Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Air adalah komponen tubuh manusia paling banyak.
Menyusun sekitar 60% dari berat tubuh. Pada orang dengan
berat badan 70 kilogram, total cairan tubuh rata-rata 60% berat
badan atau sekitar 42 liter. Persentase ini dapat berubah
tergantung pada usia, jenis kelamin dan derajat obesitas.
Cairan merupakan komponen penting bagi tubuh kita,
karena digunakan untuk proses kimia dalam tubuh, melarutkan
berbagai zat, dan mentranpsortasikan berbagai jenis zat yang
dibutuhkan tubuh untuk kepentingan sel-sel tubuh. Seseorang
bisa saja tetap saja hidup jika tidak makan dalam beberapa hari,
tetapi jika kekurangan cairan tubuh hanya dalam satu hari saja
orang bisa saja meninggal.Pentingnya kebutuhan cairan bagi
tubuh, maka sebagai tenaga pelayanan kesehatan perlu
memahami tanda kekurangan cairan, dan mampu melakukan
tindakan untuk mengatasi kekurangan cairan.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran tentang kebutuhan cairan
mahasiswa diharapkan mampu memahami materi dengan baik.
1. Mampu menyebutkan distribusi cairan tubuh
2. Mampu menjelaskan komposisi cairan tubuh
3. Menjelaskan pengaturan cairan tubuh
4. Melakukan pengkajian ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit ditinjau dari aspek fisik dan prilaku.
5. Melakukan prosedur untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektroliN MATERI
74
A. Cairan
1. Distribusi Cairan Tubuh
Cairan di dalam tubuh terdistribusi dalam dua
kompartemen cairan utama yaitu, cairan didalam sel,
cairan intrasel (CIS) dan cairan yang mengelilingi sel,
cairan ekstrasel (CES).
Kompartemen CIS membentuk sekitar dua pertiga dari air
tubuh total. Sepertiga sisa air tubuh terdapat dalam
kompartemen CES yang dibagi lagi menjadi plasma dan
cairan interstitium. Plasma merupakan bagian cairan dari
darah, membentuk seperlima volume CES. Cairan
interstitium terdapat diruang-ruang antara sel-sel atau
disebut cairan jaringan membentuk empat perlima dari
volume CES. Cairan jaringan ini merupakan lingkungan
internal sejati karena membasahi sel-sel jaringan
Dua kategori minor lainnya yang termasuk dalam CES
adalah limfe dan cairan lintas sel (transel). Limfe adalah
cairan yang dikembalikan dari cairan interstitium ke
plasma melalui sistem limfe tempat cairan tersebut
disaring untuk kepentingan pertahann imun. Cairan
lintas sel (transeluler fluid), terdiri atas sejumlah kecil
volume cairan khusus yang disekresikan oleh sel-sel
spesifik kedalam rongga tubuh tertentu untuk
melaksanakan fungsi khusus seperti, cairan
serebrospinalis yang mengelilingi, membentuk bantalan
dan memberi makan otak dan korda spinalis, cairan
intra okulus mempertahankan bentuk dan memberi
makan mata, cairan sinovial membasahi dan berfungsi
sebagai penyerap getaran bagi sendi, cairan perikardium,
75
pleura dan peritoneum masing-masing membasahi
jantung, paru dan usus, getah pencernaan mencernakan
makanan yang masuk
76
misalnya untuk oksigenasi jaringan. Cairan tubuh dan
elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi
aktif atau filtrasi. Perpindahan tergantung pada
permeabilitas membrane sel atau kemampuan
membrane untuk ditembus cairan dan elektrolit
Beberapa cara pergerakan cairan dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
a. Difusi
Adalah perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke
rendah, sehingga konsentrasi zat atau partikel di
dalam cairan merata.
Konsentrasi tinggi konsentrasi rendah
O O
O O O
O O
O O
77
mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang
berbentuk molekul, ion atau keduanya
78
menyebabkan air berpindah ke dalam sel. Contoh
salin 0,45%, salin 0,33%, Dekstrosa 2,5%.
