Anda di halaman 1dari 19

BAB 4.

GEOLOGI GUNUNGAPI

4.1. Lava dan Aliran Lava

Erupsi gunungapi yang bersifat efusif akan menghasilkan lava dengan bermacam-
macam jenis berdasarkan ukuran, bentuk, serta kenampakan permukaan dan di dalam
lavanya sendiri. Lava terutama dikontrol oleh viskositas, kecepatan efusi, dan
keadaan lingkungan pengendapannya (darat/laut). Aliran lava dapat dibedakan
menjadi lava encer yang memiliki viskositas dan kandungan silika yang rendah, dan
lava kental yang memiliki viskositas dan kandungan silika yang tinggi. Gambar 4.1.
dan 4.2. memperlihatkan bahwa jenis aliran lava yang terbentuk merupakan fungsi
dari kecepatan efusi dengan viskositas.

Suhu lava basalt di Kilauea, Hawaii sekitar 11600C-12500C. Sistem tabung lava pada
erupsi gunungapi di Hawaii tersebut, yang membawa lava panas sejauh 10 km dari
pusat erupsi ke laut, suhunya hanya mendingin sebesar 100 C. Saat mencapai laut,
suhu lava masih sekitar 1,1400C. Warna batuan bisa mencerminkan suhu batuan,
sebagai contoh warna oranye-kuning (warna saat batuan lebur atau lebih panas lagi)
sekitar 9000C. Warna gelap–merah terang mencerminkan bahan yang mendingin
dengan suhu sekitar 6300C, sedangkan warna merah muda suhunya sekitar 4800C.

31
Gambar 4.1. Hubungan
aliran lava dengan
viskositas (Walker, 1971).

Gambar 4.2. Lava


subaerial yang
diendapkan di lingkungan
darat (Lockwood dan
Lipman, 1980).

32
Tabel 4.1. Komposisi kimia rata-rata batuan vulkanik (Le Maitre, 1976).

Pengambilan contoh lava sangat beresiko, tetapi contoh lava yang panas memberikan
informasi mengenai dapur magma. Berdasarkan percobaan laboratorium
menunjukkan bahwa makin panas magma maka kandungan magnesium makin
tinggi. Analisa kimia tidak hanya akan memberikan sejarah kristalisasi magma, tetapi
dapat juga menunjukkan suhu saat erupsi terjadi. Lava gunungapi di Indonesia
biasanya memiliki viskositas sedang sampai tinggi, berasal dari magma andesit.
Tabel 4.1. menunjukkan komposisi kimia untuk batuan vulkanik.

Lava yang diendapkan di air laut/submarine, mempunyai nama khusus yaitu lava
bantal/pillow, yang tidak lain adalah lava yang membeku secara perlahan dan
bercampur dengan air laut. Gambar 4.3. (a) memperlihatkan proses pengendapan
lava bantal dan alirannya, sedangkan gambar (b) adalah penampang melintang
dengan lingkaran lava bisa berkisar antara 10 cm sampai dengan beberapa meter.
Gambar 4.3. (c) dan (d) adalah contoh singkapan lava bantal.

33
(c)

34
(d)

Gambar 4.3. (a) dan (b) Pengendapan lava bantal dan penampang melintangnya
(Hargreaves dan Ayres, 1979), (c) dan (d) singkapan lava bantal.

Bentuk aliran lava riolit dapat dibagi menjadi: kubah (dome/tholoid), lava mesa, dan
coulees. Kubah (dome/tholoid) berbentuk melingkar, menempati daerah yang tidak
luas. Sedangkan lava mesa berbentuk hampir bundar seperti biskuit. Coulees adalah
lava yang pada saat mengalirnya tidak simetris dan terkonsentrasi pada salah satu sisi
pipa kawah, menghasilkan bentuk memanjang. Ketebalan lava riolit rata-rata sekitar
100 m, tetapi umumnya sangat bervariasi, bisa kurang dari 50 m ataupun lebih besar
dari 500 m (Gambar 4.4.). Ciri khas dari aliran lava riolit adalah ditemukannya
obsidian, lapisan yang mengandung sperulit, lapisan batuapung, dan batuan riolit.
Obsidian dihasilkan oleh pendinginan cepat lava riolit dengan ketebalan sekitar 10 m
dari permukaan dan dasar aliran, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 4.5. Tekstur
sperulit yang merupakan agregat radial dari alkali feldspar, dengan diameter 0,1 cm -

35
2 cm dan kadang-kadang bisa mencapai 10 cm, sangat umum dijumpai pada gelas
obsidian. Proses pembentukan tekstur sperulit menunjukkan adanya kristalisasi pada
saat lava mengalir dengan kandungan air tinggi dalam lapisan lava riolit yang akan
menaikkan kecepatan pembentukannya secara lokal.

Gambar 4.4. Ukuran/tebal lava dengan komposisi yang berbeda (Walker, 1973).

Gambar 4.5. Penampang skematik aliran lava riolit (Cas dan Wright, 1988).

36
4.2. Piroklastik

Erupsi gunungapi yang eksplosif menghasilkan tiga macam endapan piroklastik


yaitu: piroklastik jatuhan, piroklastik aliran, dan piroklastik surge. Mekanisme erupsi
eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato magmatis, dan
preatik. Gambar 4.6. memperlihatkan hubungan geometri endapan piroklastik pada
permukaan topografi yang sama. Ukuran butir hasil analisa saringan untuk endapan
piroklastik diperlihatkan oleh Tabel 4.2. Tabel 4.3. memperlihatkan penamaan dan
kisaran ukuran endapan piroklastik, sedangkan Tabel 4.4. memperlihatkan tata cara
penamaan batuan piroklastik yang telah mengalami transportasi. Gambar 4.7.
memperlihatkan skematik pengendapan batuan piroklastik. Bagan alir persiapan
pengujian laboratorium endapan piroklastik diperlihatkan dengan Gambar 4.8.

Gambar 4.6. Hubungan geometri


endapan piroklastik (Wright, Smith dan
Self, 1980).

37
Tabel 4.2. Analisa saringan untuk bahan piroklastik (Cas dan Wright, 1988).

Gambar 4.7. Skematik pengendapan piroklastik (Walker, 1983).

38
Gambar 4.8. Bagan alir analisa laboratorium untuk piroklastik (Wohletz dan
Heiken,1992).

Tabel 4.3. Klasifikasi granulometrik endapan piroklastik dengan pemilahan baik


(Schmid,1981).

39
Tabel 4.4. Penamaan untuk campuran piroklastik dan epiklastik (Schmid,1981).

4.2.1. Piroklastik Jatuhan

Geometri dan ukuran endapan jatuhan piroklastik menunjukkan tinggi pipa kawah
erupsi, kecepatan, dan arah angin. Endapan jatuhan piroklastik terjadi akibat letusan
gunungapi yang eksplosif. Pada erupsi preatik, abu gunungapi tidak sebanyak pada
erupsi yang magmatis. Ketebalan endapan piroklastik jatuhan relatif seragam, dengan
pemilahan yang baik, akibat proses fraksinasi oleh angin pada saat pengendapannya.
Struktur sedimen perlapisan kadang-kadang teramati, disebabkan oleh kelakuan
kolom erupsi yang berbeda. Pada bagian bawah lapisan jatuhan piroklastik, tidak
pernah ada struktur perlapisan silang atau bidang erosional. Sebagian endapan
jatuhan piroklastik di dekat lubang kepundan mengalami pengelaskan, sehingga
kadang kala dijumpai kayu yang terbakar menjadi karbon. Longsoran dan guguran
lava pijar dapat menyebabkan hujan abu, seperti yang terjadi pada erupsi Gunung
Galunggung dan Gunung Merapi.

40
Gambar 4.9. Skematik suatu endapan aliran piroklastik (Cas dan Wright, 1988).

4.2.2. Piroklastik Aliran (Debris Avalanches)

Abu panas, fragmen batuan, dan gas yang bergerak ke bawah dari pusat erupsi
eksplosif sebagai longsoran berkecepatan tinggi atau terjadi ketika ada bagian kubah
lereng gunungapi yang roboh, menghasilkan aliran piroklastik dengan suhu mencapai
8150C dan kecepatan 65–100 km/jam. Sehingga aliran piroklastik ini dapat
menghancurkan dan membakar jalan yang dilewatinya. Gambar 4.9. memperlihatkan
urutan endapan piroklastik yang dihasilkan oleh mekanisme aliran piroklastik yang
ditunjukan oleh Gambar 4.10. Aliran piroklastik umumnya terdiri dari 3 jenis utama
yaitu: endapan aliran bongkah dan abu, endapan aliran scoriae, dan endapan aliran
batuapung atau ignimbrit/welded tuff. Dalam aliran piroklastik dikenal juga istilah
ekor, tubuh, dan kepala.

41
Gambar 4.10. Mekanisme terjadinya aliran piroklastik (Cas dan Wrightt, 1988)

4.2.3. Piroklastik Surges (blast/ledakan)

Endapan piroklastik surge hanya terdiri atas tiga jenis, yaitu base surge (surge
dasar), ground surge (surge tanah) dan ash cloud surge (surge awan abu). Umumnya
berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik, aliran piroklastik, dan jatuhan
piroklastik. Istilah surges dasar pertama kali diperkenalkan oleh Moore et.al. pada
tahun 1966 berdasarkan hasil studi kegiatan erupsi preato-magmatik Gunung Taal di
Filipina pada tanggal 28-30 September 1965. Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Tabel
4.5., memperlihatkan mekanisme pembentukan, penyebaran, klasifikasi, dan struktur
dalam endapan surge.

42
4.2.4. Base Surges

Berlapis, kadang-kadang masif, fragmen batuan klastik vesikuler/non vesikuler, abu


dengan diameter 10 cm, terbentuk kristal dan sedikit fragmen batuan. Bom sags yang
dilemparkan ke udara berada dekat dengan kepundan. Untuk magma dengan erupsi
preatomagmatik (terjadi interaksi antara air dengan magma yang cukup banyak),
endapan piroklastik di sekitar kepundan bisa mencapai >100 m. Pada gunungapi
strato endapannya biasanya tipis, dapat mencapai kurang dari 5 cm. Struktur sedimen
memperlihatkan pengarahan bentuk perlapisan dan bentuk dune. Di sekitar kepundan
sangat sulit membedakan endapan surge perlapisan planar dengan perlapisan akibat
jatuhan piroklastik. Endapan surge biasanya terpotong/truncated dengan sudut
rendah, kadang-kadang menunjukkan kondisi yang basah dan lengket saat
diendapkan. Penggumpalan lapili menjadi nodule-nodule kecil yang berukuran < 2
cm umum dijumpai.

4.2.4.1. Ground Surges

Memperlihatkan perlapisan dengan arah tertentu dan ketebalannya kurang dari 1 m.


Biasanya merupakan dasar dari aliran piroklastik. Endapannya terdiri dari abu
gunungapi, fragment vesikuler, batuan, dan kristal. Terdapat juga kayu yang terbakar
dan bekas saluran/pipa gas.

4.2.4.2. Ash Cloud Surges

Endapan ini terletak di atas jatuhan piroklastik dengan ketebalan kurang dari 1 m.
Bentuk lapisan terpancung, kadang-kadang terpisah sebagai lensa. Ukuran butir
tergantung dari komposisi lava aliran piroklastik. Seperti halnya ground surge,
teramati juga adanya bekas saluran/pipa gas.

43
Gambar 4.11. Mekanisme terbentuknya endapan surges (Cas dan Wright, 1988).

44
Gambar 4.12. Gambar A. Penyebaran fasies surge dengan jarak relatif terhadap kepundan
Ubehebe, California, USA. Gambar B. Memperlihatkan klasifikasi lapisan base surge
(Wohletz dan Sheridan, 1979, Allen, 1982, op.cit. Cas dan Wright ,1988).

45
Tabel 4.5. Kenampakan struktur endapan piroklastik (Fischer dan Schminke, 1984).

4.3. Mekanisme Pengendapan Material Piroklastik

Proses-proses dan peristiwa yang terjadi dalam suatu kajian gunungapi, melibatkan
hukum-hukum alam yang mendasar, diantaranya hukum-hukum fisika dan kimia.
Dengan menggunakan pendekatan matematika, hukum-hukum tersebut dirumuskan
untuk menyederhanakan analisa proses-proses dan peristiwa-peristiwa yang erat
kaitannya dengan kegiatan gunungapi.

46
Transfer energi melalui kerak bumi, merupakan komponen dasar dari sistem
geotermal dan gunungapi. Aliran kalor yang dihasilkan dari beberapa macam proses
bisa didekati menurut persamaan berikut,

dT dp 1 ∂ ∂T
ρc = αT + 2 kt r 2 + ∑ H i exp( −λ it ) ) + ∑ J i ……...(Persamaan 4-1)
dt dt r ∂r ∂r

ρ = massa jenis kerak yang dilalui


c = kalor jenis kerak
T = suhu yang mengalir
t = waktu alir
α = koefisien ekspansi panas
p = tekanan
r = jarak radial (jari-jari)
kt = konduktivitas panas
Hi = kalor yang dihasilkan oleh peluruhan isotop-isotop pada kerak
Ji = kalor yang dihasilkan reaksi kimia

Sedangkan sistem gunungapi dan geotermal perlu memperhitungkan adanya proses


aliran kalor secara konveksi, sehingga berlaku persamaan :

dT ∂T ∂T
= + µ conv
dt ∂r ∂r ……………………………….(Persamaan 4-2)

µconv = laju konveksi yang dirumuskan dengan bilangan Rayleigh


µconv ≅ 3 (Ra)1/3
≅ (ρ α g ∆TD3) / ( dt µ )
µ = viskositas magma
g = percepatan gravitasi
D = panjang karakter aliran
dt = kt / ( ρ c)

47
Penerapan proses transfer kalor pada kegiatan gunungapi terkait dengan pergerakan
magma dan gas-gas terbang (volatil) pada magma dari dapur magma sampai ke
permukan bumi. Proses tersebut menghasilkan dua karakter yang berbeda pada
proses erupsi, yaitu erupsi efusif dan erupsi eksplosif.

4.3.1. Piroklastik Jatuhan

Endapan yang terbentuk dengan mekanisme jatuhan relatif terpilah dengan baik,
menutupi topografi secara merata, dan mempunyai struktur graded bedding yang
sedikit membentuk perlapisan internal. Ketinggian jatuhan yang dilemparkan (plume)
adalah :

ht = kh (dm/dt)1/4
ht = ketinggian plume
kh = konstanta proporsionalitas

Kecepatan vertikal saat material dilemparkan adalah :

µv = µc exp (-xr2 / be2) .........................................(Persamaan 4-3)

µc = kecepatan tepat pada saat material dilepaskan


x = jarak radial dari sumbu plume

Kecepatan radial nya adalah :

(dm / dt )
µr = ……………………..(Persamaan 4-4)
2πrp ρ a (ht − hb )

rp = jari-jari plume
ρa = massa jenis udara antara (ht – hb)
ht = tinggi plume
hb = tinggi plume saat mulai bergerak

48
4.3.2. Piroklastik Aliran

Mekanisme aliran terjadi karena partikel-partikel piroklastik bersifat seperti fluida.

µ2 + gh d (r 2 ρ )
9 ρ d 2
− 2 (1 − a ) = µ ( u ) + ( v b
) …………………. (Persamaan 4-5)
q ρb dh rv ρ b
2
dh

4.3.3. Piroklastik Surge

Terjadi pada material solid dan membentuk perlapisan yang relatif tipis (<10 cm)
dengan tekstur yang menunjukkan adanya aliran yang tidak tetap dan variasi volume
gas dan partikel solid yang dikeluarkan selama letusan. Terkait erat dengan dengan
kondisi tekanan gas pada peristiwa letusan yang dirumuskan :

γ +1 γ
ρ = ρ s (1 + M 2) (γ −1)
……………………………(Persamaan 4-6)
2

ρo = tekanan pada saat v = 0


ρs = tekanan statik
γ = ekspansi isotermal
M = isentropik eksponen/rasio kapasitas kalor pada tekanan dan
volume tetap

49

Anda mungkin juga menyukai