Anda di halaman 1dari 144

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM SISTEM

KOPLING DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM


KERJA KELOMPOK SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK
SEPEDA MOTOR DI SMK NEGERI 8 PURWOREJO

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Fajar Budi Prasetyo
NIM. 122170035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Upaya Peningkatan Pengetahuan Dalam Sistem Kopling Dengan

Pendekatan Komunikatif Dalam Kerja Kelompok Siswa Kelas XI Jurusan

Teknik Sepeda Motor Di Smk Negeri 8 Purwrejo”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Pendidikan Teknik Otomotif, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo

yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di

lembaga pendidikan tinggi ini.

2. Yuli Widiyono, M. Pd., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan izin penelitian.

3. Arif Susanto, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

yang telah membantu prosedur perizinan penelitian.

4. Suyitno, M. Pd. Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah mem-

berikan bimbingan, pengarahan serta koreksi dalam penyusunan usulan

skripsi.

v
MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan
boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu.
Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al Baqarah:
216)”

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah
(H.R. Turmudzi)”

“Selalu jadi diri sendiri tidak peduli apa yang mereka katakan dan jangan
pernah menjadi orang lain meskipun mereka tampak lebih baik daripada
Anda”

vii
 
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil’ alamin. Dengan izin Allah SWT, Pemberi

Anugrah tak ternilai dalam segala keterbatasanku, yang selalu memberikan

rahmat dan karunia sehingga skripsi ini dapat selesai disusun

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

» Bapak dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih

sayangnya, perhatiannya, dan selalu memberiku do’a, semangat, motivasi,

dan dukungan untukku.

» Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi dan perhatian selama

ini.

» Rekan-rekan Pendidikan Teknik Otomotif, terima kasih atas

persahabatannya. Semoga kita menjadi orang-orang yang sukses dan

diridhoi oleh Allah Swt. Amin.

viii
 
ABSTRAK
Fajar Budi Prasetyo,“Upaya Peningkatan Pengetahuan dalam Sistem
Kopling dengan Pendekatan Komunikatif dalam Kerja Kelompok Siswa Kelas
XI Jurusan Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 8 Purwrejo”. Skripsi.
Pendidikan Teknik Otomotif. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univesitas Muhammadiyah Purworejo. 2015.

Tujuan penilitian ini adalah (1) penerapan model pembelajaran


dengan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar pada mata diklat sistem kopling teknik sepeda motor kelas XI TSM A
SMK N 8 Purworejo, (2) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar
siswa pada mata diklat sistem kopling teknik sepeda motor krelas XI TSM A
di SMK N 8 Purworejo dengan menggunakan pendekatan komunikatif, (3)
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata diklat sistem kopling teknik
sepeda motor kelas XI TSM A di SMK N 8 Purworejo.
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Urutan kegiatan penelitian
mencakup 4 tahap meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)
Pengamatan dan (4) Refleksi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data antara lain: Angket , dan Tes. Analisis yang digunakan peneliti
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model
pembelajaran dengan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar pada mata diklat sistem kopling dapat dilaksanakan dengan
langkah berikut : (a) Guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4
sampai 5 siswa ; (b) Guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan ; (c) Siswa memikirkan jawaban dari permasalahan
yang disampaikan oleh guru; (d) Siswa mendiskusikan jawaban sesuai
kelompok ; (e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap hasil pembelajaran serta diskusi kelompok, (2) Penerapan model
pembelajaran pendektan komunikatif dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, terbukti dengan perolehan angket respon motivasi belajar dengan rata –
rata persentase 78,68% pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi
84,12% pada siklus II pelajaran sistem kopling (3) Pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran pendekatan komunikatif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terbukti pada pra siklus nilai rata – rata
68,28 dengan ketuntasan 46,87% pada pra siklus meningkat menjadi rata –
rata 75 dengan ketuntasan 71,87% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi
rata – rata 78,75 dengan ketuntasan 84,37% pada siklus II dari jumlah 32
siswa.

Kata kunci : Motivasi, Hasil Belajar, Pembelajaran pendekatan komunikatif

ix
 
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
MOTTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN............................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Batasan Masalah .............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA


PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ..................................................................................... 10
B. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 31
C. Kerangka Pikir ................................................................................. 37
D. Hipotesis .......................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
C. Subyek Penelitian ............................................................................ 42
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 42
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 44
F. Uji Coba Instrumen .......................................................................... 46
G. Analisis Data .................................................................................... 50
H. Kriteria Keberhasilan ....................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data ................................................................................... 54
1. Prasiklus ...................................................................................... 54

x
 
2. Siklus I ........................................................................................ 56
3. Siklus II ....................................................................................... 62
B. Analisis Data ..................................................................................... 68
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 75

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 80
B. Saran.......................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
 
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Sistem Kopling Siklus I ........................................ 45


Tabel 2. Kisi-Kisi Motivasi Belajar Siswa ................................................. 46
Tabel 3. Pedoman Skor Angket Motivasi Siswa ......................................... 52
Tabel 4. Indek Persentase Klasifikasi Kualitas............................................ 52
Tabel 5. Hasil Tes Pra Siklus ....................................................................... 55
Table 6. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I ............................................ 57
Tabel 7. Persentase Hasil Belajar Siswa ...................................................... 57
Tabel 8. Hasil Belajar Siklus I ..................................................................... 60
Tabel 9. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I ........................................... 63
Tabel 10. Persentase Motivasi Belajar........................................................... 65
Tabel 11. Hasil Belajar Siklus II ................................................................... 66
Tabel 12. Persentase Tes Tertulis Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ........ 68
Tabel 13. Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I Dan Siklus II . 73

xii
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir..................................................................................... 37


Gambar 2. Siklus PTK .......................................................................................... 39
Gambar 3. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar ......................... 70
Gambar 4. Diagram Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II .......... 72
Gambar 5. Diagram Persentase Motivasi Belajar Siswa Terhadap Model
Pembelajaran Dengan Pendekatan Komunikatif ................................ 74

xiii
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ........................................................... 82


Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ....................... 83
Lampiran 3 Soal Tes ................................................................................ 100
Lampiran 4 Kunci Jawaban ..................................................................... 106
Lampiran 5 Hasil Tes Prasiklus ............................................................... 107
Lampiran 6 Hasil Tes Siklus I ................................................................. 108
Lampiran 7 Hasil Tes Siklus II ................................................................ 109
Lampiran 8 Pedoman Angket .................................................................. 110
Lampiran 9 Hasil Angket Siklus I ........................................................... 111
Lampiran 10 Hasil Angket Siklus II .......................................................... 112
Lampiran 11 Daya Pembeda Siklus I ........................................................ 115
Lampiran 12 Taraf Kesukaran Siklus I...................................................... 116
Lampiran 13 Daya Pembeda Siklus II ....................................................... 117
Lampiran 14 Taraf Kesukaran Siklus II .................................................... 118
Lampiran 16 Surat-Surat ........................................................................... 119
Lampiran 13 Kartu Bimbingan Skripsi ..................................................... 124
Lampiran 14 Dokumentasi ........................................................................ 126

xiv
 
1
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat sekarang ini, persaingan di dalam dunia kerja semakin

ketat. Hal tersebut disebabkan karena tingkat tingginya angka tenaga kerja

serta terbatasnya lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, untuk menyikapi hal

tersebut, maka mutlak dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas

tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat

mutlak untuk bersaing. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Salah satu upaya untuk membangun SDM, yaitu dengan

menyelenggarakan pendidikan kejuruan atau Sekolah Menengah

Kejuruan(SMK). Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan siap bekerja

sesuai dengan bidangnya serta menguasai kompetensi program keahlian dan

kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk

mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Permen Diknas

No. 23 Tahun 2006). Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang

berorientasi pada pengembangan proses dan hasil pembelajaran. Tidak

hanya kelulusan belajar disekolah, tetapi kualias lulusan menjadi tolak ukur

keberhasilan pendidikan kejuruan (Suyitno 2015: 206). Pendidikan kejuruan

merupakan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan proses dan

hasil pembelajaran. Proses akan menempa peserta didik untuk mencapai

  1
 
2
 

kompetensi yang diharapkan. Kualitas lulusan menjadi tolak ukur

keberhasilan pendidikan kejuruan (Suyitno 2016: 101). 

Dari ketentuan di atas terlihat bahwa kompetensi sumber daya

manusia merupakan salah satu tujuan penting dari diselenggarakannya

pendidikan menengah kejuruan. Kompetensi dalam hal ini yaitu

sebagaimana dijelakan dalam ketentuan Direktorat Pembinaan SMK

(2005:11) yaitu suatu spesifikasi pengetahuan dan keterampilan serta

penerapan dari pengetahuan dan keterampilan tersebut setingkat dengan

industri pada standar kinerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas, SMK merupakan lembaga yang concern

dalam mengembangkan pengetahuan siswanya. Dengan dimilikinya suatu

kompetensi tertentu, lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

dunia kerja yang lebih memilih angkatan kerja berkemampuan khusus.

Dengan demikian, hal yang paling mendasar dari penyelenggaraan

pendidikan SMK yaitu pengetahuan dan keterampilan siswanya pada

bidangnya masing-masing. SMK Negeri 8 Purworejo merupakan Sekolah

Menengah Kejuruan yang berbasis teknologi yang mempersiapkan peserta

didik untuk bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan kompetensi dan

standar kinerja yang dipersyaratkan, dituntut untuk memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang berkualitas dalam memasuki dunia kerja serta

mampu mengembangkan sikap yang profesional dalam bidangnya. Sesuai

dengan visi SMK Negeri 8 Purworejo yaitu SMK terpadu sebagai pusat

pendidikan dan latihan yang menghasilkan sumber daya manusia yang

 
 
3
 

berkualitas, berkompetensi tinggi, mandiri, berkepribadian dan berbudi

pekerti luhur. SMK Negeri 8 Purworejo adalah salah satu sekolah yang

menggunakan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penerapan KTSP di SMK Negeri 8 Purworejo diberlakukan bagi seluruh

siswa, baik di kelas I, II, dan III. Ini menunjukan bahwa proses

pembelajaran lebih ditekankan pada aspek kompetensi dan keterampilan.

Namun demikian, dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di

kelas XI TSM SMK Negeri 8 Purworejo tampak kurang maksimal. Hal

tersebut dapat dilihat dari kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Selain itu, dari hasil observasi menemukan

bahwa siswa TSM juga memiliki hasil belajar yang rendah, pada hal hasil

belajar merupakan tujuan penting dari penyelenggaraan pendidikan SMK.

Menurut guru pengampu sistem kopling sepeda motor, masih terdapat siswa

yang dinyatakan tidak lulus dalam mengikuti pembelajaran. Kurangnya

motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan rendahnya

hasil belajar di antaranya disebabkan oleh kurangnya aktif diantara siswa

selama kegiatan belajar. Padahal dalam kegiatan belajar secara kelompok,

proses kegiatan sepenuhnya harus berupusat pada siswa. Siswa dapat

menikmati jalannya pembelajaran, dan difasilitasi sehingga pada

akhirnyahasil belajar mereka meningkat. Kegiatan praktik merupakan

kegiatan penting bagi siswa SMK. Praktik merupakan nafas dari pendidikan

di SMK. Oleh karena itu, kegiatan praktik tidak kalah pentingnya dengan

kegiatan penyampaian materi di kelas.

 
 
4
 

Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengandalkan kreativitas siswa

dalam menyelesaikan tugas-tugas praktik yang diberikan guru, tetapi juga

memerlukan perhatian, pendampingan dan pengarahan secara langsung dari

guru ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Apabila hanya

mengandalkan kemampuan siswa yang sangat terbatas, maka hasilnya pun

tidak akan maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu

pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan siswa. Pendekatan pembelajaran yang tepat sangat menentukan

keberhasilan dari proses belajar mengajar. Dengan pendekatan pembelajaran

yang tepat pula, guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan

kreativitasnya.

Dalam hal pembelajaran, keterlibatan guru secara aktif didalam

pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru tidak boleh

membiarkan siswa belajar berjalan sendiri-sendiri. Kehadiran dan

keterlibatan guru secara aktif akan membantu menyelesaikan kesulitan-

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus

memperhatikan pendekatan pembelajaran yang selama ini dilakasanakan

dalam kaitannya dengan pembelajaran.

Dalam penelitian tindakan kelas ini akan mencoba menggunakan

pendekatan pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok. Pendekatan

komunikatif berorientasi pada proses belajar-mengajar dengan berdasarkan

pada tugas dan fungsi berkomunikasi. Dalam pendekatan komunikatif,

kebutuhan siswa menjadi tujuan utama. Pendekatan komunikatif berusaha

 
 
5
 

membuat siswa memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Dalam pendekatan komunikatif, kemampuan berbahasa bukanlah sebagai

tujuan akhir, tetapi sebagai sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.

Dalam pendekatan komunikatif, ada beberapa metode yang dapat

diterapkan, yaitu metode simulasi/ The Simulation Method, dan metode kaji

pengalaman/ The Inquiry Method (Pateda,1991:87). Metode simulasi yaitu

siswa aktif melakukan suatu pola yangdianjurkan guru sesuai dengan

pedoman yang telah diberikan oleh guru. Sedangkan guru bertindak

mengawasi dan mencatat hal-hal yang dianggap salah, kemudian diperbaiki

bersama-sama. Sedangkan langkah pada metode kaji pengalaman yaitu

dengan mengundang siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang

suatu hal, sedangkan guru bertindak sebagai penyemangat serta

memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik meneliti mengenai upaya

peningkatan pengetahuan siswa dengan pendekatan komunikatif dalam kerja

kelompok pada mata pelajaran sistem kopling sepeda motor SMK Negeri 8

Purworejo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas diketahui bahwa proses

pembelajaran mata diklat sistem kopling sepeda motor masih mengalami

masalah :

 
 
6
 

1) Proses pembelajaran yang digunakan oleh guru masih terpusat

pada guru sehingga para siswa kurang aktif dalam menerima

materi pelajaran karena hanya mendengarkan saja tidak berperan

aktif.

2) Belum adanya motivasi siswa sehingga siswa tidak konsentrasi

sewaktu diadakannya pembelajaran.

3) Siswa belum mempunyai antusias belajar pada saat proses

pembelajaran.

4) Rendahnya hasil belajar siswa teknik sepeda motor.

5) Guru kesulitan untuk menemukan teknik/ metode yang tepat untuk

mengajarkan meteri puisi sistem kopling secara baik.

6) Tidak tersedianya media belajar yang diperlukan oleh guru dalam

menerapkan strategi pembelajaran yang dapat memperlancar

pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar yang tidak mungkin untuk diteliti dalam waktu singkat. Oleh

karena itu, perlu dibatasi permasalahan penelitian yang hendak diteliti pada:

bagaimana upaya meningkatkan pengetahuan sistem kopling sepeda motor

siswa kelas XI di SMK Negeri 8 Purworejo . Oleh karena itu, fokus dari

penelitian ini adalah ingin meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

mata diklat sistem kopling sepeda motor dengan pendekatan komunikatif.

 
 
7
 

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah

di atas maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran dengan pendekatan

komunikatif untuk meningkatkan keaktifan danhasil belajar pada mata

diklat sistem kopling teknik sepeda motor siswa kelas XI TSM A SMK

N 8 purworejo tahun ajaran 2015/2016 ?

2. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan

pendekatan komunikatif pada mata diklat sistem kopling teknik sepeda

motor siswa kelas XI TSM A SMK N 8 purworejo tahun ajaran

2015/2016?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar mata diklat sistem kopling teknik

sepeda motor dengan pendekatan komunikatifkelas XI TSM A di SMK

8 purworejo tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif untuk

meningkatkan keaktifan danhasil belajar pada mata diklat sistem kopling

teknik sepeda motor siswa kelas XI TSM A SMK N 8 purworejo tahun

ajaran 2015/2016 ?

 
 
8
 

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan

pendekatan komunikatif pada mata diklat sistem kopling teknik sepeda

motor siswa kelas XI TSM A SMK N 8 purworejo tahun ajaran

2015/2016?

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata diklat sistem kopling

teknik sepeda motor dengan pendekatan komunikatifkelas XI TSM A di

SMK 8 purworejo tahun ajaran 2015/2016?

F. Manfaat Penelitian

1. Perkembangan ilmu secara umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kazanah ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang kajian pembelajaran praktik dengan

menggunakan pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok.

2. Penggunaan Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan partisifasi aktif siswa selama berlangsungnya

proses belajar mengajar.

2) Meningkatkan penguasaan kompetensi mata diklat sistem

kopling dasar siswa kelas XI di SMK Negeri 8 Purworejo.

3) Meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat secara

bebasdan terbuka dalam suasana gembira dalam proses

pembelajaran berdasarkan hasil temuan siswa atas jawaban dari

tugas yang diberikan.

 
 
9
 

4) Menumbuh kembangkan semangat kebersamaan bagi siswa.

b. Bagi guru

1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam aktivitas

pembelajaran

2) Memperbaiki aktivitas belajar untuk menghilangkan kesan

kelas yang monoton adalah kelas yang tidak kondusif dalam

proses pembelajaran.

3) Mengurangi kecenderungan menggunakan metode pengajaran

yang hanya mengandalkan ceramah.

4) Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif menuju

proses belajar mengajar yang bermutu.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini menjadi masukan agar kegiatan belajar mengajar

di SMK Negeri 8 Purworejo menjadi lebih baik dengan tidak hanya

menekankan pada peran guru, tapi pada kreativitas anak didik.

 
 
10
 

BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESI
A. Kajian Teori

1. Belajar

Kita dihadapkan pada pengetahuan yang demikian pesat bertambah,

berkat kemampuan bepikir dan penelitian yang dilakukan para ahli.

Penetahuan tidak begitu saja dapat menjadi miik kita. Untuk itu kita harus

belajar. Belajar dapat dipermudah bila kita mengetahui cara-cara dan seluk-

beluk belajar sebagai hasil penelitian para ahli.

Howard L. Kingsley dalam Ahmadi ( 2012: 127 )“ Learning is the

prosess by which behavior (in the boader sense) is orginated or changed

through practice or training “. (Belajar adalah “proses dimana tingkah

laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).

Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) dalam

Syaiful (2013: 53) adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan

antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui penginderaan

dan response (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi dan

proses memperkuat hubungan tersebut.

Menurut Gagne dalam Purwanto (2012:84), “belajar terjadi apabila

suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa

sedemikian rupa sehingga perbuatannya (perfomance-nya) berubah dari

waktu sebelum ia menjalani situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami

  10
 
11
 

situasi tadi”. Sedangkan menurut Utomo (2012:13) “Belajar adalah kegiatan

yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individual yang sedang

belajar baik potensi maupun aktual”.

Gage dalam Dahar, Ratna (2006:4), mengemukakan bahwa ada lima

bentuk belajar yaitu :

a) Belajar responden
Sesungguhnya semua hal didalam lingkungan dapat menjadi
berpasangan dengan stimulus yag menimbulkan respon
emosional. Kata-kata guru yang ramah atau kata-kata guru yang
kasar dapat menimbulkan perasaan senang ataupun takut. Seorang
guru yang menelitiperistiwa-peristia belajar dengan model belajar
responden mungkin dapat menolong siswa memahami peraaan
mereka, mencapai hasil-hasil belajar yan lebih memuaskan, dan
mencegah mereka dei belajar respons-respons yang tidak
diinginkan.
b) Belajar kontiguitas
Dalam sekolah kita melihat bentuk belajar model semaam ini
waktu guru “mendril” siswa. Misalnya dalam menghafal
pertambahan “2+2, 3+3, 4+4” dan seterunya. Mengajar dengan
metode “dril” ini, walaupun kerap kali membosankan, dapat
menjadi efisien karena peristiwa yang terjadi secara beramaan
dapat menghasilkan belajar. Mengatakan “empat” terhadap
stimulus “2+2” mengakibatkan pemasangan stimulus dan respons
yang asosiasinya akan dipelajari.
c) Belajar operant
Belajar sebagai akibat penguatan merupakan bentuk belajar lain
yang banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi perilaku.
Bentuk belajar ini disebut terkonsisi operant sebab perilaku yang
diinginka timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara
naluriah oleh stimulus apapun,saat organisma “beroprasi”
terhadap lingkungan. Bila respons secara sukarela menjawab
pertanyaan guru, penguat terhadap respon itu mungkin dalam
bentuk “diberi giliran oleh guru”. Bila respons itu berupa jawaban
itu sendiri terhadap pertanyaan, penguat mungkin berupa ucapan
guru: “Betul” atau “Bagus sekali”. Atau bila respon itu berupa
duduk diam dan tidak berupa apa-apa, salah satu penguat yang
menyebabkan perilaku itu akan terjadi lagi ialah suatu tanda
persetuan guru, bain berupa kata-kata maupun senyuman.

 
 
12
 

d) Belajar observasional
Konsep belajar observasional memperlihatkan bahwa orang dapat
belajar dengan mengamati orang lain melakukan hal-hal yang
akan dipelajari. Oleh karena itu, perlu diperlihatkan agar anak-
anak lebih banyak diberi kesempatan untuk mengamati model-
model perilaku yang baik atau yang kita inginkan, dan
mengurangi keempatan-kesempatan untuk melihat perilaku-
perilaku yang tidak baik.
e) Belajar kognitif
Beberapa ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa pada
konsepsi-konsepsi tentang belajar yang telah dikenal, tidak
satupun yang mempersoalkan proses kognitif yang terjadi selama
belajar. Proses semacam itu menyangkut antara lain berpikir
menggunakan logika deduktif dan induktif.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah sebuah Proses situasi yang melahirkan atau mengubah suatu tingkah

laku melalui latihan, lingkungan alamiah, dan pengalaman yang pada

prosesnya menggunakan semua alat indra yang akan merubah isi ingatan,

sehingga mampu merubah perbuatannya dari waktu ia menjalani ituasi itu

dari waktu sesudah mengalami situasi tadi.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Menurut wexley dan yulk dalam buku Majid (2014: 307 - 308)

motivasi adalah pemberian waktu atu pemberian motif. Dapat pula

diartikan sebagai hal atau keadaan yang menjadi motif. Menurut

mitchell dalam buku Majid (2014: 307) motivasi mewakili proses-proses

psikologikan yang menyebabkan timbulya, diarakan, dan terjadi

persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (valunter) yang diarahkan pad

tujuan tertentu.

 
 
13
 

Soemanto dalam buku Majid (2014: 307) secara umum

mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai

oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena

perilaku manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa

perubahan tenaga yanag memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai

telah terjadi didalam diri seseorang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri

seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan , perasaan dan juga emosi

sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu

dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, dan keinginan yang harus

terpuaskan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80-81) motivasi

dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam

motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar. Ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan,

dorongan dan tujuan.

b. Belajar

Menurut Slameto (2013: 2) pengertian belajar secara psikis

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dsri interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

 
 
14
 

hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

aspek tingkah laku. Definisi belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Pengertian belajar Menurut Skinner dalam buku Dimyati dan

Mudjiono (2013: 9), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responnya.

Pengertian belajar menurut Robert M. Gagne dalam buku Syaiful

Sagala (2013: 17), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,

bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (perfonance–nya) berubah

dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.

c. Motivasi belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 94-96) dalam perilaku

belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang

instrinsik dan ekstrinsik. Penguatan motivasi – motivasi belajar tersebut

berada ditangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain.

Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama

 
 
15
 

minimun sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas

memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Perilaku belajar yang

mengandung motivasi belajar yang dkelola oleh guru dan dihayati oleh

siswa. Guru adalah pendidik yang berperanan dalam rekayasa

pedagogis. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki

motivasi instrinsik. Siswa adalah pelajar yang paling berkepentinhan

dalam menghayati belajar. Dalam proses belajar mengajar, guru

melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji,

menegur, menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut

berarti menguatkan motivasi instrinsik. Belajar yang bermotivasi siswa

memperoleh hasil belajar. Hasil belajar dapat dikatagorikan sebagai

hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau lengkap.dampak

pengajaran adalah hasil belajar yang segara dapat diukur.

d. Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar menurut

Dimyati dan Mudjiono (2013: 97-100),

1. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti

keinginan belajar berjalan, dapat membaca, dapat menyayi, dan lain –

lain.keberhasilan mencapai keinginan tersebut menimbulkan cita –

cita dalam kehidupan. Timbulnya cita – cita dibarengi oleh

perkembangan kepribadian.

 
 
16
 

2. Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melakasnakan

tugas – tugas perkembangan.

3. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siwa yang sedang sakit,

lapar, dan marah akan mengganggu perhatian belajar. sebaliknya

siswa yang sehat, kenyang dan bahagia akan mudah memusatkan

belajar.

4. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. sebagai

anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan

sekitar. Bencana alam dan lingkungan yang kumuh, ancaman rekan

yang nakal, perkelahian antar siswa akan mengganggu kesungguhan

belajar. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah,

maka semangat motivasi belajar mudah diperkuat.

5. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran

yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.Lingkungan

siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan

pergulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa

 
 
17
 

berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin

menjangkau siswa. kesemua lingkungan tersebur mendinamiskan

motivasi belajar.

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi disekolah dan diluar sekolah.

upya pembelajaran disekolah meliputi menyelenggarakan tertib

belajar sekolah, membina disipilin belajar dalam tiap kesempatan,

membina tertib pergaulan, membina belajar tertib lingkungan

sekolah.Disamping penyelenggaraan tertib yag umum tersebut, maka

secara individual, tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya

pembelajaran tersebut meliputi pemahaman tentang diri siswa dalam

rangka tertib belajar, pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik

hubungan secara tepat guna, dan mendidik cinta belajar.

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:101-106) adapun upaya untuk

meningkatkan motivasi belajar yaitu,

1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar

Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip. Beberapa

prinsip belajar itu antara lain ;

a. Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar.

b. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan

masalah yang menantangnya.

 
 
18
 

c. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala

kemampuan mental siswa alam program kegiatan tertentu.

d. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip

penilaian dan faedahnilai belajar bagi kehidupan dikemudian hari.

2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran.

Upaya optimalisasi tersebut diantaranya ;

a. Pemberian kesemptan pada siswa untuk mengungkapkan

hambatan pada belajar yang dialaminya.

b. Memelihara minat, kemauan,dan semangat belajarnya sehingga

terwujud tindak belajar.

c. Meminta kesempatan pada orang tua siswa agar memberi

kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

d. Memenfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.

e. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira

terpusat pada perilaku belajar.

f. Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya

diri.

3. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Upaya Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan

siswa dapat dilakukan sebagai berikut ;

a. Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya

b. Guru memecahkan hal-hal yang sukar.

 
 
19
 

c. Guru mengajarkan dan mendidikkan keberanian mengatasi

kesukaran.

d. Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

e. Guru memberi kempatan pada siswa yang mampu memecahkan

masalah untuk membantu rekan – rekannya yang mengalami

kesukaran.

f. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi

kesukaran belajar.

g. Guru menghargai pengalaman dan kempuan siswa agar belajar

secara mandiri.

4. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Cara-cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan

antara lain ;

a. Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan

b. Guru mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas

belajar.

c. Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk

belajar.

d. Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap

fasilitas belajar.

e. Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan

di notes pramuka dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak

tercapai.

 
 
20
 

f. Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama,

pramuka dan instrukstur.

3. Hasil belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2013 : 2) pengertian belajar secara psikis

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

aspek tingkah laku. Definisi belajar dapat didefinisikan sebagai berikut ;

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Pengertian belajar Menurut Skinner dalam buku Dimyati dan

Mudjiono (2013: 9), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responnya.

Pengertian belajar menurut Robert M. Gagne dalam buku Syaiful

Sagala (2013: 17), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,

bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi

 
 
21
 

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (perfonance – nya)

berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.

b. Ciri Belajar

Menurut Syaiful Sagala (2013: 53) Perbuatan dan hasil belajar

dapat dipahami bahwa perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat di

manifestasikan dalam wujud :

1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip

hukum atau kaidaha, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-

nilai dan sebagaainya

2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan)proses berfikir

mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap

apresiasi, penghayatan dan sebagainya) perilaku psikomotorik

termasuk yang bersifat ekpresif.

3. perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun

yang intangible.

Adapun ciri perubahan spesifik antara lain seperti dikemukakan

berikut ini ;

1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek aspek kepribadiaan yang

berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar

selanjutnya.

2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

 
 
22
 

3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin

dicapai melalu proses belajar.

4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, menyebabkan

keseluruhan tingkah laku secara integral.

5. Belajar adalah proses interaksi.

6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada komplek.

c. Hasil Pembelajaran

Menurut Eko Putro Widiyoko (2013: 25-28) proses pembelajaran

melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu

perubahan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil

proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan

outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang

segaera dapat diketahui setelah mengikuti serangkaian proses

pembelajaran. Ada juga yang menyebut output pembelajaran merupkan

hasil pembelajaran yang bersifat jangka pendek. Output pembelajaran

dapat dibedakan menjadi dua yaitu hard skills dan soft skills.Hard skills

merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk dilakukan

pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu academic skills

dan vocation skliss. Kecakapan akademik (academic skill) merupakan

kecakapan untuk menguasai berbagai konsep dalam bidang ilm- ilmu

yang dipelajari seperti, kecakapan mendefinisikan, menghuitung,

menjelaskan, menguraikan,memprediksi,menganalisis, membandingkan,

membedakan dan menarik kesimpulan dari berbagai konsep data maupun

 
 
23
 

fakta yang berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang

dipelajari. Kecakapan vokasional (vocational skills) sering disebut juga

kecakapan kejuruan, yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang

pekerjaan tertentu. Soft skills merupakan strategis yang dipeerlukan untuk

meraih sukses dan hidup dalam masyarakat. Kecakapan ini merupakan

kecakapan yang relatif sulit untuk dilakukan pengukuran dibandingkan

dengan kecakapan akademik maupun kecakapan vokasioanal. Soft skills

dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan personal (pesonal skills)

dan kecakapan sosial (social skills). Kecakapan personal (personal skils)

merupakan kecakapan yang diperlukan agar sisa dapat eksis dan mampu

mengambil peluang yang positif dalam kondisi kehidupan yang berubah

dengan sangat cepat. Kecakapan sosial merupakan kecakapan yang

dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat yang multikultur, masyarakat

demokrasi dan masyarakat global yang penuh persaingan dan tantangan.

4. Metode Pembelajaran
Metode merupakan suatu cara untuk melakukan kegiatan atau

melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep

secara sistematis.Dalam dunia pengajaran metode diartikan sebagai

rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis

berdasarkan pendekatan dan strategi tertentu. Dengan adanya suatu

metode, dapat memberikan gambaran kedepan bagaimana cara

menyampaikan materi kepada anak didiknya.

 
 
24
 

“Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola

prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan

dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

belajar” (Sani,2013:89). Selanjutnya, Suyono (2012:19) menyatakan

bahwa “metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur

maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara

penilaian yang akan dilaksanakan”.

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model/metode

pembelajaran adalah sebuah langkah-langkah atau kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan tertentu, sebagai pedoman untuk perencanaan pengajaran

dalam pelaksanaan aktivitas belajar mengajar.

Menurut J.R. David dalam Majid (2014:193) menyebutkan bahwa

“method is a way in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu).

Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

ditetapkan”. Metode pembelajaran sangatlah penting dalam suatu

rangkaian atau sistem pembelajaran sebagai suatu strategi guna mencapai

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Adapun beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran menurut Depdiknas dalam

Majid (2014:194), meliputi :

1) Metode Ceramah
2) Metode Demonstrasi
3) Metode Diskusi
4) Metode Simulasi (The Simulation Method)
5) Metode Tugas dan Resitasi

 
 
25
 

6) Metode Tanya Jawab


7) Metode Kerja Kelompok
8) Metode Problem Solving
9) Metode Sistem Regu (Team Teaching)
10) Metode Latihan (Drill)
11) Metode Karyawisata (Field-Trip)
12) Ekspositori
13) Inkuiri
14) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)

Pendekatan komunikatif dengan Metode Pembelajaran simulasi (The


Simulation Method) dalam kerja kelompok

a. Pengertian Komunikasi

Menurut Evertt M. Rogers dalam majid (2014:282)

mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang didalamnya terdapat

suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan

tujuan merubah perilakunya. Menurut Theodore Herbert dalam Majid

(2014:282) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di

dalamnya menujukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seorang

kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencaai beberapa tujuan

khusus. Sedangkan, menurut Wilbur Schramm dalam Majid

komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara

pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan

penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti

pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta

ditafsirkan oleh penerima (Suranto:2005)

Dalam pendekatan komunikatif, kemampuan berbahasa

bukanlah sebagaitujuan akhir, tetapi sebagai sarana untuk

 
 
26
 

melaksanakan maksud komunikasi.Dalam pendekatan komunikatif,

ada beberapa metode yang dapatditerapkan, yaitu metode simulasi/

The Simulation Method, dan metode kajipengalaman/ The Inquiry

Method (Pateda, 1991:87). Metode simulasi yaitu siswa aktif

melakukan suatu pola yangdianjurkan guru sesuai dengan pedoman

yang telah diberikan oleh guru.Sedangkan guru bertindak mengawasi

dan mencatat hal-hal yang dianggapsalah, kemudian diperbaiki

bersama-sama.Sedangkan langkah pada metode kaji pengalaman yaitu

denganmengundang siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang

suatu hal,sedangkan guru bertindak sebagai penyemangat serta

memperbaikikesalahan-kesalahan siswa tersebut.

b. Metode Simulasi (The Simulation Method)

1. Pengertian Metode Simulasi

Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan

asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara

langsung pada objek yang sebenarnya. Simulasi berasal dari kata

simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.

Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian

pengalaman belajar dengan mengunakan situasi tiruan untuk

memahami tentang kosep, prinsip, atau ketrampilan tertentu.

Metode simulasi bertujuan untuk: 1) melatih kertampilan

tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,

2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, 3)

 
 
27
 

melatih memecahkan masalah, 4) meningkatkan keaktifan belajar, 5)

memberikan motifasi belajar kepada siswa, 6) melatih siswa untuk

mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok 7) menumbuhkan

daya kreatif siswa, dan 8) melatih siswa untuk mengembangkan

sikap toleransi (Depdiknas: 2004).

2. Langkah-Langkah Simulasi

a. Pesiapan simulasi

1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak

dicapai oleh simulasi.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang

akan di simulasikan.

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam

simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para

pemeran, serta waktu yang disediakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam

pemeranan simulasi.

3. Pelaksaan Simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

2) Para siswa lainya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberi bantuan kepada pemeran yang

mendapat kesulitan.

 
 
28
 

4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini

dimaksudkan untuk mendorong siswa berfikir dalam

menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

4. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalanya simulasi maupun

materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong

agar siswa dapat memberikan kritik dan tangapan trhadap

proses pelaksanaan simulasi.

2) Merumuskan kesimpulan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

Terdapat beberapa kelebihan dengan mengunakan

simulasi sebagai metode mengajar, diantarantya adalah sebagai

berikut.

i. Simulasi dapat di jadikan sebagai bekal bagi siswa dalam

menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam

kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi

dunia kerja.

ii. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa karena

melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk

memainkan peranan sesuai dengan topik yang

disimulasikan.

 
 
29
 

iii. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri

siswa.

iv. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang

di perlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial

yang problematis.

v. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam

pembelajaran.

Di samping memiliki kelebihan, simulai juga mempunyai

kelemahan, diantaranya:

1) Pengalaman yang di peroleh melalui simulasi tidak selalu

tepat dan sesuai dengan kenyataan lapangan.

2) Pengelola yang kurang baik, sering menjadikan simulasi

sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran

menjadi terabaikan.

3) Faktor psikologi seperti rasa malu dan takut sering

mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

c. Metode Kerja Kelompok

1) Pengertian Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi

kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas

dipandang sebagai satu kesatuan kelompok tersendiri ataupun

dibagi atas kelompok-kelompok kecil.

2) Pembagian Kelompok

 
 
30
 

Kelompok bisa dibuat berdasarkan :

a) Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama

bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar

b) Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas

siswa yang mempunyai minat yang sama

c) Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita

berikan

d) Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal, siswa

yang tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam

satu kelompok sehigga memudahkan koordinasi kerja

e) Pengelompokan secara random atau diundi,tidak melihat

faktor-faktor lain

f) Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria

dan ada kelompok wanita

Sebaiknya dalam satu kelompok bersifat heterogen, baik

dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini

dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat

sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang

baik). Jika dilihat dari segi proses kerjanya, kerja kelompok

dibagi menjadi dua, yaitu kelompok jangka pendek dan kelompok

jangka panjang. Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu

untuk bekerja dalam kelompok tersebut hanya pada saat itu saja.

Jadi sifatnya insidental. Kelompok jangka panjang, artinya proses

 
 
31
 

kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu saja,

mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas/

masalah yang akan dipecahkan.

Untuk mencapai hasil yang baik, faktor yang

diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:

a) Perlu adanya dorongan yang kuat untuk bekerja pada setiap

anggota

b) Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit yang

dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk

dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini

bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan

dipecahkanPersaingan yang sehat antar kelompok biasanya

mendorong.

c) Berhasil tidaknya kerja kelompok.

B. Tinjauan Pustaka

Kajian yang relevan dengan penelitian berjudul “Upaya Peningkatan

Keterampilan Praktik Sistem Kopling Dengan Pendekatan Komunikatif

Dalam Kerja Kelompok Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Sepeda Motor Di

SMK Negeri 8 Purworejo” atau terdapat kemiripan antara lain :

1. IMA (2011). “Pengaruh Pendekatan Komunikatif Terhadap

Kemampuan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Di Kelas IV SDN Tanjungsari 02 Leuwiliang Kabupaten Bogor”.

 
 
32
 

Populasi penelitian ini adalah 90 orang siswa kelas IV dari kelas a dan

b.Sampel penelitian 60 orang siswa, dari kelas IVa diambil 30 orang

siswa,sedangkan dari kelas IV B diambil 30 orang siswa ditentukan

dengan samrandom sampling. Metode penelitian yang digunakan

adalah quasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen

penilaian berbicara di kelas kontrol (variabel X), dan instrumen

penilaian berbicara di kelas eksperimen (variabel Dari hasil pengujian

normalitas untuk data kelas kontrol diperoleh nilai = 0,1517, untuk n

= 30 dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,161 dan kelas eksperimen

diperoleh = 0,1375, Luntuk n = 30 dengan taraf signifikan 0,05

adalah 0,161. < sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data dari

kemampuan berbicara tersebut berdistribusi normal. tabel Pengujian

hipotesis dilakukan dengan uji-t, dari perhitungannya didapat thitung

= 3,52 sedangkan tditolak dan H1 tabel = 2,0399 yang berarti t > t

yang menyatakan Hditerima. Ini menunjukkan bahwa Terdapat

pengaruh signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

terhadap kemiripan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan

komunikatif siswa di SDN Tanjungsari 02.

2. Deni Ramadi (2012). “Upaya Peningkatan Keterampilan Praktik

Pengukuran Teknik Dengan Pendekatan Komunikatif Dalam Kerja

Kelompok Siswa Kelas X Jurusan Otomotif Di Smk 45 Wonosari”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan

komunikatif dalam kerja kelompok dalam meningkatkan minat,

 
 
33
 

meningkatkan aktivitas belajar dan meningkatkan keterampilan

praktik siswa X di SMK 45 Wonosari pada praktek mata diklat

pengukuran teknik.Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Siklus penelitian terdiri atas dua siklus. Sasaran

penelitian adalah peningkatan keterampilan praktik siswa kelas X

Otomotif 1 di SMK 45 Wonosari Gunung kidul. Aspek yang diteliti

yaitu minat, aktivitas pembelajaran dan keterampilan praktik siswa

dengan pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok sebagai

pendekatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu dengan observasi awal untuk mengetahui

keadaan siswa sebelum dilakukan praktik, kemudian dilanjutkan

dengan pelaksanaan tindakan yang terdiri atas dua siklus. Pada siklus I

yaitu terdiri atas perencanaan tindakan 1, pelaksanaan tindakan 1,

observasi dan refleksi. Selanjutnya pada siklus II langkah-langkahnya

juga sama yaitu perencanaan tindakan II, pelaksanaan tindakan II,

observasi dan refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa

mengikuti praktik mengalami peningkatan. Pada siklus rata – rata

skor/poin hanya sebesar 78.9 dan pada siklus II menjadi 94.95.

Selanjutnya di ikuti aktivitas belajar yang di tunjukan oleh siswa

sebanyak 12 pada siklus I menjadi 19 poin pada siklus ke II.

Peningkatan keterampilan praktik siswa pada siklus I nilai 6,00-6,99

berjumlah 12 siswa atau 54,55%. Siswa yang mendapatkan nilai 7,00-

 
 
34
 

7,49 sebanyak 6 siswa atau 27,27%. Siswa yang mendapat nilai 7,50-

7,99 sebanyak 4 siswa atau 18,18%. Tidak ada siswa yang mendapat

nilai > 8,00. Sedangkan pada siklus II, tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai 6,00-6,99 atau 0%. Siswa yang mendapatkan nilai

7,00-7,49 sebanyak 1 siswa atau 4,55%. Siswa yang mendapat nilai

7,50,7,99 sebanyak 13 siswa atau 59,09%. Sedangkan siswa yang

mendapatkan nilai > 8,00 sebanyak 8 siswa atau 36,36%.

3. Sugiyanto (2008). “Penerapan Pendekatan Komunikatif Dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II Sekolah Dasar Negeri

Gedangan 01 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo”. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah diketahuinya pelaksanaan pendekatan

komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II Sekolah

Dasar Negeri Gedangan 01 dilaksanakan dengan sistematika sebagai

berikut: a) menyampaikan pembelajaran melalui bacaan, b)

menyampaikan pembelajaran tentang mengintepretasikan atau

menerjemahkan sistem komunikasi dalam karya sastra,

c)menyampaikan pembelajaran membuat suatu cerita, pertanyaan dan

jawaban, d) memberikan pembelajaran deklamasi untuk melatih siswa

berekspresi dalam berkomunikasi, e) memberikan pembelajaran

gramatika secara terpadu atau terintegrasi dalam media komunikasi

seperti bacaan,maupun dalam kegiatan bertanya-jawab dan membuat

suatu ceritera, f) melakukan observasi, baik melalui ulangan maupun

melalui pengamatan kualitiatif, g) melakukan refleksi secara informal

 
 
35
 

untuk mengevaluasi dan menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran

pada tahap berikutnya. Adapun kendala yang muncul meliputi kondisi

verbal siswa, kondisi psikis siswa, kendala teknis, kemampuan visual

siswa,dan kendala eksternal. Selanjutnya solusi yang diberikan adalah

dengan mengenalkan siswa pada teks baik bacaan dan puisi yang

tingkat kesulitannya meningkat secara bertahap, pemberian motivasi

atau dorongan untuk memberikan semangat pada siswa, dilakukan

pembelajaran intepretasi gambar ilustratif secara perlahan, dan

melibatkan orang tua siswa untuk membantu menyiapkan bahan-bahan

untuk pembelajaran di sekolah.

4. Muchlish Siddiq (2006). “Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Pada Standar Kompetensi Sistem Pengisian Di Kelas XI

Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Nganjuk”.

Skripsi. Pendidikan Teknik Otomotif. FKIP Universitas

Muhammadiyah Purworejo. 2015. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)

Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya motivasi belajar siswa yang

telah diterapkan metode berbasis masalah (Problem Based

Learning)pada mata diklat memelihara sistem pengisian kelas XI

Program Keahlian Teknik Kendaraan RinganSMK Negeri 1 Nganjuk.

2) Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa yang

telah diterapkan metode berbasis masalah (Problem Based Learning)

pada mata diklat memelihara sistem pengisisan kelas XI Program

 
 
36
 

Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Nganjuk. Jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian tindakan ini adalah

siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraa Ringan SMK

Negeri 1 Nganjuk tahun ajaran 2014/2015, yang berjumlah 25 semua

laki-laki. Aspek yang diteliti meliputi kegigihan, tingkah laku, dan

aktivitas siswa yang menunjukkan motivasi belajar siswa dan tindakan

pembelajaran yang ditunjukkan oleh guru sebagai indikator

keterlaksanaan pembelajaran berbasis tugas. Setelah data diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi persentase. Analisis

data dengan analisis deskriptif kuantitatif untuk mencari persentase

rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah

bahwa motivasi dan hasil belajar siswa meningkat dari tiap siklusnya.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya skor rata-rata motivasi siswa

dari pra siklus dengan persentase 56,50% berkategori kurang, naik

menjadi 71,40% berkategori cukup dan semakin meningkat pada siklus

II yaitu sebesar 83,80%. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari

meningkatnya hasil pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning) berdasarkan persentase

siswa yang memenuhi standar kompetensi pada pra siklus sebesar 36%,

pada siklus I meningkat sebesar 52% naik menjadi 72% pada siklus II.

 
 
37
 

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram

pada gambar berikut :

Peningkatan pengetahuan

Pembelajaran Sistem kopling di SMK N 8 Hasil belajar siswa


belum mengakomodasi siswa untuk kelasXI TSM SMK N 8
mengembangkan sikap aktif masih belum mencapai
KKM 7.50

Menerapkan pendekatan Komunikatif dalam pembelajaran Sistem Kopling

Model pembelajaran
komunikatif mempunyai
karakteristik untuk
meningkatkan pengetahuan
siswa : dapat saling tukar
pikiran/berdiskusi,
memecahkan masalah, dan Penelitian yang relevan:
menciptakan lingkungan yang Deni Ramadi (2012).Upaya
aktif. Peningkatan Keterampilan
Praktik Pengukuran Teknik
Dengan Pendekatan
Komunikatif Dalam Kerja
motivasi dan Hasil belajar Kelompok Siswa Kelas X
siswa kelas XI TSM SMK N 8 Jurusan Otomoti fDi Smk 45
meningkat. Wonosari

Gambar 1. Kerangka Pikir

 
 
38
 

Pengetahuan dan Kerjasama kelompok sangat penting bagi siswa untuk

meningkatkan pengetahuan siswa, Pengetahuan dan Kerjasama kelompok

dapat dikembangkan melalui pembelajaran mata diklat TSM pada siswa kelas

XI TSM SMK N 8 Purworejo yang diketahui tingakat pengetahuan tergolong

masih rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan pendekatan komunikatif

dalam pembelajaran mata diklat TSM. Model pendekatan komunikatif

mempunyai karakteristik untuk meningkatkan pengetahuan, kerjasama

kelompok, menentukan masalah dan mencari solusi dari masalah. Pada model

pendekatan komunikatif terdapat tahapan kuis dan penghargaan, yang akan

dilakukan peneliti secara relevan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kerjasama kelompok siswa pada kelas XI TSM A di SMK N 8 Purworejo.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas

secara rinci maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : dengan pendekatan

komunikatif dengan metode simulasi dapat meningkatkan pengetahuan siswa

dalam pembelajaran Sistem Kopling siswa kelas XI TSM A SMK N 8

Purworejo tahun ajaran 2015/2016.

 
 
39
 
 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) melalui proses pengkajian dengan beberapa siklus.

Penelitian ini menggunakan setting penelitian tindakan yang difokuskan

untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran kelas. Dalam

penelitian ini dilakukan 2 siklus dimana setiap siklus terdiri atas beberapa

tahapan yaitu : 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.

Menurut Arikunto (2011: 3) “ PTK adalah suatu pencermatan terhadapa

kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas bersama. Berikut adalah gambar siklus PTK.


Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

 
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Berhasil atau lanjut ke siklus berikutnya

Gambar 2. Siklus PTK

  39
 
40
 

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1) Penyusunan desain pembelajaran yang mencakup penentuan

jenis dan topik yang akan dijadikan proyek kelompok,

penemuan kelompok, dan kegiatan pembelajaran dalam kelas.

2) Membuat instrumen penelitian dan menyusun RPP.

3) Sosialisasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan

dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

simulasi

b. Tindakan

Pada tahap ini RPP yang telah disusun diterapkan dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas XI

TSM A SMK N 8 Purworejo ini adalah pembelajaran metode

simulasi Tahapan pembelajaran ini meliputi:

1) Persiapan Simulasi

2) Pelaksanaan Simulasi

3) Penutup

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif

dengan metode simulasi, peneliti yang dibantu observer lain

melakukan observasi. Observasi yang dilaksanakan berupa

monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa di kelas.

 
 
41
 

d. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan

dan observasi hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan dan

observasi yang dianalisis sebagai bahan untuk merefleksi apakah

pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya sesuai dengan yang

direncanakan dan diharapkan.

2. Siklus II

Hasil refleksi pada siklus I kemudian ditindak lanjuti dengan

pelaksanaan siklus yang kedua. Tahapan-tahappan yang dilaksanakan

pada siklus ini meliputi:

a. Perencanaan

1) Menyusun RPP.

2) Mempersiapkan instrumen yang sama dengan siklus I.

b. Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

disusun. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan

menerapakan model pembelajaran simulasi.

c. Observasi

Observasi peneliti dibantu observer mengamati dan mencatat

segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

 
 
42
 

d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti membandingkan hasil pada siklus II

dengan hasil pada siklus I. Apakah ada peningkatan hasil belajar

siswa atau tidak, apabila tidak ada peningkatan hasil belajar maka

siklus tetap dilanjutkan sampai berhasil, tetapi apabila berhasil maka

peneliti dan guru sepakat untuk menghentikan siklus ini.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 8 Purworejo yang terletak di

Desa Bajangrejo, Banyurip, Kabupaten Purworejo. Waktu pelaksanaan

penelitian adalah Maret 2016 sampai dengan Mei 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI TSM A SMK N 8 Purworejo

tahun pelajaran 2015 / 2016 yang berjumlah tiga puluh dua siswa. Penentuan

Kelas XI TSM A karena kelas tersebut berdasarkan pengamatan peneliti hasil

belajarnya kurang diantara kelas TSM yang lain. Dengan demikian kelas

tersebut perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil

belajarnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan

menggunakan metode test dan observasi.

 
 
43
 

1. Metode Tes

Menurut Suharsimi Arikunto ( 2010 : 193 )tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok. Tes yang dibuat dalam penelitian ini berisi

tentang materi sub pokok bahasan tentang komponen – komponen sistem

kopling. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar produktif siswa pada

materi sistem kopling.

2. Metode Angket atau Kuesioner

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu juga cocok

digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang

luas. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui motivasi belajar dalam

pembelajaran sistem kopling. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara

langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adapun isi angket terdiri

dari variabel pengaruh. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah

angket tertutup yaitu bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah

ditentukan atau disediakan jawabannya terlebih dahulu oleh peneliti,

 
 
44
 

sehingga responden tinggal memilih mana jawaban yang sesuai dengan

keadaan mereka.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah

skala test motivasi belajar dan hasil belajar. Sebelum menuliskan butir-butir

pertanyaan peneliti membuat kisi-kisi tes terlebih dahulu. Instrumen

penelitian untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes Hasil Belajar Siswa

Tes sebagai instrumen pengumpul data dilaksanakan untuk

mengukur keberhasilan proses belajar-mengajar. Tes digunakan untuk

mengukur keterampilan ,pengetahuan, intelegensi, bakat, atau kemampuan

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bila ditinjau dari segi

kegunaan untuk mengukur kemampuan siswa, maka dibedakan atas tiga

macam tes, yaitu: tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Untuk

mengetahui hasil belajar siswa digunakan tes formatif. Tes formatif yang

dipergunakan adalah tes obyektif dengan bentuk pilihan ganda. Adapun

kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa sebagai berikut:

 
 
45
 

Tabel. 1 Kisi-kisi Soal Sistem Kopling Siklus I

Variabel No Indikator No butir soal Jumlah


1 Fungsi kopling dan 1, 2,3 3
cara kerja sistem
kopling
2 Bagian – bagian 4,5,6,7,8 5
kopling
Sistem 3 Jenis-jenis kopling 9,10,11 3
Kopling
4 Pengecekan kopling 12,13,14,15 4
5 Penyetelan kopling 16,17,18,19,20 5
6 Mengidentifikasi 21,22,23,24,25 5
kerusakn kopling
Total 25

2. Angket Motivasi Belajar Siswa

Untuk mengungkapkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan

dalam proses pembelajaran juga digunakan metode angket sama seperti

instrumen yang pertama. Instrumen tersebut disusun berdasarkan

pengamatan terhadap motivasi belajar siswa terutama saat penerapan

pembelajaran pendekatan komunikatif. Adapun indikator tersebut adalah

kegigihan dan tingkah laku serta aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Agar lebih jelasnya kisi-kisi instrumen motivasi belajar

siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

 
 
46
 

Tabel 2. Kisi-kisi motivasi belajar siswa


No. Indikator No butir soal Jumlah butir

1. Cita – cita atau aspirasi siswa 1,2,3,4,5 5


2. Kondisi siswa, kemampuan siswa 6,7,8,9,10 5

3. Kondisi lingkungan siswa 11,12,13,14,15 5


4. Adanya dorongan dan kebutuhan
16,17,18,19,20 5
dalam belajar
Jumlah 20

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan pada sampel penelitian, terlebih dahulu

instrumen di uji cobakan kepada siswa di luar penelitian. dengan prosedur

sebagai berikut :

1. Test Hasil Belajar

a. Tingkat Kesulitan

Menurut Widoyoko (2014 : 132), Tingkat kesulitan butir soal

adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu

butir soal. Sedangkan angka yang menunjukkan sulit atau mudahnya

suatu butir soal dinamakan dengan indeks kesulitan. Tingkat kesulitan

butir soal berkisar antara 0,0 sampai dengan 1,0. Bila butir soal

mempunyai tingkat kesulitan 0,0 berarti tidak ada seorang pun peserta

tes yang menjawab dengan benar butir soal tersebut. Tingkat kesulitan

1,0 berarti semua peserta tes dapat menjawab dengan benar butir soal.

 
 
47
 

Rumus untuk menghitung tingkat kesulitan :


P=

Dimana:

P : tingkat kesulitan butir

: jumlah peserta yang menjawab soal itu dengan benar

: jumlah peserta tes


N

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesulitan sering

diklasifikasikan sebagai berikut:

P : 0,91 – 1,00 adalah sangat mudah, butir soal tidak digunakan

P : 0,71 – 0,90 adalah mudah, butir soal kurang baik, direvisi

P : 0,31 – 0,70 adalah sedang, butir soal cukup baik, digunakan

P : 0,21 – 0,30 adalah sulit, butir soal kurang baik direvisi

P : 0,00 – 0,20 adalah sangat sulit, butir soal tidak digunakan

Untuk hasil tes hasil belajar, tingkat kesulitan yang dianggap

baik adalah berkisar sekitar 0,50.

b. Daya Pembeda

Menurut Zainul dan Nasution dalam Widoyoko, eko putro (2014:

136 ), daya pembeda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat

kemampuan butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai

(kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang pandai (kelompok

 
 
48
 

bawah) diantara peserta tes. rumus untuk mencari indeks daya beda

adalah sebagai berikut :

D=

Dimana

D : Daya pembeda

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu


dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu


dengan benar

N : Jumlah peserta tes dalam kelompok atas dan kelompok

bawahjumlah peserta tes dalam kelompok atas dan kelompok

bawah

Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:

D : 0,41 – 1,00 adalah sangat baik, dapat digunakan

D : 0,31 – 0,40 adalah cukup baik, dapat digunakan dengan

revisi

D : 0,21 – 0,30 adalah kurang baik, perlu pembahasan dan

revisi

D : 0,00 – 0,20 adalah tidak baik, dibuang atau diganti

Kriteria uji daya pembeda dinyatakan memenuhi syarat jika D ≥ 0,3.

 
 
49
 

2. Angket Motivasi

a. Validitas

Validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat - tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Suharsimi Arikunto ( 2010 :

211). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Sebuh instrumen dikatakana valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara cepat.

uji validitas untuk mengukur tingkat motivasi siswa, rumus yang

akan digunakan adalah rumus korelasi product moment dengan angka

kasar, menurut Suharsimi Arikunto ( 2010 : 213 ) dirumuskan sebagai

berikut :

∑ ∑ ∑
rxy =
∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

rxy = korelasi antara X dan variabel Y

∑XY = jumlah perkalian antar X dan Y

X = nilai hasil test

Y = nilai rata - rata harian ( skor kriteria )

N = banyak subjek

b. Reliability

Reliabilty menunjuk pada suatu pengertian bahwa seuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dugunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. instrumen yang

 
 
50
 

baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk

memilih jawaban – jawaban tertentu. Reliabilitas menunjuk pada

tingkat keterandalan sesuatu. reliabel, artinya, dapat dipercaya, jadi

dapat diandalkan. Maka reliabilitas tes dipergunakanrumus K-R20,

yaitu:


r11 = ( )( )

keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Vt = varians total

ρ = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu

butir (proporsi subjek yang mendapatkan skor 1 ).


p =


q =

Perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan program

komputer SPSS seri 16.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan

statistik deskriptif.

 
 
51
 

a. Analisis data nilai siswa

Data hasil nilai akan dianalisis menggunakan teknik analisis

deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. berdasarkan pedoman

penskoran yang telah dibuat, maka dalam menghitung persentase hasil

nilai setiap siklus menggunakan rumus :

NP = x 100

keterangan :

Np = Nilai persentase yang akan dicari

R = Skor mentah pengumpulan data

SM = Skor maksimum dari tes yang digunakan

b. Analisis nilai rata – rata hasil belajar

Analisis hasil tes digunkan untuk mengukur peningktan kemampuan

dalam menyelesaikan soal sistem kopling setelah mengikuti pelajaran.

Untuk menghitung rata – rata ( mean ) dengan menggunaan rumus :


x=

keterangan :

x = Rata – rata

∑x = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Setelah terkumpul dari siklus I dan siklus II , maka dapat diketahui

tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran sistem kopling dengan

 
 
52
 

menggunakan model pembelajaran pendekatan komunikatif di SMK N 8

Purworejo.

c. Data angket motivasi belajar siswa

Angket motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran sistem kopling

dengan menggunakan pendekatan komunikatif sebanyak 20 butir

pertanyaan. skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert.

pemberian skor untuk anget motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

Tabel. 3
Pedoman Skor Angket Motivasi Belajar Siswa

Pernyataan Skor
Sangat Setuju Setuju Tidak Sangat
( SS) Setuju Tidak
Setuju

(+) 4 3 2 1

(-) 1 2 3 4

Menghitung rata rata persentase dari hasil lembar angket motivasi

belajar siswa menggunaan rumus :


Rata - Rata persentase =

Tabel. 4 Indek persentase klasifikasi kualitas

No Indek % Klasifikasi kualitas

1 0% - 19,99% Kurang sekali

2 20% - 39,99% Kurang baik

3 40% - 59,99% Cukup

4 60% - 79,99% Baik

5 80% - 100% Sangat baik

 
 
53
 

H. Kriteria Keberhasilan

1. Keberhasilan pada akhir penelitian ini terjadi apabila ada peningkatan

motivasi siswa pada skor 4 (amat baik dalam melakukan indikator).

2. Pada akhir penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa sampai

siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 minimal

sebanyak 75 % dari jumlah 32 siswa melalui pembelajaran aktif dengan

metode penerapan pembelajaran pendekatan komunikatif sistem kopling

kelas XI SMK N 8 Purworejo.

 
 
54
 

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK N 8 Purworejo

kelas XI TSM A pada bulan Mei tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini

terdiri dari 2 siklus, siklus I menggunakan materi pembelajaran sistem

kopling. Pada siklus II menggunakan materi pembelajaran prinsip kerja

kopling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Angket ,

soal pre-test dan post-test proses pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran pendekatan komunikatif. Deskripsi data yang

diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut.

1. Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan

penelitian pra siklus terlebih dahulu. Pada penelitian pra siklus peneliti

melakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi siswa di dalam

kelas selama proses pembelajaran sebelum memanfaatkan metode

pendekatan komunikatifdengan melakukan pengamatan langsung di

dalam kelas pada saat guru mengajar. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi

guru selama proses pembelajaran berlangsung antara lain: 1) Siswa

belum mempunyai antusias belajar pada saat proses pembelajaran, 2)

Belum ada motivasi siswa sehingga siswa tidak konsentrasi sewaktu

diadakannya pembelajaran, 3) Metode pembelajaran yang diberikan

  54
 
55
 

kurang variatif dan terlihat kurang menarik sehingga siswa cepat merasa

bosan, 4) penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton

sehingga hasil belajar siswa belum mencapai maksimal dan masih

tergolong kurang baik. Hasil belajar siswa pada pra siklus diperoleh data

sebelum pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel . 5
Hasil Tes Pra Siklus
NO NAMA L/P PRA SIKLUS
1. Aan Rusdianto L 60
2. Adi Susilo L 75
3. Adwang Pinto Aji L 70
4. Agung Rachmadi L 75
5. Agung Santosa L 60
6. Ahmad Ridwan Syah L 70
7. Anang Asy'ari L 75
8. Bachtiar Dwi Y. L 60
9. Bali Febrian L 70
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 65
12. Dewi Andriyani P 75
13. Dwi Mulyanto L 65
14. Galih Indrawan L 75
15. Ivan Budiono L 55
16. Khoirul Rahman L 70
17. Khoirul Nasir L 55
18. Ngabdul Malik Fadil L 75
19. Rahman Nugroho L 50
20. Ratno Arianto L 60
21. Rizaldhy Upeta L 75
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 75
23. Sani Setiawan L 65
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 55
26. Shahrul Najmudin L 75
27. Shahrul Ramadhani L 65
28. Teddy Kurniawan L 75
29. Tegar Priambudi L 75

 
 
56
 

30. Vava Alfianto Utama L 65


31. Widhi Atmoko L 75
32. Yuliana P 75
Jumlah 2185
Nilai Rata-Rata 68
Nilai Maksimum 75
Nilai Minimum 50
Banyak Siswa Yang Tuntas 15
Ketutasan Klasikal 46,87%
Katagori Kurang

Berdasarkan hasil tes pra siklus sebelum menggunakan

metodeberbasis tugasmendapatkan hasil jumlah nilai keseluruhan 2185,

rata-rata 68 dan banyak siswa yang tuntas 15 dengan ketuntasan

klasikal 46,87% dari jumlah keseluruhan siswa. Setelah menganalisis

hasil tindakan pra siklus, dapat diketahui bahwa hasil data pada pra

siklus memiliki kategori kurang.

Melihat kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan

pembelajaran. Adapun penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus,

dimana dalam 1 siklus terdiri dari 4 langkah yaitu a) Perencanaan, b)

Tindakan, c) Observasi, d) Refleksi. Dengan model pembelajaran

metode pembelajaran pendekatan komunikatifdapat diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut :

2. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum kegiatan belajar dan mengajar dimulai peneliti dan

mempersiapkan kelengkapan penelitian antara lain, membuat silabus

 
 
57
 

dan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi pembelajaran

komponen sistem kopling, soal pre-test dan post-test, proses

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

pendekatan komunikatif serta alat-alat untuk mencatat dilapangan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar siswa di kelas XI TSM A dapat

diketahui Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I sebagai berikut :

Tabel. 6
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus 1

Hari, Jam Mata Pelajaran Materi Kegiatan


Tanggal ke Pembelajaran
Sistem kopling Kontruksi Mengkaji
10 Mei sistem kontruksi sistem
3 sd 5
2016 kopling kopling
Sistem kopling Komponen Kerja kelompok
sistem untuk
kopling mengerjakan
soal tentang
13 Mei komponen
5 sd 7 sistem kopling
2016
dan Pemberian
post test dan
evaluasi
pembelajaran

Pertemuan siklus I dimulai pada tanggal 10 Mei 2016, pada

jam ke tiga sampai ke lima pukul 09.30 - 12.00 WIB. Peneliti

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, selanjutnya

mengabsen siswa.

 
 
58
 

Guru dan siswa membahas pelajaran yang kurang tepat dan

memberikan penjelasan materi yang belum terbahas. Selanjutnya

menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang telah

berlangsung. Guru memberi informasi materi yang akan dipelajari di

pertemuan berikutnya dan guru mengucapkan salam pertanda

pembelajaran selesai.

Pertemuan selanjutnya pada siklus I yaitu tanggal 13 Mei 2016,

pada jam ke lima sampai ke tujuh pukul 10.00 -12.30 WIB. Guru

menyampaikan materi yang dipelajari dengan sebelumnya

mengucapkan salam dan menanyakan materi yang sudah dipelajari,

indikator dan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran. Pada

pertemuan kedua ini perlakuan yang digunakan masih sama dengan

pertemuan pertama yaitu menggunakan metode penerapan

pembelajaran pendekatan komunikatif. Setelah pembelajaran selesai,

dilanjutkan dengan menyimpulkan proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Setelah pembelajaran selesai, dilanjutkan dengan

menyimpulkan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Waktu

masih tersisa satu jam pelajaran, sesuai dengan rencana maka akan

dilakukan tes akhir siklus I, seluruh siswa diam ditempat duduknya

masing-masing.

Guru membagikan soal tes akhir siklus I, membagikan lembar

jawaban dan membacakan tata tertib. Guru mengawasi jalannya tes

akhir siklus I hingga waktu yang ditentukan. Empat puluh lima menit

 
 
59
 

berlalu, siswa telah selesai mengerjakan soal tes siklus I, guru

mengumpulkan jawaban siswa. Selanjutnya mengucapkan salam

penutup sebagai tanda pembelajaran telah selesai. Pertemuan

pertama dan kedua pada siklus I dihadiri oleh semua siswa.

c. Tahap Pengamatan

1) Motivasi Belajar Siswa

Disini peneliti mengamati motivasi belajar dengan

memberikan angket ke siswa dengan jumlah pilihan 20 butir

soal. Pemberian angket dilaksanakan bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran khususnya pada mata pelajaran memelihara sistem

kopling. Berikut adalah hasil angket motivasi belajar :

Tabel. 7
Persentase Hasil Motivasi Belajar Siswa
Keterangan Siklus I
Jumlah skor 1573,75
Rata – rata Persentase 78,68%
Katagori Baik

2) Penilaian hasil tes teori.

Disini peneliti memberikan soal test berupa tes pilihan ganda

yang terdiri dari 25 butir soal. Tes dilaksanakan bertujuan untuk

mengukur sejauh mana metode pembelajaran pendekatan

komunikatifdapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran sistem kopling. Hasil belajar siswa pada

siklus I :

 
 
60
 

Tabel. 8
Hasil Belajar Siklus I
NO NAMA L/P SIKLUS I
1. Aan Rusdianto L 80
2. Adi Susilo L 75
3. Adwang Pinto Aji L 80
4. Agung Rachmadi L 75
5. Agung Santosa L 80
6. Ahmad Ridwan Syah L 70
7. Anang Asy'ari L 80
8. Bachtiar Dwi Yulianto L 75
9. Bali Febrian L 70
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 80
12. Dewi Andriyani P 75
13. Dwi Mulyanto L 80
14. Galih Indrawan L 75
15. Ivan Budiono L 60
16. Khoirul Rahman L 80
17. Khoirul Nasir L 70
18. Ngabdul Malik Fadil L 75
19. Rahman Nugroho L 80
20. Ratno Arianto L 70
21. Rizaldhy Upeta L 80
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 75
23. Sani Setiawan L 70
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 80
26. Shahrul Najmudin L 80
27. Shahrul Ramadhani L 75
28. Teddy Kurniawan L 80
29. Tegar Priambudi L 80
30. Vava Alfianto L 70
31. Widhi Atmoko L 75
32. Yuliana P 80
Jumlah 2400
Nilai Rata-Rata 75
Nilai Maksimum 80
Nilai Minimum 60
Banyak Siswa Yang Tuntas 23
Ketutasan Klasikal 71,87%
Katagori Cukup

 
 
61
 

Berdasarkan hasil tes siklus I melalui pembelajaran dengan

menggunakan penerapanpembelajaran berbasis tugasmendapatkan

hasil jumlah nilai keseluruhan 2400, rata-rata 75 dan banyak siswa

yang tuntas 32 dengan ketuntasan klasikal 71,87 % dari jumlah

keseluruhan siswa. Setelah menganalisis hasil dari tindakan pra siklus

dan siklus I, dapat diketahui bahwa hasil data mengalami peningkatan

dan pada siklus I memiliki kategori cukup tinggi.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada seluruh

kegiatan siklus I pada proses pembelajaran berbasis tugas maka

didapat beberapa kesimpulan yaitu :

1) Pada saat peneliti menjelaskan materi siswa kurang

memperhatikan serta keadaan kelas yang kurang kondusif.

2) Pada saat siswa disuruh belajar kelompok untuk mengerjakan

tugas kelompok didalam kelas, masih banyak siswa yang tidak

memperhatikan, dan ramai sendiri karena jam pelajaran sudah

selesai.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diatas masih kurang

maksimal, maka diperlukan rekomendasi untuk siklus selanjutnya

adalah sebagai berikut:

1) Peneliti harus sering memberi masukan-masukan yang bersifat

membangun kepada siswa sehingga siswa termotivasi dan berlatih

untuk mengembangkan sikap kerjasama untuk belajar kelompok.

 
 
62
 

2) Diperlukan pengaturan waktu yang tepat agar kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

berlangsung secara maksimal.

3. Siklus II

a. Persiapan

Perencanaan pada siklus II dikembangkan berdasarkan refleksi

dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran masih sama dengan siklus I,

hanya memperbaiki hasil refleksi pada siklus I. Perencanaan tindakan

yang disusun agar pelaksanaan pada siklus II ini dapat berjalan sesuai

harapan adalah sebelum kegiatan belajar dan mengajar dimulai

peneliti mempersiapkan kelengkapan penelitian antara lain, membuat

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi

pemeliharaan sistem dan komponen kopling, soal pre-test dan post-

test, proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

pendekatan komunikatifserta alat-alat untuk mencatat dilapangan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar siswa di kelas XI TSM A dapat

diketahui Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II sebagai berikut:

 
 
63
 

Tabel. 9
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II

Hari, Jam Mata Materi Kegiatan


Tanggal ke Pelajaran Pembelajaran
Sistem Kontruksi Mengulas
17 Mei kopling sistem pelajaran
3 sd 5
2016 kopling sebelumnya
Sistem Komponen Mengkaji
kopling sistem sistem,
kopling komponen
20 Mei sistem kopling,
5 sd 7
2016 Pemberian post
test dan evaluasi
pembelajaran

Pertemuan pertama pada Siklus II berlangsung selama tiga jam

pelajaran dimulai pada jam ke tiga sampai dengan jam ke lima pada

tanggal 17 Mei 2016. Peneliti membuka pelajaranan dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar, selanjutnya mengabsen

siswa. Sebelum memberikan pengantar materi, guru menyampaikan

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan yang

hendak dicapai pada pembelajaran.

Pertemuan ke dua siklus II berlangsung tiga jam pelajaran

dimulai pada jam kelima sampai ketujuh dari pukul 09.30-12.00

WIB. Guru menyampaikan materi yang dipelajari dengan sebelumnya

mengucapkan salam dan menanyakan materi yang sudah dipelajari,

indikator dan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran. Pada

pertemuan ini perlakuan yang digunakan masih sama dengan

 
 
64
 

pertemuan pertama yaitu menggunakan penerapan pembelajarn

pendekatan komunikatif.

Setelah pembelajaran selesai, dilanjutkan dengan

menyimpulkan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Waktu masih

tersisa satu jam pelajaran, sesuai dengan rencana maka akan dilakukan

tes akhir siklus II dan penyebaran angket motivasi belajar siswa,

seluruh siswa diam ditempat duduknya masing-masing.

Guru membagikan soal tes akhir siklus II, membagikan lembar

jawaban dan membacakan tata tertib. Guru mengawasi jalannya tes

akhir siklus II hingga waktu yang ditentukan. setelah selesai

mengerjakan soal tes siklus II, guru mengumpulkan jawaban siswa

dan membagi angket motivasi untuk diisi oleh siswa. Selanjutnya

mengucapkan salam penutup sebagai tanda pembelajaran telah selesai.

Pertemuan pertama dan kedua pada siklus II dihadiri oleh semua

siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat

belajar dan mendoakan siswa kelas XI TSM A SMK N 8 Purworejo

menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan

negara. Setelah itu, Guru mengucapkan terimakasih atas patisipasi

siswa selama proses penelitian berlangsung.

b. Tahap Pengamatan

1) Motivasi Belajar Siswa

Disini peneliti mengamati motivasi belajar dengan

memberikan angket ke siswa dengan jumlah pilihan 20 butir soal.

 
 
65
 

Pemberian angket dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran memelihara sistem bahan bakar

diesel. Berikut adalah hasil angket motivasi belajar :

Tabel. 10
Persentase Hasil Motivasi Belajar Siswa
Keterangan Siklus I

Jumlah skor 1682,5

Rata – rata Persentase 84,12%

Katagori Baik

2) Penilaian hasil belajar

Hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus II

dievaluasi dari hasil tes yang diberikan pada akhir pembelajaran

siklus II melalui penerapan pembelajaran berbasis tugas. Disini

peneliti memberikan soal test berupa tes pilihan ganda yang terdiri

dari 25 butir soal. Hasil belajar siswa pada Tes siklus II diperoleh

dari data prestasi belajar sesudah tindakan kelas dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

 
 
66
 

Tabel . 11
Hasil Tes Belajar Siklus II
NO NAMA L/P SIKLUS II
1. Aan Rusdianto L 85
2. Adi Susilo L 80
3. Adwang Pinto Aji L 80
4. Agung Rachmadi L 70
5. Agung Santosa L 85
6. Ahmad Ridwan Syah L 75
7. Anang Asy'ari L 80
8. Bachtiar Dwi Yulianto L 75
9. Bali Febrian L 80
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 80
12. Dewi Andriyani P 85
13. Dwi Mulyanto L 80
14. Galih Indrawan L 80
15. Ivan Budiono L 75
16. Khoirul Rahman L 85
17. Khoirul Nasir L 80
18. Ngabdul Malik Fadil L 70
19. Rahman Nugroho L 85
20. Ratno Arianto L 80
21. Rizaldhy Upeta L 85
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 80
23. Sani Setiawan L 70
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 85
26. Shahrul Najmudin L 80
27. Shahrul Ramadhani L 85
28. Teddy Kurniawan L 75
29. Tegar Priambudi L 80
30. Vava Alfianto L 75
31. Widhi Atmoko L 85
32. Yuliana P 85
Jumlah 2520
Nilai Rata-Rata 78
Nilai Maksimum 85
Nilai Minimum 70
Banyak Siswa Yang Tuntas 27
Ketutasan Klasikal 84,37%
Katagori Baik

 
 
67
 

Berdasarkan hasil tes siklus II melalui pembelajaran dengan

penerapan pembelajaran berbasis tugas mendapatkan hasil jumlah

nilai keseluruhan 2520, rata-rata 78 dan banyaknya siswa yang

tuntas 27 dengan ketuntasan klasikal 84,37% dari jumlah

keseluruhan siswa. Setelah menganalisis hasil tindakan pada setiap

siklus, dapat diketahui bahwa hasil data tiap siklus mengalami

peningkatan dan pada siklus II memiliki kategori tinggi.

3) Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan bahwa

dengan memanfaatkan penerapan pembelajaran berbasis tugas, hasil

belajar siswa mengalami peningkatan. Persentase hasil belajar siswa

meningkat dari 46,87% pada pra siklus masuk kategori cukup menjadi

71,87% pada siklus I masuk kategori cukup tinggi dan meningkat lagi

menjadi 84,37% pada siklus II masuk kategori tinggi. Dengan

demikian, berdasarkan indikator dalam penelitian ini, maka

pembelajaran dengan penerapan pembelajaran pendekatan

komunikatifuntuk meningkatkan pengetahuan pada mata pelajaran

sistem kopling siswa minimal 75% sudah tuntas dan penelitian

dinyatakan selesai.

 
 
68
 

B. Analisis Data

Penelitian ini berupa deskriptif tindakan yang dilakukan selama 2

siklus. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan

pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. dalam penelitian ini setelah

menggunakan model penelitian pembelajaran dengan pendekatan

komunikatif tersebut, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami

peningktan. Data peningktan hasil belajar pada pra tindakan, siklus I dan

siklus II disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel. 12
Persentase Tes Tertulis Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Jumlah 2185 2400 2520

Rata-Rata 68,28 75 78,75

Nilai Maksimum 75 80 85

Nilai Minimum 50 60 70

Jumlah Nilai Di Bawah KKM 17 9 5

Persentase Nilai Di Bawah KKM 53,13% 28,13% 15,63%

Jumlah Nilai Diatas KKM 15 23 27

Persentase Nilai Di Atas KKM 46,87% 71,87% 84,37%

Berdasarkan data tersebut maka dapat kita ketahui nilai rata – rata

hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 
 
69
 


=

Keterangan:

: Rerata (mean)
∑ : Jumlah seluruh skor total
N : Banyaknya subjek

1) Hasil rata – rata nilai belajar siswa pada pra siklus

= 2185 : 32

= 68,28

2) Hasil rata – rata nilai belajar pada siklus I

= 2400 : 32

= 75

3) Hasil rata – rata nilai belajar pada siklus II

= 2520 : 32

= 78,75

Dari data tersebut diatas, maka dapat kita ketahui hasil nilai rata–rata

siswa pada pra siklus dari 32 siswa yaitu 68,28 sehingga nilai rata – rata

tersebut belum memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh sekolahan yaitu

75,00 kemudian peneliti menerapkan metode pembelajaran dengan

pendekatan komunikatif yang dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I

dan siklus II.

Pada siklus I, diperoleh data yang nilai rata – rata hasil belajar siswa

mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus yaitu 68,28

menjadi 75 pada siklus I, kemudian dilanjutkan dengan siklus II dan

 
 
70
 

diperoleh nilai rata – rata 78,75 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai

rata – rata siswa tersebut telah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu

75,00. Adapun diagram peningkatan rata – rata hasil belajar siswa pada pra

siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut :

Nilai rata –rata hasil belajar siswa pada pra


siklus, siklus I, dan siklus II

78,75 
75 
68,28 

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar. 3 Diagram Peningkatan Nilai Rata – Rata Hasil Belajar

Berdasarkan data-data tersebut diatas maka dapt diketahui persentase

jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah maupun diatas KKM dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

NP = 100

Keterangan :

NP = Persentase siswa yang mendapat nilai hasilbelajar 75


R = Jumlah siswa yang mendapat nilai hasil belajar 75
SM = Jumlah seluruh siswa

a. Nilai belajar pra siklus

Berikut adalah perhitungan persentase hasil belajar siswa pra

siklus sebelum menerapkan metode pemblajaran dengan pendekatan

komunikatif :

 
 
71
 

1) Persentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM

NP = 17 : 32 x 100

= 53,12 %

2) Persentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM

NP = 15 : 32 x 100

= 46,87 %

b. Hasil belajar siklus I

Berikut adalah perhitungan persentase hasil belajar siswa pada

siklus I setelah memanfaatkan model pembelajaran dengan pendekatan

komunikatif :

1) Persentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM

NP = 9 : 32 x 100

= 28,12 %

2) Persentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM

NP = 23 : 32 x 100

= 71,87 %

c. Hasil belajar siklus II

Berikut adalah perhitungan persentase hasil belajar siswa pada

siklus II setelah memanfaatkan model pembelajaran dengan pendekatan

komuntikatif :

1) Persentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM

NP = 5 : 32 x 100

= 15,62 %

 
 
72
 

2) Persentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM

NP = 27 : 32 x 100

= 84,37 %

Berdasarkan data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa persentase

pada tindakan pelaksanaan tes siklus I dan siklus II sudah terlihat adanya

peningkatan dibandingkan hasil pra siklus, dimana pada pra siklus siswa

yang belum memenuhi KKM sebanyak 17 siswa ( 53,13% ) dan siswa yang

telah memenuhi KKM sebanyak 15 ( 46,87 % ) sedangkan persentase hasil

nilai belajar pada siklus I siswa yang belum memenuhi KKM menurun

menjadi 9 siswa ( 28,87 % ) dan siswa yang telah memenuhi KKM naik

menjadi 23 siswa ( 71,87 % ) dari 32 siswa. Adapun perolehan persentase

hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II disajikan dalam

diagram berikut:

Persentase Nilai Hasil Belajar siswa


90.00% persentase nilai siswa
80.00% yang memenuhi KKM
70.00% persentase nilai siswa
60.00% dibawah KKM
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra siklus siklus I siklus II

Gambar.4
Diagram Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I,dan Siklus II

 
 
73
 

Analisa data tentang peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran

sistem kopling dengan menggunakan metode pendekatan komunikatif dalam

siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel.13
Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Jumlah skor 1573,75 1682,5

Rata – rata persentase 78,68% 84,12 %

Kategori Baik Baik

Berdasarkan data tersebut maka dapat kita ketahui rata – rata

persentase motivasi belajar siswa dengan menggunakan ruu sebagai berikut:


Rata – rata persentase =

1) Hasil rata –rata persentase motivasi belajar siswa pada siklus I

Rata – rata persentase = 1573,75 : 20

= 78,68%

2) Hasil rata –rata persentase motivasi belajar siswa pada siklus II

Rata – rata persentase = 1682,5 : 20

= 84,12 %

Adapun persentase peningkatan motivasi belajar siswa setelah

menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif pada

siklus I ke siklus II disajikan dalam diagram berikut.

 
 
74
 

Rata – rata persentase


86.00%
84.00%
82.00%
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
Siklus I Siklus II

Gambar.5
Diagram Persentase Motivasi Belajar Siswa Terhadap Model
Pembelajaran Dengan Pendekatan Komunikatif

Berdasarkan data diatas pada siklus I diperoleh data rata- rata

persentase motivasi belajar siswa sebesar 78,68% termasuk dalam kategotari

baik, sedangkan pada siklus II rata –rata persentase motivasi belajar siswa

mengalami peningkatan menjadi 84,12%.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa rata – rata motivasi belajar

siswa sudah mencapai target yang diharapkan yaitu dengan rata – rata

persentase 70%. Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar

siswa pada pembelajaran sistem kopling kelas XI TSM A SMK N 8

Purworejo setelah diterapkan metode pembelajaran dengan pendekatan

komunikatif.

 
 
75
 

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas tidak terlepas dari

motivasi guru dan peran aktif siswa selama proses pembelajaran, baik dalam

kegiatan yang sifatnya berubungan dengan fisik maupun psikis. Motivasi

guru sangat penting untuk menumbuhkan gairah dan minat siswa dalam

belajar, karena hal itu akan mempengaruhi tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran itu sendiri.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan model

pembelajaran dengan pendekatan komunikatif pada siswa kelas XI TSM A

SMK N 8 Purworejo. Penelitian in dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I

dan siklus II yang setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket motivasi belajar

dan soal test akhir siklus.

Pada tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu

pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2016 . Pada

pertemuan yang pertama ini kegiatan belajar mengajar masih belum

maksimal karena terdapat beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh

mengikuti pebelajaran sealain itu siswa belum berperan aktif dalam

berdiskusinya, hal ini karena siswa belum terbiasa dan belum dapat

menyesuaikan diri dengan pembelajaran ini. Kemudian pertemuan yang

kedua dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2016, siswa secara perlahan mulai

dapat menyesuaikan diri dan berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran

 
 
76
 

ini sehinga proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan cukup baik,

lancar dan tertib selanjutnya dilaksanakan pengisian angket motivasi belajar

dan test akhir siklus I sistem kopling berupa soal pilihan ganda untuk

mengetahui seberapa besar peningktan hasil belajar setelah penerapan

model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Setelah dilaksanakan

model ini didapat siklus I dari hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap

sesi pertemuan bahwasannya tingkat ketertarikan semangat dan kesadaran

siswa dalam mengikuti pelajaran sitem kopling sudah baik, hal itu ditandai

dengan siswa yang semula ketertarikan dalam belajar rendah, setelah

penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan komunikatif siswa

mulai menunjukkan semangatnya dengan mengerjakan dan menyelesaikan

permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa juga menunjukkan kerja

sama yang baik dalam kelompok belajarnya serta berperan aktif dalam

pembelajaran. Namun, masih terdapat beberapa siswa yang tingkah lakunya

mengganggu pelajaran, hal ini dikarenakan guru belum maksimal dalam

membimbing dan mengawasi siswa secara individual dalam proses

pembelajran. Selain itu pada siklus I diketahui nilai rata – rata hasil belajar

meningkat dari yang semula pada prasiklus nilai rata – rata sebesar 68,28

dengan ketuntasan 46,87% menjadi 75 dengan ketuntasan 71,87% pada

siklus I. Sementara perolehan rata – rata persentase motivasi belajar siswa

mencapai 66,38% termasuk dalam katagori baik.

Pada tindakan siklus I proses kegiatan belajara siswa dapat berjalan

dengan cukup baik, namun belum semua siswa terlibat untuk berperan aktif

 
 
77
 

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan

pembelajaran yang diterapkan belum tercapai. Dari permasalahan yang

terjadi pada waktu siklus 1 perlu dilakukan perbaikan agar pembelajaran

dapat berjalan lebih maksimal. oleh karena itu dilaksanakan tindakan siklus

II untuk dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Pelaksanaan siklus II masih sama seperti pada siklus I yang melalui 2

kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016,

dalam pelaksanaannya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan

siswa bersungguh–sungguh mengikuti pembelajaran dan mulai

menunjukkan rasa percaya diri dalam memberikan tanggapan dalam

pemecahan masalah. Kemudian pertemuan yang kedua dilaksanakan pada

tanggal 20 Mei 2016, disini siswa menunjukkan antusiasnya mengikuti

proses kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran pendekatan

komunikatif dengan baik dan bersungguh–sungguh sehingga pembelajan

berjalan dengan tertib hingga akhir pembelajaran selanjutnya diadakan

kembali pengisian angket motivasi belajar siswa dan tes akhir siklus teori

sistem kopling untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan hasil

belajar siswa setelah menerapkan metode pembelajaran dengan pendekatan

komunikatif pada siklus II.

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dari hasil refleksi dan

pengamatan diketahui bahwa tingkat semangat, ketertarikan, kesadaran

siswa dalam mempelajari sistem kopling mulai tumbuh dan meningkat,

 
 
78
 

siswa mulai aktif bertanya mengenai hal–hal yang belum dipahami. Guru

juga meningkatkan pengawasan untuk mengantisipasi siswa yang ribut

didalam kelas, unuk terlibat semua dalam proses pembelajaran dengan

tujuan tingkah laku belajar siswa bisa terbentuk dan peduli akan pentingnya

pendidikan dan pembelajaran sehingga pelajaran bisa berjalan dengan baik.

Dari hasil tes diketahui nilai rata–rata meningkat dari siklus I 75 dengan

ketuntasan 71,87% menjadi 78,75 dengan ketuntasan 84,37% pada siklus II,

sedangkan rata–rata persentase motivasi belajar siswa juga meningkat yaitu

dari 78,68% menjadi 84,12% termasuk dalam katagori baik.

Berdasarkan data hasil angket dapat dilihat adanya peningkatan

motivasi belajar siswa dari rata–rata persentase 78,68% pada siklus I

meningkat menjadi 84,12% pada siklus II dengan kategori baik.

Berdasarkan data tes akhir siklus melalui pembelajaran dengan

memanfaatkan penerapan pembelajaran pendekatan komunikatif hasil

belajar mengalami peningkatan dari nilai rata–rata 68,28 dengan ketuntasan

46,87% pada pra siklus menjadi rata–rata 75 dengan ketuntasan 71,87%

pada siklus I dan meningkat lagi menjadi rata–rata 78,75 dengan ketuntasan

84,37% pada siklus II.

Setelah menganalisa hasil tindakan pada setiap siklus yang diuraikan

di atas, dapat diketahui bahwa hasil data motivasi dan hasil belajar siswa

tiap siklus mengalami peningkatan. Berdasarkan peningkatan tersebut maka

proses pembelajaran selama siklus I dan siklus II dengan menerapkan

pembelajaran pendekatan komunikatif dapat meningkatkan motivasi dan

 
 
79
 

hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem kopling kelas XI TSM A

SMK N 8 Purworejo, serta dapat mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan.

 
 
80
 

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kondisi awal (pra

siklus), siklus I dan siklus II yang dilaksanakan pada mata pelajaran sistem

kopling di kelas XI TSM A SMK N 8 Purworejo, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif pada mata

diklat sistem kopling dapat dilaksanakan dengan langkah berikut: 1) Guru

membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa; 2) Guru

memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan;

3) Siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh

guru; 4) Siswa mendiskusikan jawaban sesuai kelompok; 5) Guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil

pembelajaran serta diskusi kelompok.

2. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, terbukti dengan perolehan angket

respon motivasi belajar dengan rata – rata persentase 78,68% pada siklus I

dan mengalami peningkatan menjadi 84,12% pada siklus II pelajaran sistem

kopling.

3. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis tugas dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terbukti pada pra siklus nilai rata – rata

68,28 dengan ketuntasan 46,87% pada pra siklus meningkat menjadi rata –

  80
 
81
 

rata 75 dengan ketuntasan 71,87% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi

rata – rata 78,75 dengan ketuntasan 84,37% pada siklus II dari jumlah 32

siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mempunyai

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi guru

Diharapkan membuat inovasi belajar dalam proses pembelajaran untuk

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMK.

2. Bagi sekolah

Perlu dilakukan sosialisasi pembelajaran dengan pendekatan komunikatif

pada mata pelajaran yang lain sehingga keberhasilan dapat bersama – sama

dicapai oleh semua pihak.

3. Bagi siswa

Hendaknya siswa – siswi berperan aktif berpartisipasi dalam mengikuti

pembelajaran sistem kopling, sehingga pembelajaran ini dapat

dilaksanakan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Anonim. 2015. Pedoman Penyusunan Skripsi. Purworejo : Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Deni Ramadi (2012). Upaya Peningkatan Keterampilan Praktik Pengukuran
Teknik Dengan Pendekatan Komunikatif Dalam Kerja Kelompok Siswa
Kelas X Jurusan Otomotif Di Smk 45 Wonosari.

Dimyati Dan Mudjiono . 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Ima Irmalasari Dewi (2011). “Pengaruh Pendekatan Komunikatif Terhadap


Kemampuan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di
Kelas IV SDN Tanjungsari 02 Leuwiliang Kabupaten Bogor”.

Jama, Jalius dkk. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 3. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muchlish Siddiq (2006). “Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Dengan


Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Pada Standar Kompetensi Sistem Pengisian Di Kelas XI
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Nganjuk. Skripsi.
Pendidikan Teknik Otomotif. FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2015”.
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan. End-Floeas: Nusa
Indahhttps://lenisyafyahya.wordpress.com/2010/01/28/pendekatan-
komunikatif/  
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratna Wilis Dahar . 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung :


Penerbit Erlangga

Sagala,Syaiful. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

       
 
Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi . Jakarta : Rineka
Cipta.

Sugiyanto (2008). dengan judul “Penerapan Pendekatan Komunikatif Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II Sekolah Dasar Negeri Gedangan
01 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo”
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang :
CV Widya Karya.
Suyitno. 2015. Evaluasi pelaksanaan praktik industri SMK di Yogyakarta. Autotech
vol. 06/No. 02/Juni 2015.
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/autotech/article/view/2318. diakses
tanggal 10 Mei 2016.

Suyitno. 2016. Pengembangan Multimedia Interaktif Pengukuran Teknik untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK. Jurnal iptk.uny Vol 23. No 1
(2015). http://journal.uny.ac.id/index.php/iptk/article/view/9359. diakses 30
Mei 2016.

Wahyu Lilik Utomo. 2012. Psikologi Pendidikan. Purworejo : Buku Tidak


diterbitkan. Universitas Muhamadiyah, Purworejo.
Widiyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Widoyoko Eko Putro.2014, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar

       
 
82

SILABUS
NAMA SEKOLAH : SMK N 8 PURWOREJO
MATA PELAJARAN : Kompetensi kejuruan
KELAS/SEMESTER : XI
TUJUAN : Membekali peserta didik dalam perbaikan unit kopling berikut komponen-komponen sistem pengoperasiannya
STANDAR KOMPETENSI : Melakukan perbaikan unit kopling berikut komponen-komponen sistem pengoperasiannya
KODE KOMPETENSI : 021.KK.8
KOMPETENSI DASAR : Mendiagnosis gangguan pada sistem kopling manual berikut komponen sistem pengoperasianya
ALOKASI WAKTU : 22 x 45 menit
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
1. Mendiagnosis  Mendiagnosa dan pengganti-  Konstruksi dan prinsip  Memahami prinsip kerja kopling manual Tes Tertulis 10 12 0  Modul
an kopling manual dan kerja kopling manual. melalui penggalian infomasi pada buku (24) servis
gangguan pada komponen-komponennya  Identifikasi kerusakan manual. kopling
sistem kopling dilaksanakan tanpa dan metoda perbaikan.  Memahami konstruksi kopling manual dan  Buku
manual berikut menyebabkan keru-sakan  Diagnosis Penyetelan komponen-komponennya. Non test manual
komponen sistem terhadap komponen/ sistem kopling manual.  Menerapkan prosedur perbaikan kopling (observasi/cek list)  Unit
lainnya.  Standar prosedur manual dan komponen-komponennya. dan lisan kopling
pengoperasianya  Informasi yang benar di-akses keselamat-an kerja.  Melepas dan mengganti unit kopling manual  Unit
dari spesifikasi pabrik dan dari kendaraan sesuai SOP. kendaraa
dipahami.  Melaksanakan penyetelan tinggi pedal n
 Semua prosedur pelepasan kopling manual.  Spesial
dan penggantian dilaksanakan  Membongkar komponen kopling manual tools
berdasarkan spesifikasi sesuai SOP.
pabrik.  Memeriksa komponen kopling manual sesuai
 Seluruh kegiatan pelepasan
SOP.
dan penggantian hasil
 Merakit komponen koplingmanual sesuai
diagnosa dilaksanakan
SOP.
berdasarkan SOP (Standard
 Melakukan pemeriksaan kerja kopling
Operation Procedures),
manual.
undang-undang K 3
(Keselamatan dan Kese-hatan
Kerja), peraturan perundang-
undangan dan prosedur/
kebijakan perusa-haan.

82
83

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : SISTEM KOPLING


Kelas/Semester : XI / GENAP
Pertemuan : 1, 2
Alokasi Waktu : 8 x 45
Standar Kompetensi
 Pemeliharaan / servis unit kopling dan komponen – komponennya

Kompetensi Dasar
 Memelihara/ servis unit kopling dan komponen-komponen sistem
pengoperasian.
 Perbaikan kopling dan komponen – komponennya.
 Melepas/ mengganti unit kopling dan komponen-komponen-nya.
 Mempraktekkan cara Membongkar/ mem-perbaiki komponen-komponen
sistem pengoperasian kopling

Indikator
 Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen kopling
 Siswa dapat menghapal komponen komponen kopling
 Siswa dapat mempraktekkan cara pemeliharaan unit kopling dan
komponen - komponennya.

Kode Kompetensi
 OPKR – 30 – 001B
 OPKR – 30 – 002B
84

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen dari kopling
2. Siswa dapat menghapal komponen komponen dari kopling
3. Siswa dapat mempraktekkan cara pemeliharaan unit kopling dan
komponen - komponennya.

II. Materi Ajar


- Memelihara/ servis unit kopling dan komponen-komponen system
pengoperasian.
- Melepas/ mengganti unit kopling dan komponen-komponen-nya.
- Mempraktekkan cara Membongkar/ mem-perbaiki komponen-komponen
sistem pengoperasian kopling

III. Metode Pembelajaran


- Teori
- Ceramah
- Praktik

IV. Langkah – langkah pembelajaran


A. Kegiatan Awal
- Guru menyampaikan salam dan siswa menjawab salam
- Guru mengucapkan basmallah
- Guru melakukan presensi siswa
- Guru melakukan pengelolaan kelas agar siswa siap menerima pelajaran
- Guru mengulas secara global materi yang telah disampaikan
B. Kegiatan Inti
- Guru mengorganisir kelas untuk belajar dan menyampaikan target
belajar yang harus dicapai.
- Guru memberikan pertanyaan dengan menunjukkan benda- benda yang
berhubungan dengan pemeliharaan kopling dan komponen -
komponennya.
85

- Siswa merespon dari pertanyaan guru


- Siswa dapat mengetahui nama-nama komponen – komponen dari
kopling
- Siswa melaksanakan praktek pemeliharaan/servis unit kopling dan
komponen-komponen sistem pengoperasian (mekanisme penggerak
mekanis, hidrolis dan peneumatis )
- Guru memberikan pertanyaan dengan menunjukkan benda- benda
yang berhubungan dengan perbaikan kopling dan komponen -
komponennya.
- Siswa melepasan dan pengganti-an kopling dan komponen-
komponennya dilaksanakan tanpa menyebabkan keru-sakan terhadap
komponen/ sistem lainnya.
- Siswa dapat membongkar dan perbaiki kopling tanpa menyebabkan
kerusakan terhadap komponen/sistem lainnya.

C. Kegiatan Penutup
- Guru menilai tugas praktek siswa.
- Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
- Guru mengucapkan tahmid dan menyampaikan salam.
- Siswa menjawab salam.

V. Alat /Bahan/ Sumber belajar


 Peralatan tangan/hand tools, pelumas yang sesuai dengan peralatan dan
peralatan khusus/special tools
 Katrol, perlengkapan pengangkatan, peralatan bertenaga/power tools,
dongkrak/jack stand
 Modul Pembelajaran
86

VI. Penilaian
 Bentuk Tes
• Tes Tulis : Soal
• Tes lisan : Quisioner

Purworejo, Maret 2016


Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Muhammad Abdillah, S. T. Fajar Budi Prasetyo


NIP- NIM 122170035
87

1. Kopling (Clutch)
Menurut Jama (2008:220) Kopling berfungsi meneruskan dan

memutuskan putaran dari poros engkol ke transmisi (perseneling)

ketika mulai atau pada saat mesin akan berhenti atau memindahkan

gigi. Umumnya kopling yang digunakan pada sepeda motor adalah

adalah kopling tipe basah dengan plat ganda, artinya kopling dan

komponen kopling lainnya terendamdalam minyak pelumas dan

terdiri atas beberapa plat kopling.

Tipe kopling yang digunakan pada sepeda motor menurut

carakerjanya ada dua jenis yaitu kopling mekanis dan kopling

otomatis. Cara melayani kedua jenis kopling ini sewaktu

membebaskan (memutuskan) putaran poros engkol sangat berbeda.

a. Kopling Mekanis (Manual Clutch)

Kopling mekanis adalah kopling yang cara kerjanya

diatur olehhandel kopling, dimana pembebasan dilakukan

dengan cara menarik handel kopling pada batang kemudi.

Kedudukan koplingada yang terdapat pada crankshaft (poros

engkol/kruk as)(misalnya: Honda S90Z, Vespa, Bajaj dan

lain-lain) dan ada yang berkedudukan pada as primer

(input/main shaft) (misalnya: Honda CB 100 dan CB 125,

Yamaha, Suzuki dan Kawasaki). Sistem kopling mekanis

terdiri atas bagian-bagian berikut yaitu a) mekanisme handel

terdiri atas: handel, tali kopling (kabel kopling), tuas (batang)

dan pen pendorong. b) mekanisme kopling terdiri atas


88

(gambar 1): gigi primer kopling (driven gear), rumah (clutch

housing), plat gesek (friction plate) plat kopling (plain plate),

per (coil spring), pengikat (baut), kopling tengah (centre

clutch), plat tutup atau plat penekan (pressure plate), klep

penjamin dan batang penekan/pembebas (release rod).

Rumah kopling (clutch housing) ditempatkan pada

poros utama (main shaft) yaitu poros yang menggerakkan

semua roda gigi transmisi. Tetapi rumah kopling ini bebas

terhadap poros utama, artinya bila rumah kopling berputar

poros utama tidak ikut berputar. Pada bagian luar rumah

kopling terdapat roda gigi (diven gear) yang berhubungan

dengan roda gigi pada poros engkol sehingga bila poros

engkol berputar maka rumah kopling juga ikut berputar.

Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros

utamamaka pada poros utama dipasang hub kopling (clutch

sleevehub). Untuk menyatukan rumah kopling deng hub

koplingdigunakan dua tipe pelat, yaitu pelat tekan (clutch

driven plate/plain plate) dan pelat gesek (clutch drive

plate/friction plate).Pelat gesek dapat bebas bergerak

terhadap hub kopling, tetapitidak bebas terhadap rumah

kopling. Sedangkan pelat tekandapat bebas bergerak terhadap

rumah kopling, tetapi tidak bebaspada hub kopling.


89

Gamabar 1. Konstruksi kopling plat banyak


dengan
penggerak tipe coil spring (pegas keong)

Cara kerja kopling mekanis adalah sebagai berikut:

Bila handel kopling pada batang kemudi bebas (tidak

ditarik)maka pelat tekan dan pelat gesek dijepit oleh piring

penekan(clutch pressure plate) dengan bantuan pegas kopling

sehinggatenaga putar dari poros engkol sampai pada roda

belakang. Sedangkan bila handel kopling pada batang kemudi

ditarik maka kawat kopling akan menarik alat pembebas

kopling. Alatpembebas kopling ini akan menekan batang

tekan (pushrod) atau release rod yang ditempatkan di dalam

poros utama. Pushrodakan mendorong piring penekan ke

arah berlawanan dengan arah gaya pegas kopling. Akibatnya

pelat gesek dan pelat tekan akansaling merenggang dan

putaran rumah kopling tidak diteruskan pada poros utama,


90

atau hanya memutarkan rumah kopling dan pelat geseknya

saja.

b. Kopling Otomatis (Automatic Clutch)

Kopling otomatis adalah kopling yang cara kerjanya

diatur olehtinggi atau rendahnya putaran mesin itu sendiri,

dimanapembebasan dilakukan secara otomatis, pada saat

putaranrendah. Kedudukan kopling berada pada poros

engkol/kruk as dan ada juga yang berkedudukan pada as

primer persnelling/poros utama transmisi (main/input shaft

transmisi)seperti halnya kopling mekanis.

Mekanisme atau peralatan kopling otomatis tidak

berbeda dengan peralatan yang terdapat pada kopling

mekanis, hanya tidak ada perlengkapan handel sebagai

gantinya terdapat alat khusus yang bekerja secar otomatis

pula seperti: a) otomatis kopling; terdapat pada kopling

tengah (untuk kopling yang berkedudukan pada crankshaft),

b) Bola baja keseimbangan gaya berat (roller weight);

berguna untuk menekan palat dasar waktu digas, c) per

kopling yang lemah; berguna untuk menetralkan (menolkan)

kopling waktu mesin hidup langsam/idle, dan 4) pegas

pengembali (returnspring); berguna untuk mengembalikan

cepat dari posisi masuk kenetral bila mesin hidup dari putaran

tinggi menjadi rendah.Kopling otomatis terdiri atas dua unit


91

kopling yaitu kopling pertama dan kopling kedua. Kopling

pertama ditempatkan pada poros engkol. Komponennya

terdiri atas pasangan sepatu (kanvas) kopling, pemberat

sentrifugal, pegas pengembali dan rumah kopling.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut:

Pada putaran stasioner/langsam (putaran rendah),

putaran poros engkol tidak diteruskan ke gigi pertama

penggerak (primary drive gear) maupun ke gigi pertama yang

digerakkan (primary driven gear). Ini tejadi karena rumah

kopling bebas (tidak berputar) terhadap kanvas, pemberat,

dan pegas pengembali yang terpasang pada poros engkol.

Gambar 2. Kontruksi koping otmatis tipe sentrifugal

Pada saat putaran mesin rendah (stasioner), gaya

sentrifugal dankanvas kopling, pemberat menjadi kecil

sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling


92

dantertarik ke arah poros engkol, akibatnya rumah kopling

yang berkaitan dengan gigi pertama penggerak menjadi

bebas terhadap poros engkol. Saat putaran mesin

bertambah, gaya sentrifugal semakin besarsehingga

mendorong kanvas kopling mencapai rumah kopling di

mana gayanya lebih besar dari gaya tarik pengembali.

Rumah kopling ikut berputar dan meneruskan ke tenaga

gigi pertama yang digerakkan. Sedangkan kopling kedua

ditempatkan bersama primary drivengear pada poros center

(countershaft) dan berhubungan langsung dengan

mekanisme pemindah gigi transmisi/persnelling. Pada saat

gigi persnelling dipindahkan oleh pedal pemindah gigi,

kopling kedua dibebaskan oleh pergerakan poros pemindah

gigi (gear shifting shaft).

c. Tipe-tipe kopling

Selain dibedakan menurut cara kerjanya, tipe kopling juga bisa

dibedakan sebagai:

1) Berdasarkan Konstruksi Kopling:

a) Kopling tipe piringan

Kopling tipe piringan (disc) terdiri dari berbagai plat gesek

(friction plate) sebagai plat penggerak untuk menggerakkan

kopling. Plat gesek dan plat yang digerakkan (plain plate) pada tipe
93

kopling manual digerakkan oleh per/pegas, baik jenis pegas keong

(coilspring) seperti terlihat pada gambar maupun pegasdiapragma

(diapraghm spring). Selain kopling piringan yang digerakkan

secara manual, kopling piringan juga bisa digerakkan secara

otomatis berdasarkan gerakan sentripugal.

Kopling piringan dengan penggerak


tipe diaphragm spring

1. Strengthening ring (cincin penguat)

2. Diaphragm spring (pegas diapragma)

3. Pressure plate (plat penekan)

4. Plain plates (plat yang digerakkan)

5. Friction plates (plat gesek/penggerak)

6. Wire retaining ring (cincin kawat penahan)


94

7. Inner plain plate (plain plate bagian dalam)

8. Inner friction plate (friction plate bagian

dalam)

9. Anti-judder spring (pegas)

10. Anti-judder spring seat (dudukan pegas)

b) Kopling sepatu sentrifugal

Kopling sepatu sentripugal (the shoe-type centrifugal clucth)

terdiri dari susunan sepatu atau kanvas koplingyang akan bergerak

ke arah luar karena gerakansentripugal saat kopling berputar.

Kopling tipe ini akmeneruskan putaran dari mesin ke transmisi

setelahgerakan sepatunya ke arah luar berhubungan denganrumah

kopling (drum) sampai rumah kopling tersebut ikutberputar.

Kontsruksi kopling sepatu dengan gerakansentripugal seperti

terlihat pada gambar 7.10 bagian Apada pembahasan sebelumnya

c) Kopling " V “ Belt

Kopling "V“ belt merupakan kopling yang terdiri dari

sabuk(belt) yang berbentuk "V“ dan puli (pulley). Kopling

akanbekerja meneruskan putaran karena adanya gerakantenaga

sentripugal yang menjepit sabuk ”V“ tersebut.


95

Kopling tipe "V“ belt

Berdasarkan Kondisi Kerja kopling

a) Wet clutch (kopling basah)

Kopling basah merupakan salah satu tipe yang ditinjau

berdasarkan kondisi kerja kopling, yaitu merendam bagian dalam

kopling yang terdapat dalam crank case (bak poros engkol) dengan

minyak pelumas/oli. Pelumas berfungsi sebagai pendingin untuk

mencegah kopling terbakar.Fungsi lainnya adalah untuk melumasi

bushing (bos) dan bearing (bantalan) yang terdapat pada rumah

kopling danmelumasi kanvas dan gigi yang terdapat pada plat

kopling.Bahan-bahan yang bergesekan pada kopling basah

dirancang khusus agar dapat bekerja dalam rendaman oli dan bisa

membuat kerja kopling sangat lembut. Oleh karena itu, kopling

basah banyak digunakan pada sepeda motor.


96

b) Dry clutch (kopling kering)

Kopling kering digunakan untuk mengatasi kelemahan

kopling basah. Gesekan yang dihasilkan pada kopling basah tidak

sebanyak kopling kering, sehingga memerlukan jumlah plat

kopling yang lebih banyak. Disebut kopling kering karena

penempatan kopling beradadi luar ruang oli dan selalu terbuka

dengan udara luaruntuk menyalurkan panas yang dihasilkan saat

kopling bekerja. Namun demikian, penggunaan kopling kering

umumnya terbatas untuk sepeda motor balap saja. Alasan utamanya

adalah pada sepeda motor balap dibutuhkan respon kopling yang

baik dan cepat walau kerja kopling yang dihasilkan tidak selembut

kopling basah. Selain itu, dengan kopling kering, tentunya akan

mengurangi berat sepeda motor.

3) Berdasarkan tipe plat kopling (plate clutch )

a) Single or double plate type (plat kopling tunggal atau ganda)

Plat kopling tunggal atau ganda digunakan pada sepeda motor yang poros engkol-

nya (crankshaft) sejajar dengan rangka (rumah transmisi/persnelling) dan kopling

tersebut dibautkan pada ujung rangka tersebut. Kopling mempunyai rumah

tersendiri yang berada diantara mesin dan transmisi. Diameter kopling dibuat

besar agar menghasilkan luas permuakaan gesek yang besar karena hanya terdiri

dari satu atau dua buah plat kopling.


97

1a. Flywheel (roda gaya)


1. Spring (pegas)
2. Pressure plate (plat penekan)
3. Pressure plate lifter (pengangkat plat penekan
4. Friction plates (plat gesek/penggerak)
5. Plain plates (plat yang digerakkan)
6. Gearbox input shaft (poros masuk transmisi)
7. Pushrod (batang pendorong)
8. Mekanisme pembebas kopling
9. Kabel kopling
10.Clutch housing (rumah kopling)
Konstruksi plat kopling ganda

b) Multi-plate type (tipe plat kopling banyak)

Kopling plat banyak adalah suatu kopling yang terdiri dari plat gesek (friction

plate) dan plat yang digerakkan (plainplate) lebih dari satu pasang. Biasanya plat

gesek berjumlah 7, 8 atau 9 buah. Sedangkan plain plate selalu kurang satu dari

jumlah plat gesek karena penempatan plain plate selalu diapit diantara plat gesek.

Pada umumnya sepeda motor yang mempunyai mesin dengan posisi poros engkol

melintang menggunakan kopling tipe plat banyak. Alasannya adalah kopling

dapat dibuat dengan diameter yang kecil. Kopling plat banyak juga sedikit lebih

ringan dibanding kopling plat tunggal, namun masih bisa memberikan kekuatan
98

dan luas permukaan gesek yang lebih besar. Kopling plat banyak yang digunakan

pada sepeda motor modern pada umumnya kopling plat banyak tipe basah (wet

multi-platetype). Konstruksi kopling plat banyak seperti terlihat pada gambar 7.2

dan gambar 7.11 pada pembahasansebelumnya. Sedangkan contoh uraian

komponen kopling plat banyak seperti terlihat pada gambar 7.14 di bawah ini.

Gambar 7.14 Komponen tipe plat kopling banyak

1. Diaphragm spring retainer (penahan pegas diapragma)


2. Diaphragm spring
3. Diaphragm spring seat (dudukanpegas diapragma)
4. Pressure plat (plat penekan)
5. Pullrod and bearing (batang pendorong dan bantalan)
6. Friction plates (plat gesek)
7. Plain plates (plat yang digerakkan
8. Nut and lockwasher (mur & cincin pengunci kopling)
9. Wire retaining ring (cincin kawat penahan)
10. Inner plain plate (plain plate bagian dalam)
11. Inner friction plate (plat gesek bagian dalam)
12. Anti-judder spring (pegas)
13. Anti-judder spring seat (dudukan pegas)
14. Clucth centre (kopling tengah)
99

15. Thrust washer (cincin pendorong)


16. Clucth housing (rumah kopling)
17. Needle bearing (bantalan)
18. Starter clutch gear (gigi kopling starter)
19. Needle bearing (bantalan)
20. Starter clutch sprag (ganjal kopling starter)
21. Gearbox input shaft (poros masuk transmisi)

4) Berdasarkan posisi kopling

a) Hubungan langsung

Maksud dari hubungan langsung adalah pemasangankopling langsung pada ujung

poros engkol (crankshaft) sehingga putaran kopling akan sama dengan putaran

mesin. Sepeda motor yang posisi kopling-nya menggunakan tipe hubungan

langsung harus dirancang sedemikian rupa agar daya tahan dan kerja kopling bisa

tetap presisi dan baik.


100

SOAL TES

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang
paling tepat!

1. Fungsi dari kopling pada suatu sepeda motor untuk ...


a. Meneruskan dan memutuskan putaran dari input transmisi ke poros
engkol
b. Meneruskan dan memutuskan putaran dari poros engkol ke transmisi
c. Meneruskan putaran dari poros engkol ke out put transmisi
d. Meneruskan dan memutuskan putaran dari poros engkol ke input
transmisi
e. Meneruskan dan memutuskan putaran dari poros engkol ke poros
transmisi transmisi

2. Pada kopling manual kedudukan kopling terdapat pada ...


a. Poros engkol d. Sentrifugal
b. Input transmisi e. Noken as
c. Output tranmisi

3. Jenis kopling yang diaplikasikan pada sepeda motor adalah...


a. Kopling konis d. Kopling kering
b. Kopling diafraghma e. Kopling magnet
c. Kopling plat ganda

4. Prinsip kerja kopling sentrifugal pada kopling otomatis adalah …


a. Melayani saat kendaraan start akan jalan
b. Melayani saat kendaraan belum start jalan
c. Melayani saat kendaraan setelah start jalan
d. Melayani saat kendaraan pada putaran menengah
e. Melayani saat kendaraan pada putaran tinggi

5. Pada sentifugal clutch terdapat rol pemberat/bandul yang berfungsi


sebagai…..
a. Menekan plat dasar d. Perekat sepatu /bandul
waktu digas sentrifugal dan tromol
b. Menekan pegas waktu saat di gas
digas e. Penyeimbang putaran
c. Menekan pengungkit
waktu digas
101

Apakah sebab pada waktu kendaraan hidup masuk gigi pertama kendaraan
cenderung untuk berjalan sendiri...

a. Plat kopling aus d. Pegas pengembali lemah


b. Kanvas kopling aus e. Pengungkit aus
c. Sentrifugal rusak

7. Tenaga motor menurun dan akan lebih terasa apabila motor digunakan
pada tanjakan.
Pernyataan di atas merupakan tanda – tanda ...
a. Tidak dapat berjalan c. Kopling keras
b. Kendaraan berjalan d. Kopling berat
sendiri e. Kopling selip

8. Keausan gigi pada ujung as poros engkol atau gigi pada rumah kopling
dapat menyebabkan ...
a. Pada saat putaran rendah terdengar suara mendesing
b. Pada saat putaran menengah dan putaran tinggi terdengar suara
mendesing
c. Pada saat putaran putaran tinggi terdengar suara mendesing
d. Kopling macet
e. Kopling selip

9. Pada gambar A,B,C dibawah ini merupakan pemeriksaan …

A B C
a. Putaran plat penggerak dapat berputar kebalikan jarum jam,Diameter
luar kopling satu arah sentrifugal,,tebal plat kopling/bandul sentirfugal
b. Putaran plat penggerak dapat berputar searah jarum jam,Diameter luar
kopling satu arah sentrifugal,,tebal plat kopling/bandul sentirfugal
c. Putaran plat penggerak dapat berputar kebalikan jarum jam,Diameter
dalam kopling satu arah sentrifugal,,tebal plat kopling/bandul
sentirfugal
d. Diameter tromol sentrifugal,gerak bebas plat penggerak,tebal plat
kopling sentirfugal
102

e. Diameter dalam tromol sentrifugal,putaran plat penggerak,tebal plat


kopling sentirfugal

10. Cara memeriksa kondisi bantalan pengungkit adalah ...


c. Memeriksa diameter
dalam
d. Memutar dengan
lancar searah jarum
jam
a. Memeriksa keausanya e. Keolengan bantalan
b. Memeriksa
kekencanganya

11. Apa yang terjadi jikapanjang pegas penekan kurang dari spesivikasi......
a. Keluar bunyi d. Selip
b. Akselerasi lebih bagus e. Sulit memasukkan gigi
c. Performa nyaman

12. Perhatiakan langkah – langkah dibawah ini.


Hidupkan mesin,Masukkan persnelling pada gigi 1 dan tahan pedal
persnellingPutar gas hingga seperempat putaran atau kurang lebih 1000-
2000RPMPerhatikan roda belakang, apabila diam atau bebas, artinya
penyetelan berhasil, apabila terus berputar, berarti penyetelan belum tepat,
maka harus diulang langkah diatas.

Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah …

a. Penyetelan kopling d. Pemeriksaan hasil


b. Pemeriksaan kopling penyetelan kopling
c. Pemeriksaan dan e. Pemeriksaan hasil
penggantian kopling penggantian kopling

13. Pada saat kopling kerja pemindahan gigi lambat,hal ini dapat disebabkan
oleh ...
a. Kanvas kopling aus d. Mekanisme pemindah
b. Pegas kopling lemah gigi rusak
c. Bandul/plat sentrifugal e. Kerusakan pada cincin
rusak washher
103

14. Termasuk jenis kopling apakah pada gambar dibawah ini …

a. Otomatis
b. Manual
c. Semi manual
d. Semi otomatis
e. sentrifugal

15. Komponen kopling yang berfungsi untuk menekan kanvas kopling


adalah…
a. Bantalan pembebas d. Silinder pembebas
b. Garpu pembebas e. Pegas diagfragma
c. Pressure plate

16. Penyebab kopling selip adalah sebagai berikut, kecuali…


a. Kanvas kopling tipis d. plat kopling tipis
b. pegas kopling lemah e. mesin panas
c. tidak ada jarak main bebas pedal kopling dan handle kopling

17. Yang bukan Syarat- syarat yang harus dipenuhi unit kopling adalah …
a. Dapat menghubungkan putaran dengan lembut
b. Dapat memindahkan tenaga motor ke transmisi dengan slip
c. Dapat memutuskan hubungan dengan sempurna dan cepat.
d. Mempunyai daya tahan gesek yang tinggi
e. Pakem

18. Bagian kopling yang yang dipasang menempel dengan pressure plate
adalah …
a. Bandul kopling
b. Clutch lifter
c. Kanvas kopling
d. Plat kopling
e. Tromol kopling

19. Pada pengoperasian kopling otomatis komponen yang berfungsi untuk


memindahkan gerakan tenaga injakan kaki pengemudi pada pedal kopling
ke lifter pembebas kopling adalah …
a. kanvas kopling
b. pressure plate
c. Kabel kopling
104

d. plat bubungan pengungkit


e. Pegas pengendali pedal kopling

20. Lapisan kanvas kopling terbuat dari paduan bahan asbes dan logam.
Paduan ini dibuat dengan tujuan agar plat kopling dapat memenuhi
persyaratan …
a. Dapat menahan beban akibat putaran fly wheel yang berasal dari mesin
b. Bahan tersebut tahan terhadap beban arah aksial dan arah radial
c. Tahan terhadap tekanan pegas kopling
d. Tenaga saat pengoperasian kopling menjadi lebih ringan
e. Tahan terhadap panas, gesekan dan dapat mencengkeram dengan baik.

21. Gambar dibawah ini merupakan pengecekan....


a. tebal plat kopling
b. tebal kanfas bandul
c. keolengan kanvas koplinh
d. keolengan plat kopling
e. ketebalan kanvas kopling

22. Berikut merupakan gambar komponen...


a. Outer clutch
b. Center clutch
c. Cluth Lifter
d. Pressure plate
e. Bagian dalam gigi reduksi

23. Berdasarkan jenis pegas pembebasnya kopling dibedakan menjadi dua


yaitu...
a. Kopling pegas spiral dan c. Kopling konis dan
diafraghma diafraghma
b. Kopling pegas spiral dan d. Kopling magnet dan spiral
konis e. Kopling pegas spiral dan one
way clucth

24. Berikut merupakan efek yang ditimbulkan jika pada outher cluth temtat
dudukan kanvas koplingnya sudah mengalami aus...
a. Selip c. Bunyi pada putaran
b. Tidak ada efek yang tinggi
ditimbulkan
105

d. Terjadi hentakan sesaat setelah e. Bunyi pada putaran menengah.


mengoperasikan kopling

25. Tipe kopling yang dipasang pada tromol kopling sentrifugal yang
berfungsi menjaga agar tidak terjadi putaran balik adalah..
a. Kopling magnet d. Kopling diafraghma
b. Kopling konis e. One way cluth
c. Kopling basah
106

KUNCI JAWABAN

1. D 6. C 11. D 16. E 21. E


2. B 7. E 12. D 17. C 22. A
3. C 8. A 13. A 18. C 23. A
4. A 9. B 14. B 19. D 24. C
5. D 10. D 15. C 20. E 25. B
107

Hasil Tes Pra Siklus

NO NAMA L/P PRA SIKLUS


1. Aan Rusdianto L 60
2. Adi Susilo L 75
3. Adwang Pinto Aji L 70
4. Agung Rachmadi L 75
5. Agung Santosa L 60
6. Ahmad Ridwan Syah L 70
7. Anang Asy'ari L 75
8. Bachtiar Dwi Yulianto L 60
9. Bali Febrian L 70
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 65
12. Dewi Andriyani P 75
13. Dwi Mulyanto L 65
14. Galih Indrawan L 75
15. Ivan Budiono L 55
16. Khoirul Rahman L 70
17. Khoirul Nasir L 55
18. Ngabdul Malik Fadil L 75
19. Rahman Nugroho L 50
20. Ratno Arianto L 60
21. Rizaldhy Upeta L 75
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 75
23. Sani Setiawan L 65
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 55
26. Shahrul Najmudin L 75
27. Shahrul Ramadhani L 65
28. Teddy Kurniawan L 75
29. Tegar Priambudi L 75
30. Vava Alfianto Utama L 65
31. Widhi Atmoko L 75
32. Yuliana P 75
Jumlah 2185
Nilai Rata-Rata 68
Nilai Maksimum 75
Nilai Minimum 50
Banyak Siswa Yang Tuntas 15
Ketutasan Klasikal 46,87 %
Katagori Kurang
108

Hasil Belajar Siklus I

NO NAMA L/P SIKLUS I


1. Aan Rusdianto L 80
2. Adi Susilo L 75
3. Adwang Pinto Aji L 80
4. Agung Rachmadi L 75
5. Agung Santosa L 80
6. Ahmad Ridwan Syah L 70
7. Anang Asy'ari L 80
8. Bachtiar Dwi Yulianto L 75
9. Bali Febrian L 70
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 80
12. Dewi Andriyani P 75
13. Dwi Mulyanto L 80
14. Galih Indrawan L 75
15. Ivan Budiono L 60
16. Khoirul Rahman L 80
17. Khoirul Nasir L 70
18. Ngabdul Malik Fadil L 75
19. Rahman Nugroho L 80
20. Ratno Arianto L 70
21. Rizaldhy Upeta L 80
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 75
23. Sani Setiawan L 70
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 80
26. Shahrul Najmudin L 80
27. Shahrul Ramadhani L 75
28. Teddy Kurniawan L 80
29. Tegar Priambudi L 80
30. Vava Alfianto Utama L 70
31. Widhi Atmoko L 75
32. Yuliana P 80
Jumlah 2400
Nilai Rata-Rata 75
Nilai Maksimum 80
Nilai Minimum 60
Banyak Siswa Yang Tuntas 23
Ketutasan Klasikal 71,87 %
Katagori Cukup
109

Hasil Tes Belajar Siklus II

NO NAMA L/P SIKLUS II


1. Aan Rusdianto L 85
2. Adi Susilo L 80
3. Adwang Pinto Aji L 80
4. Agung Rachmadi L 70
5. Agung Santosa L 85
6. Ahmad Ridwan Syah L 75
7. Anang Asy'ari L 80
8. Bachtiar Dwi Yulianto L 75
9. Bali Febrian L 80
10. Dedy Irawan L 75
11. Defian Aliffianto L 80
12. Dewi Andriyani P 85
13. Dwi Mulyanto L 80
14. Galih Indrawan L 80
15. Ivan Budiono L 75
16. Khoirul Rahman L 85
17. Khoirul Nasir L 80
18. Ngabdul Malik Fadil L 70
19. Rahman Nugroho L 85
20. Ratno Arianto L 80
21. Rizaldhy Upeta L 85
22. Rezki Wahyu Agusta Saputro L 80
23. Sani Setiawan L 70
24. Septian Dicky Darmawan L 75
25. Suryanto L 85
26. Shahrul Najmudin L 80
27. Shahrul Ramadhani L 85
28. Teddy Kurniawan L 75
29. Tegar Priambudi L 80
30. Vava Alfianto Utama L 75
31. Widhi Atmoko L 85
32. Yuliana P 85
Jumlah 2520
Nilai Rata-Rata 78
Nilai Maksimum 85
Nilai Minimum 70
Banyak Siswa Yang Tuntas 27
Ketutasan Klasikal 84,37 %
Katagori Baik
110

Nama :
No :
Kelas :

Angket Motivasi Belajar


Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan
motivasi belajar. berilah jawaban pertanyaan atau pernyataan berikut sesuai pendapat
anda dengan cara memberi tanda (√ ) pada kolom jawaban yang tersedia.
keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju

Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS
1 Saya rajin belajar agar cita-cita saya tercapai
2 Saya ingin belajar baik dan rajin agar hasil beljar maksimal
3 Saya mempertahankan pelajaran yang diperoleh guru
Saya bekerja sama dengan teman untuk menyelesaikan tugas
4
kelompok
Saya berusaha mengerjakan soal latihan yang diberikan dengan
5
kemampuan sendiri
6 Saya senang dengan tugas yang diberikan guru
7 Saya tertarik dengan pelajaran yang diberikan guru
8 Keluarga memberikan dorongan untuk rajin belajar
9 Orang tua memberikan fasilitas belajar yang memadai
10 Saya kreatif mengikuti pelajaran yang diberikan guru
11 Saya aktif dan selalu belajar untuk meningkatkan hasil belajar
12 Saya harus rajin membaca untuk menambah pengetahuan saya
13 Aya belajar karena ada dorongan atau pengarahan dari guru
14 Saya selalu bertanya bila ada kesulitan dalam pembelajaran
15 Saya selalu belajar agar mendapat pujian atau reward dari guru
Pada pembejaran ada hal – hal yang merangsang rasa ingin tahu
16
saya
Saya berlomba mendapatkan nilai yang besar dengan teman saya
17
18 Saya senang mengerjakan tugas yang diberikan guru
Saya tidak membuat keramaian ketika guru menyampaikan
19
pelajaran
20 Saya harus belajar dengan giat agar sukses
111
112
113

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.616 20
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126

DOKUMENTASI

Pelaksanaan Siklus I

Pembagian Soal Tes Siklus I


127

Proses Pengerjaan Tugas Kelompok

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II


128

Proses Pengerjaan Tugas Kelompok Siklus II

Anda mungkin juga menyukai