OLEH
LIDYANA TRYSKY
Ns 20.028
CI INSTITUSI
(……..(.……………………………)
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal misalnya ada salah
satu anggota yang mengalami gangguan mentak sehingga keluarga merasa malu dan
rendah diri. Pengalaman traumatic juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti
penganiayaan, seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah
sakit dengan pemasangan alat bantuyang tidak nyaman baginya.respon gterhdap
truma umumnya akan mengubah arti trauma dan kopingnya depresi dan denial.
E. Akibat
Menurut Karika (2018) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik
diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering
ditunjukkan dengan perilaku antara lain :
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain.
2) Perasaan tidak mampu.
3) Pandangan hidup yang pesimis.
4) Penolakan terhadap kemampuan diri.
b. Data objektif
1) Penurunan produktivitas.
2) Tidak berani menatap lawan bicara.
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi.
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah.
III. A. Pohon Masalah
V. RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi
pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaanya.
2) Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan
memberi pujian yang realistis.
3. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Kriteria evaluasi :
a. Kebutuhan pasien terpenuhi.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah
sakit dan dirumah nanti
4. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Kriteria evaluasi :
a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1) Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal
maupun total.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
( HARGA DIRI RENDAH)
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )
Pertemuan : ke-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien selalu terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus(TUK)
a. pasien dapat membina hubungan saling percaya.
4. Tindakan Keperawatan
1) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun nonverbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) berikan perhatian kepada klien.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1) Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ selamat pagi,assalamualaikum…..bolehkah saya kenalan dengan Bapak?
Nama saya Lidyana Trysky boleh panggil saya Trisky saya mahasiswa
dari Stikes Lakipadada Tana Toraja, saya sedang melaksanakan Pratik
disini dari pukul 08:00 sampai dengan pukul 13:00 siang. Kalau boleh
saya tahu nama Bapak siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi /validasi
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak ?
c. Kontrak
“Bapak, saya bertugas disini untuk merawat bapak dan hari senin sampai
sabtu mulai dari jam 08:00 sampai dengan 13:00. Saya harap selama saya
merawat Bapak, saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik”.
Topik : “ baiklah Bapak, disini kita akan berbincang- bincang untuk
saling mengenal.”
Waktu : “Bapak mau ngobrol-ngobrol berapa lama? Bagaimana kalau
10 menit dari jam 11.00 sampai 11.10?”.
Tempat : “ kita akan ngobrol dimana Bapak ? bagaimana kalau kita
ngobrol disini ?.
2) Fase Kerja
a. “Bapak tadi sudah menyebutkan nama Bapak, lalu berapa umur Bapak
sekarang ?”
b. “Bapak sudah berapa lama dirawat disini?”
c. “Bapak berasal dari mana?”
d. “Bapak bersaudara berapa ?”
e. “ Siapa saja yang diajak tinggal dirumah ?”
f. “Bapak masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?”
g. “ Siapa yang membawa Bapak kesini?”
h. “ Menurut Bapak, dibawa kesini karena apa?”
i. “Selama dirawat disini hal apa yang Bapak sudah lakukan?”
j. “Bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan tersebut ?”
k. “ Boleh saya tahu apa pekerjaan Bapak sebelum disini? Bias diceritakan
tentang pekerjaannya?”
l. “ Wah, kegiatan bapak bagus sekali”.
3) Terminasi
a. Mengakhiri Kontrak
“ sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 10 menit, sekarang sudah
pukul 11.10, untuk saat ini kita akhiri dulu ya Pak. Tadi Bapak sudah
bagus sekali mau mendengarkan saya dan menjawab dengan baik.”
b. Evaluasi
Subjektif : “ setelah kita ngobrol tadi , bagaimana perasaan Bapak ?”
Objektif : klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat
perawat.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Nah Bapak, sekarang sudah pukul 11.10, pembicaraan kita cukupkan saja
dulu sampai disini ya. Sekarang Bapak istirahat dulu. Kalau nanti ada
yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, Bapak bias sampaikan
saat kita bertemu lagi.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana kalau besok kita bertemu lagi membicarakan
tentang keluarga, kemampuan serta kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki?”
Waktu : “ jam berapa kita bertemu besok Bapak?
Tempat : “ Bapak mau ngobrol-ngobrol dimana? Bagaimana kalau
disini?”.
Pertemuan : ke-2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak duduk sendiri di depan ruang perawatan, klien sedang menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep Diri ( Harga Diri Rendah )
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Bersama klien buat daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
3) Berikan pujian yang realistik dan hindarkan memberi penilaian yang negative.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1) Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat siang, Pak. masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi
“ Bagaimana perasaan bapak saat ini ?”
c. Kontrak
a. Topik :” kemarin, kita sudah janji bahwa sekarang kita akan berbicara
tentang keluarga serta kemampuan dan kegiatan yang pernah Bapak lakukan.
Bapak bersedia ?”
b. Waktu : “ mau berapa lama bercakap-cakapnya ? bagaimana jika 15 menit
dari jam 12 sampai jam 12: 15 menit?”
c. “Tempat : “ Bapak mau berbincang-bincang dimana ? Baiklah, mari kita
duduk di depan ruangan Bapak “.
2) Fase kerja
a. “Bapak, sekarang kita akan berbicara tentang keluarga Bapak ya. Apakah Bapak
bisa menyebutkan anggota keluarga Bapak?”
b. “ Nah sekarang kita akan membicarakan tentang kemampuan yang Bapak miliki.
Kalau boleh tahu, apa saja kemampuan yang Bapak miliki?”
c. “ Apa pula kegiatan rumah tangga yang bisa Bapak lakukan ? Bagimana dengan
merapikan tempat tidur ? menyapu ? mencuci piring?”
d. “ Wah bagus sekali Bapak bisa menyapu, Bapak harus rutin melakukan semua itu
ya. Pagi setelah bangun tidur harus merapikan tempat tidur, menyapu dan
mencuci piring setelah makan ya!”.
3) Ternimasi
a. Mengakhiri Kontak
“ Nah Bapak , sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah jam 12.15, jadi
kita cukupkan sampai disini.”
b. Evaluasi
Subjekif : “ Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-ngobrol
tadi?”.
Objektif : klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak mata sudah
mulai bagus?” .
c. Rencana Tindak Lanjut
“ Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau di ceritakan atau
ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan saya.”
d. Kontrak Yang Akan Datang
Topik :” bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk membicarakan
kegiatan mana yang Bapak lakukan dan jadwal kegiatan harian yang ingin Bapak
lakukan sesuai kemampuan yang Bapak miliki?”
Waktu : “ Bagaimana kalau kita bertemu besok pukul 10.00 pagi? Bapak mau
mengobrol berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”.
Tempat : “ Bapak mau mengobrol dimana ? Bagaimana jika disini lagi?”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
( HARGA DIRI RENDAH)
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )
Pertemuan : Ke-3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk menyendiri di depan nurse station sambil sesekali melihat orang
yang sedang berbicara di sampingnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri ( Harga diri Rendah )
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
lanjutkan dinrumah nanti.
3) Bantu klien melakukan jika perlu beri contoh.
4) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
5) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Siang, Bapak. Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi
“ Bagaimana perasaan bapak saat ini?”.
c. Kontrak
Topic: “ kemarin kita berjanji pukul 10 akan membicarakan kegiatan yang masih
bisa bapak lakukan dirumah sakit. Apakah bapak besedia ?
Waktu: “ mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15 menit, dari
pukul 10.00 sampai 10.15?”.
Tempat:”bapak mau berbicang-bicang dimana? Bagaimana kita disini?”.
2. FASE KERJA
a. Pada pertemuan sebelumnya ,kitatelah membahas tentang kegiatan /kemampuan
yang bapak kerjakan atau miliki . bapak bisa menyapu ,namun terkadang bapak
tidak mau menyapu, namun bapak terus berlatih agar rutin menyapu .
b. Nah, selain menyapu apakah ada kegiatan /kemampuaan lain yang masih dapat
dikerjakan dirumah sakit?”.
c. “ Bagus sekali Bapak, apakah setiap pagi Bapak membersihkan tempat tidur?”.
d. Bapak seharusnya setiap pagi harus mau menyapu, merapikan tempat tidur dan
mencuci piring setelah makan. Apakah Bapak mau ?”
e. “ Selain itu apakah Bapak suka mengobrol dengan teman atau perawat disini?”.
f. “ Bapak tidak usah malu dan malas untuk berbicara, kalau bapak suka mengobrol
nanti Bapak pasti banyak punya teman.
g. “ Apakah Bapak senang punya banyak teman?”
h. “ Bagus sekali kalau Bapak mau mencoba, nanti saya kenalkan dengan teman
saya. Apakah Bapak bersedia?”
