perjuangan. Setelah
melewati zaman Jepang semangat nasionalis meluas ke segala lapisan masyarakat.
Sehingga revolusi Indonesia dapat dilancarkan. Bagi Indonesia, nasionalisme
merupakan kunci untuk mengatasi keberagaman adat istiadat, budaya, agama serta
etnis. Tanpa nasionalisme sebagai alat pemersatu, sulit kiranya untuk mencari titik
temu dari berbagai kebiasaan yang berasal dari berbagai etnik. Dalam hal ini,
nasionalisme dapat dipandang sebagai komitmen moral bangsa Indonesia untuk tidak
memandang perbedaan itu sebagai konflik, melainkan sebagai kekayaan yang penuh
dengan dinamika.
Pada sisi lain, identitas nasional perlu dipupuk pada generasi muda terutama
kesadaran nasional yang perlu dibangkitkan lewat kesadaran sejarah. Kesadaran ini
mencakup pengalaman kolektif di masa lampau, atau nasib bersama di masa lampau.
Tanpa kesadaran sejarah (nasional) tidak akan ada identitas nasional, dan tanpa
identitas nasional orang tidak punya kepribadian nasional. Kesadaran nasional
menciptakan inspirasi dan aspirasi nasional, keduanya penting untuk membangkitkan
semangat nasionalis. Nasionalisme sebagai ideologi harus dijiwai oleh setiap warga
negara dan wajib secara moral dengan loyalitas penuh mengabdikan diri kepada
kepentingan negara.
1155
2.4. SPIRIT NASIONALISME
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Kalimat mulia itu terdapat dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Namun kalimat yang
dikorbarkan pada masa penjajahan dengan tetesan darah, air mata dan keringat para
pejuang saat itu, kini seakan tidak ada artinya sama sekali.
Perayaan detik-detik proklamasi terbatas pada ritual simbolik, seperti:
mengecat gapura, memasang umbul-umbul, membuat pagar, membuat patung
pahlawan atau membuat pesta syukuran bersama seluruh warga kampung. Gegap
gempita lomba juga terjadi jauh sebelum peringatan kemerdekaan dilaksanakan.
Setelah itu, tidak terdengar gema sama sekali. Apa makna perayaan kemerdekaan
yang selalu disambut hangat dan gegap gempita di seluruh penjuru tanah air?
Peringatan kemerdekaan kian hambar maknanya dan tidak memiliki daya
gugah yang membangkitkan nasionalisme kebangsaan. Riuh rendah hanya di
permukaan sementara nilai nasionalisme kejuangan para pahlawan hilang tak
membekas. Tentu ini menjadi persoalan yang amat serius karena di tengah konstelasi
politik kebangsaan yang diwarnai dengan aneka peristiwa memilukan, seperti:
maraknya kasus korupsi, kekerasan, intoleransi keagamaan, dan kemerosotan moral
bangsa nilai-nilai kebangsaan justru semakin memudar.
Sentimen pembelaan kepada bangsa dan negara kian tidak menjadi ideologi
penting segenap komponen anak-anak bangsa. Dengan nasionalisme kita memiliki
keyakinan dan harga diri terhadap bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai kejuangan para
pahlawan berupa nasionalisme dan patriotisme menjadi senjata yang ampuh untuk
melawan berbagai macam persoalan kebangsaan yang kini kita hadapi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pada saat ini kita membutuhkan nilai-nilai untuk meretas masa
depan bangsa yang silang sengkarut ini.
Dengan demikian kemerdekaan yang diproklamasikan para pendiri bangsa ini
sebenarnya bukan kemerdekaan dalam arti seluas-luasnya untuk kepentingan sendiri,
melainkan berani berkorban dan menderita untuk kesejahteraan orang lain.
Kemerdekaan yang berwajah ugahari, berani menderita dan menahan diri untuk
kepentingan yang lebih luas, itu adalah ciri khas semangat kejuangan para pahlawan.
Semangat itu mereka kobarkan hingga mencapai puncaknya saat Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
1155
Dengan begitu kemerdekaan sejatinya belum dapat dirasakan. Yang
berkembang subur justru kolonialisme gaya baru yang menstruktur dalam konteks
apapun. Melekatnya mental dan budaya kolonial juga tidak lepas dari lamanya bangsa
ini dicekam penjajajahan. Mental kolonial nampak dalam tindakan yang lebih suka
bergantung pada orang lain entah dalam bentuk kapitalisme, atau mengandalkan
hutang ketimbang menjadi bangsa mandiri. Dengan demikian kita belum merdeka
dalam arti yang sesungguhnya.
Membangun kepercayaan diri dan kemandirian adalah keharusan membawa
Indonesia merdeka. Tentu saja dengan membabat mental pagar makan tanaman.
Mental yang merusak bangsa sendiri dan menggerogotinya dari dalam. Kita tidak
dapat terus membiarkan kerusakan moral bangsa ini semakin memburuk. Harus ada
komitmen membuat bangsa ini bebas dari penjajahan korupsi. Kembalikan esensi
kemerdekaan pada kemerdekaan lahir dan batin yang mensejahterakan rakyat.
Esensi kemerdekaan adalah pembebasan terhadap nilai-nilai yang
membelenggu. Untuk itu dalam konteks kekinian harus ada model baru yang
menggelorakan semangat kemerdekaan sesuai konteks yang nyata dan aktual. Dengan
begitu peringatan kemerdekaan harus dilihat dalam konteks masa kini. Menjadi
harapan kita agar nilai-nilai kemerdekaan tidak sekedar berhenti pada ritual simbolik
yang tidak bergema. Indonesia masa depan adalah Indonesia yang dibangun dengan
kesungguhan. Simbolik penting tetapi bukan yang utama.

1155
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Identitas nasional merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa identitas nasional Indonesia, yaitu pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam arti luas.
Ada beberapa unsur pembentuk identitas nasional, antara lain: kondisi
geografis, sejarah, ideologi negara, suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Berikut bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia yang meliputi bendera, bahasa,
lambang negara, dan lagu kebangsaan Indonesia.
Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama
merebut kemedekaan dari cengkraman kolonial, dan negara merupakan bangsa yang
memiliki bangunan politik. Menurut penganutnya, paham nasionalisme bukanlah
nasionalisme yang berwatak sempit (chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan
tidak memaksa.

3.2. SARAN
Diharapkan mahasiswa lebih menyadari pentingnya identitas nasional dan
karakteristik nasionalisme dalam diri generasi penerus bangsa Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kemudian informasi ini dapat disebarluaskan ke masyarakat agar
mengetahui pentingnya identitas nasional dan karakteristik nasionalisme sebagai
tonggak kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1155
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhammad. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: PT


Refika Aditama.

Kahn, Hans. 1989. Nasionalisme: Arti dan Sejarahnya Terjemahan. Jakarta.

Monteiro, Josef M. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Membentuk Karakter


Bangsa. Yogyakarta: Depublish.

Rahayu, Ani Sri. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta:
Bumi Aksara.

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati Diri


Bangsa. Depok: Grasindo.

Soegito, A.T. 2004. Pendidikan Pancasila. Semarang: Unnes Press.

Suastika, I Nengah dan Sukadi. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Andi.

Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi. Jakarta Sinar: Grafika.
1155

Anda mungkin juga menyukai