Dosen pembimbing:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “KONSEP
IMAN DALAM ISLAM”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan aqmanfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman...........................................................................................................3
B. Rukun Iman dan Cabang-cabangnya...........................................................................4
C. Perkara Pembatalan Keimanan....................................................................................8
D. Implikasi dan Aplikasi Iman dalam kehidupan sehari-hari.........................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah
sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang
dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. “Barangsiapa
yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yangg lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan
dunia dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi
masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar
ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yang mengikat antar mereka selain tali persaudaraan
iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita.
Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan kesombongan
kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran. “Yang demikian itu
adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri
mereka sendiri?..”
Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang dinkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An
Nisa : 136)
3
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
Cabang Iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang berhubungan dengan :
2). Lidah
1) Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Amalan Hati yaitu:
Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa
Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya
Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya, Dialah yang Esa
Beriman kepada para Malaikat
kepada Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya
Beriman kepada para Rasul
Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu datang dari Allah
Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur,
kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat
Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya
Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya
Mencintai ALLAH
4
Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para
sahabat, khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan
keturunannya
Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat
atasnya, dan mengikuti sunnahnya
Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq
Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan
mengulanginya lagi
Takut kepada Allah
Selalu mengharap Rahmat Allah
Tidak berputus asa dari Rahmat Allah
Syukur
Menunaikan amanah
Sabar
Tawadhu dan menghormati yang lebih tua
Kasih sayang, termasuk mencintai anak-anak kecil
Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan
Tawakkal
Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa
nafsu
Tidak dengki dan iri hati
Rasa malu
Tidak menjadi pemarah
Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan
atau maker kepada siapapun
Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.
5
Membaca Al Quran yang suci
Menuntut ilmu
Mengajarkan ilmu
Berdoa
Dzikrullah, termasuk istighfar
Menghindari bicara sia-sia.
6
Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
Menjaga silaturrahmi.
Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama..
Menegakkan pemerintahan yang adil.
Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
Membantu orang lain dalam kebaikan.
Amar makruh Nahi Mungkar.
Menegakkan hukum Islam.
Berjihd, termasuk menjaga perbatasan.
Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
Memberi dan membayar utang.
Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
Mencari harta dengan cara yang halal.
Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
Memberi dan menjawab salam.
Mendoakan orang yang bersin.
Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
Menghindari permainan dan senda gurau.
Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah Tauhid, yang
wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang Iman itu menjadi sah kecuali sesudah
sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang Iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu
yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan
mereka. Lalu, di antara ke dua cabang tersebut terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada
Rasulullah SAW, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan
sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang Iman secara keseluruhan, maka para ulama
7
berijtihad menetapkannya. Al-Hulaimi, pengarang “Al-Minhaj” menghitungnya ada 77 cabang,
sedangkan Al-Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang Iman.
Sebagian dari cabang-cabang Iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat
menghilangkan Iman manakalah ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari akhir, dan
sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat
hilangnya Iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak
memuliakan tetangga.
Terkadang pada diri seseorang terdapat cabang-cabang Iman dan juga cabang-cabang Nifak
(kemunafikan). Maka dengan cabang-cabang Nifak itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak
kekal di neraka, karena di hatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini
kondisinya maka ia tidak bisa disebut mukmin yang mutlak, yang terkait dengan janji-janji
tentang Syurga, rahmat di Akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang
mutlak juga berbeda-beda dalam tingkatannya.
8
3. Tidak menganggap bahwa orang-orang musyrik itu kafir, atau ragu-ragu atas kekafiran
mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian ini adalah kafir.
4. Meyakini bahawa ajaran selain ajaran Nabi Muhammad SAW lebih sempurna, atau
meyakini bahawa hukum selain dari yang telah dijelaskan oleh Baginda SAW lebih baik,
seperti mereka yang mengutamakan aturan-aturan thaghut (aturan–aturan manusia yang
melampaui batas serta menyimpang dari hukum Allah), dan mengetepikan hukum yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
5. Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
6. Memperolok–olokkan sebahagian dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, atau
memperolok–olokkan pahala mahupun siksaan yang telah ditetapkan di dalam Al-Quran
serta yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW.
7. Melakukan sihir, antaranya termasuklah mengaplikasikan ilmu guna-guna yang
menjadikan seorang suami benci terhadap isterinya, atau yang menjadikan seseorang
mencintai orang lain, atau sesuatu yang dibencinya dengan cara yang zalim.
8. Membantu orang–orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin.
9. Meyakini bahawa sebahagian manusia dibenarkan untuk meninggalkan syari’at Nabi
Muhammad SAW.
10. Berpaling dari agama Allah SWT, tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan ajaran-
Nya.
Dalam hal-hal yang membatalkan keislaman ini, tidak ada perbeaan hukum antara yang
main-main, yang sungguh-sungguh (yakni yang sengaja melanggar) ataupun yang takut, kecuali
orang yang dipaksa. Semua itu merupakan hal-hal yang paling berbahaya dan paling sering
terjadi. Maka setiap orang Islam mestilah menghindarinya. Kita berlindung kepada Allah SWT
dari hal-hal yang mendatangkan kemurkaan-Nya dan kepedihan siksaan-Nya. Semoga selawat
dan salam dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat
Baginda.
9
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
Mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Menjadi
seorang muslim berarti berarti meyakini dan menjalankan segala sesuatu yang diajarkan dalam
agama Islam. Sesuai dengan penjelasan tersebut berikut adalah implikasi dan aplikasi iman
dalam kehidupan mulai dari pribadi hingga pada kehidupan Sehari-harinya antara lain :
َت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن ْ َاِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ ِا َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل
ْ َت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. ( QS Al
Anfal 8 : 2)
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah yang
diiringi dengan doa.
10
c. Tertib melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya seperti yang
disebutkan dalam QS Al Anfal ayat 3 dan Al Mu'minun ayat 2 yang
artinya:
(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan yang menginfakkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al Anfal 8:3).
(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. ( QS Al Mu'minun 23: 2)
Menafkahkan rizki yang diterima hal ini disebutkan dalam QS Al anfal ayat 3 dan Al
Mu'minun ayat 4. Yang artinya (yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan
yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al
Anfal 8:3). dan orang yang menunaikan zakat. (QS Al Mu'minun 23:4).
d. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan hal ini
disebutkan dalam QS Al Mu'minun ayat 3 dan 5 yang artinya, dan orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, (QS Al
Mu'minun 23:3).
11
e. Iman akan membawa terbukanya keberkahan dilangit dan dibumi.4
Irwan Sahaja, https://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/iman-dan-implikasinya-
dalam-kehidupan.html?m=1Rabu 23 Juli 2014, Waktu diakses 14:23
BAB III
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkataan iman yang berarti “membenarkan” itu disebutkan dalam AlQur’an, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman”. Iman itu
ditujukan kepada Allah, kitab-kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadits merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama. Maka orang beriman dapat juga disebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman antara lain, seperti diucapkan
oleh Imam Ali bin Abi Talib : “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota”. Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota”. Imam
Al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)”.
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua
unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu
di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama
manusia.
Implikasi dan aplikasi dari adanya iman dalam diri dapat diketahui melalui sifat-sifat dan tanda
dalam diri seorang yang beriman, seperti teguh pendirian dan tidak lemah terhadap cobaan, serta
adanya getaran didalam hatinya saat diucapkan atau terdengar nama Allah, dan dapat
memberikan ketenangan dalam jiwa seseorang.
13
B. Saran
Dari pembahasan di atas, penulis hanya bisa menyarankan agar pembaca senantiasa
meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
14
Belajar-Tauhid. 2005. Hal-hal yang membatalkan iman. (http://belajar-
tauhid.blogspot.com/2005/04/hal-hal-yang-membatalkan-iman.html) Diakses 15 September 2015
15
16