DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh:
Kelompok 4
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Demam dengue/DF dan demam darah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengan (dengue shock syndrome) ada demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjtan/syok. ( Sudoyo Aru,dkk 2009)
Derajad 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi perarahan adalah
uji tourniquet positif
Derajad 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/atau perdarahan lain
Derajad 3 Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah
Derajad 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak daat diukur
Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis hal : 164
2. ETIOLOGI
Virus dengue, termasukgenus flavu=ivirus, keluarga flaviridae. Terdpat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 DAN DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan den-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serptype akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
indonesia (sudoyo Aru, dkk 2009).
3. PATOFISOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (Pelepasan Zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya : peningktan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke intersisial yang
menyebabkan hipovolemia. Trombosit ovenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositovenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
ptekie atau perdarahan mukosa dimulut. Hal ini mekanisme hemostatis secara normal. Hal
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan
syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
phatway
Permeabilitas
Peningkatan reabsorbsi
Hipertermi membran meningkat
Na+ dan H2o
Renjatan hipovolemik
trombositopenia Merangsang dan dan hipotensi
mengaktivasi faktor
pembukuan
Kebocoran plasma
DIC
Hipoksia jaringan
Resiko syok
(hipovolemik) ascites
Kekurangan volume
jaringan
Paru-paru
Hepar Mual, muntah
5. PENATALAKSANAN
a. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit
1). Tirah baring
2). Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 -2liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula dan sirup),air tawar ditambah garam.
3). Medikomentosa yang bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, anti
piretik golongan asitaminofen.
b. Klien dengan tanda renjatan
1). Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi
2). observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam,serta hb dan ht 4-6 jam pada
hari pertama, selanjutnya tiap 24 jam.
Diberi cairan intravena yang diguyur, seperti Nacl,Rl yang dipertahankan selama 24-
48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak hasilnya dapat diberikan plasma-plasma
ekspander dekstran-prepat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-
48 jam setelah renjatan teratasi. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastroi ntertinal yang hebat dan pada pemeriksaan hb dan ht menurun ( Ratna dewi.Pudiastuti,
2011)
6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah :
1. Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah tromboit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan eningkatnya megakoriositmuda dalam dsel-sel
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, petekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hemtesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (dengue syok syndrome ) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleuradan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga 13 disfungsi organ.
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura.
7. PENGKAJIAN
Identitas klien
Meliputi nama, umur , jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, stasus
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose
medis.
A. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah keperawatan
hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu tubuh menningkat,
mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit ( kemerahan ).
C. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu meliputi pernah menderita DHF atau tidak,
riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup.
D. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pada derajat I II Dan III biasanya klen dalam keadaan composmentis
sedangkan pada derajat IV klien mengalami penurunan kesadaran.
1. TTV
Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD menurun, Nadi pertama
cepat kemudian menurun. Pada hari ke 4 atau ke 5 suhu tinggi dan jika shock
tiba-tiba turun. Pernafasan cepat.
2. Kulit
Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologi dan demam tinggi,
padakulit tampak terdapat bintik merh (petekie), hematon, ekmosis (memar)
3. Kepala
Rambut : biasanya tidak ditemukan kelainan
Mata : biasanya konjungtiva anemis
Hidung : biasanya hidung kadang mengalami pendarahan,
Mulut : biasanya membran mukosa kering, dan ditemukan pendarahan pada
gusi.
4. Dada
Biasanya ditemui pernafasan dangka, pada perkusi dapat ditemukan bunyi
napas cepat dan sering berat, redup karena efusi pleura. Pada pemeriksaan
jantung ditemui suara abnormal, suara jantung S1 S2 tunggal,dapat terjdi
anemia karena kekurangan cairan, sianosis pada organ tepi.
5. Abdomen
Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi terdapat
pembesaran gati dan limfe.
6. Anus dan genetalia
Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat ditemukannya gangguan
karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lese pada kulit sekitar anus.
7. Ekstremitas atas dan bawah
Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan ektremitas
dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang menunjukan terjadinya
renjatan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
laboratorium
Leukosit : lekosit menurun.
Trombosit : Trombositopenia (< 100/ml3 ribu)
Hematokrit : meningkat >20%
Hematosis : dilakukan DT, APTT, fibrinogen, dicurigai adanya
perdarahan/kelainan pembekuan darah
protein/albumin : hipoprotemia.
GGOT/SGPT : meningkat.
Ureum, Kreatinin :bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit :sebagai parometer pemantauan pemberian cairan.
Imono serologi
o IgM : terdeksi pada hari ke 3 , meningkatt pada minggu ke 3
menghilang setelah 60-90 hari.
o IgG : pada infeksi primer igg mula terdeteksi pada hari ke 14,
infeksi sekunder pada hari kedua.
F. Penatalaksaan Klinis
- Pengawasan TTV perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam
- Pemberian antipiretika dan anti konvulsan untuk membantu penurunan
suhu
- DHF tanpa renjatan berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan tirah
baring
- DHF disertai renjatan (DSS) harus segera dipasang infus seperti Nacl,Rl
yang dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak
hasilnya dapat diberikan plasma-plasma ekspander dekstran-prepat hemasel
sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan
teratasi. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastroi ntertinal
yang hebat dan pada pemeriksaan hb dan ht menurun ( Ratna dewi.Pudiastuti,
2011).
G. Analisa data
Tanda minor
1.Kulit merah
Mengaktifkan sistem
2. Kejang
komplemen
3.takikardi
4.Takipeana
Membentuk & melepaskan
5.Kulit terasa hangat zat C3a< C5a
PGE2 hipotalamus
Hipertermi
2. Tanda mayor Kebocoran plasma Nyeri akut
DS :
DO :
3. Gelisah
Hepar
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Hepatomegali
Tanda minor :
DS : -
Penekana intraabdomen
DO :
1. TD meningkat
Nyeri
2. pola napas berubah
5. Menarik diri
7. Diaforesis
3. Tanda mayor Trombositopenia Hipovolemik
DS : -
DO : Perdrahan
8. hematokrit meningkat
Syok hipovolemik
Tanda minor
DS:
1. merasa lemah
2. mengeluh haus
DO :
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
9. INTERVENSI
Terapeutik
1. Mendorong
kehilangan panas
melalui konduksi
dan kinveksi
2. Upaya hidrasi perlu
dilakukan untuk
mengatasi masalah
defisit volume
cairan
3. Dengan kompres
hangat membuat
hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga
panas tubuh harus
diturunkan
Edukasi
Meningkatkan
kenyamanan
istirahat serta
dukungan
fisiologis/psikologis
Kolaborasi
Pemberian cairan
intravena diperlukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
tubuh secara hebat
2. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola 1. identikasi lokasi nyeri, 1. Untuk mengetahui
pengalaman sensorik karakteristik, durasi, daerah nyeri, kualitas,
atau emosional yang frekuensi, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
berkaitan dengan intensitas nyeri faktor pencetus, berat
kerusakan jaringan 2. identifikasi respons ringannya nyeri yang
atau fungsional nyeri non verbal dirasakan.
dengan onset 3. Monitor efek samping 2. Mengetahui keadaan
mendadak atau penggunaan analgesik tidak menyenangkan
lambat dan Terapeutik klien yang tidak
berintensitas ringan 1. berikan teknik sempat dan tidak bisa
farmakologis untuk
hingga berat dan di gambarkan oleh
mengurangi rasa nyeri
kontsan. klien.
(mis. terapi musi, terapi
Kriteria hasil: Pemberian analgetik
pijat, aromaterapi,
1. Mampu untuk mengendalikan
kompres hangat/dingin,
mengontrol terapi bermain) nyeri.
nyeri
Terapeutik
2. Melaporkan Edukasi 1. Meringankan atau
bahwa nyeri
1. Jelaskan penyebab, mengurangi nyeri
berkurang
periode, dan pemicu sampai pada
dengan
nyeri tingkat yang dapat
menggunakan 2. Jelaskan strategi diterima pasien.
manajemen nyeri meredakan nyeri Edukasi
Mampu
1. Untuk mengetahui
mengendali
Kolaborasi bagaimana cara
nyeri
Kolaborasi pemberian
mengurangi nyeri
3. Menyatakan rasa
analgesik tersebut.
nyaman setelah
2. Memposisikan
nyeri berkurang
pasien dengan
fowler/semi
fowler untuk
meredakan nyeri.
Kolaborasi
Pemberian analgesik
memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri berkurang
Kolaborasi
1. Untuk memenuhi
cairan dalam tubuh
DAFTAR FUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta