Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Ditujukan untu memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Sadaukur Br. Barus S. Kep., M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 4

Neng ayu paraswati azhar (E.0105.18.024)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

1. PENGERTIAN
Demam dengue/DF dan demam darah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengan (dengue shock syndrome) ada demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjtan/syok. ( Sudoyo Aru,dkk 2009)

Klasifikas derajat penyakit infeksi virus dengue :

DD/DBD Derajad Derajad Laboratorium


DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : Leukopenia serolgi
mialgia, sakit kepala, nyeri trombositopenia, tidak dengue
retroobital, artragia ditemukan bukti ada positif
kebocoran plasma
DBD I Gejala diatas di tambah uji bendung Trombositopenia (<100.000/ul)
positif bukti ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan
spontan
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan
sirkulasi (kulit dingin dan lembab
serta gelisah )
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan
darah dan nadi tidak teratur

Klasifikasi derajad DBD menurut WHO :

Derajad 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi perarahan adalah
uji tourniquet positif
Derajad 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/atau perdarahan lain
Derajad 3 Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah
Derajad 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak daat diukur
Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis hal : 164

2. ETIOLOGI
Virus dengue, termasukgenus flavu=ivirus, keluarga flaviridae. Terdpat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 DAN DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan den-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serptype akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
indonesia (sudoyo Aru, dkk 2009).

3. PATOFISOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (Pelepasan Zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya : peningktan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke intersisial yang
menyebabkan hipovolemia. Trombosit ovenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositovenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
ptekie atau perdarahan mukosa dimulut. Hal ini mekanisme hemostatis secara normal. Hal
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan
syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
phatway

Arbovirus (melalui Beredar darah aliran Infeksi virus dengue


nyamuk aedes aegyfti ) darah (viremia)

Membentuk &melepaskan Mengaktifkan sistem


PGE2 Hipothalamus zat C3a,C5a komplemen

Permeabilitas
Peningkatan reabsorbsi
Hipertermi membran meningkat
Na+ dan H2o

Kerusakan endotel Resiko syok


Argregasi trombosit hipovolemik
pembuluh darah

Renjatan hipovolemik
trombositopenia Merangsang dan dan hipotensi
mengaktivasi faktor
pembukuan
Kebocoran plasma
DIC

Resiko perdarahan Ke extravaskuler


perdarahan

Resiko perfusi Abdomen


jaringan tidak efektif
Asidosis metabolik

Hipoksia jaringan
Resiko syok
(hipovolemik) ascites
Kekurangan volume
jaringan
Paru-paru
Hepar Mual, muntah

Efusi pleura Hepatomegli

Penekanan Ketidak seimbangan


intraabdomen nutrisi kurang dari
4. MANIFESTASI KINIS
kebutuhan tubuh
1.Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut elama 2-7 hari,
Nyeriditandai dengan dua atau lebih manifestasi
klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia/artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
- Leukopenia
- Pemerksaan serologi dengue positif; atauditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada
lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdrah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD diteggakan bila semua hal dibawah ini
dipenhu
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdrahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Peteki, ekimosis, atau purpura
- Perdrahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.000/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan nilai hematrokrit ≥ 20% dari nilai
baku sesuai umur dan jenis kelamin dan penurunan nilai hematrokrit ≥ 20% setelah
pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Peurunan kesadran, gelisah
b. Nadicepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun ≤20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab

5. PENATALAKSANAN
a. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit
1). Tirah baring
2). Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 -2liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula dan sirup),air tawar ditambah garam.
3). Medikomentosa yang  bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, anti
piretik golongan asitaminofen.
b. Klien dengan tanda renjatan
1). Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi
2). observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam,serta hb dan ht 4-6 jam pada
hari pertama, selanjutnya tiap 24 jam.

c. Klien DDS (dengue shock syndrome)

Diberi cairan intravena yang diguyur, seperti Nacl,Rl yang dipertahankan selama 24-
48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak hasilnya dapat diberikan plasma-plasma
ekspander dekstran-prepat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-
48 jam setelah renjatan teratasi. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastroi ntertinal yang hebat dan pada pemeriksaan hb dan ht menurun ( Ratna dewi.Pudiastuti,
2011)

6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah :
1. Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah tromboit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan eningkatnya megakoriositmuda dalam dsel-sel
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, petekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hemtesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (dengue syok syndrome ) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleuradan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga 13 disfungsi organ.
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura.

7. PENGKAJIAN
Identitas klien
Meliputi nama, umur , jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, stasus
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose
medis.
A. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah keperawatan
hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu tubuh menningkat,
mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit ( kemerahan ).
C. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu meliputi pernah menderita DHF atau tidak,
riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup.
D. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pada derajat I II Dan III biasanya klen dalam keadaan composmentis
sedangkan pada derajat IV klien mengalami penurunan kesadaran.
1. TTV
Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD menurun, Nadi pertama
cepat kemudian menurun. Pada hari ke 4 atau ke 5 suhu tinggi dan jika shock
tiba-tiba turun. Pernafasan cepat.
2. Kulit
Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologi dan demam tinggi,
padakulit tampak terdapat bintik merh (petekie), hematon, ekmosis (memar)
3. Kepala
Rambut : biasanya tidak ditemukan kelainan
Mata : biasanya konjungtiva anemis
Hidung : biasanya hidung kadang mengalami pendarahan,
Mulut : biasanya membran mukosa kering, dan ditemukan pendarahan pada
gusi.
4. Dada
Biasanya ditemui pernafasan dangka, pada perkusi dapat ditemukan bunyi
napas cepat dan sering berat, redup karena efusi pleura. Pada pemeriksaan
jantung ditemui suara abnormal, suara jantung S1 S2 tunggal,dapat terjdi
anemia karena kekurangan cairan, sianosis pada organ tepi.
5. Abdomen
Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi terdapat
pembesaran gati dan limfe.
6. Anus dan genetalia
Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat ditemukannya gangguan
karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lese pada kulit sekitar anus.
7. Ekstremitas atas dan bawah
Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan ektremitas
dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang menunjukan terjadinya
renjatan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
laboratorium
 Leukosit : lekosit menurun.
 Trombosit : Trombositopenia (< 100/ml3 ribu)
 Hematokrit : meningkat >20%
 Hematosis : dilakukan DT, APTT, fibrinogen, dicurigai adanya
perdarahan/kelainan pembekuan darah
 protein/albumin : hipoprotemia.
 GGOT/SGPT : meningkat.
 Ureum, Kreatinin :bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit :sebagai parometer pemantauan pemberian cairan.
 Imono serologi
o IgM : terdeksi pada hari ke 3 , meningkatt pada minggu ke 3
menghilang setelah 60-90 hari.
o IgG : pada infeksi primer igg mula terdeteksi pada hari ke 14,
infeksi sekunder pada hari kedua.
F. Penatalaksaan Klinis
- Pengawasan TTV perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam
- Pemberian antipiretika dan anti konvulsan untuk membantu penurunan
suhu
- DHF tanpa renjatan berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan tirah
baring
- DHF disertai renjatan (DSS) harus segera dipasang infus seperti Nacl,Rl
yang dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak
hasilnya dapat diberikan plasma-plasma ekspander dekstran-prepat hemasel
sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan
teratasi. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastroi ntertinal
yang hebat dan pada pemeriksaan hb dan ht menurun ( Ratna dewi.Pudiastuti,
2011).

G. Analisa data

Data Etiologi Masalah


1. Tanda mayor Arbovirus (melalui nyamuk Hipertermia
aedes aegypti)
DS : -

DO : 1. Suhu diatas nlai


normal ( 36,5-37°C) Beredar dalam aliran darah

Tanda minor

DS : - Infeksi virus dengue


(viremia)
DO:

1.Kulit merah
Mengaktifkan sistem
2. Kejang
komplemen
3.takikardi

4.Takipeana
Membentuk & melepaskan
5.Kulit terasa hangat zat C3a< C5a
PGE2 hipotalamus

Hipertermi
2. Tanda mayor Kebocoran plasma Nyeri akut

DS :

1. Mengeluh nyeri Kekurangan volume cairan

DO :

1. Tampak meringis Ke extravaskuler

2. Bersikap protektif (mis.


waspada, posisi menghindar
Abdomen
nyeri )

3. Gelisah
Hepar
4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur
Hepatomegali
Tanda minor :

DS : -
Penekana intraabdomen
DO :

1. TD meningkat
Nyeri
2. pola napas berubah

3. nafsu makan berubah

4. proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis
3. Tanda mayor Trombositopenia Hipovolemik

DS : -
DO : Perdrahan

1. frekuensi nadi meningkat

2. nadi teraba lemah Resiko perfusi jaringan


tidak efektif
3. tekanan darah menurun

4. tekanan nadi menyempit


Hipoksia jaringan
5. Turgor kulit menurun

6. membran mukosa kering


Asodosis metabolik
7. volume urin menurun

8. hematokrit meningkat
Syok hipovolemik
Tanda minor

DS:

1. merasa lemah

2. mengeluh haus

DO :

1. Pengisian vena menurun

2. Status mental berubah

3. Suhu tubuh meningkat

4.konsentrasi urin meningkat

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue


2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekan intra abdomen )
3. Hypovolemik b.d perdarahan yang berlebihan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstraveskuler.

9. INTERVENSI

No. DX Tujuan Intervensi Rasional


1. Tujuan : suhu tubuh Observasi : Observasi
pasien menuju normal
1. monitor suhu tubuh 1. agar mengetahui
dengan
2. monitor haluaran urine perubahan suhu
Kriteria Hasil :
3. monitor komplikasi yang dialamipasien
1. Suhu tubuh
akibat hipertermia dan jika tidak ada
stabil dan
perubaha atau ke
menuju retang Terapeutik
arah yang lebih
noemal 1. longgarkan atau lepaskan buruk dapat
36.5°C- 37.5°C pakaian diberikan medikasi
2. Frekuensi 2. berikan cairan oral yang sesuai
pernafasan (16- 3. lakukan pendinginan 2. Agar terjadi
2x/menit), (mis. kompres dingin keseimbangan
tekanan darah pada dahi, leher, dada, intake dan ouput
(120/80mmHg) abdomen, aksila) serta menghindari
dan nadi (60-
Edukasi dehidrasi yang
100x/menit
mungkin terjdi pada
pasien dalam anjurkan tirah baring
pasien
rentang normal
Kolaborasi 3. Untuk mengetahui
komplikasi yang
Kolaborasi pemberian
dapat tejadi dan
cairan dan elektrolit
menentukan
intravena
tindakan yang harus
di berikan

Terapeutik

1. Mendorong
kehilangan panas
melalui konduksi
dan kinveksi
2. Upaya hidrasi perlu
dilakukan untuk
mengatasi masalah
defisit volume
cairan
3. Dengan kompres
hangat membuat
hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga
panas tubuh harus
diturunkan

Edukasi

Meningkatkan
kenyamanan
istirahat serta
dukungan
fisiologis/psikologis

Kolaborasi

Pemberian cairan
intravena diperlukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
tubuh secara hebat
2. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola 1. identikasi lokasi nyeri, 1. Untuk mengetahui
pengalaman sensorik karakteristik, durasi, daerah nyeri, kualitas,
atau emosional yang frekuensi, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
berkaitan dengan intensitas nyeri faktor pencetus, berat
kerusakan jaringan 2. identifikasi respons ringannya nyeri yang
atau fungsional nyeri non verbal dirasakan.
dengan onset 3. Monitor efek samping 2. Mengetahui keadaan
mendadak atau penggunaan analgesik tidak menyenangkan
lambat dan Terapeutik klien yang tidak
berintensitas ringan 1. berikan teknik sempat dan tidak bisa
farmakologis untuk
hingga berat dan di gambarkan oleh
mengurangi rasa nyeri
kontsan. klien.
(mis. terapi musi, terapi
Kriteria hasil: Pemberian analgetik
pijat, aromaterapi,
1. Mampu untuk mengendalikan
kompres hangat/dingin,
mengontrol terapi bermain) nyeri.
nyeri
Terapeutik
2. Melaporkan Edukasi 1. Meringankan atau
bahwa nyeri
1. Jelaskan penyebab, mengurangi nyeri
berkurang
periode, dan pemicu sampai pada
dengan
nyeri tingkat yang dapat
menggunakan 2. Jelaskan strategi diterima pasien.
manajemen nyeri meredakan nyeri Edukasi
Mampu
1. Untuk mengetahui
mengendali
Kolaborasi bagaimana cara
nyeri
Kolaborasi pemberian
mengurangi nyeri
3. Menyatakan rasa
analgesik tersebut.
nyaman setelah
2. Memposisikan
nyeri berkurang
pasien dengan
fowler/semi
fowler untuk
meredakan nyeri.
Kolaborasi
Pemberian analgesik
memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri berkurang

3. Tujuan : di harapkan Observasi Observasi


kehilangan cairan
1. Monitor status 1. Untuk mengetahui
teratasi dengan
kardiopulmonal keadaan umum
Kriteria hasil :
(frekuensi dan kekuatan pasien
1. Frekuensi nadi
nadi, frekuensi napas, 2. Untuk mengetahui
dalambatas
TD) adanya perubaha.
normal
2. Monitor status 3. Untuk mengetaui
2. Elastisitas
oksigenasi (oksimetri, adanya tanda-tanda
turgor kulit
AGD) dehidrasi.
membaik
3. Monitor status cairan
3. Intake cairan Terapeutik
(masukan dan haluaran,
membaik (8- 1. Memaksimalkan
turgor kulit, CRT)
8,5 cc/kgBB/h) Terapeutik bernapas dan
4. Membran menurunkan kerja
1. Berikan oksigen untuk
mukosa napas memberikan
mempertahankan saturasi
lembab, tidak kelembaban.
oksigen >94%
ada rasa haus 2. Pemasangan jalur
2. Pasang jalur IV
IV untuk mengatasi
berukuran besar
kehilangan caian
3. Ambil sampel darah
tubuh hebat
untuk pemeriksaan darah
3. Untuk mengetahui
lengkap dan elektrolit
hubungan antara
Kolaborasi jumlah trombosit,

1. Kolaborasi pemberian jumlah leukosit,

infus cairan kristaloid 1- nilai hematokrit dan

2 L pada dewasa kadar hemoglobin


dengan deajat klinik
infeksi dengue.

Kolaborasi

1. Untuk memenuhi
cairan dalam tubuh
DAFTAR FUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II. Jakarta

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC

Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka

Anda mungkin juga menyukai