Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan Sistem Koloid

Nama :
Vicky Mantiri

KELAS : XI MIPA 1
TAHUN AJARAN 2018-2019

A.SISTEM KOLOID
1. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem
heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran
zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer
(µm). Perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
1.     Campuran antara air dengan sirup.
2.     Campuran antara air dengan susu.
3.     Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur)
dengan air secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga
tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut
(penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis campuran ini tampak
homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti
inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut"
tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak
memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap
keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati
dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang
tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur)
dengan air secara heterogen dan langsung  memisah antara air dengan pasir, yang
keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan
biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis
campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir.
Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan stabil. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu(terputus-
putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.

2. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase tersispersi padat),
emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase
pendispersi gas disebut aerosol.
1.     Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam
industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk
aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair
spray, deodorant dan obat nyamuk.

2.     Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal
dua macam sol yaitu:
a.      Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan”
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel.
Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b.     Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya “takut cairan” (phobia=takut).

3.     Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi
sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk
semipadat disebut krim.

3. Penggunaan Sistem Koloid


Sistem koloid banyak digunakan dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen
dan bersifat stabil untuk produksi dalam skalabesar.

Bidang Industri
1. Cat

Cat merupakan koloid tipe sol cair. Dalam pembuatan cat, partikel-partikel padat
didispersikan daiam suatu pelarut berwujud cair. Partikel-partikel ini berupa zat
warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, dan zat
pereduksi yang dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Agar kestabilan cat tetap
terjaga dan bahan-bahan yang didispersikan tidak menggumpal atau mengendap, ke
daiam cat ditambahkan emulgator. Jenis emulgator ini tergantung dari jenis medium
pendispersinya. Apabila medium pendispersinya berupa senyawa polar, misal air dan
alkohol,

emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut polar. Sebaiiknya, jika medium
pendispersinya bersifat nonpolar seperti minyak, emulgatomya harus dapat larut
daiam pelarut nonpolar.

2. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputih- kan. Gula dilarutkan ke dalam air dan
dialirkan meialui sistem koloid tanah diatome atau karbon. Partikel koloid tersebut
akan mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula menjadi berwarna putih.

Bidang Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk koloid
mempunyai beberapa kelebihan seperti berikut :
 Mudah dibersihkan.
 Tidak merusak kulit dan rambut.
 Mengandung dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan.
 Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan pewarna.

Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut:


 Sol padat, contoh lipstik dan pensil alis.
 Sol, contoh cat kuku, masker, dan maskara.
 Emulsi, contoh pembersih muka.
 Aerosol, contoh hair spray, parfum semprot, dan penyegar mulut bentuk semprot.
 Buih, contoh sabun cukur.
 Gel, contoh minyak rambut (Jelly) dan deodoran.

Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan. Susu dan santan termasuk
emulsi lemak dalam air. Emulsi biasanya distabilkan oleh emulgator, contoh kasein dalam
susu. Kasein terdiri atas berbagai macam protein yang mengandung fosfor. Kasein
berfungsi menstabilkan dispersi lemak dalam air. Lemak tidak dapat terdispersi saat susu
menjadi basi. Ini disebabkan oleh adanya bakteri yang merusak protein (kasein) dalam
susu. Akibatnya, lemak menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya yaitu air.

Bidang Farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit perut akibat bakteri
patogen dengan norit. Sakit perut dapat terjadi jika terdapat gas yang terjebak dalam
pencernaan. Sakit perut juga dapat disebabkan oleh bakteri dalam perut yang
menghasilkan zat racun. Norit yang terbuat dari karbon aktif akan membentuk sistem
koloid di dalam pencernaan. Koloid yang terbentuk akan mengadsorpsi gas atau zat racun
sehingga konsentraSinya berkurang.

B.SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Effect Tyndall
Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena
itu sifat itu disebut efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena
sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown
 Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown.
 Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas (dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di
tempat (tidak termasuk gerak Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau
gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown.
 Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
 Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin
besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Muatan Koloid
Muatan koloid dikenal dengan 2 macam, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.

a. Adsorpsi
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak
bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada
permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari
medium pendispersinya sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik. Jenis
muatannya bergantung pada muatan ion-ion yang diserap. Sebagai contoh, sol
Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol
As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion-ion negatif.
b. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel
koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di mana partikel
bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini disebut elektroforesis.
Koloid bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid
bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis
dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.
3. Koagulasi
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem
koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak stabil
dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel
ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi cukup besar, gumpalan ini
akhirnya akan mengendap akibat pengaruh gravitasi.  Koagulasi dapat dilakukan dengan
empat cara, yaitu:
1. mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
2. menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid bermuatan
negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel koloid bermuatan
positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus listrik cukup lama;
3. menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid
bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid bermuatan
positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan lapisan pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut
cukup dekat, muatan partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi.
Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif;
4. menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem koloid
dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling mengadsorpsi sehingga
terjadi koagulasi.

5. Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi.Koloid
ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel
koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan
membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal
besar atau gula
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
6. Dialisis
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan ion-ion
pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput semipermiabel.  Caranya, sistem
koloid dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput
semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya,
dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem
koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir. Peristiwa dialisis ini diaplikasikan
dalam proses pencucian darah di dunia kedokteran.

7. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu
koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi
dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu
koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob
berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang
dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid
hidrofob.
Contoh:

•Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.


•Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob. Butir-butir koloid
liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi.
Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian
tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena
mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid
menstabilkan sistem koloid.

8. Pengolahan Air Bersih


Proses Pengolahan Air Bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi.
Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali juga zat-zat
warna, zat pencemar, seperti limbah detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon
aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas
juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar,
seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka
digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit
berfungsi sebagai pembasmi hama (sebagai disinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk
menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas .

C.PEMBUATAN SISTEM KOLOID


1.  Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat
dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau
dengan pergantian pelarut.

a)   Reaksi subtitusi
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan terbentuk
belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran koloid sehingga
terbentuk sel belerang. Seperti reaksi Na2SO3(aq) + 2HCl(aq) →2 NaCl(aq)+ H2O(l) + S(s)

b)   Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sol Fe(OH) 3 dibuat melalui hidrolisis larutan FeCl 3,
yaitu dengan memanaskan larutan FeCl 3. Hidrolisis larutan AlCl3 akan menghasilkan koloid Al(OH)3.
Reaksinya adalah:
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) +3HCl(aq)
AlCl3(aq) + 3 H2O(l)  → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)

c)   Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang dari
reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
kedalam larutan SO2
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (s)
d)   Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contohnya adalah pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) → As2S3(s) + 6H2O(l)

e)   Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula larut
menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.

2.  Cara Dispersi
       Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga listrik(busur bredig).
a) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar  digerus dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan
menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur dengan air.
b) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
c) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan
listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air, lalu atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini merupakan
gabungan cara disperse dan kondensasi.

Iklan

3. Koloid Asosiasi
Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel kecil yang larut
dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3. Senyawa ini larut dalain air menjadi ion Fe + dan
OH-. Jika larutan Fe+ dan OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk
kristal kecil yang melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas, cair, atau padat.
Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda,
contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran
itu mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu, suatu koloid
selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat terlarut,
dan fasa pendispersi mirip dengan pelarutpada suatu larutan.

4. Koloid Dan Polusi


Berbagai masalah lingkungan terkait dengan koloid, di antaranya adalah asbut. Sebanyak 4000
orang meninggal dalam kasus asbut di London pada tahun 1952. Asbut adalah campuran yang
rumit yang terdiri atas berbagai gas dan partikel-partikel zat cair dan zat padat. Asbut (smog)
merupakan kombinasi dari asap (smoke) dan kabut (fog).Kabut sendiri merupakan dispersi
partikel air dalam udara. Kabut terjadi jika udara panas yang mengandung uap air tiba-tiba
mengalami pendinginan, sehingga sebagian uap air

mengalami kondensasi. Jika asap bergabung dengan kabut, maka kabut menghalangi asap naik.
Akibatnya, asap tetap berada di sekitar kita dan kita menghirupnya.

Asap mengandung partikel yang dapat mengiritasi paru-paru dan membuat kita batuk. Asap juga
mengandung belerang dioksida (SO2). Gas ini dapat bereaksi dengan oksigen dan uap air
membentuk asam sulfat. Asam sulfat akan mengiritasi paru-paru sehingga menghasilkan banyak
lendir.

Anda mungkin juga menyukai