3). Larutan hipertonik
Larutan dengan konsentrasi solute lebih tinggi
dari plasma. Jika diberikan melalui IV,
menyebabkan air berpindah dari intrasel ke
ekstrasel. Contoh Dextrosa 5%di dalam salin
0,45%, Dextrosa 5% di dalam salin normal,
dextrose 5% di dalam Ringer Laktat, Salin 3%.
c. Filtrasi
Adalah suatu proses perpindahan air dan
substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai
respon terhadap adanya tekanan cairan.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan
oleh suatu likuid di dalam suatu ruangan. Darah dan
cairan arteri akan memasuki kapiler jika tekanan
hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstitial,
79
sehingga cairan dan solute berpindah dari kapiler
menuju sel.
Transpor cairan ekstraseluler
Cairan ektraseluler diangkut melalui seluruh
bagian tubuh dalam dua tahap. Pertama meliputi
gerakan darah mengitari sistem sirkulasi secara
berulang-ulang. Kedua pergerakan cairan antara
kapiler darah dan sel.
Ketika darah melewati kapiler, terjadi pertukaran
cairan ektraseluler secara terus menerus diantara
plasma darah dengan cairan interstitial yang mengisi
ruang antar sel yaitu ruang interseluler. Pertukaran ini
terjadi secara difusi bolak balik antara cairan dan
bahan yang terlarut didalamnya. Jadi cairan
ektraseluler yang terdapat diseluruh tubuh baik dalam
plasma dan ruang interstitial tercampur secara terus
menerus, sehingga homogenitas seluruh tubuh dapat
dipertahankan.
d. Transportasi Aktif
Memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran
energy untuk menggerakkan berbagai materi agar
menembus membrane sel. Kondisi ini memungkinkan
sel menerima molekul besar, sel juga dapat
memindahkan molekul dari konsentrasi rendah ke
tinggi. Misalnya natrium dipompa ke luar sel, dank
alum dipompa masuk ke dalam sel.
80
Proses ini membutuhkan molekul pembawa (carrier-
molekul), misal glukosa mengikatkan diri ke insulin
kemudian memasuki sel.
4. Pengaturan cairan
a. Asupan cairan
Asupan cairan terutama diatur oleh mekanisme
rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus terletak di
hipothalamus otak. Stimulus fisiologis utama terhadap
pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi
plasma dan penurunan volume darah. Sel – sel reseftor
disebut osmoreseftor. Bila kehilangan cairan terlalu
banyak, maka osmolaritas cairan meningkat,
selanjutnya osmoreseftor akan terangsang dan
mengaktifkan pusat rasa haus, sehingga seseorang
merasa haus dan mencari air. Rangsangan juga
diteruskan ke hipofise posterior, berakibat produksi
anti deuretik hormone (ADH) meningkat, menyebabkan
penyerapan air ditubulus ginjal meningkat, urin
menjadi sedikit. Faktor lain yang mempengaruhi pusat
rasa haus adalah , keringnya membrane mukosa faring,
mulut, kehilangan kalium, angiotensin II dan factor
psikologis.
Asupan cairan juga diperoleh dari asupan
makanan, berasal dari proses sintesis dalam tubuh
sebagai hasil oksidasi karbohidrat berjumlah 200 ml
/hari. Total asupan cairan harian kira-kira 2300
ml/hari. Asupan ini sangat bervariasi tergantung pada
cuaca, kebiasaan dan tingkat aktivitas tubuh.
81
Asupan cairan melalui oral, dimungkinkan bila
individu sadar. Klien yang mengalami kerusakan
neurologis atau psikologis, tidak dapat merasakan atau
merespon mekanisme rasa haus pada dri mereka.
Akibatnya, berisko mengalami dehidrasi.
b. Haluaran cairan
Pengeluaran cairan tubuh terjadi melalui beberapa
cara. Cairan tubuh terutama dikeluarkan melalui ginjal
dan saluran gastrointestinal. Orang dewasa setiap
menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring
dan mampu memproduksi urine sekitar 60 ml (40-80
ml) setiap jam atau sekitar 1,5 liter setiap hari.
Banyaknya jumlah urine yang diproduksi dipengaruhi
oleh hormone ADH dan aldosteron .
82
kira 700 ml/hari dalam keadaan normal. Pengeluaran
cairan melalui kulit dapat diminimalkan oleh lapisan
korneum kulit yang banyak mengandung kolesterol.
Oleh karena itu bila lapisan korneum hilang misal pada
luka bakar luas, maka kecepatan evaporasi meningkat.
Pengeluaran cairan melalui evaporasi traktus
respiratorius disebabkan karena udara yang memasuki
traktus respiratorius harus dijenuhkan dengan
pengembunan sampai mencapai tekanan yang
diperlukan sebelum dikeluarkan.
83
B. ELEKTROLIT
1. Pengaturan Elektrolit
a. Kation
Kation terdapat pada cairan ekstresel dan intrasel.
Kation utama yaitu Natrium (Na+), kalium (K+), kalsium
(Ca²+), dan magnesium (²+).
Natrium, merupakan kation yang paling banyak
jumlahnya dalam cairan ekstrasel. Berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Nilai normal dalam serum 135-145 mEq/L. Dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit, air mengikuti
natrium. Jika ginjal menahan natrium maka cairan juga
ditahan, jika ginjal mengekskresikan natrium cairan juga
diekskresi. Individu dengan fungsi ginjal normal mampu
mempertahankan kadar natrium serum tetap berada
dalam batas normal.
84
Kalsium, berperan untuk struktur membransel,
konduksi jantung, pembekuan darah, pertumbuhan dan
pembentukan tulang. Nilai normal kalsium serum 4-5
mEq/L. Sebagian besar terdapat dalam tulang dan gigi.
Sebagian kecil dalam cairan tubuh. Keseimbangan
kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kerja
hormone paratiroid (PTH) dan tiroid. PTH mengontrol
keseimbangan kalsium ditulang dengan mempengaruhi
absorbs kalsium di gastrointestinal dan ekskresi kalsium
di ginjal.
Magnesium, merupakan kation terpenting kedua di
dalam cairan intrasel, penting untuk aktivitas enzim,
neurokimia dan eksitabilitas otot. Nilai normal dalam
serum 1,5-2,5 mEq/L. Mekanisme ekskresi diatur oleh
ginjal.
b. Anion
Anion utama adalah klorida (CL-), bikarbonat (HCO3),
dan fosfat. Anion terdapat dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Mempengaruhi keseimbangan cairan,
elektrrolit dan asam basa.
Klorida, ditemukan dalam cairan ekstrasel dan
intrasel. Keseimbangan dipertahankan melalui asupan
makanan dan ekskresi, absorpsi ginjal. Nilai normal
klorida dalam serum 100-106 mEq/L.
Bikarbonat, adalah buffer kimia utama dalam tubuh.
Ion bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Nilai bikarbonat normal dalam arteri berkisar
antara 22-26 mEq/L. Di dalam darah vena, bikarbonat
85
diukur melalui kandungan karbon dioksida, nilai normal
24-30 mEq/L.
Bikarbonat berperan sangat penting dalam
keseimbangan asam basa. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
Bila tubuh membutuhkan banyak basa, ginjal akan
mereabsorpsi bikarbonat dalam julmah banyak dan akan
dikembalikan ke dalam cairan ekstrasel.
86
a. Anti Deuretik Hormon (ADH)
Kekurangan air seperti pada kondisi muntah-muntah,
diare, perdarahan, akan meningkatkan osmolalitas
darah, akibatnya osmoreseftor di pembuluh darah
mendapatkan rangsangan, diteruskan ke
hypothalamus diteruskan ke hipofise posterior
sehingga ADH dilepaskan. ADH meningkatkan
absorpsi cairan di tubulus ginjal, dan air dikembalikan
ke sirkulasi darah, dengan demikian produksi urine
menurun.
b. Aldosteron
Merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi
oleh korteks adrenal. Aldosteron mengatur
keseimbangan natrium dan kalium dengan
mempengaruhi tubulus ginjal untuk mengekskresi
kalium dan mereasorbpsi natrium. Akibatnya air juga
akan direabsorpsi dan dikembalikan ke volume darah.
c. Glukokortikoid
Mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Kelebihan sekresi hormone ini dalam sirkulasi dapat
menyebabkan tubuh menahan air, seperti pada
penyakit cushing syndrome.
87
a. Kekurangan volume cairan
Terjadi jika air dan elektrolit yang hilang berada di
dalam proporsi isotonic, kadar elektrolit dalam serum
tetap tidak berubah. Klien yang berisiko mengalami
kekurangan volume cairan ini adalah klien yang
mengalami kehilangan cairan melalui gastrointestinal
seperti: muntah, penghisap lambung, diare, fistula,
perdarahan, pemberian obat deuretik, keringat yang
banyak,demam dan penurunan asupan oral. Bayi dan
lansia paling cepat terpengaruh akibat kehilangan
cairan dan elektrolit ini.
2. Ketidakseimbangan osmolar
Adalah kondisi diimana terjadi kehilangan atau kelebihan
air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum
dipengaruhi.
a. Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi)
Terjadi jika kehilangan air tanpa disertai kehilangan
elektrolit yang sepadan, terutama natrium, atau jika
terdapat peningkatan zat yang diperoleh melalui
88
osmosis aktif, menyebabkan kadar natrium serum,
osmolalitas serta dehidrasi intrasel meningkat
Faktor resiko terjadi pada kondisi seprti, gangguan
asupan oral, lansia, penurunan respon terhadap rasa
haus, peningkatan proporsi lemak tubuh, penurunan
sekresi ADH, dan pemberian formula hipertonik. Pada
kondisi ini air bergerak keluar dari cairan intrasel
untuk mempertahankan volume ekstrasel. Akibatnya
fungsi selulermenjadi rusak dan sirkulasi menjadi
kolaps.
1. Usia
Bayi memiliki total proporsi air dalam tubuh lebih besar
daripada total proporsi air dalam tubuh anak usia
89
sekolah, remaja atau orang dewasa. Akan tetapi bayi
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kekurangan
vvolume cairan atau ketidakseimbangan hiperosmolar,
karena per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air
yang lebih besar secara proporsional.
Anak-anak, pada kondisi sakit respon pengaturan dan
kompensasi mereka terhadap ketidakseimbangan menjadi
kurang stabil. Misalnya pada kondisi demam, dapat
berlangsung lama dengan suhu yang tinggi, serta
meningkatkan kecepatan kehilangan air yang tidak
dirasakan.
90
2. Ukuran tubuh
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah
total air dalam tubuh. Lemak tidak mengandung air,
karena itu individu gemuk (obese) memiliki proporsi air
tubuh yang lebih sedikit. Oleh karena itu memiliki jumlah
total air lebih sedikit dibandingkan pria.
3. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas atau peningkatan suhu tubuh
38,5˚C, meningkatkan vasodilatasi perifer, menyebabkan
lebih banyak darah yang memasuki permukaan tubuh,
keringat akan lebih banyak keluar untuk mendinginkan
darah perifer, agar suhu tubuh turun. Berkeringat
meningkatkan kehilangan cairan tubuh menyebabkan
kehilangan ion-ion natrium dan klorida. Sebagai
kompensasi, tubuh meningkatkan curah jantung dan
frekuensi denyut nadi, peningkatan sekresi aldosteron,
menyebabkan retensi aldosteron berakibat retensi natrium
dan ekskresi kalium. Semua respon ini dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gaya Hidup
Diet, asupan cairan, garam,kalium, kalsium,
magnesium,karbohidrat, lemak dan protein membantu
mempertahankan status cairan, elektrolit dan asam basa.
Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya
mempertahankan cadangan protein dengan memecah
cadanagn glikogen dan lemak. Bila terjadi pemecahan
lemak yang berlebihan dapat menyebabkan acidosis
91
metabolic akibat produksi benda keton, suatu asam kuat.
Setelah sumber-sumber tersebut habis, maka tubuh mulai
memecah simpanan protein. Bila kadar protein serum
menurun terjadilah hipoalbuminemia. Pada
hipoalbuminemia tekanan koloid osmotk serum menurun,
menyebabkan cairan berpindah dari volume darah
sirkulasi kemudian memasuki ruang cairan interstitial.
Akibatnya terjadi kekurangan volume cairan di dalam
ekstrasel.
92
glukokortikoid dan ADH, serta teraktivasinya system
saraf simpatis.
Peningkatan sekresi aldosteron dan glukokortikoid
terjadi selama 24 jam sampai 48jam, Dampaknya
menyebabkan retensi cairan, natrium, klorida
sedangkan kalium diekskresikan. Peningkatan sekresi
ADH menyebabkan penurunan haluaran urine. Selama
fase retensi cairan , respon system saraf simpatik
membantu mempertahankan volume sirkulasi darah
dan tekanan darah setelah pembedahan. Setelah hari
kedua pasca operasi, dimulailah fase deuretik, kadar
hormone kembali ke nilai normal, dan kelebihan
natrium dan air diekskresikan.
Setelah pembedahan umumnya klien enggan
mengambil napas dalam dan batuk efektif, sehingga
dapat mengalami acidosis respiratorik akibat
tertahannya CO2 dan PaCO2 meningkat.
b. Luka bakar
Klien yang mengalami luka bakar derajat dua dan tiga
dapat mengalami kehilangan cairan tubuh dengan cara,
pertama plasma meninggalkan ruang intravaskuler dan
terperangkap sebagai edema, kedua plasma dan cairan
interstitial sel hilang sebagai eksudat luka bakar. Ketiga
uap air dan panas hilang sesuai dengan besarnya
daerah kulit yang terbakar. Keempat darah bocor dari
kapiler yang sudah rusak, sehingga menambah
kehilangan volume cairan intravaskuler. Terakhir
93
perpindahan natrium dan air masuk ke dalam sel,
sehingga volume ekstrasel semakin berkurang.
c. Gangguan Kardiovaskuler
Kegagalan jantung menyebabkan fungsi jantung sebagai
pompa darah tidak efektif. Akibatnya curah jantung
menurun, menyebabkan perfusi ke ginjal menurun dan
haluaran urine berkurang. Terjadi peningkatan natrium
dan air, menyebabkan beban kerja sirkulasi berlebih,
sehingga terjadi edema paru. Pada kondisi ini penting
membatasi asupan cairan dan natrium untuk
menurunkan kerja ventrikel kiri jantung dengan cara
mengurangi volume cairan sirkulasi yang berlebihan.
d. Gangguan Pernapasan
Kondisi pernapasan dapat menjadi penyebab gangguan
keseimbangan asam basa. Acidosis respiratorik dapat
disebabkan karena pneumonia, penggunaan seedatif,
penyakit paru obstruktif menahun mengganggu
eliminasi karbon dioksida. Kondisi yang menyebabkan
hiperventilasi seperti penurunan kadar oksigen arteri,
ansietas atau demam dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik.
e. Gangguan Ginjal
Gagal ginjal menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Gangguan fungsi ginjal
menyebabkan retensi abnormal dari natrium, klorida,
kalium, dan air di dalam cairan ekstrasel. Kemudian
94
sisa metabolic yang bersifat toksik seperti BUN,
kreatinin, meningkat karena ginjal tidak mampu
menyaring dan mengekskresikan produk sisa
metabolisme seluler tersebut. Ion hydrogen yang
meningkat tidak mampu dikeluarkan karena fungsi
ginjal terganggu, sehingga terjadi acidosis metabolic.
f. Cidera Kepala
Dapat menyebabkan edema serebral. Edema terkadang
menyebabkan tekanan pada hipofise berakibat sekresi
ADH berubah. Penurunan sekresi ADH menyebabkan
peningkatan ekskresi larutan urine. Sedangkan
peningkatan sekresi ADH menyebabkan peningkatan
volume cairan ekstrasel, hiponatremia, dan
hipoosmolalitas.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan
keseimbangan cairan, dan elektrolit akan ditemukan
kondisi fisik sebagai berikut :
95
a. Perubahan Berat Badan
Pengurangan berat badan, akibat berkurangnya volume
cairan (penurunan 2%-5% kekurangan volume cairan
ringan, penurunan 5%-10% kekurangan olume cairan
sedang, penurunan 10%-15% kekurangan volume
cairan berat)
b. Kepala
Pada kekurangan volume cairan dapat ditemukan
keluhan sakit kepala, pusing, letargis, konfusi bahkan
disorientasi.
Pada bayi, fontanel (ubun-ubun) cekung pada
kekurangan volume cairan dan menonjol pada
kelebihan cairan.
c. Mata
Kekurangan volume cairan , mata cekung, konjungtiva
kering, air mata berkurang atau tidak ada.
Kelebihan volume cairan, ditemukan edema periorbital,
papiledema
d. Tenggorok dan mulut
Kekurangan volume cairan, membrane mukosa kering,
lengket, bibir pecah-pecah, saliva menurun.
96
e. Sistem Kardiovaskuler
Kekurangan volume cairan, vena leher datar, pengisian
vena lambat, frekuensi denyut nadi menurun, lemah,
tekanan darah rendah, pengisian kapiler menurun.
Kelebihan volume cairan, vena leher distensi, edema,
frekunsi denyut nadi meningkat.
f. Sistem Pernapasan
Kelebihan volume cairan, menyebabkan dispnea,
frekuensi napas meningkat.
g. Sistem gastrointestinal
Kekurangan volume cairan, abdomen cekung, pada
diare hiperperistaltik
h. Sistem Ginjal
Kekurangan volume cairan, menyebabkan
oliguri/anuri, berat jenis urine meningkat
Kelebihan volume cairan, deuresis jika fungsi ginjal
normal
i. Sistem Neuromuskular
Pada gangguan elektrolit dan asam basa dapat ditemui,
baal, kesemutan, kram otot, tetani, koma, tremor, reflek
tendon menurun (hipermagnesemia), reflek tendon
meningkat/hiperaktif pada hipomagnesemia.
j. Kulit
Kekurangan volume cairan, suhu tubuh menurun atau
meningkat, kering, kemerahan, turgor kulit tidak
elastic, kulit dingin dan lembab.
97
3. Penghitungan asupan dan haluaran cairan
Dilakukan dalam 24 jam.
a. Asupan, meliputi :
Asupan oral meliputi semua cairan yang dikonsumsi
melalui mulut seperti, sup, jus, air, es krim dan lain-
lain.
Asupan melalui selang nasogastrik atau melalui cairan
intravena, termasuk tranfusi darah.
b. Haluaran, mencakup: urine, diare, muntah, pengisapan
gaster, dan drainase dari selang pasca bedah.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa,
berdampak terhadap perubahan nilai normal kimia darah.
a. Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan
status elektrolit dan status hidrasi. Elektrolit yang
sering diukur dalam darah vena, ion natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan karbon dioksida.
98
b. Hitung darah lengkap, adalah pemeriksaan untuk
menilai jumlah sel darah merah, putih dan sel darah
merah per millimeter kubik.
Perubahan hitung darah lengkap, terutama
perubahan hematokrit menggambarkan kondisi
dehidrasi atau overhidrasi.
c. Kadar kreatin darah. Kreatin adalah produk normal
metabolism otot dan diekskresikan dalam kadar yang
cukup konstatn. Perubahan kadar kreatin bermanfaat
dalam mengukur fungsi ginjal
d. Pemeriksaan berat jenis (BJ) urin
Menggambarkan derajat konsentrasi urine. Dihitung
menggunakan urinometer. Rentang berat jenis urine
normal berkisar antara 1.003 sampai 1.030. Urine
dengan berat jenis lebih rendah (1.003) lebih larut
daripada urine dengan berat jenis tinggi (1.030)
99
Cara pembatasan cairan
a. pertama hitung jumlah total cairan oral.
b. Berikan setengah dari jumlah total cairan oral pada
pukul 0.8.00 dan 16.00, karena pada periode ini klien
lebih aktif dan mendapatkan dua kali makan, serta
meminum sejumlah obat.
c. Berikan 2/5 dari jumlah total asupan cairan pada pukul
16.00 dan pukul 23.00.
d. Antara pukul 23.00 sampai pukul 0.8.00, berikan sisa
cairan total.
100
menelan, misal pada kondisi reflek menelan terganggu,
atau setelah bedah oral. Bentuk berupa nasogastrik
tube (NGT), gastrostomi atau jejenustomi.
2. Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral.
Merupakan penggantian cairan dan elektrolit melalui
cairan infuse yang diberikan langsung ke dalam darah.
Penggantian cairan dan elektrolit parenteral meliputi,
terapi pemberian nutrisi parenteral (NPT), terapi cairan
dan elektrolit intravena, serta penggantian darah.
1). Nutrisi Parenteral Total (NPT)
Diberikan pada klien yang tidak mampu mendigesti
atau mencerna, atau tidak mampu mengabsorbsi
nutrisi enteral. NPT merupakan nutrisi dalam bentuk
larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa
dan nutrien lain serta elektrolit yang diberikan melalui
intravena sentral untuk mencegah trombosis.
Larutannya seperti, dektrosa 12%-25%, asam amino
3%-6%, campuran nutrien total 3 dalam 1 (larutan
yang mengandung dektrosa, asam amino, dan lemak).
101
b. Jenis larutan infus
Kategori larutan elektrolit terbagai menjadi :
larutan isotonik, jika osmolaritasnya mendekati
osmolaritas plasma. Digunakan untuk penggantian
volume ektrasel. Larutan hipotonik ialah larutan
yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas
plasma, larutan hipertonik ialah larutan yang
memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas
plasma. Penggunaan larutan hipotonik dan
hipertonik didasarkan pada ketidakseimbangan
elektrolit yang spesifik.
