Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENGOBATAN HERBAL

(Obat Berkhasiat Sebagai Imunomodulator)

OLEH

ASMAUL HUSNA

(NH0318005)
Sistem imun menjadi mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman bahaya. Dalam
menjalankan fungsinya, sistem imun bakal memberikan respons saat ada bahaya yang
masuk. Respons bisa dimodifikasi dengan konsumsi suplemen yang
bersifat imunomodulator.

Pada dasarnya, imunomodulator merupakan zat yang dapat memodulasi atau


memengaruhi sistem imun tubuh menjadi ke arah normal.

Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia


(PDPOTJI), Inggrid Tania mengatakan, ada dua jenis imunomodulator yang di
antaranya adalah imunostimulasi dan imunosupresif.

"Imunostimulan, senyawa itu bisa meningkatkan kerja komponen sistem imun, bisa
diberikan untuk meningkatkan respons imun terhadap penyakit. [Sedangkan]
imunosupresif, senyawa yang bisa meredakan hiper-inflamasi, menekan sistem imun,"
jelas Inggrid dalam webinar bersama Fatigon Promuno, beberapa waktu lalu.

Imunomodulator bisa ditemukan dalam sejumlah bahan herbal. Berikut di antaranya.

1. Echinacea

Echinacea merupakan tanaman bunga yang tumbuh di area timur Pegunungan Rocky,
Amerika Serikat. Tanaman ini dimanfaatkan mulai dari bagian bunga, akar, dan daun
untuk keperluan pengobatan.
Inggrid mengatakan, echinacea memiliki sifat imunostimulasi yang kuat. Tanaman ini
terbukti mampu mempercepat penyembuhan selesma dan infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA).

Kendati demikian, echinacea juga memiliki kekurangan. Karena bersifat sebagai


imunostimulasi yang kuat, echinacea tak bisa dikonsumsi jangka panjang. "Echinacea
aman dikonsumsi selama 8-16 pekan berturut-turut," kata Inggrid.

Selain itu, echinacea pun akan memicu kontraindikasi dengan orang yang memiliki
gangguan autoimun.

2. Meniran
Tanpa harus mengimpor echinacea dari luar negeri, Indonesia memiliki tanaman herbal
asli dengan sifat serupa, yakni meniran.
Inggrid mengatakan, meniran tidak kalah dengan echinacea. Dari sebuah uji klinis,
meniran terbukti mampu mempercepat penyembuhan cacar air.

Bedanya dengan echinacea, meniran merupakan tanaman herbal yang aman


digunakan jangka panjang dan tidak ada batas maksimal. Meniran pun tidak
mempunyai kontra indikasi.

Ilustrasi. Sebagai imunomodulator, jahe memiliki sifat seimbang


antara imunostimulasi dengan imunosupresif. (CNN
Indonesia/Andry Novelino)

3. Jahe merah

Jahe, khususnya jahe merah, punya sifat seimbang antara imunostimulasi dan
antiradang atau imunosupresif. Jahe merah bisa membantu meredakan keluhan infeksi
virus semisal gangguan batuk, kembung, dan mual. Jahe juga aman dikonsumsi jangka
panjang.

4. Sambiloto

Selain jahe merah, sambiloto pun punya dua sifat, baik imunostimulasi maupun
imunosupresif. Sambiloto salah satunya dapat digunakan untuk mengatakasi badai
sitokin.
Badai sitokin terjadi saat respons imun berlebihan sehingga tidak hanya
menghancurkan virus tetapi sel tubuh lain ikut rusak sehingga timbul peradangan. Oleh
karenanya, perlu ada substansi yang bersifat imunosupresif.

"Sambiloto ini bersifat antivirus, walau memang kita belum riset spesifik untuk SARS-
CoV-2 [virus corona penyebab Covid-19], meski demikian harapannya bisa dipakai,"
kata Inggrid.

Selain itu, sambiloto juga memiliki fungsi antipiretik yakni untuk mengatasi gejala
demam dan gejala lain yang menyertai saat terinfeksi virus. Herbal satu ini juga aman
dikonsumsi jangka panjang.

5. Saffron

Saffron sebenarnya bagian tangkai putik dari bunga Crocus sativus atau Saffron crocus.
Bagian tangkai putik ini kemudian dikeringkan sehingga kerap dimanfaatkan sebagai
pemberi warna pada masakan atau minuman.
Saffron pun dimanfaatkan sebagai obat, khususnya untuk fungsi imunostimulasi.
Namun, saffron memiliki harga selangit. Untuk memperoleh 1 kilogram saffron, Anda
harus merogoh kocek sekitar US$1000-US$5000 (sekitar Rp14juta-Rp70juta).

Bukan cuma perkara khasiat, harga yang tinggi ini muncul karena tanaman saffron
tumbuh di area yang begitu spesifik dengan masa panen yang terbilang sulit.

Anda mungkin juga menyukai