BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun,
berhubungan dengan suatu sistem dalam tubuh, dan disebabkan oleh berbagai
faktor, yang ditandai dengan adanya jumlah kadar gula (glukosa) darah yang
berlebihan (hiperglikemia) dan jumlah kadar lemak (lipid) yang berlebihan
(hiperlipidemia), akibat kurangnya sekresi insulin, atau ketidak efektifan kerja
insulin yang telah disekresi oleh pankreas (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009).
Penyakit DM menjadi induk dari berbagai macam penyakit, sehingga pasien
DM akan mengalami dampak berupa perubahan fisik maupun psikologis. Hal
tersebut akan mempengaruhi motivasi pasien DM untuk menjaga kualitas
hidupnya.
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar
glukosa dalam darah yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau
menurunnya kerja insulin (American Diabetes Association, 2012).
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan terdapat 415 juta
penduduk dunia yang menyandang DM dan diprediksi 25 tahun mendatang
akan meningkat menjadi 642 juta jiwa (55%). Sedangkan prevalensi tahun
2015 di wilayah pasifik barat termasuk Indonesia, terjadi 153,2 juta jiwa (37%)
orang dewasa dengan DM. Indonesia menempati peringkat ke-7 dari 10 negara
dengan penyandang DM dengan jumlah sekitar 10 juta jiwa (IDF, 2015).
Data World Health Organization (WHO), diketahui terdapat 422 juta
pasien DM di dunia (WHO, 2016). Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan
Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) terus mengalami kenaikan yaitu dari 1,1%
pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Peningkatan prevalensi DM secara global maupun Nasional. Menurut
International Diabetic Federation (IDF),pada tahun 2015 penderita DM
sebanyak 435 juta orang dan meningkat pada tahun 2017 sebanyak 731 orang.
Kejadian DM berdasarkan data dari Kemenkes pada tahun 2017 sebanyak 9.2
1
2
% dan diperkirakan pada tahun 2045 akan meningkat menjadi 11.8 %. Data
survei Kesehatan nasional tahun 2016 menunjukkan jumlah penderita DM tipe
II diatas 60 tahun sebanyak 15,8 %
Diabetes melitus di pengaruhi oleh beberapa faktor.Faktor-faktor yang
mempengaruhi diabetes militus seperti obesitas, usia, jenis kelamin, kebanyakan
penderita DM setelah berusia 60 tahun keatas.Penurunan daya tahan tubuh,
kurangnya aktifitas fisik, serta gaya hidup yang tidak sehat mengakibatkan lanjut
usia (lansia) akan dengan mudah terserang diabetes mellitus (Darmayanti, 2015
3
diri secara terus menerus, menguasai lingkungan, dan memiliki tujuan dalam
kehidupannya (Rfyy & Singer, 2006).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d) Stroke
Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan dinding
pembuluh darah besar maupun pembuluh darah perifer
disamping itu juga akan meningkatkan agegrat platelet dimana
kedua proses tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis.
Hiperglikemia juga dapat meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan naiknya tekanan darah atau
hipertensi dan berakibat terjadinya stroke iskemik. Proses
makroangiopati dianggap sangat relevan dengan stroke dan
juga terdapat bukti adanya keterlibatan proses makroangiopati
yang ditandai terjadinya stroke lakunar pada penderita diabetes
melitus (Aini Hussain, Noor., Rusli Abdullah, 2017).
b) Dukungan Sosial
Bertemu dan berkumpul dengan penderita DM lain
yang sama-sama mengalami ulkus kaki diabetikum sangat
diperlukan oleh penderita tersebut. Hal ini dapat
mengurangi stres yang mereka alami, karena mereka akan
saling berbagi pengalaman dan dapat merasakan bahwa
tidak hanya dirinya yang menderita penyakit tersebut.
Penderita ulkus diabetikum juga membutuhkan dukungan
keluarga untuk meminimalkan stres yang timbul selama
mereka menjalani pengobatan ulkus kaki diabetikum.
c) Strategi Koping
Strategi koping yang baik, akan mampu
menghindarkan tekanan emosional yang buruk sehingga
pasien mampu beradaptasi secara psikologis dengan lebih
baik. Misalnya dengan melakukan kegiatan positif yang
disenagi, teknik relaksasi, berpikir positif tentang
penyakitnya. Menurut Bradley terdapat beberapa teknik
stres DM yang berguna untuk mengurangi stres,
diantaranya adalah :
1) Bersabar
Tenangkan pikiran dan bertanya pada diri sendiri
apakah masalah ini dapat terselesaikan saat ini juga.
Menghadapi masalah satu per satu, agar energi mental
tidak terbuang sia-sia karena menghadapi bermacam
masalah dalam satu waktu.
2) Selalu berhati-hati
Berpikir bahwa setiap tindakan dan keputusan akan
mengurangi atau memperparah masalah pada diri
sendiri, sehingga dapat mengurangi beban stres dan
memudahkan pemilihan keputusan.
21
3) Rekreasi
Menghabiskan waktu di alam atau melakukan
kegiatan menyenangkan lainnya. Berekreasi di alam
dapat menyegarkan pikiran dan menghilangkan
kejenuhan.
4) Relaksasi nafas dalam
Nafas dalam dapat mengurangi kecemasan, tekanan
psikologis, menurunkan tekanan darah, mengatur irama
jantung menjadi lebih normal, dan meningkatkan
perhatian. “the mind controls the body and the breath
controls the mind”.
5) Meminta bantuan orang lain
Teman, keluarga, orang terdekat, dan petugas kesehatan
dapat membantu untuk mengurangi stres pasien dengan
memberi perhatian, mendengarkan dan memberikan
solusi. Jangan memendam stres pada diri sendiri.
e. Faktor yang Mempengaruhi Stres
Suatu kondisi, perilaku atau karakteristik yang mempengaruhi
hubungan antar dua variabel. Terdapat beberapa kondisi, perilaku,
dan karakteristik yang dapat mempengaruhi stres, diantaranya
adalah
1) Usia
Perkembangan usia mampu mempengaruhi keterampilan
beradaptasi dan berpikir yang berbeda. (Pada usia dewasa
madya (40-60 tahun) individu cenderung mampu menilai
stresor sebagai suatu hal yang dapat dikemdalikan.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi manajemen stres individu dalam
hal persepsi terhadap stres dan koping stres yang digunakan.
Pada laki-laki terdapat kecenderungan untuk memisahkan
emosi dari suatu kejadian yang membuat stres, perempuan
mempersepsikan 3 dari 5 kejadian sebagai sesuatu yang
22