102
Gambar 1. Pembuluh darah vena tempat infuse intravena
(A. Permukaan dorsal tangan B. Lengan bagian dalam C.
Permukaan dorsal kaki)
103
Gambar 3. Pembuluh Darah Vena Pada Bayi
104
Alat yang digunakan untuk pemberian cairan secara
parenteral, harus memperhatikan prinsip sterilitas.
Prinsip pencegahan penularan penyakit terhadap petugas
juga harus diterapkan.
105
lembab dan panas pada tempat flebitis untuk
mengurangi nyeri.
Bahaya flebitis, dapat menyebabkan tromboflebitis
sehingga terbentuk bekuan darah yang dapat
menyebabkan pembentukan emboli.
3). Beban Cairan Berlebih
Dapat terjadi pada klien yang menerima pemberian
larutan yang terlalu cepat. Gejala berupa dispnea,
krekels di paru-paru, dan takikardi. Tindakan,
perlambat aliran infuse, kolaborasi dengan dokter
biasanya diberikan obat deuretik.
4). Perdarahan
Dapat terjadi disekitar tempat pungsi vena selama
infus terpasang. Perdarahan dapat terjadi pada klien
yang mendapatkan terapi heparin atau yang
mengalami gangguan pembekuan darah. Biasanya
perdarahan hanya berupa rembesan lambat dan
tidak fatal.
Tindakan, bila kateter masih terdapat di dalam
vena, letakkan balutan untuk menekan tempat
pungsi vena untuk mengontrol perdarahan.
5). Infeksi
Dapat disebabkan oleh kontaminasi system
intravena, dan kontaminasi tempat pungsi vena atau
akibat larutan yang terkontaminasi. Tanda dan
gejala berupa tromboflebitis purulen, selulitis,
eritema, pembengkakan dan nyeri ditempat pungsi
vena.
106
Pencegahan, cuci tangan efektif untuk
menghilangkan mikroorganisme, menggunakan
sarung tangan saat melakukan prosedur. Mengganti
larutan IV sekurang-kurangnya setiap 24 jam. Ganti
semua kateter vena perifer sekurang-kurangnya
setiap 72 jam. Pertahankan sterilitas sistem
intravena saat mengganti selang, larutan dan
balutan.
e. Mengatur Kecepatan Aliran Intravena
Kecepatan aliran cairan intravena harus diatur dengan
tepat. Aliran cairan yang lambat dapat menyebabkan
kolaps kardiovaskuler, sedangkan aliran cairan yang
cepat dapat menyebabkan beban cairan berlebihan yang
dapat membahayakn ginjal, kardiovaskuler dan
neuromuskuler.
f. Mengganti balutan Intravena
Balutan intravena harus diganti setiap 48 jam sampai 72
jam. Hal ini penting untuk mempertahankan kondisi
aseptic dan mencegah infeksi.
107
2). Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
meningkatkan kadar HB pada klien anemia berat.
3). Memperbaiki kadar protein serum
108
kesalahan mengidentifikasi (Lichor, 1989 cit Potter
2002).
Terjadi segera atau setelah pemberian 50 ml darah
pertama. Gejala demam, menggigil, hipotensi, mual
dan muntah, kemerahan, takikardi, takipnoe,
ansietas, dispnoe, hemoglobinemia serta
hemoglobinuria, gangguan koagulasi dan gagal
ginjal.
Penataksanaan hentikan tranfusi, lanjutkan
pemberian infuse salin normal, ukur tanda vital
tiap 15 menit, pantau adanya syok, penurunan
tekanan darah, takikardie, takipnoe. Pantau oliguri,
warna urine gelap (akibat hemoglobinuria). Beritahu
dokter dan bank darah.
4). Sepsi (Infeksi)
Disebabkan komponen darah terkontaminasi
bakteri atau endotoksin. Terjadi selama dua jam
tranfusi. Gejala menggigil, demam, muntah, diare,
penurunan tekanan darah yang menyolok, syok.
Pencegahan memulai tranfusi dalam 30 menit
setelah darah diambil dari bank darah atau
menyelesaikan proses tranfusi dalam waktu 4 jam.
Penatalaksanaan hentikan tranfusi, pantau tanda
vital setiap 15 menit. Kolaborasi dalam pemberian
terapi dan tindakan lainnya
109