Anda di halaman 1dari 11

MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

TENTANG KANKER SERVIK

A. PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Kanker serviks adalah penyakit kanker yang
terjadi pada daerah leher rahim.Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan
liang senggama wanita (vagina).Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi
pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar
ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

B. PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan
bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis).

Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik


yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus
Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat
dengan infeksi HPV  ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah 
(tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital
warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks
(Hartono, 2000). Selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher
rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang
terjadi dalam jangka waktu cukup lama.Adapun faktor-faktor risiko kanker leher
rahim

1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.


2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg
suka berganti2 pasangan
3. Merokok dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan
bahan konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis
ini atau tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau
ayah menderita kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x
lebih banyak menderita penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karenakebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker
serviks. Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya
menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk
berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering.
7. diet tinggi lemak
8. kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. personal hygine yang kurang
10. grande multi para
C. TANDA DAN GEJALA
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun. 
Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker
berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala
tersebut dapat berupa:

1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode


menstruasi, atau setelah menopause.
2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau
yang busuk.
3. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex.

D. SKRINING DAN DIAGNOSIS


1. Skrining (Deteksi dini)
Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal,
penatalaksanaan sepertinya lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan
perubahan prekanker pada serviks direkomendasikan untuk semua wanita.
Kebanyakan panduan menganjurkan skrining pertama dalam waktu 3 tahun
pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari umur 21 tahun. Skrining
dapat berupa:
a. Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher
sempit dari uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini
kemudian diperiksa ada tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test
dapat mendeteksi sel abnormal pada serviks. Stadium prekanker
terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada lapisan luar dari
serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak ditangani,
sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat
menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas,
area pelvis, dan bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang
ditemukan pada stadium preinvasif jarang membahayakan nyawa dan
biasanya hanya membutuhkan pengobatan rawat jalan.
b. Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk
menentukan apakah seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV
yang sepertinya paling mungkin menyebabkan kanker serviks. Seperti
pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil jaringan dari serviks untuk
diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi strain resiko tinggi
HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada sel serviks dapat
terlihat.Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining
Pap dan tidak digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun
dengan hasil Pap yang normal, kebanyakan infeksi HPV pada wanita
pada kelompok ini sembuh sendiri dan tidak dikaitkan dengan kanker
serviks.

2. Diagnosa
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil
pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan
diagnosis, dokter dapat melakukan :
a. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi,
dokter dapat menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk
memeriksa serviks dari sel abnormal. Jika terlihat area yang tidak
biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis (biopsy).

b. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter


mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan
menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter
menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil
dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari
c. lokasi dan ukuran dari area yang abnormal.
E. STADIUM KANKER SERVIK

Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani


pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan
sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium
kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk
menentukan stadium dapat berupa :
1. Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized
tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan
apakah kanker telah menyebar disekitar serviks.
2. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt
menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung
(cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).

Stadium adalah istilah yang digunakan oleh ahli medis untuk


menggambarkan ukuran kanker serta sejauh mana kanker tersebut telah menyebar
dan menyerang jaringan di sekitarnya.Penetapan stadium ini merupakan upaya
hati-hati guna mengetahui dan memilih perawatan yang terbaik untuk mengobati
penyakit bersangkutan.Untuk kanker serviks, sistem yang umumnya digunakan
untuk pembagian stadium adalah sistem yang diperkenalkan oleh International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO).Pada sistem ini, angka romawi 0
sampai IV menggambarkan stadium kanker.Semakin besar angkanya, maka
kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut.Adapun pembagian stadium kanker
adalah :

1. Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,


kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
2. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks.
3. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
4. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan
uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
5. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain
didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

F. PENATALAKSANAAN
1. Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk :
a. Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk
mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas
ditemukan.
b. Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya
laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
c. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang
memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
d. Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel
kanker dan prekanker.
e. Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area
kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya
dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.

2. Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada
serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk
penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor,
termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan
pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari
a. Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya
pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3
milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut –
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm
kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien
tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy
termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasI.
b. Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy)
dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan
ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada
kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih
berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi
radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan
kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi
untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari
radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi
kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan
hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti
menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
c. Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan
merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak
diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten.
Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen
tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan
tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide,
agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan
respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas
belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang
memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk
carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. 
Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks
semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan
bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute
Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan
kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.Efek samping kemoterapi
tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan
diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.

d. Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan
hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan
kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan
teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi
digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut
digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan
mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar
43%     ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium
IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer,
dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi
jumlah kejadian metastasis jauh.

G. PENCEGAHAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan
dalam hal mencegah kanker serviks agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
2. Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup
nutrisi dan bergizi.
3. Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan.
4. Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor.
5. Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini.
6. Hindari berhubungan intim saat usia dini.
7. Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti
dengan hubungan intim.
8. Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali,
khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim.
9. Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya
melakukan vaksinasi HPV.
10. Perbanyaklah konsumsi makanan  sayuran yang kandungan beta
karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.

Vaksniasi HPV Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan


perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory
Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita
umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun
jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum
wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali. Penyuntikan
kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga
disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular
pada lengan atas.Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker
serviks, vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga
menyebabkan kanker serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta
untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah
yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara
paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini.
Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
a) Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah
hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang
mana terjadi duluan)
b) Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin
setiap satu atau 2 tahun sekali.
c) Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3
tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang
normal.
d) Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap
smear sudah dapat dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius


Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta:
Hipokrates
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.
Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
-------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging

Anda mungkin juga menyukai