3. TERMINASI
a. Mengakhiri Kontak.
” Nah Bapak , sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul 10.15, jadi
kita cukupkan sampai disini. Tadi Bapak bagus sekali mau bercerita tentang
kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini. Serta jadwal kegiatan harian
yaitu merapikan tempat tidur, menyapu dan mencuci piring ya”.
b. Evaluasi
Subjektif : “ bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-ngobrol tadi?”
Objektif : klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak mata mulai
bagus. Klien juga mau berbicara dengan perawat serta temannya namun masih
bicara sedikit.
c. Rencana Tindak Lanjut
“ Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau
ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan saya”.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita kembali
membicarakan mengenai kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang
dimilikinya?”
Waktu : “ Besok saya dines pagi di ruangan ini. Bagaimana kalau kalau besok
kita ngobrol jam 12 setelah Bapak makan siang ya?
Jika Bapak ingin mengobrol lagi. Bapak bisa ngobrol dengan saya atau teman
saya. Nanti teman saya juga akan kesini. Bapak mau kan berteman juga dengan
teman saya?”.
Tempat : “ Untuk pertemuan berikutnya. Bapak mau mengobrol dimana?
Apakah disini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
( HARGA DIRI RENDAH)
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )
Pertemuan : Ke-4
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi klien
Klien tenang, duduk bersama temannya di meja makan setelah makan snach. Klien
sesekali berbicara dengan temannya sambil tersenyum.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Dirin( Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1) Berikan kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi
“ Bagaimana perasaan Bapak saat ini”
c. Kontrak
Topik : “ kemarin kita sudah berjanji mengobrol nmengenai kegiatan sesuai
kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki, Bapak sudah siap bercerita ?”.
Waktu : “ Mau berapa lama bercakap-cakapnya ? Bagaimana klau 15 menit, dari
pukul 12.00 sampai pukul 12.15?”
Tempat : “ Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana jika disini lagi ?”
2. Fase Kerja
a. “ pada pertemuan kali ini, kita akan mengobrol mengenai kegiatan apa yang bisa
bapak lakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang Bapak miliki. Apa saja
kegiatan yang bisa Bapak lakukan saat Bapak sakit lagi ?
b. “ oh bagus sekali pak, dalam kondisi sakit Bapak bisa menyapu di dalam kamar:
c. “ Nah, lakukan kegiatan menyapu itu setiap pagi hari sesuai jadwal yang kita buat
kemarin ya Pak”.
3. Terminasi
a. Mengakhiri Kontak
“ Baiklah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah puku 12.15,
jadi kita cukupkan dulu sampai disini ngobrolnya. Tadi Bapak bagus sekali mau
bercerita tentang kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini”.
b. Evaluasi
Subjektif :” Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-ngobrol tadi ?”
Objektif : klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak mata bagus. Klien
juga sesekali mau bertanya dengan perawat, namun klien masih terlihat malu.
c. Rencana Tindak Lanjut
“ sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau
ditanyakan, Bapak bisa mencari saya di nurse station ya, kita bisa mengobrol lagi
dan menceritakan keluhan yang Bapak alami. Saya tinggal ya Pak, terimakasih
atas waktunya”.
3) Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap, dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b) Terapis membagi kertas dan spidol pada klien.
c) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d) Terapis meminta pujian atas peran serta klien.
e) Terapis membagikan kertas yang kedua.
f) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah atau di
rumah sakit.
g) Terapis memintan klien membaca hal posistif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendpat giliran.
h) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak Lanjut
Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri
2. Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
a) Evaluasi :
TAK. Untuk TAK harga diri rendah sesi 1 ,Kemampuan klien yang
Petunjuk:
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda cawang jika klien mampu dan
b) Dokumentasi :
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh; klien mengikuti sesi 1,TAK stimulasi persepsi
harga diri rendah. Klien mampu menulis 3 hal pengalaman yang tidak
B. Setting
C. Alat
D. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
c. kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
3) Tahap kerja
setiap klien
c) Terapis meminta klien menulis nama klien yang lain di sudut kanan
jam, dimulai dari klien yang ada dikiri terapis membacakan kertas
4) Terminasi
a) Evaluasi:
TAK.
b) Tindak lanjut
A. Tujuan
B. Setting
C. Alat
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Langah-langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
c. Kontrak:
kepada terapis.
3. Tahap Kerja
a) Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu buah untuk
setiap klien.
d) Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup yang telah ditulisnya,
berurutan dari klien yang berada disebelah kiri terapis, searah jarum jam
e) Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain jika satu
f) Terapis meminta klien melihat tujuan hidupnya, mencoret tujuan yang sulit
hidupnya.
4. Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak Lanjut:
masih ada.
1 Menyebutkan pentingnya
tujuan hidup
realistis
A. Pengkajian
Menurut Setiaadi, 2012, Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis
dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien Format pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
nama klien, nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan Utama/Alasan masuk
3. Faktor predisposisi/ tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
4. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dapat dilakukan
pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.
c. Sosial Budaya.
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial
a) Biasanya klien HDR tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan.
b) Biasanya klien HDR merasa berada dilingkungan yang mengancam.
c) Biasanya klien HDR keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
d) Klien HDR biasanya sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain.
5. Spiritual
a) Falsafah Hidup
Klien biasanya merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan
hidup biasanya jelas, kepercayaanya terhadap sakit serta dengan
penyembuhannya.
6. Status mental
1) Penampilan
Biasanya klien dengan HDR Penampilannya tidak rapi, tidak sesuai karena
klien kurang minat untuk melakukan perawatan diri.
2) Pembicaraan
Biasanya klien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren dan bloking.
3) Aktivitas Motorik
Biasanya aktivitas motoric klien lambat, gelisah, dan terjadi penurunan
aktivitas interaksi.
4) Alam Perasaan
Biasanya klien merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang berinteraksi.
6) Interaksi Selama Wawancara
Biasanya klien dengan HDR kurang kooperatif dan mudah tersinggung.
7) Persepsi
Biasanya klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
memberi perintah.
8) Proses Pikir
Biasanya klien dengan HDR terjadi penggulangan pembicaraan di sebabkan
karena klien kurang kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
8. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
9. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
10. Aspek medis
Biasanya klien HDR perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Terapi medik
yaitu : Chlorpromazime (CPZ) 1x1,100 mg, Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg,
Risperidone 2x2 mg.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat professional
yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik actual maupun
potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi data hasil pengkajian.
Pernyataan diagnosis keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah
kesehataan klien berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan
( Asmadi,2008). Diagnosa diambil sebagai prioritas utama karena pada saat pengkajian
data-data yang paling aktual dibandingkan dengan lain. Diagnosa Keperawatan pada
klien HDR :
1. Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah perencanaan yang diharapkan dari klien dan/atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi harus spesifik dan dinyatakan
dengan jelas dimulai dengan kata kerja aksi/kalimat perintah. Perencanaan terdiri dari
tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan
umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosis tertentu, tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnosis tertentu( Direja,2011).
1. Tindakan Keperawatan kepada klien HDR
a. Tujuan Umum : pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
b. Tujuan khusus
1) pasien dapat membina hubungan saling percaya
g. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
h. Ekspresi wajah bersahabat.
i. Ada kontak mata.
j. Mau berjabat tangan.
k. Mau menjawab salam.
l. Pasien mau duduk berdampingan
Intervensi :
5) Bina hubungan saling percaya.
6) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit
yang dideritanya.
7) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien.
8) Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.
2) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Intervensi :
3) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi pujian
atas kemampuan mengungkapkan perasaanya.
4) Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi
pujian yang realistis.
3) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Kriteria evaluasi :
c.Kebutuhan pasien terpenuhi.
d. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi :
3) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama sakit.
4) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan
dirumah nanti
4) Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria evaluasi :
c. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
d. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
4) Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal maupun total.
5) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
6) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan .
D. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu memvalidasi
dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini.
Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien didokumentasikan
( Prabowo,2014). Salah satu jenis standar operasional prosedur yang digunakan untuk
menangani pasien gangguan jiwa yaitu menggunakan strategi pelaksanaan (SP) tindakan
keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan
jiwa.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
evaluasi proses atau evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon
klien dan tujuan umum serta tujuan khusus yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Tahap evaluasi adalah kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan
keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan(Nurrsalam,2009). Menurut dermawan (2012) penulisan evaluasi
berdasarkan pada SOAP.S( subjektif data atau data subjektif ,O(objective data atau data
objektif),A ( analysis atau analisis), P( plan of care atau rencana asuhan keperawatan.
S : Respon subjektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan.