Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KETETAPAN PAJAK

Dosen Pembimbing:

Drs. Zirman, MM., AK.

Suci Nurlita, SE., M.Si

Oleh:

Kelompok 9

Selvia Desmawati 1902124499

Muhammad Rafi Nugraha 1902112476

Yussa Saddah Sintia 1902124530

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Dasar
Pemeriksaan Pajak. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perpajakan. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Zirman,
MM., Ak. dan ibu Suci Nurulita, SE., M.Si. selaku dosen mata kuliah Perpajakan
Universitas Riau yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Demikian makalah ini kami persembahkan bagi para pembaca semoga


penulisan makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat
berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.

Pekanbaru,01

Desember 2020

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Surat Tagihan Pajak..................................................................................... 6
2.2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar........................................................... 8
2.3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar............................................................. 10
2.4. Surat Ketetapan Pajak Nihil......................................................................... 11
2.5. Menghitung Sanksi dan Jumlah Pajak yang harus dibayar yangada
pada Surat Ketetapan Pajak ......................................................................... 7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2. Saran............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka................................................................................................................. 16

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peran
penting dalam sumber penerimaan pajak. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas
anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pemerintah,
pembangunan maupun untuk pembiyaan rutin. Peran pajak akan semakin besar untuk masa
yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan pajak adalah untuk menyeimbangkan
antara pengeluaran dan pendapatan negara, serta untuk mewujudkan terciptanya surplus
anggaran dan penggunaannya untuk melunasi hutang negara sebelumnya. Karena peranan
pajak semakin penting, maka penerimaan perpajakan membutuhkan sistem pengelolaan yang
semakin baik sehingga penerimaan pajak semakin optimal sesuai dengan kondisi ekonomi
dan kemampuan masyarakat. Hasil penerimaan pajak akan memiliki peranan penting untuk
membiayai pembangunan negara, seperti sistem demokrasi yang menganut prinsip ,dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitu pun dengan pajak, dibayarkan oleh rakyat dan
hasilnya dipergunakan untuk rakyat. Dengan demikian, sumber pembiayaan pembangunan
dari sektor perpajakan kembali menjadi andalan pemerintah. Dalam Reformasi Perpajakan
tahun 1983, sebagaimana talah diubah dengan undang-undang Nomor 9 tahun 1984 menjadi
undang-undang nomor 16 2 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self
assessment system. Dengan berubahnya sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak
(official assessment system) menjadi pemberian wewenang kepada wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dilaporkan ke
kantor pelayanan pajak (self assessment system), maka memberikan tingkat pengaruh yang
tinggi bagi wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran pajak, seperti tidak menyampaikan
SPT, menyampaikan SPT dengan isi yang tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak diberikan
tanggung jawab oleh Pemerintah sebagai lawenforcement agent, yaitu tindakan penegakan
hukum yang meliputi pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan. Untuk mengoptimalkan.

4
Rumusan Masalah
1.Apa itu surat ketetapan pajak ?
2.Apa itu surat ketetapan pajak kurang bayar?
3.Apa itu surat ketetapan pajak lebih bayar?
4.Apa saja fungsi surat ketetapan pajak lebih bayar?
5.Bagaimana cara membayar denda pajak online STP PPH Online?
1.2 Tujuan dan Manfaat

1.Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perpajakan guna sebagai acuan untuk penilaian dan
bahan diskusi.
2.Untuk mengetahui landasan teori yang terkait dengan penetapan dan ketetapan pajak.
3. Mengumpulkan materi / bahan tulisan untuk kepentingan diskusi sebagai acuan untuk
meningkatkan dan memperluas pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang
berhubungan penetapan dan ketetapan pajak serta bagaimana pemebetulannya.
4.Menambah pemahaman dan pengetahuan tentang keberatan dan banding dalam pajak.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian STP

Pasal 1 ayat 20 UU KUHP menegaskan bahwa surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda

2.1.1Penerbitan STP

pasal 14 ayat 1 UU kup dikatakan bahwa direktur jenderal pajak dapat menerbitkan STP apabila

A. Pajak penghasilan dalam setahun berjalan tidak dibayarkan atau kurang dibayar kan

B. Terdapat kekurangan bayar akibat salah tulis atau salah hitung

C.wajib pajak yang melakukan tindakan tersebut akan dikenakan sanksi administrasi berupa
denda atau bunga

D.pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak menerbitkan faktur pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tepat waktu

E.pengusaha dikukuhkan PKP yang mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud
pada pasal 13 ayat 5 UU PPN 1984 dan perubahannya selain :

1. identitas pembeli seperti dalam pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya

2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan seperti di pasal 13 ayat (5) huruf b dan g UU
PPN 1984 beserta perubahannya.

2.1.2 Fungsi SPT

Bagi Wajib Pajak, SPT berfungsi untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak;

6
 penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
 harta dan kewajiban;
 penyetoran dari pemotong atau pemungut pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1
(satu) masa pajak.

Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), SPT berfungsi untuk mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;


 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena
Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak.

2.1.3 Batas jatuh tempo pelaporan SPT

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara umum adalah :

 untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.

7
2.2 SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)

2.2.1 Pengertian SKPKB

Pasal 1 ayat (16) UU KUP menegaskan bahwa SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok, jumlah kredit, jumlah pembayaran pokok pajak besarnya
sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

2.2.2. Penerbitan SKPKB

Pasal 13 ayat (1) UU KUP,dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak, DJP dapat menerbitkan
SKPKB apabila:

a) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang
bayar
b) surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan
dalam surat teguran
c) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai pajak pertambahan nilai
(PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan, selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%
d) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak
dapat diketahui berdasarkan pajak yang terutang
e) kepada wajib pajak diterbitkan Nomor pokok wajib pajak dan atau dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak secara jabatan.

Pasal 13 ayat (1) UU KUP juga menjelaskan SKPKB Hanya dapat diterbitkan terhadap wajib
pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain tidak memenuhi kewajiban
formal dan atau kewajiban material. Keterangan lain tersebut adalah data konkret yang diperoleh
atau dimiliki oleh direktur jenderal pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak dan
bukti pemotongan pajak penghasilan.

8
2.2.3. Sanksi Administrasi

Berdasarkan pasal 13 ayat (2) UU KUP, apabila SKPKB dikeluarkan karena dengan
alasan pada ayat (1) huruf a dan huruf e diatas, maka jumlah kekurangan pajak terutang dalam
SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan paling lama 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,
atau tahun pajak sampai dengan diterbitkan SKPKB.

Kemudian pasal 13 ayat (3) UU KUP menegaskan apabila SKPKB dikeluarkan karena
dengan alasan pada ayat (1) huruf b huruf c dan huruf d maka jumlah pajak terutang dalam
SKPKB ditambah karena sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:

a) 50% PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak
b) 100% dari PPh tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan
c) 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar

2.2.4. Jangka waktu Penerbitan SKPKB

Pasal 13 ayat (1) UU KUP menegaskan bahwa dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak, direktur
jenderal pajak dapat menerbitkan SKPKB.

Kemudian pasal 13 ayat ( 6) UU KUP juga menegaskan bahwa walaupun jangka waktu 5
tahun telah lewat surat ketetapan pajak kurang bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar,
apabila wajib pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.

9
2.3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ( SKPLB)

2.3.1. Pengertian SKPLB

Berdasarkan pasal 1 ayat (18) UU KUP menegaskan bahwa surat ketetapan pajak lebih
bayar adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

2.3.2. Penerbitan SKPLB

SKPLB diterbitkan untuk:

a) pajak penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang
b) pajak pertambahan nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh pemungut pajak
pertambahan nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah pajak
keluaran dikurangi dengan Pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai
tersebut.
c) pajak penjualan atas barang mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang.

Prosedur penerbitan SKPLB antara lain:

a) WP mengajukan permohonan secara tertulis kepada DJP. Permohonan dapat disampaikan


dengan mengisi kolom dalam SPT atau dengan surat tersendiri.
b) DJP setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, harus menerbitkan SKPLB paling lambat 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap tipe ketentuan ini tidak berlaku terhadap WP yang
sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan (pasal
17B ayat (1) dan(1a) UU KUP.
c) Jika dalam jangka waktu tersebut (12 bulan sejak surat permohonan diterima), DJP tidak
memberi suatu surat keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pajak dianggap
dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 bulan setelah jangka
waktu tersebut berakhir (pasal 17B ayat (2) UU KUP).

10
d) Jika SKPLB terlambat diterbitkan dalam jangka waktu 1 bulan setelah jangka waktu
tersebut berakhir maka WP diberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu tersebut sampai dengan saat diterbitkan SKPLB (pasaln17B
ayat (3) UU KUP.

2.3.3. Fungsi SKPLB

sebagai sarana untuk alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak yang telah
dilakukan oleh wajib pajak.

2.4 Surat Ketetapan Pajak Nihil ( SKPN )

2.4.1. Pengertian SKPN

Pasal 1 ayat (18) UU KUP menegaskan bahwa surat Ketetapan Pajak nihil (SKPN)
adalah surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

2.4.2. Penerbitan SKPN

Berdasarkan pasal 17A ayat (1) UU KUP menegaskan bahwa direktur jenderal pajak,
setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

Penjelasan pasal 17A ayat (1) UU KUP untuk masing-masing jenis pajak,SKPN diterbitkan
untuk:

a. PPh,apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
b. PPN, apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak jika terdapat Pajak yang dipungut oleh
pemungut pajak pertambahan nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan
cara jumlah pajak keluaran dikurangi dengan Pajak yang dipungut oleh pemungut
pajak pertambahan nilai.

11
c. pajak penjualan atas barang mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.

2.5 Menghitung Sanksi dan Jumlah Pajak yang harus dibayar yangada pada Surat Ketetapan
Pajak

2.5.1 Lingkup Pemeriksaan


Berdasarkan ruang lingkupnya jenis-jenis pemeriksaan sebagaimana disebutkan di atas dapat
dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan Kantor
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6
(enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam
rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan
Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang
menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan
sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

2.5.2 Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah:

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelolah secara elektronik, yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak
wajib memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola
secara elektronik;
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya
untuk jenis Pemeriksaan Kantor;
6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

12
2.5.3 Hak-Hak Wajib Pajak dalm Pemeliharaan
Hak-hak Wajib Pajak dalam pemeriksaan antara lain:

1. Meminta Surat Perintah Pemeriksaan


2. Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa
3. Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan
4. Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT
5. Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan

2.5.4 Hasil Pemeriksaan


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan
diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi
kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yag
dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat
Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP)
dalam hal dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.Tabel
sanksi administrasi yang ada dalam surat ketetapan pajak disajikan dalam uraian dibawah ini.

Sanksi denda:

NoPasalMasalah Sanksi Keterangan


1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :
Rp100.000 atau
a. Masa Per SPT
Rp500.000
Rp100.000 atau
b. Tahunan Per SPT
Rp 1.000.000
Dari jumlah pajak
2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150%yang kurang
dibayar
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP,
14
3 tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat 2%Dari DPP
(4)
faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP
2%Dari DPP
yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
2%Dari DPP
masa penerbitan faktur pajak
Sanksi bunga:
Sanks
NoPasal Masalah Keterangan
i
1. 8 (2 danPembetulan SPT Masa dan Tahunan 2%Per bulan, dari jumlah pajak

13
Sanks
NoPasal Masalah Keterangan
i
2a) yang kurang dibayar
9 (2a Keterlambatan pembayaran pajak masa dan Per bulan, dari jumlah pajak
2. 2%
dan 2b) tahunan terutang
Per bulan, dari jumlah
3. 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB 2%kurang dibayar, max 24
bulan
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun
Dari jumlah paak yang tidak
4. 13 (5) karena adanya tindak pidana perpajakan maupun 48%
mau atau kurang dibayar.
tindak pidana lainnya
Per bulan, dari jumlah pajak
5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2%tidak/ kurang dibayr, max 24
bulan
Per bulan, dari jumlah pajak
b. SPT kurang bayar 2%tidak/ kurang dibayr, max 24
bulan
Per bulan, dari jumlah pajak
PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
14 (5) 2%tidak/ kurang dibayr, max 24
pengembalian Pajak Masukan
bulan
SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun
Dari jumlah pajak yang tidak
6. 15 (4) karena adanya tindak pidana perpajakan maupun 48%
atau kurang dibayar
tindak pidana lainnya
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Per bulan, atas jumlah pajak
7. 19 (1) Putusan Banding yang menyebabkan kurang 2%yang tidak atau kurang
bayar terlambat dibayar dibayar
Per bulan, bagian dari bulan
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
dihitung penuh 1 bulan
Atas kekurangan
9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2%
pembayaran pajak

Sanksi kenaikan:
Sanks
NoPasalMasalah Keterangan
i
Dari pajak yang
1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP 50%
kurang dibayar
Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut
13 dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya
2.
(3) dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya
Pasal 28 dan 29
Dari PPh yang tidak/
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50%
kurang dibayar
Dari PPh yang tidak/
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100%kurang dipotong/
dipungut

14
Sanks
NoPasalMasalah Keterangan
i
Dari PPN/ PPnBM
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100%yang tidak atau
kurang dibayar
Dari jumlah
15
3. Kekurangan pajak pada SKPKBT 100%kekurangan pajak
(2)
tersebut

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

Jika setelah diadakan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah
kredit pajak menunjukkan selisih lebih (jumlah kredit pajak lebih besar dari pada jumlah pajak
yang terutang) atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Wajib
Pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak dengan catatan Wajib Pajak
tersebut tidak mempunyai utang pajak.

Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Penetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,
serta Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga Dikembalikan Kepada Wajib Pajak.

3.2 Saran

Kami selaku penyusun makalah sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini,hal ini disebabkan karena terbatasnya
kemampuan kami.oleh karna itu,kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.kami juga berharap makalah ini bermanfaat untuk kami
khususnya bagi mahasiswa/i Universitas Riau.

16
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo.2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Website : Pajak.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai