CASEVRIKS
CASEVRIKS
1. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008).
Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara
20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah
perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi
tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling
sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang
lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan
a. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun,
terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada
usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.
Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan
didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan kemungkinan
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada
golongan sosial Poltekkes Kemenkes Padang ekonomi rendah umumnya kuantitas dan
f. Terpapar virus Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS.
Para ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
perempuan HIV, kanker pra serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat
dari biasanya.
g. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya kanker
serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke
anaknya.
3. KLASIFIKASI
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai berikut :
a. Mikroskopis
1) Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
2) Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan
invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
4) Stadium karsinoma invasive Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior
berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina
tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan. Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
b. Markroskopis
3) Stadium setengah lanjut Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4) Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
4. PATOFISIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului
karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para
servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas
ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif
tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau
perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri
punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara
lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka
mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering
sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga
daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya
tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita
kanker stadium lanjut. Gejalagejala umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding)
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri
punggung
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan kanker
a. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna
b. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
c. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
e. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
1) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa
4) Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.
7. PENATALAKSANAAN
STADIUM PENATALAKSANAAN
Ib,Iia : Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah
vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
4) Saluran telur dan ovarium Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan
5) Kelenjar getah bening Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal
mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan keluar darah bergumpal dari kemaluan dan terasa nyeri pada perut bagian
bawah.
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mengalami keputihan serta keluar darah
bergumpal dari kemaluan selama lebih dari 3 bulan, awalnya pasien mengira hal tersebut adalah
haid namun karena berlangsung cukup lama akhirnya pada tanggal 20 Maret 2021 suami pasien
pemeriksaan di RSUD Ambarawa barulah pasien mengetahui bahwa pasien menderita kanker
serviks dan telah mencapai stadium IIb. Kemudian pasien dirujuk ke RSUP Kariadi untuk
dilakukan pengobatan dengan kemoradioterapi. Pasien masuk ke RSUP KAriadi melalui IGD
tanggal 25 Maret 2021 pukul 15.00 WIB karena mengalami perdarahan yang cukup banyak dari
kemaluan dan kemudian di rawat di ruang Mawar dan sedang menunggu untuk proses
pengobatan kemoradioterapinya. Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 Maret 2021 jam 15.15
WIB pasien mengatakan masih keluar darah dari kemaluan terasa sedikit nyeri pada area perut
bagian bawah dengan skala nyeri 4, seperti ditusuk-tusuk, selama 4-8 menit dan terasa hilang
timbul, pasien mengatakan cemas akan kondisinya, pasien mengatakan takut perdarahan akan
terjadi, pasien mengatakan takut penyakitnya semakin parah setelah kemoterapi, pasien
mengatakan kepala pusing, pasien terlihat pucat, lemas, pasien sering menanyakan tentang
Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit karena sakit kanker serviks 1
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kanker ataupun
5. Riwayat Menstruasi
f. Dismenorhea : ya
g. Spotting : ya
h. Menorrhagia : ya
i. Metrorhagia : ya
6. Riwayat perkawinan
b. Pernihakan ke :1
7. Riwayat obstetric
/BBL
1. 1998 Pustu 38 normal bidan Plasenta acreta - Baik
minggu
2 2005 RS 37 SC dokter Letak lintang - Baik
minggu
8. Keluarga Berencana
c. Keluhan/komplikasi :-
9. Riwayat Ginekologi
a. Infertlititas :-
b. Kasus perkosaan :-
c. Kanker kandungan :-
d. Polip serviks :-
e. PMS :-
f. Mioma uteri :-
g. Servisitis kronis :-
h. Infeksi virus :-
i. Endometris :-
a. Antripometri
1) TB : 160 cm
2) BB saat ini : 57 kg
3) Lingkar Lengan : 25 cm
b. TTV
1) TD : 130/100 mmHg
2) N : 88x/menit
3) RR : 23x/menit
4) S : 36,5 C
h. Jantung : baik
i. Paru : baik
l. Ekstremitas : baik, tidak ada kelemahan pada ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri
11. Pemeriksaan penunjang
Kesan : tampak lesi hiperedoic diproyeksi cerviks ukuran 3,9 x 5,2 cm. Penyokong gambaran
massa serviks.
e. Patologi Anatomi
b. Pengeluaran pervagina
1) Lendir : ya
3) Darah : ya
4) Lendir darah : ya
13. Kesimpulan
DO :
P : saat beraktivitas
Q : ditusuk-tusuk
S:4
T : hilang timbul
a. Nyeri akut
Manajemen Nyeri
1) Observasi
2) Terapeutik
3) Edukasi
4) Kolaborasi
Reduksi Anxietas
1) Observasi
2) Terapeutik
3) Edukasi
DS : pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah, nyeri hilang timbul
DS : pasien mengatakan sudah bisa melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
DO : pasien kooperatif
DS : pasien mengatakan lebih tenang setelah mendengar terapi murottal untuk meredakan
cemasnya
DO : pasien kooperatif
17. Evaluasi
25 Maret 2021
O:
Q : ditusuk-tusuk
S:4
T : hilang timbul
P : lanjutkan intervensi
O : pasien tampak cemas, pasien selalu bertanya tentang kondisinya kepada perawat
P : lanjutkan intervensi