Anda di halaman 1dari 15

KEBUDAYAAN ISLAM

KEMAL ARYA PANDU WICAKSANA (PLN A /


40040318083011)
KATA PENGANTAR
   
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang berjudul “Kebudayaan Islam” dapat selesai seperti waktu yang telah kami
rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kami menyadari bahwa makalah yang telah
kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan
baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu kami membuka pintu yang selebar-lebarnya
kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-
hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.
 
DAFTAR ISI

  
KATA PENGANTAR.......................................................................... i     
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB  I: PENDAHULUAN                 
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1    
1.3 Tujuan...................................................................................... 2    
1.4 Manfaat.................................................................................... 2    
BAB  II  : PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam........................................... 3
2.2 Prinsip Kebudayaan Islam………………………………………… 4
2.3 Sejarah Intelektual Islam………………………………………… 4
2.4 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam................................. 6
2.5 Nilai –Nilai Dalam Budaya Islam............................................. 10
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 11
3.2 Saran....................................................................................... 11 
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA …………………………………. 12
BAB 1
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang


Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-
agama yang datang sebelumnya. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya
bagi para pelajar yang acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah paradaban
islam. Dewasa ini mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan
untuk di dengar. Padahal, sejarah, apalagi sejarah peradaban islam sangat penting bagi kita
semua.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Bagaimana prinsip kebudayaan Islam.
3. Bagaimana sejarah intelektual Islam.
4. Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam.
5. Bagaimana nilai –nilai dalam budaya Islam.

1.3 Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Mengetahui prinsip kebudayaan Islam.
3. Mengetahui sejarah intelektual Islam.
4. Mengetahui masjid sebagai pusat peradaban Islam.
5. Mengetahui nilai –nilai dalam budaya Islam.

1.4 Manfaat
1.    Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum
muslimin masa lalu
2.    Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.

3.    Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
Islam.

4.    Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari
dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang
akan datang.

5.    Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
BAB  II
PEMBAHASAN

2.1       Konsep Kebudayaan dalam Islam

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma.
Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah
semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering
dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan
dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang
politik, ekonomi, dan teknologi.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-
Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar
kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
Dalil :
a. Q.S Ali Imran ayat 18

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
b. Q.S Al Anbiya ayat 107

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh manusia.”
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa
lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
sumber nilai-nilai Islam.
Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan
kepada umat. Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak.”
Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia 
d a l a m mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab
atau berperadaban Islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang
dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi
agama disini semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat
manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena
k e t e r b a t a s a n   d a l a m   m e m e c a h k a n  persoalannya sendiri, disini sangat terasa
akan perlunya suatu bimbingan wahyu.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang
a k a n menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi
utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh
umat m a n u s i a   d a n   a l a m .
Mengawali tugas utamanaya, Nabi meletakkan dasar – dasar
p e r k e m b a n g a n I s l a m yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika
dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah
suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan nilai –
nilai I s l a m y a n g k e m u d i a n m e l a h i r k a n b u d a y a I s l a m . Kebudayaan ini
berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
Maka dari itu, kebudayaan Islam dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta,
karya, karsa, dan rasa manusia yang bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu
kebudayaan akhlak karimah yang muncul sebagai implementasi Al-Qur’an dan Al-Hadist
dimana keduanya merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber norma dan sumber hukum
Islam yang pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi
tiga unsur prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang Islam,
kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam, dan merupakan pencerminan dari ajaran
Islam.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu bukan
merupakan produk kaum Muslimin tidak bisa dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam.
Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk orang-orang Islam,
tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan norma-norma ajaran Islam.
Sesungguhnya kebudayaan Islam adalah “Kebudayaan Al-Qur’an“, karena semuanya
berasal dari rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh.
Tanpa wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam
maupun organisasi politik atau ekonomi Islam.

2.2       Prinsip Kebudayaan Islam


Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada
kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk
menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang
bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang
yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu
meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju
kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-
perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Idonesia “.

Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :


a. Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. seperti ; kadar besar
kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga
wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas.
b. Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, Contoh yang
paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang
bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat dengan
kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang.
c. Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya “ ngaben “ yang
dilakukan oleh masyarakat Bali.

2.3 Sejarah Intelektual Islam


Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam. Namun secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab tumbuh berkembangnya peradaban
Islam, hingga mencapai lingkup mondial, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam sendiri.
Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor pertama. Motivasi
internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam kehidupan umat Islam sejalan dengan
perkembangan sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam menjiwai dalam setiap
kehidupannya.
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution,
dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan
menjadi tiga masa, yaitu masa klasik, antara tahun 650 -1250
M ,   m a s a  pertengahan, antara tahun 1250 – 1800 M, dan masa modern atau
kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun 1800 M hingga sekarang
dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam
Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang Hukum Islam. Di bidang
filsafat Islam seperti   A l K i n d i tahun 801 M, yang berpendapat
b a h w a   k a u m   M u s l i m i n hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari
kebudayaan Islam. Kemudian A l - R a z i l a h i r t a h u n 8 6 5 M , A l - F a r a b i l a h i r
tahun 870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. P a d a a b a d
berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu maskawaih pada tahun
930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang pendidikan
a k h l a k . Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138M, Ibnu Tufail
tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun
1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran
Islam  p a d a   m a s a   i n i   m e r u p a k a n   f a s e   k e m u n d u r a n k a r e n a f i l s a f a t m u l a i
dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal
dipertentangkan dengan Wahyu, iman depertentangkan dengan ilmu, dan dunia
dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya
masih terasa hingga sekarang.
Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-
Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana
dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu
dijawab  I b n u   R u s y d   d e n g a n   t u l i s a n “TahafutuTahafut” (kerancuan diatas kerancuan).
Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan oleh
parai n t e l e k t u a l m u d a m u s l i m . M e n g a p a u m a t I s l a m t i d a k b i s a m e n g u s a i
i l m u d a n teknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam
tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar
padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan
yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir
para ilmuwan dan tokoh – tokoh caliber
dunia dikalangan umat Islam dari Negara-negara kaya di Timur
Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara bekas
j a j a h a n s a n g a t s u l i t m e m b a n g u n s e m a n g a t k e b a n g k i t a n i n t e l e k t u a l Islam
karena keterbatasannya.
Dalil :
Q.S An Nisa ayat 115
“Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam
kesesatan yang dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahannam,
dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”

2.4 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam


Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam
perjalanan sejarah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah shalat
(terutama shalat berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam
menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan
manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid
namun Masjid pada umumnya hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat
ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid mestinya berfungsi lebih luas
dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser
dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.
Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital dan
dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:
1. Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,
seperti sholat.
2. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim.
3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat
Islam.
4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban
5. Sebagai simbol persatuan umat Islam.
6. Sebagai pusat gerakan.
7. Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu
Islam, mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang
syariat, sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.
Belajar dari sejarah Islam, seharusnya eksistensi masjid pada masa kini harus lebih
mampu memberi makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat
Muslim. Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid
sebagai pusat berbagai kegiatan sosial-keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan dan
sebagainya kini menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan
dampak masjid yang maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban
dunia Islam yang maju, ramah, mandiri, damai dan modern.
Dalil :
Q.S At Taubah ayat 18

 “Sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah:orang-


orang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat
dan menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2.5 Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia


Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan
berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat
sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam
menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran
islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran islam,
bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam
perkembangan dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui
bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan
para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat
tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan
sehari-hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara, adab dan
penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab/ Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa
daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang
dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
Banyak tradisi masyarakat indonesia yang bernuansa islami, biasanya tradisi
tersebut dilaksanakan untuk memperingati hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan
sekaten yang diselenggarakan untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang
dimaksudkan untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan
tabuik di Pariaman ( Sumatera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama islam itu sendiri.
3. Kebudayaan yang Islami adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal
berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh
wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang
bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri manusia sendiri. Di sinilah,
agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab.
4. Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf besar dan agung.
5. Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah satu simbol bagi
Islam, tempat pusat komunikasi dan informasi, tempat belajar tentang ajaran Islam

3.2 Saran 
1. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan Sistem Kebudayaan Islam di Indonesia dan dapat pula mengerti dan
paham tentang konsep kebudayaan islam di indonesia.
2. Penulisan makalah ini tidak lepas dari yang namanya konsep dan sebuah rujukan yang
dijadikan bahan penulisan makalah. Untuk itu kami mohon kepada Bapak pembimbing
mata kuliyah pendidikan agama islam (PAI) agar mengajarkan kepada para pelajar
khususnya bagi mahasiswa agar tidak melanggar dari norma-norma agama yang sudah
ditetapkan, karena selain merugikan diri sendiri juga akan merugikan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html
http://pay-wuang.blogspot.com/2012/02/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/bab-ipendahuluana.html
http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan.html
http://pandidikan.blogspot.com/2010/10/islam-dan-kebudayaan.html
http://sahrul-media.blogspot.com
Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Tiara Wacana,…..,
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga
modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004

Anda mungkin juga menyukai