Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DIABETES MELITUS

Disusun oleh : Kelompok 1


1. Dwi Aulia Rahmah
2. Lily Aprida
3. Rahmatika Dewi
4. Yurisda Kurnia

Pembimbing : Dra. Nelly Yardes, SKp., M.Kes.

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan Makalah
C. Sistimatikan Penulisan
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT DIABETES MELLITUS

A. Anatomi fisiologi

B. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani, “siphon”, yaitu botol yang
dilengkapi dengan suatu alat untuk menyemprot air ke luar botol; dalam hal ini
dimaksud, sering dan banyak kencing. Kemudian dalam abad ke-17 ditambah
dengan nama Mellitus (bahasa Latin untuk madu), sehingga perkataan
Diabetes Mellitus itu mempunyai arti: kencing manis yang sering dan banyak.
Menurut Silvia. Anderson Price (1995), Diabetes Mellitus adalah
gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Sedangkan menurut Barbara C. Long (1996), Diabetes Mellitus
merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

C. Penyebab
a. DM Tipe 1 (IDDM)
 Faktor genetik
Menurut Matassarin et al (1997), predisposisi IDDM adalah diturunkan
sebagai sifat heterogen, multigen. Kondisi ini membawa risiko 25%
sampai 50% pada kembar identik, sementara dengan saudara
sekandung berisiko 6% dan anak berisiko 5%.
 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah virus. Pada DM tipe
1, virus tampak membangkitkan proses autoimun yang menyebabkan
sel-sel beta rusak. Hal ini menimbulkan peningkatan jumlah antibodi
sel Islet (ICAs) selama berbulan-bulan sampai tahunan hingga
akhirnya hiperglikemia (kenaikan kadar gula dalam darah) terjadi
ketika kerusakan sel beta mencapai 80% sampai 90%.
b. DM Tipe 2 (NIDDM)
 Faktor genetik
DM tipe 2 lebih sering terjadi pada kembar identik dengan kasus
mencapai 58% hingga 75%. (Matassarin et al, 1997)
 Faktor lingkungan
Obesitas merupakan faktor risiko utama pada DM tipe 2. Hal ini
dibuktikan oleh data yang menyatakan bahwa 85% klien dengan
diabetes melitus tipe 2 adalah obes. Pada diabetes tipe 2, sel beta
mengalami keterbatasan respons terhadap hiperglikemia. Terjadinya
penurunan tingkat sensitivitas terhadap kadar glukosa mengakibatkan
pembentukkan glukosa hepatik secara terus menerus. Keadaan ini
disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk
meningkatkan ambilan glukosa yang menyebabkan resisten insulin
perifer.

D. Patofisiologi
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk
pemanfaatan glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Insulin membantu transportasi glukosa ke dalam sel dan membantu
pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi
sekunder.
Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang mana tanpa insulin,
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen
vaskular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan demikian akan
meningkatkan konsentrasi dalam darah.
Terjadinya hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang
kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke
dalam rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik
menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga
sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polydipsia (kehausan).
Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan
sodium serta terjadi gangguan elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang
mencapai sel, maka sel akan mengalami “stravation” (kekurangan makanan
atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyphagia (kelaparan secara
berlebihan atau makan secara berlebihan), fatigue dan berat badan menurun.
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat
difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga
menyebabkan lolos dalam urine yang disebut sebagai glikosuria.

E. Manifestasi klinik
1) Poliuria
2) Polidipsia
3) Polifagia
4) Penurunan berat badan
5) Pruritus vulvular
6) Kelelahan
7) Gangguan penglihatan, peka rangsang dan kram otot

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes toleransi glukosa (TTG)
2. Gula darah puasa (FBS)
3. Essei hemoglobin glikolisat
4. Urinalisis positif terhadap keton
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum

G. Penatalaksanaan Medik
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian data
Klien dengan diabetes mellitus harus dikaji dengan ketat terhadap tingkat
pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Tipe diabetes
kondisi klien, dan rencana pengobatan adalah pengkajian penting yang harus
dilakukan. Pengkajian secara detail adalah sebagai berikut:
1. Riwayat atau adanya faktor resiko:
 Riwayat keluarga tentang penyakit
 Obesitas
 Riwayat pankreatitis kronis
 Riwayat melahirkan anak lebih dari 4kg
 Riwayat glikosuria selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid diuretik tiazid,
kontrasepsi oral)
2. Kaji terhadap manifestasi DM:
 Poliuria (akibat dari diuresis osmotik bila ambang ginjal terhadap
reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui
ginjal)
 Polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi dari poliuria)
 Polifagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dari
perubahan sintesis protein dan lemak)
 Penurunan berat badan (akibat dari katabolisme protein dan lemak)
 Pruritus vulvular, kelemahan, gangguan penglihatan, peka rangsang
dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan diagnostik:
 Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa darah meningkat di bawah kondisi stres
 Gula darah puasa (FBS) normal atau di atas normal
 Essei hemoglobin glikolisat di atas rentang normal. Tes ini mengukur
persentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap
melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang
normal adalah 5-6%
 Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. Pada respons terhadap
defisiensi intraselular, protein dan lemak diubah menjadi glukosa
(glukoneogenesis) untuk energi. Selama proses pengubahan ini,
asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis
terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa
ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria
menandakan ketoasidosis.
 Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik, dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien. Berikut
adalah beberapa diagnosa keperawatan yang terdapat pada klien dengan
diabetes mellitus, namun demikian bukan berarti bahwa diagnosa
keperawatan pada klien ini terbatas hanya pada yang disebabkan di sini saja.
1) Defisit volume cairan
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Resiko tinggi terhadap infeksi
4) Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual
5) Keletihan
6) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan
7) Ketidakberdayaan
8) Resiko terhadap inefektif penatalkasanaan regimen terapeutik (individual)
C. Perencanaan
D. Evaluasi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ...
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai