Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corona Virus Disease (COVID-19) sangat meresahkan masyarakat

beberapa bulan ini. Wabah yang disebabkan oleh Novel Coronavirus (SARS-

Cov-02) (World Health Organization, 2020). Sebelumnya penyakit jenis ini

sama sekali belum pernah terdeteksi dalam dunia medis. Wabah ini memang

pertama kali dilaporkan mewabah di Wuhan, China. Virus ini berkembang

dengan cepat menginfeksi manusia melalui sistem pernafasan. Per April

2020, sekitar 1,8 juta jiwa terinfeksi oleh virus inidan sekitar ratusan ribu jiwa

tersebut tidak mampu bertahan terhadap virus tersebut atau mengalami

kematian di sekitar 213 negara di dunia (World Health Organization, 2020).

Covid-19 merupakan penyakit yang tergolong baru dimana penyebab,

asal muasal virus ini belum diketahui secara pasti (Dziedzic & Wojtyczka,

2020). Virus ini sangatlah berbahaya , sangat mudah menular terhadap

sesame manusia. Penularan (transmission) virus ini terjadi melalui kontak

yang dekat antar individu yang mana salah satu individu telah terinfeksi

sebelumnya, kemudian mengeluarkan menyipratkan tetesan 272 pernafasan

(droplet) dari batuk dan bersin (Ghinai et al., 2020)

Ketahanan virus ini lumayan kuat, mampu bertahan selama tiga hari

dengan plastic atau stainless steel dan dalam aerosol selama tiga jam. Bahkan

belakangan ditemukan pula pada feses, namun belum diketahui apakah

1
2

penularan melalui feses bisa terjadi (Tim Kerja Kementrian Dalam Negeri,

2020).

Begitu berbahayanya penyakit ini, sehingga pemerintah berupaya

keras untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 ini. Sampai saat ini

belum ditemukannya obat serta vaksin untuk masalah ini sehingga jalan satu-

satunya hanyalah memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini. Cara yang

paling ampuh untuk memutus rantai penyebaran wabah ini adalah dengan

melakukan pembatasan sosial (sosial distancing) dan pembatasan fisik

(physical distancing) (Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri, 2020).

Pembatasan sosial atau menjaga jarak dalam bersosialisasi, menjaga jarak

dalam melakukan aktivitas sosial, termasuk membatasi diri untuk melakukan

sosialisi di masyarakat meminimalisir kotak dengan individu yang lain.

Begitu pula pembatasan fisik maksudnya ialah pembatasan dengan menjaga

tubuh secara fisik dengan jarak 1-2 meter ketika melakukan kontak atau

bersinggungan dengan individu lainnya. Disamping itu pola hidup bersih dan

sehat juga sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini

seperti selalu menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dll (Zhou et al.,

2020).

Berdasarkan data WHO (2020), didapatkan data pada bulan April

kasus terkonfirmasi 2.329.539. meninggal dunia 160.717. Dan dapat

disembuhkan sebanyak 595.229. Indonesia pada tanggal 10 Juli didapatkan

data positif 72.347. meninggal 33.529. dan dinyatakan sembuh 3.469.

(Kemenkes RI, 2020). Jawa timur yang dinyatakan sembuh 8.868. di rawat

7.816. meninggal 1.349. komulatif konfirmasi 18.033. Kasus suspect 7.591.


3

(Dinkes Jatim, 2020). Pamekasan pada data bulan 18 Juli didapatkan suspect

747 dengan ODP 86. Selesai pantauan 625. Meninggal 36. Positif covid 201

orang, dirawat 101, sembuh 75 orang, meninggal 25 orang. (Dinkes

Kabupaten Pamekasan, 2020). Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang

dilakukan pada hari rabu tanggal 22 Juli 2020 di SMAN 1 Waru Pamekasan

didapatkan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 320 orang. Kelas X sebanyak

103 siswa, terdiri dari laki laki 65 dan perempuan 38 siswa. Kelas XI

sebanyak 110 siswa, terdiri dari laki laki 66 siswa dan perempuan 44 siswa.

Kelas XII sebanyak 107 siswa, terdiri dari laki laki 69 siswa dan perempuan

38 siswa. Hasil wawancara bersama kepala sekolah menyampaikan bahwa

selama pandemic covid-19 sekolah tidak melakukan kegiatan belajar

mengajar di sekolah, hanya dilakukan pembelajaran secara daring dan siswa/I

berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini menjadi standart

kepatuhan siswa dan pihak sekolah dalam mematuhi aturan pemerintah untuk

mencegah terjadinya penyebaran covid-19.

Pendidikan perkembangan dimasa pandemi Covid-19 saat ini sangat

besar resikonya bagi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tatap

muka. Kemudian anak - anak tersebut mengalami perubahan perkembangan

pendidikan dimulai dari Tahun Ajaran baru (Siregar & Zahra, 2020). Menurut

data terbaru pandemi Covid-19 belum berakhir sampai Tahun Ajaran baru ini,

salah satunya yaitu korban bukan hanya orang dewasa melainkan virus

corona menyerang anak-anak hampir 1000 anak terinfeksi covid-19. Salah

satu alasannya dimulainya tahun ajaran baru berbeda dengan tanggal

dimulainya kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka. Karena akan


4

berpengaruh untuk kesehatan peserta didik, para pendidik dan staf mengajar

lembaga pendidikan. Maka rencana tahun ajaran baru dengan new normal

akan menghadapi berbagai pengawasan dalam mentaati peraturan protokol

covid-19 dari pemerintah dalam kurun waktu yang cukup panjang (Siregar &

Zahra, 2020).

Kebijakan yang harus dibuat harus melihat dampak yang akan terjadi

pada anak-anak ke depannya berpengaruh kepada nilai kemampuan dan

spritual pada anak. Anaka akan mengalami penurunan semangat belajar jika

orang tua tidak berhasil dalam membimbing anak-anak tersebut belajar

dirumah seperti melaksanakan ibadah, mengaji, dan mengajarkan tentang

seputar kegiatan tugas tanggung jawab sebagai anak (Siregar & Zahra, 2020).

Dampak akan muncul pada kualitas pendidikan mengalami

penurunan. Selain itu pemanfaat media online juga menjadi masalah terbesar

dikalangan siswa seperti sulitnya dalam mengakses internet karena gangguan

jaringan atau tidak memiliki smartphone. Dan pada akhirnya banyak murid

tertinggal mata pelajaran karena proses belajar mengajarnya secara online

dirumah (Siregar & Zahra, 2020).

Kegiatan belajar mengajar (KBM) baik dilakukan disekolah maupun

secara daring sesuai pada kondisi setiap daerah, guru atau pendidik harus

memberikan edukasi dan pendidikan khusus seputar pandemi covid-19 dan

pencegahannya. Kepatuhan bagi siswa harus diterapkan agar mampu

menimalisir dan mencegah penyebaran covid-19. Patuh terhadap protokol

kesehatan seperti menggunakan masker, rajin cuci tangan dan menerapkan

social distancing. Dari uraian masalah diatas, peneliti tertarik melakukan


5

penelitian dengan judul “Tingkat kepatuhan siswa dalam pencegahan covid-

19 di SMAN 1 Waru Kabupaten Pamekasan”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kepatuhan siswa dalam pencegahan covid-19 di

SMAN 1 Waru Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan?

1.3 Tujuan penelitian

Mengetahui tingkat kepatuhan siswa dalam pencegahan covid-19 di

SMAN 1 Waru Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa
terkait pentingnya pencegahan covid-19
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pentingnya pencegahan covid-19.
1.4.3 Manfaat bagi Instansi terkait
Penelitian ini bisa di jadikan ilmu pengetahuan baru bagi instansi terkait
tentang hubungan pengetahuan siswa dengan pentingnya pencegahan
covid-19.
1.4.4 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil penelitian ini dapat di publikasikan melalui media sosial dalam

bentuk jurnal sebagai salah satu refrensi terkait pentingnya pencegahan

covid-19.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepatuhan

2.1.1 Pengertian Kepatuhan

Istilah kepatuhan (compliance) adalah sikap suka, menurut perintah,

taat pada perintah. Secara sederhana kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan

dan berdisiplin. Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti

disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah

atau aturan (Bulutoding, 2017). Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan

berdisiplin. Kepatuhan dokter dan perawat adalah sejauh mana perilaku

seorang perawat atau dokter sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan

pimpinan perawat ataupun pihak rumah sakit (Sitorus, 2016).

Kepatuhan terhadap kewaspadaan mengandung arti bahwa seseorang

tenaga kesehatan memiliki kesadaran untuk:

1. memahami dan menggunakan peraturan kesehatan yang berlaku;

2. mempertahankan tertib terhadap pelayanan kesehatan; dan

3. menegakkan kepastian kewaspadaan standar.

2.1.2 Ciri – Ciri Kepatuhan

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan aturan

kepatuhan yang berlaku dapat dilihat dari perilaku yang diperbuatnya:

1. disenangi oleh masyarakat pada umumnya;

2. tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain;

3. tidak menyinggung perasaan orang lain;

6
7

4. menciptakan keselarasan;

5. mencerminkan sikap sadar dan patuh; dan

6. mencerminkan kepatuhan terhadap standar kesehatan.

Perilaku patuh mencerminkan sikap patuh terhadap standar

kewaspadaan yang harus ditampilkan dalam kehidupan sehari baik di

lingkungan keluarga, masyarakat, terutama pada lingkungan pelayanan

kesehatan bangsa (Kemenkes RI, 2012).

2.1.3 Faktor Kepatuhan

Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Kewaspadaan Standar

(Sudarmo et al., 2017) merumuskan perilaku dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yakni behavior causes dan non behavior causes.

Kemudian perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor yaitu;

a. faktor predisposisi (predisposing factor) meliputi pengetahuan,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan lain-lain;

b. faktor pendorong (reforcing factor) meliputi sikap perilaku petugas

kesehatan; dan

c. faktor pendukung (enabling factor) meliputi lingkungan fisik yang

tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan.

Analisa perilaku kesehatan yang bertitik-tolak pada perilaku itu

merupakan fungsi dari;

a. ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan (acessebility of

information);

b. niat seseorang untuk bertindak (behavior intention);

c. dukungan sosial (social support);


8

d. otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan

(personal autonomy); dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak

atau tidak bertindak (action situation) (Sudarmo et al., 2017).

Sudarmo et al., (2017) menyatakan bahwa perasaan dan pemikiran

dapat diungkapkan dalam bentuk sikap, pengetahuan, kepercayaan,

penilaian, persepsi seseorang terhadap obyek yang terdiri atas:

1. Sikap, menggambarkan suka ataupun tidak suka terhadap suatu obyek

sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat;

2. Pengetahuan, diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain;

3. Orang penting sebagai referensi (Personal reference), referensi dari

perilaku orang lain sebagai panutan atau yang dianggap penting;

4. Kepercayaan (Thoughts and feeling), seseorang menerima kepercayaan

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu;

dan

5. Culture, perilaku normal, nilai-nilai, kebiasaan, penggunaan sumber-

sumber yang menghasilkan suatu pola hidup (way of life) umumnya

disebut kebudayaan. Pentingnya budaya organisasi yang baik dalam

mengimplementasikan kewaspadaan standar memberikan dampak positif

bagi para tenaga kesehatan yang bekerja.

Kepatuhan dari petugas kesehatan berhubungan dengan pengetahuan

yang mereka miliki. Pengetahuan inilah kemudian akan diturunkan dalam

bentuk sikap atau perilaku petugas kesehatan dalam menghadapi pasien.


9

Kepatuhan dalam kewaspadaan standar di sini berhubungan erat dengan

perilaku petugas kesehatan dalam menghindari terjadinya infeksi saat

berhadapan dengan pasien (Puspita, 2016).

Hal yang sama diungkapkan oleh Bolaji-Osagie et al (2015) bahwa

kepatuhan akan kewaspadaan standar berhubungan erat dengan seberapa

banyak pengetahuan dan praktek yang telah dilakukan oleh para petugas

kesehatan. Seberapa banyak petugas kesehatan memiliki pengetahuan akan

kewaspadaan standar, maka akan semakin patuh bagi petugas kesehatan

untuk menerapkannya.

Begitu pula pendapat yang disampaikan oleh Kale et al (2012) yang

mengungkapkan bahwa kepatuhan dari petugas kesehatan sangat tergantung

dari apa saja yang diketahui oleh petugas kesehatan tentang arti penting

penerapan kewaspadaan standar dalam aktivitas.

2.2 Konsep Siswa

2.2.1 Pengertian Siswa

Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Siswa adalah siapa saja

yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan (Mastiyah,

2018). Di lembaga pendidikan tingkat dasar ataupun menengah yakni Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, objek didik

ini disebut siswa. Siswa adalah manusia yang berpotensi sehingga perlu

dibina dan dibimbing agar menjadi manusia yang cakap. Sebagai manusia

yang berpotensi, maka di dalam diri siswa ada suatu daya yang dapat tumbuh

dan berkembang di sepanjang usianya (Afif, 2019).

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa


10

(fase) remaja. Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri,

oleh Ericson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Karuniawan &

Cahyanti, 2013). Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa. Batas umurnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi

secara kasar berkisar antara umur 12 tahun sampai akhir belasan tahun, ketika

pertumbuhan jasmani hampir selesai (Herlina, 2013b).

WHO (World Health Organization) memberikan definisi bahwa

remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali

ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan

sosial- ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(Herlina, 2013a).

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak sampai dengan masa

dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk

memasuki masa dewasa (Pratiwi, 2013). Masa ini merupakan segmen

kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan

masa trasisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan dewasa yang sehat

(Herlina, 2013b).

Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat

(dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan


11

masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok,

transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini

memungkinkan dirinya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial

dengan orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum

dari periode perkembangan ini (Fatimah, 2017).

Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan

anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum

menikah. Menurut undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak di

anggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16

tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa

(Herlina, 2013b).

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang

ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial.

2.3 Konsep Pecegahan Penyebaran Covid-19

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus

SARS- CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata,

untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan

beberapa tindakan (Kemenkes RI, 2020), seperti:

a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan

air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik

berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari


12

menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.

b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung

dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain

yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan

COVID-19).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari

terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak

memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai

rekayasa administrasi dan teknis lainnya.

d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya.

e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian

sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.

f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan

sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30

menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan

tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan

dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui

pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur, yang

meliputi;

1) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh

2) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan

3) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur

4) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stress


13

5) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan merokok

g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol

h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial

Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat

tingkatkan melalui:

1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan

hobi yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman

dengan mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar

di daerah masing-masing;

2) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua

pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal

yang positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap

kejadian, dan selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;

3) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan antar

sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan

emosi dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang

negatif, tetap melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga

dan kerabat.

i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera

berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.

j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan

dalam setiap aktivitas


14

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep adalah tahap paling penting dalam suatu penilitian,

konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di komunikasikan dan

dapat membentuk suatuteori yang menjelaskan suatu keterkaitan variabel

(Nursalam, 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan:
1. faktor predisposisi (predisposing factor)
meliputi pengetahuan, keyakinan, Siswa SMAN 1 Waru
kepercayaan, nilai-nilai dan lain-lain;
2. faktor pendorong (reforcing factor)
meliputi sikap perilaku petugas
kesehatan; dan a. Patuh
3. faktor pendukung (enabling factor) KEPATUHAN SISWA b. Tidak
meliputi lingkungan fisik yang tersedia patuh
atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau
sarana kesehatan

Kepatuhan pencegahan covid-19


Kepatuhan pencegahan covid-19 1. Cuci tangan
1. Cuci tangan 2. Menggunakan APD (masker, fast
2. Menggunakan APD (masker, fast shild,dll)
shild,dll) 3. Social distancing
3. Social distancing 4. Setelah dari luar rumah atau
4. Setelah dari luar rumah atau bepergian bepergian segera untuk mandi dan
segera untuk mandi dan ganti pakaian. ganti pakaian.
5. Menjaga kesehatan 5. Menjaga kesehatan
p

Keterangan :

: diteliti

: tidakditeliti

: mempengaruhi
15

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual penelitian tingkat kepatuhan siswa dalam

pencegahan covid-19
16

Anda mungkin juga menyukai