Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PDGK4407

OLEH :

RINI ASTUTI

NIM : 856215221

UPBJJ - UT PADANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
1. Jelaskan pemahaman saudara terhadap anak berkebutuhan khusus, jelaskan definisinya
beserta jenis-jenisnya!
JAWAB:
Menurut pendapat saya anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kubutuhan
yang khas bagi setiap anak yang mana terkait dengan kondisi fisik, emosional, mental
sosial, dan/kecerdasan atau ada bakat istimewa yang dimilikinya. Tanpa dipenuhinya
kebutuhan khusus tersebut, potensi yang dimiliki tidak akan berkembang optimal.
Jenis-jenisnya
a. Tunanetra yaitu kurang penglihatan.
b. Tunarungu yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran, mulai dari yang
ringan sampai dengan yang berat.
c. Gangguan Komunikasi yaitu gangguan yang signifikan karena kemampuan
berkomunikasi memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Tunagrahita yaitu sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan mental
yang berada di bawah normal.
e. Tunadaksa yaitu cacat fisik, anak tersebut tidak dapat menjalankan fungsi fisik
secara nomal.
f. Tunalaras yaitu anak yang mengalami gangguan emosi, gangguan yang muncul
berupa perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri.
g. Anak Berkesulitan Belajar yaitu anak-anak yang mendapat kesulitan belajar bukan
karena kelainan yang dideritanya.
h. Tunaganda yaitu anak yang menyandang lebih dari satu kelaianan misalnya,
penyandang tunanetra dan tunarungu.

2. Jelaskan apa yang membedakan hak dan kewajiban anak berkebutuhan khusus dengan
anak normal, beserta contoh!
JAWAB:
Para penyandang kelainan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga
negara lainnya, yaitu hak untuk mendapat pendidikan, jaminan sosial, menggunkan
fasilitas umum, serta mendapat pekerjaan. Khusus untuk hak mendapatkan pendidikan,
konferensi dunia menerbitkan kerangka kerja yang antara lain menekankan agar sekolah
biasa siap menerima ABK dengan menyediakan layanan pendidikan yang berfokus pada
siswa.
Para penyandang kelaianan mempunyai kewajiban mengikuti pendidikan dasar,
menghormati hak orang lain, mentaati aturan/undang-undang yang berlaku, menjunjung
tinggi bangsa dan negara, serta ikut serta membela dan membangun bangsa dan negara.
Contohnya dalam kelas kita ada anak yang suka naik emosinya, maka sebagai seorang
guru kita harus mencarikan trik bagaimana cara untuk meredakan emosinya tersebut,
agar tidak mebahayakan untuk dirinya sendiri dan juga teman-temannya. Dalam Undang-
Undang No. 20/2003 tentang Sirdiknas, BAB IV, Pasal 6 dijelaskan setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar termasuk disini ABK. Penyandang kelainan ini wajib
menaati berbagai aturan yang berlaku, berperan serta dalam berbagai kegiatan bela
negara sesuai dengan kemampuan mereka, berprilaku sopan dan santun, serta kewajiban
yang lain bagi setiap warga negara. Jadi, antara kewajiban anak berkebutuhan khusus dan
anak normal itu sama. Oleh karena itu, penyandang kelainan ini tidak boleh bertindak
seenaknya saja. Mereka juga wajib menaati hukum yang berlaku, kalau ia melanggar, ia
juga wajib dihukum. Misalnya, anak tersebut melakukan kejahatan criminal seperti
kekerasan, ia juga harus dihukum sesuai dengan tingkat pelanggaran yang ia lakukan.

3. Jelaskan sejarah pendidikan khusus di Indonesia, serta bentuk-bentuk pendidikan khusus


yang ada di Indonesia!
JAWAB:
Pelayanan pendidikan khusus yang berupa Pendidikan Luar Biasa (PLB) di Indonesia
baru ditelusuri mulai 1901, ketika Institut untuk Tunanetra didirikan di Bandung.
Kemudian diikuti oleh pendirian Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk tunagrahita di
Bandung pada tahun 1927. Kota Bandung merupakan kota pertama yang menyediakan
layanan pendidikan bagi ABK. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, pelayanan pendidikan ABK semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan Pasal 31
UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Berbagai SLB mulai bermunculan baik di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagian besar
sekolah dikelola oleh pemerintah. Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1991 tentang
pendidikan luar biasa, yang merupakan pedoman untuk penyelenggaraan PLB,
menetapkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan jenis
kelainan yang disandangnya. SLB dibedakan menjadi:
a. SLB-A untuk anak tunatera,
b. SLB-B untuk anak tunarungu
c. SLB-C untuk anak tunagrahita
d. SLB-D untuk anak tunadaksa
e. SLB-E untuk anak tunalaras
f. SLB-F untuk anak berbakat
g. SLB-G untuk anak tunaganda

Bentuk-bentuk pendidikan khusus:

a. Layanan Pendidikan Segregasi yaitu bentuk layanan pendidikan segregasi


memisahkan ABK dari anak normal. Dengan demikian, ABK mempunyai sekolah
sendiri, demikian pula anak normal mempunyai sekolah yang tidak ada kaitannya
dengan sekolah untuk ABK.
b. Layanan Pendidikan Integrasi yaitu layanan pendidikan dalam bentuk terpadu atau
integrasi menyediakan pendidikan bagi ABK di sekolah yang sama dengan anak
normal.
c. Layanan Pendidikan Inklusi yaitu setiap anak diakui sebagai bagian dari anak-anak
yang ada dalam satu sekolah. Beranjak dari konsep inklusi tersebut, pada praktiknya
ABK disekolahkan di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya, terlepas dari
tingkat kelainan yang ia sandang.

4. Jelaskan pemahaman saudara terhadap permasalahan pelaksanaan pendidikan bagi anak


berkebutuhan khusus di Indonesia!
JAWAB:
Menurut saya Permasalahan pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di
Indonesia:
Kurangnya pemahaman guru tentang ABK dan sekolah inklusi yang kemudian
berdampak pada permasalahan yang muncul selanjutnya yaitu guru kesulitan dalam
kegiatan belajar mengajar. Selain itu banyak guru yang memiliki latar pendidikan yang
tidak sesuai dan kurangnya Guru Pendamping Kelas sehingga semakin menambah beban
kerja guru yang berat baik beban administrasi maupun beban mengajar hal ini juga
secara tidak langsung memberi dampak pada bagaimana guru menangani siswa di
sekolah menjadi tidak maksimal. Banyak orangtua yang kemudian hanya pasrah
sepenuhnya tentang perkembangan anak nya kepada sekolah. Hal ini juga bisa
disebabkan karena pemahaman orangtua tentang ABK masih kurang. Permasalahan lain
yang muncul yaitu toleransi atau pengertian dari orangtua siswa regular terhadap
kebutuhan ABK masih kurang karena banyak dari masyarakat yang masih memandang
rendah ABK dan sekolah inklusi sehingga masyarakat kurang memberi dukungan terkait
pelaksanaan sekolah inklusi. Hal ini bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan
masyarakat yang terkait pendidikan inklusi dan ABK. Hal tersebut membuat beban guru
dan sekolah semakin berat, dimana secara umum, sekolah sendiri belum siap baik dari
segi administrasi maupun SDM dalam pelaksanaan pendidikan inklusi disekolahnya,
ditambah dengan kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua pihak, kurangnya
sarana prasarana yang disediakan pemerintah terkait pelaksanaan sekolah inklusi
sehingga pelaksanaan sekolah inklusi tidak bisa berjalan maksimal. Permasalahan-
permasalahan yang muncul sebenarnya dikarenakan baik sekolah, masyarakat dan guru
belum sepenuhnya memahami dan mengetahui bagaimana cara menangani ABK pada
khususnya. Sekolah dan guru juga belum mengetahui bagaimana pelaksanaan sekolah
inklusi yang sesuai dengan aturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai