TRANFER PASIEN
Tim Keperawatan
12 Maret 2012
18 Halaman
PANDUAN TRANSFER PASIEN
I. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional
lainnya yang sudah terlatih.
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
13. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSRP (DPJP/ PPJP/ dr
ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi
dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim
transfer RSRP harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di
rumah sakit yang dituju.
14. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSRP dipegang oleh dokter senior
/ DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
15. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
16. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua
belah pihak.
17. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama
dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak
lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman
dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk
18. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal
ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
VII. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang aman
dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya akselerasi
dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya
dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator
portabel selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-WSD)
harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera
/ resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus, namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan bahwa
semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
VIII. Pendampingan Pasien Selama Transfer
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien bergantung
pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya penyakit / kondisi
pasien).
3. Dokter senior (dr ICU/ dr Anesthesi), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti
akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr ICU/ dr Anestesi
selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat
/ derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter
ICU/ DPJP)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat,
atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di ruang
rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien
yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang kompeten,
terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan
perawat ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).
7. Saat Dr ICU/ DPJP di RSRP tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan
anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan haruslah
mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat /
kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telphon RSRP dan rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
IX. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSRP
Semua pasien sakit berat / kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer. Satu orang
adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam penanganan jalan napas.
Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar keterampilan minimal untuk
melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi yang diperlukan.
Dokter
Harus memiliki:
1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal level ST 3
atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Perawat
Harus memiliki:
1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Peralatan
1. Ventilator
Dokter harus:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilator yang
digunakan
b. Mampu mengganti baterai
c. Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen pasien
Perawat harus:
a. mampu mengganti tabung oksigen
b. mampu mengganti baterai
2. Pompa
Dokter dan perawat harus:
a. Mampu mengganti baterai
b. Mampu mengoperasikan jarum suntik / syringe pumps
c. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan / obat
3. Monitor
Dokter dan perawat harus dapat:
a. Mendeteksi adanya gelombang yang invasive
b. Melakukan pemantauan invasive
c. Mengoperasikan EKG
d. Mengoperasikan kapnografi
e. Mengoperasikan oksimetri denyut
4. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi kantong
peralatan medis.
5. Troli transfer
Dokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan mengamankan
pasien serta peralatan di dalamnya.
6. Sistem bidai untuk transfer via udara
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai cara
mengoperasikan sistem ini.
Pengangkutan Pasien
Dokter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien dengan aman.
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan risiko yang dapat terjadi
selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit berat / kritis via menggunakan kendaraan
yang bergerak (baik pada transportasi darat maupun udara), dan waspada akan bahaya yang
mungkin terjadi kepada petugas dan atau pasien.
Penyerahan Pasien
Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah-terima pasien di rumah sakit tujuan.
Orientasi
Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi yang akan
digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.
Panduan Pemantauan Minimal
Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.
LAMPIRAN 2
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the
inter- and intrahospital transport of critically ill patients. American College
of Critical Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS