Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TEORITIS “VERTIGO”

A. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun
penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2015).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi
ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan.
Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit
dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang
mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering
tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2015).
B. Anatomi Fisiologi

a. Jaringan Saraf
1. Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakn unut anatimi dan
fungsional sistem persarafan.

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 1


1) Nuron terdiri dari:
a) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi
nukleus yang di dalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya
terdapat perikarion yang berisi neurofilamen yang berkelompok
yang disebut neurofibril. Di luarnya berhubungan dengan
dendrit dan akson yang memberikan dukungan terhadap
proses-proses fisiologis.
b) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi
menuju badan sel. Merupakn bagian yang menjulur keluar dari
badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks
serebri dan serebellum, dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan
kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.
c) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel disebut akson.Dendrit dan
akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau
tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus
membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat
menghantarkan pesan elektrokimia
2) Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan antara
dendrit, badan sel dan akson mencakup:
1) Neuron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson.
Neuron ini belokasi pada otak dan beberapa organ perasa khusus
a) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan
dengan neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipilar sangat

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 2


jarang ada, tetapi meraka ada di dalam rongga perasa khusus,
neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan,
penciuman dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap
rangsang ke neuron-neuron lainnya.
b) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson
melakukan proses secara berlanjutan. Dalam suatu neuron,
segmen awal dari cabang dendrit membawa aksi potensial dan
neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf
tepi merupakn neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di
sistem saraf pusat (SSP).
c) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan
dengan satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang
sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah
seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka.
3) Klasifikasi fungsional
1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut
juga dengan serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor
sensorik dan batang otak atau otak. Neuron ini mengumpulkan
informasi dengan memperhatikan lingkungan luar tubuh. Tubuh
manusia memiliki sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik
somatis melakukan pengawasan di luar tubuh dan neuron sensorik
viseral memonitor kondisi di dalam tubuh.Reseptor sensoorik yang
lebih spesifik meliputi:
a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi
lingkungan luar dan lingkunagan yang didapat dari indera
seperti penglihatan, penciuman, pendengaran dan peraba.
b) Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot
rangka dan sendi.

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 3


c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan,
pernapasan, kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi, serta
beberapa sensasi perasa dan rasa nyeri.
2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-
instruksi dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia memiliki
sekitar 500 ribu neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari
SSP yang disebut dengan serabut eferen, terdiri atas sistem saraf
somatis (SSS) dan sistem saraf otonom (SSO).
3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron
sensorik dan motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak dan
batang otak. Tubuh manusia memiliki 20 juta interneuron dan
berespons untuk mendistribusikan setiap informasi dari neuron
sensorik dan mengkoordinasikan aktivitas motorik.
4) Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP
dan sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula
spinalis. Ada empat sel neuroglia yaitu:
a) Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap
berperan penting dalam proses melawan infeksi.
b) Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal
(CSS).
c) Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki
kerusakan jaringan neuron dan menjaga perubahan interstisial.
d) Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.
5) Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf
tepi. Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi
tonjolan neuron sistem saraf tepi (SST).

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 4


6) Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung
meilin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat
celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus
Renvier.
7) Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.
Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls
saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di
antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana
neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ
efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat
dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron
lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah
pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson, tetapi
bisa ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel
atau bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter
8) Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson.
Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis
dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron.
Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
dengan bantuan zat-zat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 5


menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter
tersebut (Ganong, 1999).

C. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo
bias disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo
juga bias berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2015)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabukdarat, mabuklaut).
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo), Infeksitelinga bagian dalam karena bakteri, Herpes zoster,
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga), Peradangan saraf
vestibuler, Penyakit Meniere.
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel, Patahtulang tengkorak yang disertai cedera pada
labirin, persarafannya atau keduanya, Tumorotak, Tumor yang
menekan saraf vestibularis.

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 6


D. Patofisiologi
Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat
integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk
direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya.
Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
E. Pathway

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 7


F. ManifestasiKlinis
1. VertigoSentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan
pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan
berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu
pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan
tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan
dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan
vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren
basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanyavertigoberlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa
detik.Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo
posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi
kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah
mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional
berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh
neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang
spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau
jam.Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia
penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 8


penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan
mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak
kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus
kedepan. Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering
memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular
perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah
terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa
remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya
berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya
dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus
dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2
atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.Neuronitis vestibular merupakan kelainan
yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea,
dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering
penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari
gejala bila ia berbaring diam.Pada Neuronitis vestibular fungsi
pendengaran tidak terganggu kemungkinannya disebabkan oleh
virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi
lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi
telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual
dalam waktu beberapa hari atau minggu.Pemeriksaan
elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 9


didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang
terdapat pula vertigoposisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika
dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang
tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah
pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan
berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda
contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer
yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2. TesMelangkahditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula.
4. ManuverNylenBarangataumanuverHallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus.
5. TesKalori = denganmenyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga
penderita

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 10


6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.

H. Penatalaksanan
1. Vertigo posisionalBenigna (VPB)
1) Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi
pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada
pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu.
Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan
dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk
\semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau
mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai
tidak didapatkan lagi respon vertigo.
2) Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau
fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu
melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan
akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun
ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka
dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi
gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya
pemberian anti  biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada
neurinitisvestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 11


menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. PenyakitMeniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit
meniere. Tujuan  dariterapimedik yang diberiadalah:
1) Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan
anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak
membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
2) Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh
menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa
ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic.
Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek
tambahan yang baik.
3) Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak
dapat diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita
menjadi infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan
pekerjaannya.
4. Presbiastaksis
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu
obat supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan
meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin,
diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat
membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat
dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi
karena terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual
yang diterima otak. Padapenderitainidapatdiberikanobat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 12


1) TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala
klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
2) RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar,
dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat.

I. Pencegahan
1. Menghindari gerakan tiba-tiba agar tidak terjatuh
2. Segera duduk jika vertigo menyerang
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih
tinggi
4. Gerakkan kepala secara perlahan
5. Hindari gerakan kepala mendongkak, berjongkok, atau tubuh
membungkuk
J. Pengobatan
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamine mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti kholinergik ini adakaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat anti vertigo. Efek samping yang umum
dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat
efek samping ini memberikan dampak yang positif.

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 13


2. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di
lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
1) Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
2) Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
3) Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan
dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping
ialah mengantuk.
4) Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25
mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
5) Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,
antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
6) Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah
15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 14


rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut
rasa kering dan “rash” di kulit.
7) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
8) Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek
samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine
lainnya.
K. Komplikasi
1. Cedera fisik
2. Kelemahan otot

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 15


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Keperawatan


1. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala,
sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,
wajah tampak kemerahan
3. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme
refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
4. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog,
MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan
berat badan
5. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala
yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus,
perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis,
parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan
pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
6. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 16


kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri
sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah,
otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
7. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).
8. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit
9. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan keseimbangan (N. VIII)
2. Intoleransi aktivitas berhubungandengan tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya input
makanan
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko jatuh berhubungandengan Kerusakan keseimbangan
NOC NIC
1)   Klien dapat mempertahankan 1. Kaji tingkat energi yang
keseimbangan tubuhnya dimiliki klien
2. Berikan terapi ringan untuk
2)   Klien dapat mengantisipasi
resiko terjadinya jatuh mempertahankan
kesimbangan
3. Ajarkan penggunaan alat-alat
alternatif dan atau alat-alat
bantu untuk aktivitas klien.
2. Berikan pengobatan nyeri
(pusing) sebelum aktivitas

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 17


2. Intoleransi aktivitas berhubungandengan tirah baring
NOC NIC
1. Meyadari keterbatasan energi 1. Kaji respon emosi, sosial, dan
2. Klien dapat termotivasi dalam spiritual terhadap aktivitas
melakukan aktivitas 2. Berikan motivasi pada klien
3. Menyeimbangkan aktivitas dan untuk melakukan aktivitas
istirahat 3. Ajarkan tentang pengaturan
2. Tingkat daya tahan adekuat aktivitas dan teknik
untuk beraktivitas manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
2. Kolaborasi dengan ahli terapi

3. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya input


makanan
NOC NIC
1. Klien tidak merasa mual 1. Kaji kebiasaan makan yang
muntah disukai klien
2. Nafsu makan meningkat 2. Pantau input dan output pada
3. BB stabil atau bertahan klien
3. Ajarkan untuk makan sedikit
tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli gizi

DAFTAR PUSTAKA

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 18


Israr. Y. 2015. Vertigo. Diakses 23 Mei 2019. Http://yayanakhyr.wordpress.com
Lumban Tobing. S.M, 2016.Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : FK UI

Mansjoer, Arif M .dkk. 2012.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2. Jakarta:Media


Aesculapius

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2018, Vertigo Patofisiologi,


Diagnosis dan Terapi.Malang : Perdossi

Price, S.A., & Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi: Konsep klinis proses-
prosespenyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.

Amin. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA & NIC – NOC. Edisi
Revisi.. Jogjakarta : MediAction

STASE KMB : Laporan Pendahuluan Vertigo 19

Anda mungkin juga menyukai