Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN

MONETER
ISLAM 2
OLEH: H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D
PENDAPAT-PENDAPAT YANG
MENGHALALKAN BUNGA BANK
Oleh: H. Dwi Condro Triono, Ph.D
PENDAPAT BUNGA BANK HALAL

1. Tidak Berlipat Ganda


2. Pengembalian Kebajikan
3. Kondisi Darurat
4. Pinjaman Produktif
5. Untuk Mengimbangi Inflasi
6. Ada Unsur Saling Ridla
7. Ada Unsur Manfa’at
8. Jaman Nabi Belum Ada Bank
9. Bank Milik Negara
1. TIDAK BERLIPAT GANDA

• Pendapat ke-1: Bunga bank itu halal karena tidak berlipat ganda,
sedangkan bunga bank yang haram adalah yang berlipat ganda.
• Pendapat ini mengambil mafhum mukhalafah dari ayat:
َ‫ضا َعفَة‬ َْ َ‫ين آ َمنُوا ال تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا أ‬
َ ‫ض ََعاااَ ُم‬ ََ ‫• يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang
berlipat ganda.” (QS Ali ‘Imran : 130).
• Pendapat ini batil, karena telah mengambil mafhum mukhalafah
(pemahaman sebaliknya) secara tidak sah menurut ushul fiqih.
• Dalam ilmu ushul fiqih, mafhum mukhalafah tidak sah jika
bertentangan dengan nash yang dapat difahami mantuqnya.
1. TIDAK BERLIPAT GANDA... (lanjutan)

• Misalnya, orang tua dilarang membunuh anaknya karena takut


miskin.
• Firman Allah SWT:
﴾٣١﴿ َ‫وا أَ ْوال َد ُك َْم َخ ْشيَ َةَ إِ ْمالق‬
َْ ُ‫الَ تَ ْقتُل‬
َ ‫• َو‬
• “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan” (QS Al-Isra’: 31).
• Jika ayat ini diambil mafhum mukhalafahnya, maka kesimpulannya
adalah: boleh membunuh anaknya, jika tidak takut miskin.
• Mafhum mukhalafah tersebut tidak boleh diamalkan, karena
bertentangan dengan nash larangan membunuh, yang dapat difahami
dari sisi mantuqnya, yaitu dalam Surat Al-Isra’: 33.
1. TIDAK BERLIPAT GANDA... (lanjutan)

• Dalam surat Al-Isra’: 33, Allah SWT berfirman:


َّ ‫س ا َّلتِي َح َّر َم‬
ِّ‫ّللاُ ِِ ََّل ِِل ْل َح‬ َ ‫• َو ََل َت ْق ُتلُوا ال َّن ْف‬
• “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allâh
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar” (QS.
Al-Isra’: 33)
• Demikian juga mafhum mukhalafah untuk riba berlipat ganda tidak
boleh diamalkan, karena bertentangan dengan nash larangan riba
(QS. Al Baqarah: 275):
‫• َوأَ َحل َّ ه‬
﴾٢٧٥﴿ ‫ّللاُ ا ْل َِ ْي َع َو َح َّر َم الر َِل‬
• “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
1. TIDAK BERLIPAT GANDA... (lanjutan)

• Ada juga pendapat yang sama, tetapi menggunakan istidhlal yang


berbeda.
• Bunga bank halal karena tidak belipat ganda, pendapat ini didasarkan pada
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah: 275:
‫• َوأَ َحل َّ ه‬
﴾٢٧٥﴿ ‫ّللاُ ا ْل َِ ْي َع َو َح َّر َم الر َِل‬
• “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
• Dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa ‫الر َبا‬
ِّ adalah lafadz yang umum.
• Kemudian dengan menggunakan kaidah ushul fiqih:
ِ ‫• َدلِ ْيل ُ ا ْل َع ِلم َي ِْ َقى َع َلى ُع ُم ْو ِم ِه َمل َل ْم َي ِردْ َدلِ ْيل ُ ال َّت ِِْْ ْي‬
ِ
• “Dalil umum tetap dalam keumumannya, selama tidak terdapat dalil yang
mengkhususkan (mengecualikan keumumannya)”.
1. TIDAK BERLIPAT GANDA... (lanjutan)

• Apakah keumuman dalil QS. 2: 275 di atas ada yang mengecualikannya?


• Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran: 130 dianggap sebagai pengecualiannya:
‫لع َف ًة‬
َ ‫ض‬ ْ َ‫• َيل أَ ُّي َهل ا َّل ِذينَ آ َم ُنوا َل َتأْ ُكلُوا الر َِل أ‬
َ ‫ض َعلفل ً ُم‬
• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat
ganda” (QS Ali ‘Imran: 130).
• Pendapat ini batil, karena QS Ali ‘Imran: 130 tidak dapat dijadikan dalil
takhsis dari keumuman riba.
• Mengapa?
• Sebab, dalam ilmu ushul fiqih, dalil takhsis haruslah datang belakangan,
sedangkan dalil umum harus datang terlebih dahulu.
• Faktanya Ali ‘Imran: 130 turun lebih dahulu dari Al Baqarah: 275.
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN
▪ Pendapat ke-2: Bunga bank itu halal karena pengembalian kebajikan.
• Dalil yang dipergunakan adalah:
ْ‫ف ِمن‬ َ ‫ل‬ ‫س‬ َ
‫ت‬ ‫اس‬ ‫م‬
َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َُّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ َّ
‫ّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ِ
َ َّ
‫ّللا‬
ِ ‫سو َل‬ ُ ‫• َعنْ أَ ِِي َراف ٍِع أَنَّ َر‬
ْ‫ِ َد َق ِة َفأ َ َم َر أَ َِل َراف ٍِع أَن‬ َّ ‫َر ُج ٍل َِ ْك ًرا َف َق ِد َم ْت َعلَ ْي ِه ِِ ِِل ٌ ِمنْ ِِ ِِ ِل ال‬
‫الر ُجل َ َِ ْك َرهُ َف َر َج َع ِِلَ ْي ِه أَ ُِو َراف ٍِع َف َقلل َ لَ ْم أَ ِجدْ فِي َهل ِِ ََّل‬ َّ ‫َي ْقضِ َي‬
‫ضل ًء‬ َ ‫لس أَ ْح‬
َ ‫س ُن ُه ْم َق‬ ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫لر‬
َ ‫ي‬
َ ِ
ْ َّ‫ن‬ ِ
ِ ُِ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ي‬ َّ ِ ِ
‫ه‬ ِ‫ط‬ ‫ع‬
ْ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬‫ل‬ َ
‫ق‬ َ
‫ف‬ ‫لرا َر َِل ِع ًيل‬
ً ‫ِْ َي‬
• Rasûlullâh SAW pernah meminjam dari seorang seekor onta muda. Kemudian ada
satu ekor onta sedekah yang dibawa kepada beliau. Beliau lalu memerintahkan Abu
Rafi’ untuk membayar kepada orang tersebut pinjaman satu ekor onta muda. Abu
Rafi’ kembali kepada beliau dan berkata: “Aku tidak mendapatkan kecuali onta
yang dewasa”. Lalu beliau menjawab: “Berikanlah itu kepadanya! Sesungguhnya
sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya” [HR
Muslim no.4192].
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

• Kita harus memahami bahwa sesungguhnya harta yang diutang


(al-maal al-muqtaradh) itu bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Harta misliyat, yaitu:
‫ت‬ ُ ‫اِّ ِِ ََل َت َف‬
ٍ ‫لو‬ ِ ‫و‬َ ‫األس‬
ْ ‫ِي‬ ‫ف‬ ُ ‫ل‬‫ث‬ْ ِ
‫م‬ ُ
‫ه‬ َ
‫ل‬ ‫د‬ُ ‫ج‬َ ‫و‬ْ ‫ي‬
ُ ‫ل‬ ‫م‬
َ ُّ ‫ل‬‫ك‬ُ ‫ح‬
ِ ‫َل‬ َ ِ‫ط‬ِْ ِ ْ
‫اَل‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫لت‬ ‫ي‬
َّ ِ ‫ل‬‫ث‬ْ ِ
‫م‬ ْ
‫ل‬ َ ‫•ا‬
‫س َِ ِِ ِه ال َّث َم ِن‬ َ ِِ ‫ِف‬ ُ ‫ث ََل َي ْْ َتل‬ ُ ‫ ِِ َح ْي‬،ِ‫َي ْع َت ُد ِِه‬
• “Mitsliyat (harta semisal) menurut istilah adalah apa-apa yang didapati yang
semisalnya di pasar tanpa ada perbedaan yang signifikan, dalam arti
perbedaan yang ada, tidak mengakibatkan perbedaan harga” (Al-Mausu’ah
Al-Fiqhiyyah, Juz 36: 85).
• Harta mitsliyat adalah: barang-barang yang dapat ditakar, dihitung dan
ditimbang. Contohnya adalah uang, beras, gula, jagung, minyak dan lain-lain.
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

2. Harta qiimiyat, yaitu:


‫ ْأو‬,ِّ‫ا‬
ِ ‫و‬َ ‫س‬
ْ ْ
‫األ‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ُ ‫ل‬‫ث‬ْ ‫ح َمل ََل ُي ْو َج ُد لَ ُه ِم‬ ِ َ
‫َل‬ ِ‫ط‬ ِ
ْ ‫اَل‬
ِ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫لت‬ ‫ي‬َّ ِ
‫م‬ ‫ي‬
ْ ِ ‫ق‬ ْ
‫ل‬ َ ‫•ا‬
‫ت ال ُم ْع َت ُّد ِِ ِه فِي ا ْلقِ ْي َم ِة‬ِ ‫لو‬ُ ‫ُي ْو َج ُد لَ ِكنَّ َم َع ال هت َف‬
• “Qiimiyat (harta senilai) menurut istilah adalah apa-apa yang
tidak didapati yang semisalnya di pasar, atau didapati tetapi ada
perbedaan yang signifikan dalam nilainya” (Al-Mausu’ah Al-
Fiqhiyyah, Juz 36: 85).
• Contoh harta yang masuk kategori harta qiimiyat adalah: rumah,
hewan, lahan, kendaraan, perabotan, kerajinan tangan, tanam-
tanaman dan lain-lain.
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

• Pinjaman (qardh) didefinisikan sebagai berikut:


‫ت لِ ُي َردَّ َل َك ِم ْثلُ ُه فِي ا ْل ُم ْس َت ْق َِ ِل‬
ِ ‫ َمل ُت ْعطِ ْي ِه ِمنَ ا ْل ِم ُثلِ َيل‬:‫ض‬
ُ ‫• ال َق ْر‬
• “Pinjaman (qardh) adalah apa-apa yang kamu berikan berupa harta mitsliyat
(semisal) untuk dikembalikan kepadamu harta yang semisalnya pada masa
yang akan datang” (Qal’ah Jie dan Qunaibi, 1988).
• Syarat obyek harta yang dipinjamkan (al-maal al-muqtaradh):
1. Harus harta mitsliyyat. Untuk harta qiimiyyat boleh menjadi obyek qardh,
syaratnya harus dapat distandarisasi nilainya.
2. Hartanya merupakan ‘ain (barang), maksudnya bukan manfaat (jasa).
3. Hartanya diketahui (ma’luum), yaitu diketahui kadarnya (kuantitasnya) dan
sifatnya (kualitasnya).
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

• Untuk qardh, obyeknya pinjamannya harus harta mitsliyat dan


syarat pengembaliannya juga harus harta yang semisal, yaitu harta
yang sama kadarnya (kuantitas) dan sifatnya (kualitas).
• Sedangkan untuk harta qiimiyyat, seperti seekor onta, maka syarat
pengembaliannya harus sama kuantitasnya, sedangkan dalam hal
kualitas tidak bisa sama, namun harus diupayakan yang senilai.
• Pinjaman (qardh) pada perbankan obyeknya adalah uang (harta
mitsliyat), maka jika menghasilkan bunga itu termasuk riba, karena
bukan pengembalian yang mitsliyat. Sabda Nabi SAW:
‫ض َج َّر َم ْن َف َع ًة َف ُه َو ِر َِل‬
ٍ ‫• ُكل ُّ َق ْر‬
• “Setiap qardh yang menghasilkan manfa’at adalah riba” (HR. Baihaqi).
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

َ ‫ أَ ْح‬dalam hadits tentang


َ ‫س ُن ُه ْم َق‬
• Oleh karena itu, kalimat ‫ضاء‬
pengembalian onta di atas harus difahami sebagai sebaik-baiknya
pengembalian, dalam dua kemungkinan, yaitu:
1. Sebaik-baik pengembalian, dalam arti: baik dalam cara
pengembaliannya. Contohnya, mengembalikan hutang dengan
penuh senyuman, penuh rasa terima kasih, penuh keramahan,
lebih cepat dari yang dijanjikan dsb.
2. Sebaik-baik pengembalian, dalam arti: baik dalam segi
kualitasnya. Misalnya, meminjam uang 100.000 dengan uang
pecahan yang sudah lusuh, kemudian dikembalikan dengan
pecahan yang masih baru.
2. PENGEMBALIAN KEBAJIKAN... (lanjutan)

• Jika tetap diperbolehkan pengembalian dengan tambahan secara


kuantitas, maka akan membuang hadits shohih yang cukup banyak.
• Padahal membuang dalil yang nampaknya saling bertentangan
(ta’arudh) itu adalah hal yang dihindari. Contohnya dalil:
َ‫• إذاَأقرضَاالَيأخذَهدية‬
• “Jika seseorang memberi pinjaman (qardh), janganlah dia
mengambil hadiahnya” (HR Bukhari).
• Sebab, ada kaidah ushul yang menyatakan:
ِ ‫ض ْي ِن اَ ْو َلى ِمنْ ِ ْل َغ‬
‫لء اَ َح ُد ُهمِل‬ َ ‫لر‬
ِ ‫ع‬َ َ
‫ت‬ ‫م‬
ُ ‫ال‬ ‫ن‬‫ي‬ْ َ
ِ ‫الع َمل ُ ِِللدَّ لِ ْي‬
‫ل‬ َ •
• “Mengamalkan dua dalil yang bertentangan lebih baik daripada
meninggalkan atau mengabaikan (membuang) dalil yang lain”.
SEKIAN
Wassalaamu’alaikum
Warahmatullahi
Wabarakaatuh

Bersambung…

Anda mungkin juga menyukai