Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan
ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan post partum sehat
dan normal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan
ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak wanita merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal (Padila,
2014).
2. Tujuan Asuhan Antenatal (Sari dkk, 2015)
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh berkembang secara normal.
3. Aspek Penting dalam ANC (Sari dkk, 2015)
a. Membangun rasa kepercayaan dengan ibu dan keluarga.
b. Menghadirkan pendsmping persalinan sesuai dengan keinginan ibu.
c. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang timbul selama
kehamilan.

5
6

d. Meningkatkan dan memantapkan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu


serta bayi dengan menyediakan pendidikan, sumplementasi serta
imunisasi.
e. Membvantu ibu untuk pemberian ASI yang lancer, menjalani masa
nifas yang normal, serta menjaga kesehatan anak secara fisik,
psikologis dan sosial.
4. Asuhan yang diberikan (Sari dkk, 2015)
a. Trimester I sebelum 14 minggu :
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati yang bersifat mengancam
jiwa.
3) Menimbang berat badan, mengukur tekanan darah.
4) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus, anemia kekurangan zat
besi.
5) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
6) Mendorong perilaku yang sehat ( cara hidup sehat bagi wanita
hamil, nutrisi, mengantisipasi tanda-tanda bahaya kehamilan).
7) Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
b. Trimester II 14-28 minggu :
Sama seperti diatas ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsi (pantau tekanan darh, evaluasi edema, periksa urine untuk
mengetahui proteinuria).
c. Trimester III lebih dari 28 minggu :
Sama dengan trimester I dan II, ditambah deteksi letak janin, dan
konsisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
5. Tanda-tanda kehamilan
Menurut Sari dkk (2015), tanda-tanda kehamilan sebagai berikut:
a. Tanda mungkin hamil
1) Amenhorea (terlambat datang bulan)
7

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak


dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama hari
terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan hari
perkiraan lahirnya.
2) Mual dan Muntah
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Biasanya terjadi pada pagi hari sehingga
disebut morning sickness of pregnancy. Dalam kondisi patologi,
dapat menagkibatkan gangguan kesehatan disebut Hiperemesis
Gravidarum.
3) Mengidam
Sebagian wanita ditemukan mengidam makanan yang mungkin
berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa
yang bisa mengurangi mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah
“Pica” sering dikaitkan dengan anemia akibat efisiensi zat besi
ataupun adanya suatu tradisi.
4) Pingsan
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai yang
sesak dan padat. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat ramai
pada bulan-bulan pertama kehamilan. Dan akan hilang sesudah
kehamilan 16 minggu.
5) Pigmentasi kulit
Sekitar pipi : (Cloasma Gravidarum) keluarnya Melanophore
stimulating hormone (MSH) hopofisis anterior menyebabkan
pigmentasi pada kulit.
Dinding perut : Striae livide dan albican, Linea Ningra dan alba
Sekitar Payudara : Hiperpigmentasi areola mammae, puting susu
makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah
manifest sekitar payudara.
8

6) Anoreksia atau tidak ada selera makan


Biasanya timbul pada TM I, kemudian nafsu makan akan
muncul kembali.
7) Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah
itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara dan
dapat menghilang setelah persalian.
8) Payudara tegang
Pengaruh estrogen dan progesteron dan somamotropin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang, ujung syaraf tertekan
menyebabkan rasa sakit.
9) Sering kencing
Pembesaran uterus pada TM I menyebabkan terkenanya
kandung kencing. Pada TM II keluhan ini hilang karena uterus
yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada TM III gejala ini
dapat timbul lagi karena bagian bawah mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
10) Obstipasi
Karena pengaruh hormone progesterone dapat menghambat
peristaltic usus sehingga menyebabkan kesulitan untuk BAB.

b. Tanda tidak pasti hamil


1) Tanda Hegar
Pada minggu-minggu pertama istmus uteri hipertropi sehingga
lebih panjang dan lebih lunak. Pada VT jika 2 jari tangan dalam
diletakkan pada forniks posterior dan tangan yang satunya pada
dinding perut di atas simpisis, maka istmus uteri sedemikian
lunaknya, seolah-olah corpus uteri tidak berhubungan dengan
serviks.
9

2) Tanda Brackston Hicks


Kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada
waktu pemeriksaan. Maka kadang-kadang corpus uteri yang lunak
menjadi lebih keras. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya
kontraksi.
3) Tanda Piscasek
Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas
kejurusan tersebut. Sehingga pertumbuhan uterus tidak rata, uterus
lebih cepat tumbuh daerah implantasi dari blastosit dan daerah
insersi plasenta.
terus lebih cepat tumbuh daerah implantasi dari blastosit dan
daerah insersi plasenta.
4) Tanda Goodell
Pelunakan serviks dikarenakan pembuluh darah dalam serviks
bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan
hyperplasia kelenjar-kelenjar serviks.
5) Tanda Chadwicks
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna ungu
kebiruan pada mukosa vans erviks akibat meningkatkan hormone
vagina, vulva dan serviks akibat meningkatnya hormone estrogen.
6) Teraba Balotement
Adalah gerakan janin yang belum engaged, teraba pada minggu
ke 16-18. Balotement adalah teknik mempalpasi suatu struktur
terapung dengan menekan perlahan struktur tersebut dan
merasakan pantulannya.

c. Tanda pasti kehamilan


1) Terba bagia-bagian janin dan dapat dikenal bagian-bagian
janin.
2) Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin.
3) Dapat dirasakan gerakan janin.
10

4) Pada pemeriksaan dengan sinar Rotgen tampak kerangkan


janin.
5) Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin,
dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan, serta dapat menila
pertumbuhan janin.

6. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil


a. Perubahan anatomi kehamilan ( Kuswanti, 2014)
1) Sistem Reproduksi
Uterus pada trimester III, isthmus lebih nyata menjadi bagian
dari korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim.
Kontraksi otot-otot bagian atas uterus menjadikan segmen bawah
rahim lebih lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara bagian
atas yang lebih tebal segmen bawah yang lebih tipis.
2) Sistem Perkemihan
Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena pada akhir
kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul dan
kandung kemih akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi
heudilusi yang menyebabkan metabolism air menjadi lancer.
3) Sistem Muscoloskeletal
Sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Postur
tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen.
4) Sistem Kardiovaskuler
Aliran darah meningkat dengan cepat seiring dengan
pembesaran uterus, walaupun aliran darah uterus meningkat,
ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih banyak
oksigen yang diambil dari darah uterus selama kehamilan lanjut.
11

5) Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)


Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan berat
badan dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan berkisar
11-12 kg.
6) Sistem Pernafasan
Pada umur kehamilan 32 minggu keatas, usus tertekan uterus
yang membesar ekarah diafragma, sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak dan mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami kesulitan bernafas.
b. Perubahan Fisiologi kehamilan ( Kuswanti,2014)
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawarir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhwatirannya.
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian.
7) Merasa mudah terluka (sensitif)
8) Libido menurun.

7. Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya .


Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya (Kuswanti, 2014) yaitu :
a. Sering buang air kecil
Cara mengatasinya :
1) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing
2) Perbanyak minum pada siang hari
3) Batasi minum kopi,teh dan soda
12

4) Jelaskan tentang tanda bahaya infeksi saluran kemih dengan


menjaga posisi tidur, yaitu dengan berbaring miring ke kiri dan
kaki ditinggikan untuk mencegah dieresis
b. Stria Gravidarum
Cara mengatasinya :
1) Gunakan emolien topical atau antipruritic jika ada indikasinya
2) Gunakan baju longgar yang dapat menopang payudara dan
abdomen
c. Hemoroid
Cara mengatasinya :
1) Hindari konstipasi
2) Makan makanan yang berserat dan banyak minum
3) Gunakan kompres es atau air hangat
d. Keputihan
Cara mengatasinya :
1) Tingkatakan kebersihan dengan mandi tiap hari
2) Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap
3) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur
e. Sembelit
Cara mengatasinya:
1) Tingkatkan diet asupan cairan
2) Buah prem atau jus prem
3) Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut kosong
4) Istirahata yang cukup
5) Senam hamil
6) Membiasakan buang air besar secara teratur
7) Buang air besar segera setelah ada dorongan
13

f. Sesak napas
Cara mengatasinya :
1) Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya
pernapasan pada kecepatan normal yang terjadi
2) Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang
3) Mendorong postur tubuh yang baik, melakukan pernapasan
intercostal
g. Perut kembung
Cara mengatasinya :
1) Hindari makanan yang mengandung gas
2) Mengunyah makanan secara sempurna
3) Lakukan secara teratir
4) Pertahankan saat buang air besar secara teratur
h. Sakit punggung atas dan bawah
Cara mengatasinya :
1) Gunakan posisi tubuh yang baik
2) Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat
3) Gunakan kasur yang keras
4) Gunakan bantal r untuk meluruskan punggung
i. Varises
Cara mengatasinya :
1) Tinggikan kaki sewaktu berbaring
2) Jaga agar kaki tidak bersilangan
3) Hindari berdiri atau duduk terlalu lama
4) Senam untuk melancarkan peredaran darah
5) Hindari pakaian atau korset yang ketat

8. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan


Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan pada ibu
bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk dating
14

ke klinik dengan segera jika ia mengalami tanda bahaya kehamilan


(Kuswanti, 2014) yaitu :
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Masalah penglihatan
d. Bengkak pada muka dan tangan
e. Nyeri abdomen yang hebat
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

9. Standar 10 “T”
Kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar
yaitu “10 T” (Kemenkes RI,2015).
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran <145 cm. berat badan ditimbang setiap ibu datang atau
berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.
Kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai
16 kg (Saryono, 2010)
b. Pemeriksaan tekanan darah
Diukur setiap kali datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah
yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan
preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita pikirkan kearah
anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80-120/80
mmHg (Walyani, 2015).
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Bila <23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
15

d. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)


Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas
sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan).
Tabel 2.1 Ukuran Tinggi Fundus Uteri Sesuai Kehamilan

No Tinggi fundus uteri (cm) Umur kehamilan dalam minggu


1 12cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40
Sumber: Walyani, (2015).
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada
masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau
lebih dari 160 kali/menit menunjukkan ada tanda gawat janin.
f. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT
yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak umtuk 1-2 hari pada
tempat penyuntikan.

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT


16

Imunisasi Interval % Masa perlindungan


Perlindunga
n
TT 1 Pada kunjungan 0% Tidak ada
ANC pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 80 % 3 tahun
1
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % 25 tahun/seumur
hidup
Sumber: Walyani, (2015).
g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan
nifas, masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan
oertumbuhan janin. Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal
mendapat 90 tablet selama kehamilannya.
h. Tes laboratorium
Tes laboratorium terdiri dari tes hemoglobin dilakukan pada
kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang
persalinan. Pemeriksaan Hb adlah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil. Tes pemeriksaan urin dilakukan untuik
mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Protein urin ini untuk
mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi dan pemeriksaan urin reduksi
untuk ibu hamil dengan riwayat DM. tes pemeriksaan darah untuk
mengetahui golongan darah dan mendeteksi adanya penyakit menular
seks.

i. Tata laksana kasus


Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada ibu hamil
j. Temu wicara (konseling)
17

Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) unyuk menolong


orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang
sedang dihadapinya. Tujuan konseling :
1) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya
preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
2) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan
kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau
tindakan klinik yang mungkin diperlukan ( Saryono, 2010)

10. Evidence Based pada kehamilan


Praktik yang berdasarkan bukti penelitian adalah penggunaan hasil
riset yang terbaik dan mutakhir secara sistematis, ilmiah dan eksplisit
dalam membuat keputusan tentang asuhan bagi pasien secara individual.
Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan
program kebijakan ANC ( Sari dkk,2015) yaitu.
a. Kunjungan ANC dilakukan minimal 8x selama kehamilan (WHO,
2016)
1) Trimester pertama : 1 kali periksa kandungan ( minggu ke-12), plus
USG
2) Trimester kedua : 2 kali (minggu ke-20 ditambah dengan USG dan
minggu ke-26)
3) Trimester ketiga : 5 kali (minggu ke-30,34,36,38 dan 40) tambahan
1 kali kunjungan pada minggu ke-41, apabila belum kunjung
melahirkan.
b. Pemberian suplemen mikronutrien
Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (=zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual
hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar
tidak meminumnya bersama the/kopi agar tidak menggangu
penyerapannya.
18

c. Imunisasi TT 0,5 cc
Dilakukan 2 kali selama hamil, sesuai dengan hasil skrining TT

B. Intranatal care
1. Pengertian persalian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain (Mochtar,2011). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun bayi ( Hidayat & Sujiyanti,
2010).
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegritasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal.
3. Jenis persalinan menurut Manuaba (1998) dalam Nurasiah dkk (2011).
a. jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan.
1) persalinan spontan adalah proses persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
2) Persalinan buatan adalah proses perslainan dengan bantuan tenaga
dari luar
3) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

b. Jenis persalinan menruut usia kehamilan


1) Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
19

2) Partus immature Adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia


kehamilan 20 minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara
500 gram dan kurang dari 1000 gram.
3) Partus premature adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia
kehamilan 28 minggu dan < 37 minggu atau berat badan janin
antara 1000 gram dan < 2500 gram.
4) Partus matur atau partus aterm adalah pengeluaran buah
kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau
berat badan janin lebih dari 2500 gram.
5) Partus serotinus atau partus postmatur adalah pengeluaran buah
kehamilan lebih dari 42 minggu.
6) Persalinan pressipitatus adalah persalinan berlangsung cepat
kurang dari 3 jam.
4. Sebab mulainya persalinan
Menurut Asrinah (2010) sebab-sebab persalinan yaitu :
a. Penurunan hormone progesterone, pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga
menimbulkan his.
b. Keregangan otot-otot, otot rahim akan meregang dengan majunya
kehamilan, oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.
c. Peningkatan hormone oksitosin, pada akhir kehamilan hormone
oksitosin bertambah sehingga dapat menimbulkan his.
d. Pengaruh janin, hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin
memegang peranan dalam proses persalinan, oleh karena itu pada
anencepalus kehamilan lebih lama dari biasanya.
e. Teori prostaglandin, prostaglandin yang dihasilkan dari desidua
meningkat saat umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaaan
menunjukkan bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan.
20

f. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua.


Villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar progesterone dan
estrogen menurun.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan (Rohani dkk 2010).
a. kekuatan (power)
kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan yaitu :
1) His (kontraksi uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri
dari kontraksi otot-otot perut , kontraksi diafragma dan aksi dari
ligament.
2) Tenaga mengejan
Power atau kekuatan yang mendorong bayi keluar
b. Jalan lahir ( Passage)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Janin (Passenger)
Janin bergerak disepanjang lahir akibat interaksi beberapa factor:
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Namun,
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal .
d. Posisi ( Position)
Posisi merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan,kiri, depan atau belakang kepala
(LBK), ubun-ubun kecil kiri depan (UUK) atau kanan belakang.
e. Psikologis (Psikis)
Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan
kegembiraan saat merasa kesakitan di awal menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realities “kewaitaan sejati” yaitu
memunculnya rasa bangga bila melahirkan atau memproduksi anak.
21

Khususnya rasa lega itu ebrlangsung bila kehamilannya mengalami


perpanjangan waktu, mer eka seolah-olah mendapatkan kepastian
bahwa kehamilan yang semula dianggap suatu “kehamilan yang belum
pasti”, sekarang hal yang terjadi.
f. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam
hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
6. Pendamping persalinan (Marmi, 2011)
Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau
terlibat langsung sebagai pemandu persalinan sebagai pemandu persalinan,
dimana yang terpenting adalah dukungan yang diebrikan pendamping
persalinan selama kehamilan, persalinan dan nifas, agar proses persalinan
yang dilaluinya berjalan dengan lancer dan member kenyamanan bagi ibu
bersalin. Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping
persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan,
memberikan rasa nyaman , semangat, membesarkan hati ibu dan
meningkatkan rasa percaya diri ibuserta mengurangi kebutuhan tindakan
medis.
7. Tahap persalinan
Menurut Marmi (2011) tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau
kala, yaitu :
a. Kala I :
Menurut (JNPK-KR,2014) kala satu persalinan dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala I
persalinan terdiri atas dua fase,yaitu:

1) Fase Laten
22

Pada fase ini, wanita mengalami emosi yang bercampur aduk,


wanita merasa gembira, bahagia dan bebas karena kehamilan dan
penantian yang panjang akan segera berakhir.
Pada fase ini dimulai sejak awal berkontraksi yang emnyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap, berlangsung
hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada umumnya fase
laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
2) Fase aktif ,
Yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi :
1. Fase accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3-4 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
2. Fase dilatasi maksimal, dari p[embukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
3. Fase decelarasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selama 2 jam.
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan
lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada Primi 1
½ - 2 jam, pada Multi ½-1 jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istrahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2 x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh
plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
23

atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc.
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.Penyebab mulainya persalinan menurut Mochtar (2012),
ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu:

(a) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan
terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika
kadar progesteron turun.
(b) Teori plasenta menjadi tua: penuaan plasenta akan menyababkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga terjadi
kekejangan pembuluh darah.
(c) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan menegang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengggangu
sirkulasi uteroplasma.
(d) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks, terletak ganglion
servikale (pleksus frankenhauser). Apabila ganglion tersebut
digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul
kontraksi uterus.
(e) Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan
dengan :
(1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam
kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.

(2) Amniotomi: pemecahan ketuban


24

(3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per


infus.
8. Tanda dan gejala inpartu (Rohani dkk 2010)
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b. keluar lender bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari
sekresi servikal dari priliferasi kelenjar mukosa servikal padfa awal
kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal
selama kehamilan. Bloddy show adalah pengeluaran dari mucus.
c. kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirnya. Pemecahan
membrane yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi
pada 12 % wanita dan lebih dari 80 % wanita akan memulai persalinan
secara spontan selama 24 jam.
d. pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada .
berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilaatsi serviks antara
nulipara dan multipara.
1) Nulipara, biasanya sebelum persalinan serviks menipis sekitar 50-
60% dan pembukaan sampai 1 cm, dan dengan dimulainya
persalianan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-
100 % kemudian mulai terjadi pembukaan.
2) Multipara, sering kali serviks tidak menipis pada awal eprsalian,
tetapi hanya membuka 1-2 cm. biasanya pada multipara serviks
akan membuka kemudian diteruskan dengan penipisan.
e. kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
25

9. Mekanisme Persalinan Normal ( Marmi, 2011)


a. Engagement
Kepala diakatakan telah menancap (engager) pada pintu atas
panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas
panggul.
b. Descent (Penurunan)
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi
uterus yang efektif,posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
c. Fleksi
Fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin terkecil
dapat bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.
d. Putaran paksi dalam.
yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Putaran paksi
dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dsar panggul,
terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
f. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kea rah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Geraka ini disebut putaran restitusi.
Gerakan yang terakhir adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul.
26

g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis
dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahir.
10. Asuhan Persalinan (APN 60 Langkah)
60 langkah asuhan persalinan normal (Sarwono, 2014) antara lain :

a. Mengenali tanda dan gejala kala II


1) Ibu merasa dorongan kuat untuk menekan, ibu merasakan
tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya,
perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
1) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan
komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras.
2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain di atas perut
ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi. Menyiapkan
oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus
set.
2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
4) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
5) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.
27

c. Memastikan pembukaan lengkap dan kondisi janin baik


1) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum, dan anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi.
2) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi.
3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit, mencuci tangan.
4) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik (100-
180 x/mnt) dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
dicatat pada partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
1) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan
ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada
28

anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi


semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
meneran.
3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran
secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat
meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya.
Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan
keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup
asupan cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Segera
rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida)
atau 1 jam meneran (multigravida). Anjurkan pada ibu untuk
berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. Jika bayi belum lahir
setelah 60 menit meneran segera rujuk ibu.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
2) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat
dan bahan.
4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran bayi (lahirnya kepala)
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
29

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.


Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
2) Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
3) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
g. Menolong kelahiran bayi (lahirnya bahu)
1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya
dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
2) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum ,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
3) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi,
dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
30

h. Penanganan bayi baru lahir


1) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas
tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak
bernafas tidak menangis lakukan resusitasi.
2) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu.
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
i. Oksitosin
1) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
2) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
3) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit secara IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan
ibu bagian luar,setelah mengaspirasinya terlebih dahulu
j. Penegangan tali pusat terkendali
1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
31

3) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah


sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial
secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat
dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
k. Mengeluarkan plasenta
1) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit meregangkan
tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM. Lakukan
kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta keluarga untuk
menyiapkan rujukan. Ulangi peregangan tali pusat 15 menit
berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
2) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar hati-hati plasenta hingga
selaput ketuban terpilin dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Dan jika selaput ketuban robek, pakai
sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
l. Pemijatan uterus
1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase
uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
32

m. Menilai perdarahan
1) Periksa kedua sisa plasenta baik bagian yang menempel ke ibu
maupun janin dan pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap,
masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
n. Melakukan prosedur pascapersalinan
1) Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya
dengan kain yang bersih dan kering
3) Menempatkan klem tali pusat steril pada bayi dan mengikatkan
tali dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat
4) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama
5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %
6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering
7) Menganjurkan ibu unutk memulai pemberian ASI
8) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 23-
30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri.
33

9) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai


kontraksi.
10) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
11) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama 1 jam kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali
setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan
tindakan yag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
o. Kebersihan dan keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah dekontaminasi.
2) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
3) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat
Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
4) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.
5) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %
kemudian bilas dengan air bersih
6) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %.
Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit.
7) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
p. Dokumentasi
1) Lengkapi partograf.
34

C. Postnatal care
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung-kira kira 6 minggu (Marmi,
2011).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi bagi ibu dan bayi
b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu untuk mampu
melaksankan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus
e. Imunisasi ibu terutama terhadap tetanus
f. Memberi bimbingan dan dorongan tentang pemberian makan anak
secara sehat serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak (Sulistiyawati, 2015).
3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium
intermedial, dan remote puerperium (Sulistyawati, 2015).
a. Puerperium dini merupakan masa pemulihan dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan dari organ-organ
reproduksi, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
35

diperlukan bisa berminggu-minggu, berbulan-bulanan, bahkan


tahunan.

4. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilaksanakan
minimal 3 kali (KIA, 2015) yaitu :
a. Pertama, 6 jam-3 hari setelah persalinan
b. Kedua, 4 hari-28 hari setelah persalinan
c. Ketiga, 29 hari-42 hari setelah persalinan
5. Perubahan fisiologi dan psikologis masa nifas
a. system reproduksi
1) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk
serviks yang akan menganga seperti corong. Beberapa hari setelah
persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari pinggir-
pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1
jari saja, dan lingkaran retraksi nerhubungan dengan bagioan atas
dari kanalis servikalis.
2) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada saat
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi umtuk meraba dimana TFU nya
( tinggi fundus uteri)
a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat
1000 gram.
b) Pada akhir kala III, fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat.
36

c) Pada 1 minggu post partum TFU teraba pertengahan pusat


simpisis dengan berat 500 gram.
d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis
dengan berat 350 gram.
e) Pada 6 minggu post partum, TFU mengecil (tak teraba)
dengan berat 50 gram.
3) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan , serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
4) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post partum hari ke-5, perineum sudah mendapatlkan kembali
sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebihkendur daripada keadaan
sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan , alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar
kembali normal, dapat diatas dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal.
c. Perubahan sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkina penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinktera dan edema leher kandung
37

kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi(tekanan) antara kepala


janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Ligament-
ligamen, diafragma pelvis serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi menciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor . tidak jarang
pula wanita mengeluh: kandungan nya turun setelah melahirkan karena
ligamen , fasia,jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.
Stabilisasi terjadi secara sempurna pada 6-8 minggu setelah persalinan
e. Perubahan Sistem Endokrin
Menurut Sulistyawati (2015), selama proses kehamilan dan
persalinan terdapat perubahan pada system endokrin hormone-hormon
yang berperan dalam proses tersebut, antara lain :
1) Hormone plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (human chorionic gonadodropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum
dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum
2) Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan meningkat. Pada
wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler (minggu ke-p rendah 3) dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3) Hipotalamaik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanirta mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh factor menyusui . seringkali menstruasi pertama
ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesterone.
38

4) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

f. Perubahan Tanda Vital


Menurut Marni (2011), perubahan pada masa nifas tanda-tanda
vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat
celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari
kerja keras suatu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan naik
lagi. Hal ini diakibatkan pada pembentukan ASI, kemungkinan
payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun system lain.
Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius, waspada terhadap
infeksi postpartum
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-8- kali/menit. Pasca
melahirkan , denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali/menit harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah
sistolik antara 90-120 mmHg dan distolik 60-8- mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
39

melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan


darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya
preeklampsi postpartum. Namun demikian, hal tersebut sangat
jarang terjadi.
4) Pernafasan
frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-25
kali/menit. Pada ibu postpartum umumnya pernapasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran napas. Bila pernapasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
g. Perubahan Kardiovaskuler
Menurut sulistyawati (2015), selama kehamilan volume darah
normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat,
yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya
pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada
persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml , sedangkan
pada persalinan dengan SC, pengeluarannya dua kali lipat. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
itu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban
pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada
pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan
40

mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi


sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini
terjadi pada 3-5 hari postpartum
h. Perubahan Sistem Hematologi
Menurut Marmi (2011) pada minggu-minggu terakhir kehamilan,
kadar vibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat. Pada hari pertama postpartum,kadar vibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya sel-sel darah putih sebanyak 15.000
selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa
hari pertama masa postpartum. Jumlah sel darah putih akan tetap bias
naik lagi smapai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalian lama.
Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit
sangat bervariasi. Hal ini disebbakna oleh voleme darah,volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokorit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2
persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal,
makan pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik dua persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.
Penuruna volume dan peningkatan sel darah pada kehanmilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada
hari ke 3-7 postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu
postpartum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang
lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml
dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
41

6. adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas.


Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis
Reva Rubin dalam buku Sulistyawati, 2015 membagi periode ini menjadi
3 bagian yaitu :
a. Periode ”Taking In” ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu mungkin akan mengulang-ulang
menceritakan pengalamannya waktu melahirkan. Tidur tanpa
gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat
kurang istirahat. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
b. Periode “Taking Hold” ini terjadi pada hari ke 2-4 postpartum. Ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu berkonsentrasi
pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,BAK serta kekuatan dan
ketahanan tubuhnya. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan
perawatan bayi, mislanya menggendong, memandikan, memasang
popok dan sebagainya.
c. Periode “Letting Go” periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke
rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang dib erikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung
jawab terhadap perawatan bayi dan ibu harus beradaptasi dengan
segala kebutuhan bayi yang snagat tergantung padanya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Dan depresi postpartum umumnya terjadi pada periode ini.
7. faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa nifas (Sulistyawati,
2015) yaitu :
a. Respon dan dukungan keluarga dan teman.
b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
d. Pengaruh budaya
42

8. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Kebutuhan dasar msasa nifas (Marmi, 2011) yang diperlukan ibu yaitu :
a. Nutrisi dan cairan
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makn diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum
sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui). Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. Minum vitamin A (200.000
unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
b. Ambulasi
Persalinan merupakan proses yang melahirkan, itulan mengapa ibu
disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena
dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum
berjalan baik. Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap.
Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua
ibu telah dapat duduk, lalu opada hari ketiga ibu telah dapat
menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Mobilisasi ini tidak
mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka.
c. Kebersihan Diri dan Perinium
Pada ibu masa nifas sebaiknya dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
d. Istirahat
Istirahat cukup pada ibu masa nifas untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal, seperti mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan depresi serta
ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
e. Seksual
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari, menurut
orang awam merupakan masa nifas yang penting untuk dipantau. Nifas
43

merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.


Darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degenerative, sel-sel mati
dn sel-sel endometrium sisa.
f. Eliminasi BAB dan BAK
Dalam 6 jam pertama postpartum, ibu sudah harus dapat buang air
kecil karena semakin lama urin tertahan dapat mengakibatkan infeksi
saluran kemih. Dan dalam 24 jam pertama, ibu juga sudah harus dapat
buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus akan
semakin sulit bagi ibu untuk buang air besar secara lancar.
g. Latihan atau Senam Nifas
Latihan atau senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot
perut dan panggul keadaan normal.
9. Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Infeksi masa nifas
infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (Sulistywati, 2013).
b. Perdarahan
Perdarahan adalah pengeluaran cairan darah pasca salin lebih dari
500-600 ml dalam masa 24 jam setelah bayi lahir.
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dan tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
2) Robekan Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin
manipulative dan traumatic akan memudahkan robekan jalan lahir
dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat
pembukaan serviks belim lengkap. Robekan jalan lahir biasanya
44

akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma forcep atau


vakum ekstrasi.
3) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta tetap tertinggal dalam uterus
setengah jam setelah bayi lahir.
4) Inversion Uteri
Keadaan dimana lapisan dalam uterus turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum yang dapat bersifat inkompit sampai
komplit.

D. Bayi Baru Lahir


1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup
dengan baik (Marmi dan Rahardjo, 2012).
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir menurut Marmi (2012) antara lain:
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan
cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya lebih
sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia:
45

Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora


Laki-laki: testis sudah turun, skrotum sudah turun
11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13) Reflek graphs atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
c. Asuhan Penatalaksanaan pada Bayi Baru Lahir umur 1 jam:
a. Pencegahan infeksi
Menurut Musliatun (2010) pencegahan infeksi merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi,antara lain:
a) Mencuci tangan secara saksama sebelum dan setelah
melakukan kontak dengan bayi.
b) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c) Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan
benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan
baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk
lebih dari satu bayi.
d) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
e) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap kali setelah digunakan).
46

f) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama


payudaranya dengan mandi setiap hari (puting susu tidak
boleh disabun).
g) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya.
b. Penilaian awal untuk memutuskan Resusitasi pada bayi segera
lakukan penilaian awal bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30
detik) jika bayi mengalami kesulitan bernafas, menangis lemah,
lemas dan atau warna kulit berwarna pucat biru segera berikan
asuhan untuk memulai pernafasan (Sondakh, 2013).

Tabel 2.3 Penilaian Keadaan Bayi Berdasarkan Nilai APGAR


menurut Sondakh (2013).

Nilai 0 1 2

A: Apperance Pucat Badan merah Seluruh tubuh


(warna kulit) Ekstremitas biru kemerah-merahan

P: Pulse Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100


(Denyut jantung)

G: Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,


(Reflek) mimik batuk/bersin

A: Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif


(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi

R: Respiratory Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis


47

(Usaha nafas) teratur kuat

Keterangan : Setiap variabel diberi nilai 0, 1, 2 sehingga nilai


Tertinggi adalah 10. Klasifikasi nilai APGAR :
a. Nilai 7-10 bayi normal
b. Nilai 4-6 bayi asfiksia ringan-sedang
c. Nilai 0-3 bayi asfiksia berat.

3) Pemotongan tali pusat dan merawat tali pusat


Pemotongan tali pusat pengikatan tali pusat merupakan
pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi.Pemotongan sampai
denyut dani tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal,
sedangkan pada bayi gawat (high risk baby)dapat dilakukan
pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan
resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher atau
klem kira-kira 3 cm dan sekali lagi 1,5 cm dari pusat. Pemotongan
dilakukan antara kedua klem tersebut.Kemudian bayi diletakkan di
atas kain bersih atau steril yang hangat.Setelah itu, dilakukan
pengikatan tali pusat dengan alat penjepit plastik atau pita dari
nilon atau dapat juga benang katun steril. Untuk menghindari
infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, meningitis, dan
lain-lain, maka di tempat pemotongan dan di pangkal tali pusat,
serta 2,5 cm di sekitar tali pusat dapat diberi antiseptic, selanjutnya
tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering (Sondakh,
2013).
Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan
apapun ke putung tali pusat.Lipat popok di bawah putung tali
pusat, jika putung tali pusat kotor bersihkan secara hati-hati
dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama
dengan menggunakan kain bersih (APN, 2008).
4) Mempertahankan suhu tubuh bayi
48

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2009), pada waktu baru


lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi
merupakan talok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat
sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.
5) Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi
baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K peroral 1
mg/hari lama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberikan
Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M (Sarwono
Prawirohardjo, 2009).
6) Memberi obat atau tetes mata
Perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk
mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Didaerah dimana
prevalensigonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi baru lahir (Sarwono, 2009).
7) Pemeriksaan antropometri dan fisik bayi
Setelah 1 jam IMD melakukan pemeriksaan antropometri dan
fisik bayi baru lahir seperti: berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, lingkar dada, LILA, telinga, mata, hidung, mulut, leher,
dada, lengan, perut, tali pusat, alat kelamin anus, kaki, kulit, dll.
Pemeriksaan dilakukan ditempat yang hangat dan bersih (Sarwono
Prawirohardjo, 2010).
8) Pemberian ASI Eksklusif.
9) Pemberian imunisasi hepatitis. 0 dilakukan pada saat bayi umur 24
jam atau diberikan pada saat bayi akan dibawa pulang atau pada 0-
7 hari, pemberian yang seawal mungkin bertujuan untuk mencegah
adanya penyakit Hepatitis (Dewi, 2010).
49
50

10) Rawat Gabung (Bounding Attachment)


Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh (Sarwono
Prawirohardjo, 2009).
d. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonates dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di
luar uterus. (Muslihatun, 2010)

Tabel 2.4 Mekanisme Hemostatis/Adaptasi Bayi Baru Lahir

Sistem Intrauterin Ekstrauterin

Respirasi/Sirkulasi
Pernafasan volunteer
Alveoli Belum berfungsi Berfungsi
Vaskularisasi paru Kolaps Berkembang
Resistensi paru Belum aktif Aktif
Intake oksigen Tinggi Rendah
Pengeluaran CO2 Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri
Sirkulasi paru Diplasenta Diparu
Sirkulasi sistemik Tidak berkembang Berkembang banyak
Denyut jantung Resistensi perifer rendah Resistensi perifer tinggi
Lebih cepat Lebih lambat

Saluran cerna
Absorbs nutrient
Kolonisasi kuman Belum aktif Aktif
Feses Belum Segera
51

Enzim pencernaan Mekoneum >hari ke-4, feses biasa


Belum aktif Aktif

Sumber: Muslihatun (2010).

2. Pengertian Neonatus
Pengertian neonatus adalah lahir sampai usia 1 bulan. Sedangkan
pengertian bayi yaitu dari usia 1 bulan sampai berjalan sendiri. Periode
neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan.
3. Masa Neonatus
Adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28 hari sesudah
kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini yaitu
bayi berusia 0-7 hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari
(Muslihatun, 2010).

E. Keluarga Berencana
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan
hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan
dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin
yang ideal, mengatur jumlah,jarak, dan usia ideal melahirkan anak,
mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak
(BKKBN, 2015).
Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak dengan menggunakan kontrasepsi
(Sulistyawati, 2012)
Tujuan kontrasepsi untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk yang
52

berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan


kesejahteraan masyarakat. (Marmi, 2015). Kontrasepsi yang cocok untuk
ibu masa nifas antara lain: Metode Amenhorea Laktasi (MAL), pil
progestin (mini pil), suntik progestin, kontrasepsi implant, dan alat
kontrasepsi dalam rahim.
1. Pil progestin (mini pil)
Mini pil adalah pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja,
tanpa estrogen , keuntungan dari mini pil adalah sangat efektif bila
digunakan benar, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak
mempengaruhi ASI karena kadar gestagen dalam ASI sangat rendah,
kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah digunakan, sedikit efek
samping, dapat dihentikan setiap saat, dan tidak mengandung estrogen
(Anggraini, 2012).
Sementara itu keterbatasan yang dimiliki oleh metode ini adalah
sebagai berikut.
1) Menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid.
2) Menyebabakan mual
3) Harus diminum pada waktu yang sama setiap hari
4) Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metode
5) Pasokan obat harus tersedia
2. Cara minum mini pil menurut Marmi (2015)
a. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis
b. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus haid
c. Metode barier digunakan pada hari ketujuh atau 4-6 minggu post
partum walaupun haid belum kembali
d. Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunak pil
kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun
e. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minum pil lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika akan
melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
53

f. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah paket
terakhir habis
g. Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1
siklus (tidak haid) atau merasa hamil, maka lakukan tes kehamilan
h. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa
interval, tetap minum pil sesuai jadwal (perdarahan biasa terjadi
selama bulan-bulan pertama
3. Aturan minum pil
a) bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil
saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam
b) bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang terlupa
dan gunakan barier sampai akhir bulan.

Anda mungkin juga menyukai