I. PENDAHULUAN
Meskipun bayi KMK beratnya dapat sama dengan bayi premature, akan tetapi
terdapat perbedaan karakter fisiologik diantara keduanya. Bayi KMK memiliki
hutang gizi dan kekurangan lemak tubuh yang dapat meningkatkan resiko hipotermi,
hipoglekimia yang dapat berkembang lebih cepat serta terdapat penuturan jumlah
cadangan glikogen dalam tubuh. Sel darah merah (RBC) dan Volume darah total pada
bayi KMK lebih tinggi dibandingkan pada bayi premature. Peningkatan RBC ini
dapat berperan dalam terjadinya polisitemia yang berperan dalam peningkatan
kekentalan darah. Bayi KMK memiliki fungsi paru-paru mendekati bayi yang lahir
normal pada umumnya.
Pemeriksaan fisik pada bayi premature didapatkan kulitnya lebih tipis dan
transparan tidak ada garis-garis telapak (minimal), jari-jari kesannya lemah,
pertumbuhan tulang rawan telinga belum sempurna, pada wanita testisnya biasanya
belum turun dan pertumbuhan scrotumnya belum sempurna.
Berat badan bayi lahir dapat turun 10% dibawah berat badan lahir pada
minggu pertama kelahiran disebabkan oleh ekskresi cairan ekstravaskuler yang
berlebihan dan kemungkinan oleh asupan makanan yang kurang. Masukan makanan
membaik ketika kolostrum diganti dengan susu yang lebih berlemak. Bayi harus terus
tumbuh dan melebihi berat badan lahir pada saat umur 2 minggu dan harus
bertumbuh kira-kira 30 gr/hari selama bulan pertama. Gerakan-gerakan pada bayi
baru lahir seringkali tidak terkontrol kecuali pandangan mata, pergerakan kepala dan
penghisapan. Senyum terjadi tanpa keinginan sendiri, menangis sering kali terjadi
terhadap respon yang tidak jelas meskipun terkadang mungkin jelas kelihatan
(popoknya basah). Puncak menangis secara normal yaitu sekitar usia 6 minggu, bayi
dapat menangis hingga 3 jam/hari kemudian berkurang menjadi 1 jam atau kurang
pada usia 3 bulan.
Refleks yang berasal dari paru-paru dan dinding dada kemungkinan lebih
penting dalam menjaga ventilasi pada neonatus, berperan dalam mengkompensasi
mekanisme kontrol yang inadekuat. Refleks inflasi Hering-Breuer, dimana refleks ini
aktif pada masa neonatus, bahkan lebih baik pada bayi-bayi preterm. Refleks ini
menghilang selama Masa tidur REM dan secara progresif menurun pada minggu-
minggu awal kehidupan. Refleks kepala paradoksikal, inspirasi panjang yang
distimulasi oleh inflasi paru-paru yang kecil, aktif pada masa neonatus. Refleks ini
berperan dalam menjaga volume paru-paru pada neonatus.
Pernapasan periodik (Ventilasi cepat yang diselingi oleh periode apneu selama
kurang lebih 5-10 detik) terjadi pada banyak bayi-bayi preterm maupun beberapa
bayi-bayi yang full-term. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan aktivitas
kemoreseptor perifer. Pada bayi - bayi preterm, peningkatan PaCO 2 lebih besar
daripada normal terjadi pada episode pernapasan periodik tersebut, akan tetapi detak
jantungnya tidak mengalami perubahan secara signifikan. Pada bayi - bayi yang
aterm, hipokapnia mungkin terjadi selama periode pernapasan periodik tersebut, yang
tampaknya tidak memiliki masalah fisiologi yang serius dan biasanya berhenti pada
minggu ke 44 – 46 setelah konsepsi terjadi. Pernapasan periodik hanya terjadi sekitar
3% dari waktu pernapasan tanpa apneu; fraksi yang lebih besar dari pada itu pada
bayi - bayi aterm kemungkinan merupakan tanda bahaya dari abnormal kontrol dari
ventilasi. Beberapa bayi - bayi preterm memperlihatkan bahaya yang lebih jauh dan
ancaman jiwa yang sungguh - sungguh dari episode apneu tersebut. Hal ini umumnya
terjadi selama 20 detik dan diiringi oleh bradikardia (kemungkinan akibat refleks
kemoreseptor yang segera) dan desaturasi oksigen hemoglobin. Masa apneu singkat
(< 20 detik) kemungkinan diikuti oleh bradikardi yang signifikan (<80 kali/menit).
Patogenesis dari apneu pada bayi - bayi yang preterm belum sepenuhnya diketahui
secara pasti. Apneu mungkin menggambarkan sebuah ketidakmatangan sistem
kontrol pernapasan pusat karena hal ini cenderung akan membaik pada jaringan otak
yang matang. Bagaimanapun, variasi mekanisme patofisiologi adalah rumit. Episode
apneu mungkin hasil dari kegagalan dari mekanisme kontrol pusat (sentral apneu); hal
ini termasuk tidak adanya kegagalan ventilasi. Hal ini mungkin diakibatkan oleh
obstruksi jalan napas (obstruktif apneu), dimana dalam kasus ini mungkin terjadi
namun tidak ada pertukaran gas terjadi. Obstruktif biasa terjadi pada nasofaring,
faring, atau hipofaring dari bayi - bayi. Apneu kombinasi (sebuah kombinasi dari
sentral dan obstruktif) mungkin juga terjadi dan sebuah tipe kemungkinan menjadi
tipe lainnya (obstruktif apneu mungkin berkembang menjadi apneu sentral). Apneu
mungkin terjadi dari kegagalan otot-otot ventilasi. Banyak episode apneu terjadi
selama masa tidur REM, hal ini mungkin terjadi karena kelelahan otot-otot ventilasi
merupakan salah satu faktor utamanya. Walaupun apneu neonatus kemungkinan
idiopatik, hal ini bisa juga merupakan sebuah gejala dari proses penyakit tertentu,
seperti sepsis, perdarahan intrakranial, anemia, hipoglikemia, hipotermia, sensitif
terhadap pemberian sedasi, ataupun patent ductus arteriosus.
1. Tipe I: Serat otot oksidatif tinggi yang dapat dianggap lambat berkontraksi,
resisten kelelahan, serat otot maraton. Serat otot ini membantu untuk
mempertahankan aktivitas otot yang berkepanjangan.
2. Tipe II: Serat Otot oksidatif rendah, serat otot yang cepat berkontraksi yang
aktif untuk jangka waktu yang singkat, tetapi tidak dapat mempertahankan
aktivitas yang berkepanjangan.
Proporsi serat otot tipe I ditunjukkan pada Tabel 4.2. Ketidak matangan otot
menjelaskan mengapa neonatus dan bayi cepat mengalami kegagalan pemafasan dan
apnea jika ada peningkatan kerja pernapasan, misalnya obstruksi saluran napas.1
Otot Prematur Neonate Mature
Diafragma 10% 25-30% 55%
Intercostal 20% 40% 65%
3. Mekanisme Respirasi
Secara umum mekanisme Pernapasan pada bayi yang baru lahir lebih buruk
dibandingkan dewasa karena:
Tulang rusuk lebih horizontal dan tidak memiliki gerakan bucket handle
seperti orang dewasa. Oleh karena itu, ada sedikit ekspansi Antero -
posterior dan ekspansi lateral (Gbr. 4.5).
Penurunan yang besar pada FRC disertai penutupan pada jalan napas dan
gangguan oksigenasi. Inhibisi otot interkostal selama waktu tidur REM atau dengan
agen anestesi inhalasi menyebabkan kelemahan dari dinding dada dan hasilnya
terlihat pada pergerakan paradoksikal. Pergerakan paradoksikal pada dinding dada ini
ditandai ditambah oleh segala jenis obstruksi pada jalan napas. Saat anak tumbuh
melampaui usia bayi dan masa kanak-kanak, tulang iganya menjadi kaku sehingga
kemudian menjadi lebih baik dalam melawan aksi dari diafragma dan tonus otot
interkostalnya akan menjadi lebih kurang. Tekanan transpulmoner dibutuhkan untuk
mengoptimalkan inflasi dari paru-paru yang sama dengan bayi-bayi sehat, anak, dan
dewasa. Selama ventilasi artifisial, tekanan puncak inspirasi berada pada 15 sampai
20 cm H2O adalah normal.
Jalan udara pada daerah hidung berkontribusi pada 50% dari total resistensi
jalan napas pada bayi-bayi dan sedikit berkurang pada bayi-bayi Afrika-Amerika.
Insersi dari NGT (nasogastric tube) meningkatkan resistensi ini sebanyak 50%. Jalan
udara pada hidung biasanya ukurannya tidak sama; apabila sebuah NGT dimasukkan,
seharusnya ditempatkan pada lubang hidung yang lebih kecil, sehingga memiliki efek
yang lebih kecil pada resistensi total pada jalan udara pada hidung. Resistensi jalan
udara periferal pada neonatus adalah kecil tetapi meningkat seiring dengan
bertambahnya umur.
4. Volume Paru
Pada bayi aterm, kapasitas total paru - paru adalah sekitar 160 ml; FRC sekitar
setengah dari volume ini. VI kira - kira 16 ml (6-7 ml/kg) dan Vd adalah sekitar 5 ml
(30% dari VI). Sehubungan dengan ukuran tubuh, semua volume tersebut sama
dengan nilai pada orang dewasa. Dengan catatan, bagaimanapun, terdapat ruang rugi
di anestesi atau sirkuit ventilator yang lebih signifikan dengan hubungannya kepada
volume yang kecil pada bayi (5 ml ruang rugi akan meningkatkan total efektif Vd
sebanyak 100%).
Berlawanan dengan volume paru yang statis, Va proporsional lebih besar pada
neonatus (-100-150 ml/kg/menit) disbanding orang dewasa (~60 ml/kg/menit). Va
yang tinggi ini pada bayi - bayi akan menghasilkan rasio Va : FRC 5 : 1 ,
dibandingkan dengan 1,5 : 1 pada orang dewasa. Sebagai konsekuensinya, FRC
sebagai "buffer" yang kurang efektif pada bayi, oleh karena itu perubahan dalam
konsentrasi gas yang diinspirasikan (termasuk gas anestesi) adalah lebih cepat terlihat
dalam alveolar dan arteri.
CV (vital capacity) relatif lebih besar pada bayi - bayi dan anak berusia muda
disbanding dewasa muda; itu mungkin melebihi FRC untuk mengganggu Vt selama
inspirasi normal. Penutupan jalan napas selama respirasi normal dapat menjelaskan
penurunan nilai normal dari Pao2 pada bayi - bayi dan neonatus. Penurunan FRC,
yang biasanya terjadi selama anestesi umum dan timbul pada periode postoperatif,
lebih lanjut meningkatkan CV yang luas dan meningkatkan A-aDCh. Bayi ataupun
anak - anak, penurunan terbesar pada FRC. Penurunan FRC pada intraoperatif
mungkin sebagian dibalikkan oleh tekanan positif jalan napas yang terus-menerus.
Total area permukaan pada jaringan alveoli yang berhubungan dengan udara
lebih kecil pada bayi (2,8m2). Area ini berhubungan dengan tingkat metabolik yang
tinggi terhadap oksigen, hal ini tampak pada rasio perbandingan antara area
permukaan dan rata - rata konsumsi oksigen lebih kecil pada bayi dibandingkan orang
dewasa. Sebagai hasilnya. bayi memiliki penurunan kemampuan untuk cadangan
pada pertukaran gas. Pada beberapa kasus, sisa jaringan paru yang masih sehat
mungkin tidak adekuat untuk mempertahankan hidup.
5. Kerja Pernapasan
Otot - otot respirasi umumnya tidak dapat melawan resistensi jalan udara dan
rekoil elastik dari paru - paru dan dinding dada. Dua faktor ini menyatakan ventilasi
optimal dan sebuah Vt yang diantarkan dan diberikan oleh Va menggunakan energy
otot yang minimal untuk setiap anak. Oleh karena waktu konstan pada paru bayi
relatif lebih kecil, ventilasi alveolar yang efisien dapat dicapai pada tingkat respirasi
yang tinggi. Pada neonatus, tingkat respirasi 37 kali/menit sudah diperhitungkan
merupakan jumlah yang paling efisien. Bayi – bayi aterm serupa dengan orang
dewasa yang memerlukan 1% dari energi metabolik mereka untuk menjaga ventilasi;
oksigen yang dibutuhkan pada pernapasan adalah 0,5 ml / 0,5 L dari ventilasi. Bayi
preterm memiliki jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih besar saat pernapasan (0,9
ml/0,5 L), dimana akan mengalami peningkatan apabila paru - parunya sakit, seperti
pada RDS atau bronkopulmoner displasia.
6. Surfaktan Paru
Baik surfaktan alami ataupun sintetik, telah terbukti efektif dalam terapi dan
pencegahan RDS. Pada beberapa penelitian ternyata surfaktan alami dapat
memberikan perbaikan yang lebih cepat dibandingkan sintetik dalam hal lebih kurang
kebutuhan ventilator, lebih kurang kejadian pneumotorax, lebih banyak penurunan
dysplasia bronkopulmonal, serta mortalitas lebih sedikit. Namun kelebihan surfaktan
sintetik, resiko perdarahan intraventrikel lebih kurang, lebih sedikit pemaparan
dengan antigen binatang serta harganya yang lebih murah.
Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute setelah
lahir pada umumnya. Perbedaan utamanya adalah penyesuaian terhadap kenyataan
bahwa janin tidak bernafas, sehingga paru tidak berfungsi. Janin memperoleh O 2 dan
mengeluarkan CO2 melalui pertukaran dengan darah ibu menembus plasenta. Karena
darah tidak perlu mengalir ke paru untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2, pada
sirkulasi janin terdapat 2 jalan pintas: (1) Foramen oval, suatu lubang di septum
antara atrium kanan dan kiri, dan (2) duktus arteriosus, suatu pembuluh yang
menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta ketika keduanya keluar dari jantung.
Darah beroksigen tinggi dibawa dari plasenta melalui vena umbilikalis dan
diteruskan ke dalam vena kava inferior janin. Dengan demikian, ketika dikembalikan
ke atrium kanan dari sirkulasi sistemik, darah adalah campuran dari darah beroksigen
tinggi dari vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah yang kembali
dari jaringan janin. Selama masa janin, karena tingginya resistensi yang diakibatkan
oleh paru yang kolaps, tekanan diseparuh kanan jantung dan sirkulasi paru lebih
tinggi daripada diseparuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik. Situasi terbalik
dibandingkan dengan setelah lahir. Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan
dan kiri, sebagian darah campuran yang beroksigen cukup yang kembali ke atrium
kanan segera disalurkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian
mengalir ke dalam ventrikel kiri dan dipompa ke sirkulasi sistemik. Selain
memperdarahi jaringan, sirkulasi sistemik janin juga mengalirkan darah melalui arteri
umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan darah ibu melalui plasenta. Sisa darah di
atrium kanan yang tidak segera dialihkan ke atrium kiri mengalir ke ventrikel kanan
yang memompa darah ke arteri pulmonalis. Karena tekanan di arteri pulmonalis lebih
besar daripada tekana di aorta, darah dialirkan dari arteri pulmonalis ke dalam aorta
melalui duktus arteriosus mengikuti penurunan gradient tekanan. Dengan demikian,
sebagian besar darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan yang ditujukan ke
sirkulasi paru segera dialihkan ke dalam aorta dan disalurkan kesirkulasi sistemik
mengabaikan paru yang nonfungsional.
Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang
dikenal sebagai fosa ovalis di septum atrium. Duktus arteriosus kolaps dan akhirnya
berdegenerasi menjadi untai ligamentosa tipis yang dikenal sebagai ligamentum
arteriosum.
Saat lahir, ventilasi pulmoner normalnya secara cepat di permantap, dan aliran
darah ke paru - paru meningkat dengan pesat ketika aliran plasenta terhenti. Ketika
paru - paru mengembang dan terisi dengan gas, resistensi vaskuler pulmoner menurun
yang ditandai oleh efek mekanik pada pembuluh darah dan relaksasi tonus vasomotor
pulmoner ketika pO2 meningkat dan tekanan parsial dari CO2 menurun di gas
alveolar. Resistensi vaskuler pulmoner menurun sebanyak 80% dari tingkat prenatal
dalam beberapa menit setelah inisiasi normal dari respirasi. Ketika resistensi vaskuler
pulmoner menurun, aliran darah ke paru - paru dan kemudian melalui vena pulmonal
ke atrium kiri meningkat, peningkatan tekanan di atrium kiri dan atrium kanan
menutup septum atrial foramen ovale.
Di saat yang bersamaan, ketika aliran plasenta terhenti karena jepitan dari
konstriksi arteri umbilikal, dalam jumlah yang besar, resistensi vaskuler yang rendah
dihilangkan dari sirkulasi sistemik. Aktivitas ini menghasilkan peningkatan yang
besar dari resistensi sistemik vaskuler dan penurunan pada aliran darah vena cava
inferior dan tekanan atrium kanan. Peningkatan pada resistensi sistemik vaskuler dan
secara bersamaan penurunan pada resistensi sistemik pulmoner akan meningkatkan
tekanan aortic diatas dari arteri pulmoner. Aliran darah yang melewati duktus
arteriosus kembali (menjadi kiri ke kanan) dan duktus tersebut akan terisi dengan
darah yang teroksigenasi. Peningkatan lokal pO2 ( ke tingkat yang lebih besar dari 50
sampai 60 mmHg) menyebabkan dinding muskuler dari duktus arteriosus mengalami
konstriksi sekunder melalui respon yang dimediasi oleh prostaglandin. Aliran
mungkin akan tetap melewati duktus tersebut selama beberapa jam setelah kelahiran,
menghasilkan murmur yang dapat di dengar. Normalnya, bagaimanapun aliran yang
melewati duktus akan tidak begitu berarti dalam 15 jam. Penutupan permanen dari
duktus biasanya selesai dalam 5 hingga 7 hari tetapi mungkin dapat tidak komplit
hingga 3 minggu.
Duktus venosus, yang menghubungkan antara vena umbilikus, vena porta, dan
vena cava inferior, juga menutup secara sempurna dalam beberapa hari setelah
kelahiran. Jalur ini menghasilkan aliran yang melewati sirkulasi hepatik dan
bagaimanapun akan menghambat metabolisme obat pada hati (analgesik opioid).
3. Sirkulasi Neonatus
Pada neonatus yang sehat, dinding yang tipis pada ventrikel kanan melampaui
pada ventrikel kiri. Hal ini dapat dilihat pada ECG, yang menggambarkan axis diatas
dari 180 derajat selama minggu pertama kehidupan. Setelah kelahiran ventrikel kanan
membesar secara disproporsional. Dalam 3 hingga 6 bulan, rasio ukuran ventrikel
dewasa dicapai (axis sekitar +90 derajat). Selama periode neonatus yang berlangsung
cepat, detak jantung adalah antara 100 hingga 170 kali per menit dan iramanya
regular, detak jantung secara berangsur - angsur menurun. Sinus aritmia umumnya
pada anak - anak. Segala irama irreguler harus dipertimbangkan hal yang abnormal.4
Tekanan daraii sistolik sekitar 60 mmHg pada neonatus aterm, dan tekanan
diastoiik adalah 35 mmHg. Pada bayi preterm mengalami penurunan tekanan arteri,
sekitar 45/25 mmHg pada bayi seberat 750 gr.
Miokardium pada neonatus berisi jaringan kontraktil yang rendah dan lebih
banyak jaringan penyokong disbanding jantung orang dewasa. Hasilnya, ventrikel
neonatus kurang komplians ketika relaksasi dan umumnya bertekanan kurang ketika
berkontraksi. Akibat penurunan komplians saat relaksasi ventrikel cenderung
membatasi jumlah curah jantung. Bradikardia diikuti oleh penurunan cardiac output.
Penurunan komplians ventrikel dari neonatus juga tergantung oleh tekanan pengisian
yang adekuat, sehingga hipovolemia akan diikuti oleh penurunan dari cardiac output.
Dengan demikian cardiac output bergantung pada kecepatan dan volume. Penurunan
komplians dan kontraktilitas dari ventrikel juga merupakan faktor predisposisi pada
kegagalan jantung bayi dengan peningkatan volume pengisian. Pada bayi, kegagalan
satu ventrikel dengan cepat diikuti gangguan ventrikel yang lain, dan menyebabkan
kegagalan biventrikuler.4
Innervasi autonom pada jantung masih belum komplit pada neonatus dan
terdapat elemen simpatis yang relatif masih kurang. Hal ini lebih lanjut mungkin di
kompensasikan dengan kemampuan kontraktil yang masih kurang pada miokardium
neonatus dalam berespon terhadap stress. Perbedaan miokardium pada neonatus
semuanya sangat jelas pada bayi preterm.
4. Sirkulasi Pulmonar
Pada beberapa keadaan, regresi normal dari lapisan muscular pembuluh darah
pulmonar dan dihubungkan penurunan pada resistensi vaskuler pulmonar
mungkin tidak terjadi.
Nitrat oxide telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang dapat
merelaksasikan endothelium yang normalnya diproduksi secara terus - menerus di
paru untuk mengatur tonus vaskuler pulmoner. Hal ini yang dijadikan acuan untuk
menggunakan inhalasi nitrat oxide untuk mengobati resistensi vaskuler pulmonar
yang meningkat.