Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Islam dengan Negara telah terjadi sejak lama.

Dalam Islam sudah sejak abad 7


muncul melalui gagasan Rosulullah SAW yang melahirkan Piagam Madinah sehingga banyak
tokoh atau ilmuwan barat yang mengapresasi kepemimpinan dan keteladanan Rasul dalam
mengurus kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ia sebagai negarawan tidak pernah
memunculkan kata Islam.

Satu bukti nyata dari sikap kenegaraan sejati kenegarawannya Rasulullah dalam Piagam
Madinah yang 46 pasal itu kita tidak akan menemenukan kata-kata Islam, bahkan jika kita
melihat dari segi hukum Piagam Madinah ini masuk ke dalam syariah, bukan fiqh.

Konsitusi Madinah merupakan contoh teladan dalam sejarah kemanusiaan untuk membangun
masyarakat yang bercorak majemuk. Ini tidak hanya sekedar dialektika yang terobsesi dalam
pikirna nabi, tatapi juga tampak dalam prakteknya ketika memimpin masyarakat Madinah.

Di Indonesia, hukum Islam tidak bisa dimatikan dalam sistem hukum kenegaraan kita.”kita akan
kaji bahwa Islam tidak pernah meninggalkan negara. Dalam konteksnya, terdapat 3 pandangan
posisi agama dan negara yaitu; 

Pertama,  agama tidak mendapat tempat sama sekali dalam kehidupan bernegara. Agama
dipandang sebagai sesuatu yang berbahaya bagaikan candu bagi masyarakat. Agama dipandang
sebagai ilusi belaka yang diciptakan kaum agamawan yang berkolaborasi dengan penguasa
borjuis, dengan tujuan untuk meninabobokkan rakyat sehingga rakyat lebih mudah ditindas
dieksploitir dan. Agama dianggap khayalan, karena berhubungan dengan hal-hal ghaib yang non-
empirik. Segala sesuatu yang ada, dalam pandangan ini, adalah benda (materi) belaka. Inilah
pandangan ideologi Komunisme-Sosialisme, yang menganut ideologi serupa- sudah
bermetamorfosis menjadi kapitalisme.

Kedua, Agama Terpisah dari Negara. Pandangan ini tidak menafikan agama, tetapi hanya
menolak peran agama dalam kehidupan publik. Agama hanya menjadi urusan pribadi antara
manusia dengan Tuhan, atau sekedar sebagai ajaran moral atau etika bagi individu, tetapi tidak
menjadi peraturan untuk kehidupan bernegara dan bermasyarakat, seperti peraturan untuk sistem
pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial, dan sebagainya.

Pandangan ini dikenal dengan Sekularisme, yang menjadi asas ideologi Kapitalisme yang dianut
negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa serta negara-negara lain pengikut
mereka.

Ketiga, Agama Tidak Terpisah dari Negara, sebab agama mengatur segala aspek kehidupan,
termasuk di dalamnya aspek politik dan kenegaraan. Agama bukan sekedar urusan pribadi atau
ajaran moral yang bersifat individual belaka, melainkan pengatur bagi seluruh interaksi yang
dilakukan oleh manusia dalam hidupnya, baik interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan
dirinya sendiri, maupun manusia yang satu dengan manusia yang lain. Keberadaan negara
bahkan dipandanng sebagai syarat mutlak agar seluruh peraturan agama dapat diterapkan.  Inilah
pandangan ideologi Islam, yang pernah diterapkan sejak Rasulullah Saw. berhijrah dan menjadi
kepala negara Islam di Madinah
Adapun Relevansi/implementasi hakikat konstitusi madinah dengan konstitusi pemerintahan
Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama, Pada saat pembentukan kedua konstitusi ada suasana kebatinan yang sama yaitu
dibangun oleh berbagai kelompok agama dan suku yang berbeda.

Kedua, Ada kemiripan yang bersifat prinsip pada UUD 1945 dan konstitusi madinah, Pada
pembukaan UUD 1945 kata “Allah” disebut 2 kali kata dan pada Konstitusi Madinah kata
“Allah” disebut 14 kali, kata “Muhammad” 5 kali, kata “Nabi” 1 kali.

Ketiga,  Adanya kalimat tauhid pada kedua konstitusi itu. Pada Muqoddimah UUD 1945 kalimat
“atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa” pada konstitusi madinah kalimat dengan nama
Allah yang maha rahman dan rahim

Keempat, terdapatnya prinsip monoteisme. Kelima, terdapatnya prinsip Persatuan dan Kesatuan.
Keenam, terdapatnya prinsip Persamaan dan Keadilan. Ketujuh, terdapatnya Prinsip Kebebasan
Beragama. Kedelapan, terdapatnya  prinsip Bela Negara. Kesembilan, terdapatnya prinsip
Pelestarian Adat yang Baik. Dan kesepuluh terdapat Prinsip Supremasi Syari’at.

Adapun Perbedaan pada konsep Rule of Law dan rechsstaat dengan konstitusi madinah, manusia
kedudukannya dalam kedua konsep ini diletakkan dalam titik sentral pada konstitusi madinah
manusia diletakkan dalam sebuah tujuan membangun sebuah masyarakat berdasarkan ridho
Allah.

Dalam Islam, posisi Agama dan Negara dijelaskan prinsip-prinsipnya dalam piagam Madinah
sebagai negara hukum yaitu; Prinsip Umat, Prinsip Persatuan dan Persaudaraan, Prinsip
Persamaan, Prinsip Kebebasan, Prinsip Hubungan Antar Pemeluk Agama, Prinsip Pertahanan,
Prinsip Hidup Bertetangga, Prinsip Tolong-menolong, Membela yang Lemah dan Teraniaya,
Prinsip Perdamaian, Prinsip Musyawarah, Prinsip Keadilan, Prinsip Pelaksanaan Hukum, Prinsip
Kepemimpinan,  Prinsip Ketakwaan, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.[]

Hubungan agama dan negara telah menjadi faktor kunci dalam sejarah peradaban
umat manusia. Hubungan antara keduanya telah melahirkan kemajuan besar dan menimbulkan
malapetaka besar. Tidak ada bedanya, baik ketika negara ber-tahta di atas agama pra abad pertengahan,
ketika negara di bawah agama di abad pertengahan atau ketika negara terpisah dari agama setelah abad
pertengahan, atau di abad modern sekarang ini. Secara garis besar para sosiolog teoretisi politik Islam
me-rumuskan teori-teori tentang hubungan agama dan negara serta membedakannya menjadi tiga
paradigma yaitu paradigma integralistik, paradigma simbiotik, dan paradigma sekularistik. Pada era
kontemporer, pandangan para pemikir politik Islam mengenai pemerintahan, paling tidak mengerucut
ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok konservatif yang menolak sistem politik barat, kelompok
modernis yang menerima secara selektif atau dengan penyesuaian tertentu, dan kelompok sekuler yang
menerima dengan sepenuhny

Anda mungkin juga menyukai