Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AQIDAH AKHLAK

“KONSEP IMAN DALAM ISLAM”

Dosen pembimbing:

Sabaruddin, S.Ag., M.Fil.l

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2


1. SITI SARA (1921201039)
2. NUR CAHYANI (1921201004)
3. FEBRIYANTI SIMURU (1921201023)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


STAI YPIQ BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “KONSEP
IMAN DALAM ISLAM”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan aqmanfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Baubau, 2 Maret 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman...........................................................................................................3
B. Rukun Iman dan Cabang-cabangnya...........................................................................4
C. Perkara Pembatalan Keimanan....................................................................................8
D. Implikasi dan Aplikasi Iman dalam kehidupan sehari-hari.........................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Penutup........................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah
sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?

Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang
dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. “Barangsiapa
yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yangg lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”

Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan
dunia dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi
masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar
ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yang mengikat antar mereka selain tali persaudaraan
iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita.
Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan kesombongan
kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran. “Yang demikian itu
adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri
mereka sendiri?..”

Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari iman?


2. Apa saja rukun iman dan cabang-cabangnya?
3. Apakah yang dapat membatalkan iman?
4. Implikasi dan aplikasi iman dalam kehidupan sehari -hari

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat menjelaskan pengertian dari iman


2. Untuk mengetahui rukun iman dan cabang-cabangnya
3. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan iman
4. Untuk mengetahui implikasi dan aplikasi iman dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Pengertian Iman dari bahasa Arab dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu' (‫ )يؤمن‬yang


berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman
adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan). Dengan demikian, pengertian Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara
nyata.1

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang dinkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An
Nisa : 136)

1Belajar-Tauhid. 2005. Hal-hal yang membatalkan iman. http://belajar-


tauhid.blogspot.com/2005/04/hal-hal-yang-membatalkan-iman.htmls Diakses pada 04 Maret
2021 14:23

3
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

B. Rukun Iman dan Cabang-cabangnya

Cabang-cabang Iman ada bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari 72 cabang. Dalam


hadist lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih dari 70 buah.2

Cabang Iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang berhubungan dengan :

1). Niat, Aqidah, dan Amalan Hati

2). Lidah

3). Seluruh anggota tubuh

1)   Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Amalan Hati yaitu:

 Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa
Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya
 Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya, Dialah yang Esa
 Beriman kepada para Malaikat
 kepada Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya
 Beriman kepada para Rasul
 Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu datang dari Allah
 Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur,
kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat
 Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya
 Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya
 Mencintai ALLAH

2 Qamaruddinshadie. 2012. Rukun iman dan


cabangnya. (http://qamaruddinshadie.blogspot.com/2012/07/rukun-iman-dan-cabang-
cabangnya.html) Diakses 4 Maret 2021

4
 Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para
sahabat, khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan
keturunannya
 Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat
atasnya, dan mengikuti sunnahnya
 Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq
 Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan
mengulanginya lagi
 Takut kepada Allah
 Selalu mengharap Rahmat Allah
 Tidak berputus asa dari Rahmat Allah
 Syukur
 Menunaikan amanah
 Sabar
 Tawadhu dan menghormati yang lebih tua
 Kasih sayang, termasuk mencintai anak-anak kecil
 Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan
 Tawakkal
 Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa
nafsu
 Tidak dengki dan iri hati
 Rasa malu
 Tidak menjadi pemarah
 Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan
atau maker kepada siapapun
 Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.

2)   Yang Berhubungan dengan Lidah yaitu:

 Membaca kalimat Thayyibah

5
 Membaca Al Quran yang suci
 Menuntut ilmu
 Mengajarkan ilmu
 Berdoa
 Dzikrullah, termasuk istighfar
 Menghindari bicara sia-sia.

3)   Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh yaaitu:

 Bersuci, termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.


 Menjaga shalat, termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
 Bersedekah, termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu,
serta membebaskan hamba sahaya.
 Berpuasa, wajib maupun sunnah.
 Haji, fardhu maupun sunnah.
 Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
 Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
 Menyempurnakan nazar.
 Menyempurnakan sumpah.
 Menyempurnakan kifarah.
 Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
 Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan
menjaganya dengan baik.
 Mengurus jenazah.
 Menunaikan utang.
 Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
 Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
 Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
 Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya
 Berbakti dan menunaikan hak orang tua.

6
 Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
 Menjaga silaturrahmi.
 Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama..
 Menegakkan pemerintahan yang adil.
 Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
 Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
 Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
 Membantu orang lain dalam kebaikan.
 Amar makruh Nahi Mungkar.
 Menegakkan hukum Islam.
 Berjihd, termasuk menjaga perbatasan.
 Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
 Memberi dan membayar utang.
 Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
 Mencari harta dengan cara yang halal.
 Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
 Memberi dan menjawab salam.
 Mendoakan orang yang bersin.
 Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
 Menghindari permainan dan senda gurau.
 Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah Tauhid, yang
wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang Iman itu menjadi sah kecuali sesudah
sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang Iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu
yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan
mereka. Lalu, di antara ke dua cabang tersebut terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada
Rasulullah SAW, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan
sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang Iman secara keseluruhan, maka para ulama

7
berijtihad menetapkannya. Al-Hulaimi, pengarang “Al-Minhaj” menghitungnya ada 77 cabang,
sedangkan Al-Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang Iman.

Sebagian dari cabang-cabang Iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat
menghilangkan Iman manakalah ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari akhir, dan
sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat
hilangnya Iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak
memuliakan tetangga.

Terkadang pada diri seseorang terdapat cabang-cabang Iman dan juga cabang-cabang Nifak
(kemunafikan). Maka dengan cabang-cabang Nifak itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak
kekal di neraka, karena di hatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini
kondisinya maka ia tidak bisa disebut mukmin yang mutlak, yang terkait dengan janji-janji
tentang Syurga, rahmat di Akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang
mutlak juga berbeda-beda dalam tingkatannya.

C. Hal-hal yang membatalkan Iman


Pembatal iman atau "nawaqidhul iman" adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman
sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:3

1. Mempersekutukan Allah SWT (yakni syirik) dalam beribadah.


2. Meyakini bahawa ada kekuatan lain selain kekuatan Allah SWT, berdoa kepadanya,
meminta pertolongan, bahkan bertawakkal (berserah diri) kepada perantara tersebut.

3Ceritakuaja. 2013. Makalah hakikat islam dan


ihsan. (https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/). 
Diakses 04 Maret 2021.

8
3. Tidak menganggap bahwa orang-orang musyrik itu kafir, atau ragu-ragu atas kekafiran
mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian ini adalah kafir.
4. Meyakini bahawa ajaran selain ajaran Nabi Muhammad SAW lebih sempurna, atau
meyakini bahawa hukum selain dari yang telah dijelaskan oleh Baginda SAW lebih baik,
seperti mereka yang mengutamakan aturan-aturan thaghut (aturan–aturan manusia yang
melampaui batas serta menyimpang dari hukum Allah), dan mengetepikan hukum yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
5. Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
6. Memperolok–olokkan sebahagian dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, atau
memperolok–olokkan pahala mahupun siksaan yang telah ditetapkan di dalam Al-Quran
serta yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW.
7. Melakukan sihir, antaranya termasuklah mengaplikasikan ilmu guna-guna yang
menjadikan seorang suami benci terhadap isterinya, atau yang menjadikan seseorang
mencintai orang lain, atau sesuatu yang dibencinya dengan cara yang zalim.
8. Membantu orang–orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin.
9. Meyakini bahawa sebahagian manusia dibenarkan untuk meninggalkan syari’at Nabi
Muhammad SAW.
10. Berpaling dari agama Allah SWT, tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan ajaran-
Nya.

Dalam hal-hal yang membatalkan keislaman ini, tidak ada perbeaan hukum antara yang
main-main, yang sungguh-sungguh (yakni yang sengaja melanggar) ataupun yang takut, kecuali
orang yang dipaksa. Semua itu merupakan hal-hal yang paling berbahaya dan paling sering
terjadi. Maka setiap orang Islam mestilah menghindarinya. Kita berlindung kepada Allah SWT
dari hal-hal yang mendatangkan kemurkaan-Nya dan kepedihan siksaan-Nya. Semoga selawat
dan salam dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat
Baginda.

D. Implikasi dan Aplikasi iman dalam kehidupan sehari-hari

9
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
Mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Menjadi
seorang muslim berarti berarti meyakini dan menjalankan segala sesuatu yang diajarkan dalam
agama Islam. Sesuai dengan penjelasan tersebut berikut adalah implikasi dan aplikasi iman
dalam kehidupan mulai dari pribadi hingga pada kehidupan Sehari-harinya antara lain :

1. Sifat- sifat yang dimiliki orang beriman yaitu:


1. Teguh pendirian atau tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak
lemah karena cobaancobaan.
2. Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.
3. Senang mencari dan menambah ilmu.
4. Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sholeh yang dikerjakannya
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirat Allah SWT sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.

2. Tanda-tanda orang beriman

Dalam Al-Qur'an orang-orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:


a. Jika disebut nama Allah SWT (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan apabila
dibacakan Al-Qur'an maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya. Seperti dalam
QS Al anfal 8: 2 yaitu :

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن‬ ْ َ‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ ِا َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي‬

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. ( QS Al
Anfal 8 : 2)

b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah yang
diiringi dengan doa.

10
c. Tertib melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya seperti yang
disebutkan dalam QS Al Anfal ayat 3 dan Al Mu'minun ayat 2 yang
artinya:
(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan yang menginfakkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al Anfal 8:3).
(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. ( QS Al Mu'minun 23: 2)

Menafkahkan rizki yang diterima hal ini disebutkan dalam QS Al anfal ayat 3 dan Al
Mu'minun ayat 4. Yang artinya (yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan
yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al
Anfal 8:3). dan orang yang menunaikan zakat. (QS Al Mu'minun 23:4).

d. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan hal ini
disebutkan dalam QS Al Mu'minun ayat 3 dan 5 yang artinya, dan orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, (QS Al
Mu'minun 23:3).

e. Memelihara amanah dan menepati janji QS Al Mu'minun ayat 6. Dan


f. Berjihad dijalan Allah dan suka menolong seperti dalam QS Al Anfal ayat 74.

3. Manfaat iman bagi kehidupan yaitu:


a. Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan menimbulkan rasa kasih sayang
kepada sesama dan akan meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.
b. Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain, iman yang hakiki
itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela
kebenaran.
c. Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan
yang baik adil dan makmur.
d. Orang yang beriman akan mendapatkan pertolongan dari Allah

11
e. Iman akan membawa terbukanya keberkahan dilangit dan dibumi.4
Irwan Sahaja, https://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/iman-dan-implikasinya-
dalam-kehidupan.html?m=1Rabu 23 Juli 2014, Waktu diakses 14:23

BAB III

4 Irwan Sahaja, implikasi danAplikasi Iman


https://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/iman-dan-implikasinya-dalam-kehidupan.html?m=
Diakses pada 04 Maret 2021

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkataan iman yang berarti “membenarkan” itu disebutkan dalam AlQur’an, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman”. Iman itu
ditujukan kepada Allah, kitab-kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.

Definisi Iman berdasarkan hadits merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama. Maka orang beriman dapat juga disebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman antara lain, seperti diucapkan
oleh Imam Ali bin Abi Talib : “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota”. Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota”. Imam
Al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)”.

Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua
unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu
di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama
manusia.

Implikasi dan aplikasi dari adanya iman dalam diri dapat diketahui melalui sifat-sifat dan tanda
dalam diri seorang yang beriman, seperti teguh pendirian dan tidak lemah terhadap cobaan, serta
adanya getaran didalam hatinya saat diucapkan atau terdengar nama Allah, dan dapat
memberikan ketenangan dalam jiwa seseorang.

13
B. Saran

Dari pembahasan di atas, penulis hanya bisa menyarankan agar pembaca senantiasa
meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Belajar-Tauhid. 2005. Hal-hal yang membatalkan iman. (http://belajar-
tauhid.blogspot.com/2005/04/hal-hal-yang-membatalkan-iman.html) Diakses 15 September 2015

Ceritakuaja. 2013. Makalah hakikat islam dan


ihsan. (https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/). 
Diakses 15 September 2015.

Qamaruddinshadie. 2012. Rukun iman dan


cabangnya. (http://qamaruddinshadie.blogspot.com/2012/07/rukun-iman-dan-cabang-
cabangnya.html) Diakses 15 September 2015-09-28

Sabiq, Sayid. 1996. Aqidah Islam. Bandung : CV. Diponegoro.


Irwan Sahaja, https://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/iman-dan-implikasinya-dalam-
kehidupan.html?m=1Rabu 23 Juli 2014, Waktu diakses 14:23

15
16

Anda mungkin juga menyukai