Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL

KEUNGGULAN KOMPARATIF I

Di susun oleh :
LALU HARIS ARYA (192271SM)
DINDA YUNILA SARI (192414SM)

TRISDIAN FAHMI (192270SM)


IRWAN HADI (192402SM)

PROGAM STUDI S1 MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmatnya yang diberikan kepada kita semua.kami dapat menyusun makalah dengan judul
“KEUNGGULAN KOMPARATIF I” ini untuk memenuhi tugas yang di berikan Bapak Dosen
pada mata kuliah Ekonomi Internasional.

Makalah ini disusun dengan bertujuan untuk mempelajari dengan spesifik mengenai
ruang lingkup pemasaran online dan globalisasi ini.Kami berharap informasi yang kami berikan
ini dapat memberikan tambahan ilmu dan wawasan bagi kami dan bagi pembaca.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan Terima Kasih, dan semoga makalah ini
dapat dibaca dan dipahami dengan baik dan juga dapat memberikan kontribusi yang positif
juga.Mohon maaf bila ada salah dalam pengetikan atau salah menyebut nama/tempat.Kami
mengharapkan Kritik dan saran yang dapat membantu kami untuk memperbaiki dan bersifat
membangun kedepannya.

Mataram, April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Keunggulan mutlak
B. Keunggulan komparatif
C. Spesialisasi produksi
D. Harga relative
E. Manfaat potensial dari perdagangan
F. Volume ekspor dan impor
G. Hukum permintaan timbal balik

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motif untuk melakukan pertukaran adalah adanya manfaat dari perdagangan (gains from
trade) yang mungkin diperoleh oleh kedua belah pihak.Dalam kasus pertukaran antara dua orang,
sumber utama dari timbulnya manfaat tersebut adalah perbedaan selera atau pola konsumsi.
Perbedaan “selera” atau pola konsumsi antara dua Negara memang bias merupakan penyebab
timbulnya perdagangan antarnegara. Namun para ahli ekonomi umumnya sekarang berpendapat
bahwa perbedaan pola konsumsi antarnegara bukan merupakan penyebab yang paling utama dari
timbulnya perdagangan internasional.Menurut mereka, penyebab yang lebih fundamental terletak
bukan pada sisi konsumsi, tetapi pada sisi produksi. Perdagangan internasional timbul terutama
sekali karena suatu Negara bias menghasilkan barang tertentusecara lebih efisien daripada
Negara lain. Sebagai contoh, Negara A lebih efisien dalam memproduksi beras dan Negara B
lebih efisien lebih efisien dalam produk tekstil, maka ada kecendrungan bagi A untuk
mengekspor beras ke B, dan bagi B untuk mengekspor tekstil ke A.

B. Rumusan Masalah
1. Keunggulan mutlak?
2. Keunggulan komparatif?
3. Spesialisasi produksi?
4. Harga relatif?
5. Apa manfaat potensial dari perdagangan?
6. Bagaimana volume ekspor dan impor?
7. Bagaimana hukum permintaan timbal balik?

C. Tujuan

1. Mengetahui Keunggulan mutlak


2 Mengetahui Keunggulan komparatif
3 Memahami Spesialisasi produksi
4 Mengetahui Harga relatif
5 Mengetahui manfaat potensial dari perdagangan
6 Memahami volume ekspor dan impor
7 Memahami Bagaimana hukum permintaan timbal balik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keunggulan Mutlak

Kaum Klasik sebelum David Ricardo umumnya berpendapat bahwa suatu Negara
mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang tersebut dengan
biaya yang secara mutlak lebih mudah daripada Negara lain yaitu karena mempunyai keunggulan
mutlak dalam produksi barang tersebut.

Sebagai contoh, ada dua Negara yaitu Persia dan Indonesia, dan ada dua barang yaitu
permadani dan rempah-rempah.Untuk menghasilkan sehelai permadani di Persia seorang harus
bekerja selama 2 hari, sedang di Indonesia seorang harus bekerja selama 4 hari.Sebaliknya untuk
menghasilkan 1kg rempah-rempah di Indonesia harus bekerja selama dua hari, sedang di Persia 3
hari. Kebutuhan hari kerja bagi kedua barang di kedua Negara tersebut bias diringkas sebagai
berikut:

Persia Indonesia

Permadani 2 4

Rempah-rempah 3 2

Persia secara mutlak lebih efisien dalam produksi permadani, sedangkan Indonesia secara
mutlak lebih efisien dalam produksi rempah-rempah.

Kemudian Indonesia akan bias mengekspor rempah-rempah ke Persia, dan Persia akan
mengekspor primadaninya ke Indonesia. Karena rempah-rempah Indonesia memiliki harga yang
lebih murah jika disbanding Persia dan sebaliknya. Barang yang lebih murah akan mendesak
barang yang mahal dari pasaran, sehingga bagi Indonesia dapat mengkhususkan diri dalam
produksi dan ekspor rempah-rempah, dan sebaliknya.
B. Keunggulan Komparatif

Contoh di atas adalah kasus sederhana dan memberikan kesimpulan siapa dan apa yang akan
di ekspor dan impor. Dewasa ini keadaan nyata tidaklah selalu sesederhana itu. Untuk berbagai
barang, tidak jarang dijumpai bahwa suatu Negara yang efisien memproduksi suatu barang, juga
efisien dalam memproduksi barang lain. Ini disebabkan karena adanya teknologi dan mesin-
mesin yang lebih efisien, atau keterampilan kerja penduduk yang secara rata-rata menonjol.

Dalam hal ini teori keunggulan mutlak menanggap kita menghadapi kasus dimana suatu
Negara memiliki keunggulan mutlak dalam meproduksi semua barang. Tetapi menurut ekonom
Klasik David Ricardo yang berlaku adalah teori keunggulan komparatif (comparative
advantage) dimana suatu Negara hanya akan megekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi, dan mengipor barang yang mempunyai komparatif rendah.

Seperti contoh diatas (dengan sedikit perubahan).Mengenai Indonesia dan Persia, dengan
rempah-rempah dan permadaninya. Seandainya hari kerja kita ubah sebagai berikut:

Persia Indonesia

Permadani 2 4

Rempah-rempah 3 4

Disini Persia memiliki keunggulan mutlak, dalam kedua barang tersebut, karena keduanya bisa
diproduksi lebih murah di Persia. Ricardo mengatakan hal init tidak berarti bahwa Persia akan
mengekspor baik primadani atau rempah-rempah ke Indonesia. Dalam hal inipun Indonesia
masih akan mengekspor rempah-rempah ke Persia dan Persia mengekspor primadani ke
Indonesia. Mengapa? Ini penjelasan Ricardo:

Sebelum ada perdagangan, di Persia 1 helai permadani mempunyai nilai yang sama
dengan 2kg rempah-rempah, sedangkan di Indonesia sehelai primadani sama dengan 1kg
rempah-rempah. Dinyatakan dalam rempah-rempah, permadani di Persia relative lebih murah
daripada permadani di Indonesia.1kg rempah-rempah di Persia bias ditukar 11/2 helai
permadani, sedangkan di Indonesia 1kg rempah-rempahhanya bias ditukar 1 helai
premadani.Kita katakana bahwa Persia memiliki Keunggulan Komparatif dalam produksi
permadani, dan Indonesia memiliki Keunggulan Komparatif dalam produksi rempah-rempah.
Oleh sebab itu akan menguntungkan kedua belah pihak bila mana kedua belah pihak dapat saling
menukar antara rempah Indonesia dan permadani Persia.

Adanya keunggulan komparatif bisa menimbulkan manfaat perdagangan (gains from


trade) bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan mendorong timbulnya perdagangan
antarnegara. Dorongan ini tetap ada meskipun Persia memiliki keunggulan mutlak dalam kedua
barang tersebut.

C. Spesialisasi Produksi

Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki
keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri dalam
negeritidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bilasuatu
negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak
diartikansebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam dan hari kerja yang
dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor
barang tertentu karena dapatmenghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak
lebih murah daripada Negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan
mutlak dalam produksi barang jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul
terhadap satu
macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan deng
an biaya produksi di negara lain.

D. Harga Relatif
Sebuah harga relatif adalah harga dari komoditas seperti baik atau layanan dalam hal
lain; yaitu rasio dua harga. Suatu harga relatif dapat dinyatakan dalam bentuk rasio antara harga
dua barang atau rasio antara harga satu barang dan harga sekeranjang barang pasar (rata-rata
tertimbang dari harga semua barang lain yang tersedia di pasar). Harga relatif adalah biaya
peluang . Ekonomi mikro dapat dilihat sebagai studi tentang bagaimana agen ekonomi bereaksi
terhadap perubahan harga relatif, dan bagaimana harga relatif dipengaruhi oleh perilaku agen
tersebut.
Dalam persamaan permintaan Q = f ( P ) (di mana Q adalah jumlah unit barang atau jasa
yang diminta), P adalah harga relatif barang atau jasa daripada harga nominal . Ini adalah
perubahan harga relatif yang mendorong perubahan kuantitas yang diminta. Misalnya, jika
semua harga naik 10% tidak ada perubahan dalam harga relatif, jadi jika pendapatan dan
kekayaan nominal konsumen juga naik 10% meninggalkan riil.pendapatan dan kekayaan riil
tidak berubah, maka permintaan untuk setiap barang atau jasa tidak akan terpengaruh. Tetapi jika
harga barang tertentu naik, katakanlah, 2% sementara harga barang dan jasa lain turun cukup
banyak sehingga tingkat harga keseluruhan tidak berubah, maka harga relatif barang tertentu
telah meningkat sementara daya beli meningkat. tidak terpengaruh, sehingga jumlah barang yang
diminta akan turun.

E. Manfaat potensial dari perdagangan

Seandainya tingkat hargga relatif keseimbangan yang terjadi adalah sehelai permadani
sama dengan 5/6 kg rempah –rempah (ingat bahwa menurut dalil harga relatif di atas 2/3 < 5/6
<1).Atas dasar dalil mengenai spesialsasi di atas, maka Persia akan menggunakan seluruh tenaga
kerja yang bersedia untuk memproduksi 300 helai permadani.Gambar 111.2 di bawah ini
menunjukkan posisi produksi yang di pilih, yaitu pada titik 300 helai permadani.

Sekarang, masing-masing Negara bisa menukarkan barang produksinya dengan barang


produksi Negara lain pada tingkat harga relative perdagangan intenasional tesebut di atas, yaitu
1 helai permadaani sama dengan 5/6 kg rempah –rempah.
Ini berarti bahwa setiap memuka perdagangan dengan Indonesia,Persia bisa memilih
posisi konsumsi pada titik manapun pada batas kemampuan konsumsinya (consumption
possibility frontier atau CPF) yang baru, yang di tunjukkan oleh garis putus-putus yang
menghuungkan permadani = 300 helai dan rempah-rempah =250 kg (lihat gamar 111.3 berikut).
Pemahasan di atas menggambarkan dalil di bawah ini :

Manfaat potensial yang di dapat oleh suatu Negara dar adanya perdagangan (potential gains
froms trade) di tunjukan oleh pergeseran garis CPF nya keatas. Semakn tinggi ayunan
(pergesran) keatas dari CPF nya,semakin besar mamfaat potensial yang di proleh nya.

Kita katakana di bawah sini Persia bisa mendapatkan dasar penukaran (terms of trand) yang lebih
baik bagi hasil ekspornya.

5/6 kg adalah antara 4/6 kg dan 6/6 kg.

F. Volume Ekspor dan Impor

Komsumsi pada prinsipnya bisa di pilih di antara titik-titik pada CPF yang baru (sesudah
perdagangan terjadi) , yaitu pada garis yang terputus-putus.Seandainya posisi konsumsi yang
di pilih terletak pada titik A bagi Persia dan titik B bagi Indonesia.(lihat gambar 111.4).Titik
A menunjukkan bahwa Persia memilih untuk mengkonsumsi 180 helai permadani dan 100 kg
rempah-rempah. Tingkat konsumsi ini bisa di capai karena titik A terletak pada CPF-
nya.pola konsumsi ini berart bahwa Persia mengekspor 120 (=300 – 180) helai
permadani.Dengan harga relative yang berlaku 1 permadani= 5/6 kg rempah-rempah , maka
Persia bisa menukarkan 120 helai permadani dengan 100 kg rempah-rempah,yaitu jumlah
yang di pilih untuk konsumsikan.jadi Persia mengimpor 100 kg rempah-rempah.
G. Hukum Permintaan Timbal Balik

Posisi A dan B dalam contoh diatas adalah posisi keseimbangan karena jumlah permadani yang di
ekpor Persia sama dengan jumlah permadani yang ingin di impor oleh Indonesia, dan jumlah rempah-
rempah yang ingin di ekpor Indonesia sama dengan jumlah rempah-rempah yang ingin di impor oleh
Persia. Seandainya penduduk Indonesia tiba-tiba lebih suka untuk mengkonsumsikan rempahrempah
untuk kebutuhannya sendiri dan tidak terlalu berkeinginan yang kuat untuk membeli permadani Persia.

Hukum permintaan timbale balik (the law of reciprocal demand) mengatakan bahwa :

Harga relative atau dasar penukaran keseimbangan ditentukan oleh tarik-menarik


antara kekuatan permintaan Negara tersebut dengan barang-barang yang dihasilkan
negara tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip Keunggulan Komparatif mengatakan bahwa setiap Negara atau bangsa sepertinya
halnya orang akan memperoleh hasil dari perdagangannya engan mengekspor barang atau jasa
yang merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor dan jasa yang bukan
merupakan keunggulan komparatifnya. Menurut keunggulan komparatif, meskipun suatu Negara
kurang efisien disbanding Negara lain dalam memproduksi kedua barang, namun masih tetap
terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.

B. SARAN

Sebagai mahasiswa yang teladan, sudah seharusnya kita dapat menguasai dan memahami materi
tersebut sehingga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono.2000. Ekonomi Internasional. BFFE, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai