Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

1. DEFINISI
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma  puasa kurang
dari 50 mg/%. (Marino : 1991)
Hipoglikemi bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang dari
3 mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus secepatnya
dikenali. (Wong and Whaley : 1996).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila
gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia
A,1997)
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60
mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar
gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.

2. ETIOLOGI
Etiologi hipoglikemia pada diabetes mellitus (DM)
a hipoglikemia pada stadium dini
b hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
1) penggunaan insulin
2) penggunaan sulfonylurea
3) bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
1) hiperinsulinesme alimenter pasca gastrektomi
2) insulinoma
3) penyakit hati berat
4) tumor ekstra pankreatik,fibrosarkoma,karsinoma ginjal
5) hipopituitarism,  (Mansjoer A, 1999: 602).
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonylurea:
a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1) pengurangan/keterlambatan makan
2) kesalalahan dosis obat
3) latihan jasmani yang berlebihan
4) penurunan kebutuhan insulin
 penyembuhan dari penyakit
  nefropati diabetic
 Hipotiroidisme
 penyakit Addison
 hipopituitarisme
5) hari-hari pertama persalinan
6) penyakit hati berat
7) gastro paresis diabetic
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
1) pengendalian glukosa darah yang ketat
2) pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3) penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 1999: 602)

3. PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
a. Dehidrasi
b. kehilangan elektrolit
c. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
( Smeltzer. 2001 ).
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a. Fase  I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga         
hormon epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat
itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena
itu di namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi
otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di
samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh
pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut
dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat
ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan
kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi
DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia
dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan
menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan
adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama
menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta
bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat
lama). (Mansjoer A, 1997 :  603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis,
meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan
insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah
lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat
mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang
sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan
yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-
tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang
lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan
hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan
yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap
terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi
insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai
kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.
(Ester,2000).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun
manifestasi klinis yang  meliputi:
o Lapar
o Mual-muntah
o Pucat,kulit dingin
o Sakit kepala
o Nadi cepat
o Hipotensi
o Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
o Sakit kepala
o Koma
o Kesulitan dalam berfikir
o Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A
1999)
Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
a. perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia,
perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b. Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa
(2 jam PP).
c. Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d. Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.

6. PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat
dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut
penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas,
yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit.
Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid).
Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Pengkajian Primer (Primary Survey)
a. Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
b. A (Airway) Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila
terjadi hambatan jalan nafas
c. B (Breathing) Kaji pernafasan klien dengan cara Look, Listen and Feel
o Look : lihat ada pergerakan dada atau tidak
o  Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring,
gargling, crowing) 
o Feel : rasakan hembusan nafas klien
d. C (Circulation) Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh
adalah detak jantung meningkat serta akral dingin dan pucat
e. D (Disability) Kesadaran menurun sampai koma karena otak
kekurangan suplai glukosa. Untuk menilai kesadaran kita juga dapat
menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
dengan cara :
o A         : Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan
Verbal
o V         : Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga
klien, jika tidak ada respon lanjut ke Pain
o P          : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di
pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian
tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra
orbital).
o U         : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
f. E (Exposure) Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh,
hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien dengan riwayat diabetes mellitus
kita harus mengkaji apakah ada luka/infeksi pada tubuh klien
g. Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
h. Pernafasan (B1)
i. Kardiovaskuler (B2) Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu
normal
j. Persyarafan (B3) Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda,
parestesia bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma
k. Perkemihan (B4) Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus
l. Pencernaan (B5) Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin(adrenalin)
m. Muskuloskeletal dan integument (B6) Kelemahan dan mudah capek saat
melakukan aktivitas

B. Secondary Survey
Primary survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan
secondary survey. Jika, selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak
stabil maka harus dilakukan tahap pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
o Allergies
o Medication
o  Past illness/pregnancy
o Late Ate or drank
o Events/ Environment related to the injury
a. Anamnesa
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3. Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien
dan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis,
sirosis hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan
dengan hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alcohol,
aktivitas fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia
seperti diabetes mellitus, hepatitis
6. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai
kondisinya.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau kurang
1. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
2) Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
4) Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
6) Hambatan komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia bibir

2. Intervensi Keperawatan
1. Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
a. Tujuan                         : Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil               : Kesadaran meningkat, toleransi pemberian makanan per
oral tanpa aspirasi
No. Intervensi Rasional
1 Monitor tingkat kesadaran, reflek Menentukan tindakan
batuk dan kemampuan menelan keperawatan selanjutnya
2 Tempatkan pasien pada posisi Untuk mencegah aspirasi
semi fowler atau posisi kepala
lebih tinggi
3 Hindari pemberian cairan atau Untuk mencegah aspirasi
makanan per oral jika kesadaran
klien rendah
4 Monitor status paru Evaluasi ada aspirasi atau tidak

2. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan


Tujuan             : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil   : Resiko cidera berkurang/hilang
No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang aman Menguangi resiko cidera
bagi klien, pidahkan perabotan
yang dapat membahayakan klien
2 Pasang pengaman pada sisi Mengamankan klien saat berada
tempat tidur klien dan turunkan di tempat tidur
tinggi tempat tidur klien
3 Berikan penerangan yang adekuat Mengurangi resiko cidera
4 Bantu klien dalam ambulasi Mengurangi resiko cidera

3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih


Tujuan             : Kebutuhan cairan seimbang
Kriteria Hasil   : intake-output cairan seimbang, membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik, tanda vital stabil
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan pasien mengkonsumsi Untuk pemenuhan kebutuhan
ciran sedikitnya 2500ml/hari atau dasar cairan dan menurunkan
disesuaikan dengan kebutuhan resiko dehidrasi
cairan klien
2 Pantau masukan dan haluaran, Memberikan informasi
pantau keseimbangan cairan keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan cairan
3 Evaluasi perubahan membran Indikator langsung status cairan
mukosa dan turgor kulit
4 Monitoring perubahan tanda- Peningkatn suhu meningkatkan
tanda vital laju metabolik dan kehilangan
cairan melalui evaporasi.
Dehidrasi juga ditandai dengan
perubahan suhu dan tekanan
darah
5 Kolaborasi untuk pemberian Intake cairan parenteral dapat
cairan tambahan melalui IV memperbaiki kekurangan cairan
sesuai keperluan

4. Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial


Tujuan             :  Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil   :  Skala nyeri berkurang, nyeri dapat dikontrol
No. Intervensi Rasional
Istirahatkan klien di lingkungan Menurunkan stimulasi yang
yang tenang berlebih dapat mengurangisakit
kepala
Observasi tanda-tanda nyeri non- Menilai derajat nyeri yang tidak
verbal seperti ekspresi wajah, langsung
posisi tubuh dan gelisah
Berikan kompres hangat pada Meningkatkan sirkulasi dan
kepala memberikan efek relaksasi
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik mengurangi nyeri

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Tujuan             : Toleransi aktivitas yang biasa dilakukan
Kriteria Hasil   : Peningkatan toleransi aktivitas
No Intervensi Rasional
Identifikasi dan minimalkan Membantu meningkatkan
factor-faktor yang dapat aktivitas
menurunkan toleransi aktivitas
Ajarkan klien metode Memberikan bantuan sesuai
penghematan energy untuk kebutuhan akan mendorong
aktivitas kemandirian dalam melakukan
aktivitas
Berikan bantuan sesuai kebutuhan

https://www.academia.edu/28612569/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_HIPO
GLIKEMIA

Anda mungkin juga menyukai