Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN ORAL MEDICINE

TORUS PALATINUS

Nama Pasien : Erna

Umur : 44 tahun

No. Rekam Medik : 0000.38.96.87

Diagnosa : Torus Palatinus

Torus Palatinus

Torus palatinus meupakan eksostosis yang paling sering ditemui dan


terjadi pada palatum durum. Torus palatinus tampak sebagai massa tulang yang
keras yang timbul di sutura palatina palatum durum.

1. Gambaran klinis dan Radiologis


Torus palatinus tampak sebagai massa tulang yang timbul di sutura
palatina palatum durum. Torus kadang-kadang diklasifikasikan berdasarkan
morfologinya, yaitu:1
 Flat torus, torus yang punya dasar yang besar dan sedikit cembung,
permukaannya halus. Torus ini meluas secara simetris.
 Spindle torus, daerahnya dari midline sepanjang palatal raphe.
 Nodular torus, muncul seperti benjolan yang multipel dan masing-masing
punya dasar sendiri. Benjolan ini bisa juga bergabung atau bersatu dan
terbentuk groove di antaranya.
 Lobular torus, yaitu massa yang berlobus, tetapi muncul dari satu basis/
dasar.

Dari gambaran klinisnya, torus pada pasien ini merupakan flat torus.
Kebanyakan torus palatinus ini kecil, jika diukur kurang dari 2cm diameternya,
tetapi dapat membesar secara perlahan seiring kehidupan, kadang-kadang meluas
hingga mengisi hampir semua palatum.1 hampir semua torus asimptomatik namun
pada beberapa kasus dimana mukosa yang menutupi torus tipis, dapat terjadi ulcul
jika terjadi trauma. Torus palatinus tampak radiopak pada film periapikal jika film
ditempatkan di belakang torus pada saat radiografi dilakukan.1

Prevalensi torus palatinus bervariasi pada beberapa populasi. Prevalensi


tertinggi adalah pada ras Asia dan Inuit (orang Eskimo). Di USA, terdapat 20-
35% penduduk yang memilik torus palatinus dengan sedikit perbedaan antara
kulit hitam dan kulit putih. Rasionya adalah wanita : pria yaitu 2:1.

2. Gambaran histopatologis
Pemeriksaan mikroskopis dari torus menunjukkan ssebuah massa yang
padat, lamellar dan tulang kortikal. Kadang-kadang terlihat zona yang terbentuk
dari tulang trabekula.2

3. Etiologi

Etiologi dari torus palatinus ini masih diperdebatkan dengan argumen


yang mengetengahkan genetik dan faktor-faktor lingkungan, seperti tekanan
pengunyahan. Beberapa ahli mengatakan bahwa torus palatinus diturunkan
sebagai dominant autosomal trait. Namun pakar yang lain percaya bahwa
perkembangan kelainan ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk genetik dan
pengaruh lingkungan. Di Amerika, prevalensi torus palatinus meningkat selama
dewasa awal dan menurun pada tahun-tahun berikutnya. Penemuan ini
mendukung teori bahwa torus merupakan lesi yang dinamis yang berhubungan
dengan faktor lingkungan. Pada kehidupan yang akan datang, beberapa mungkin
mengalami remodelling resorpsi sebagai respon terhadap penurunan fungsional.2

4. Perawatan dan Prognosis


Kebanyakan torus palatinus ini dapat didiagnosa secara klinis berdasarkan
karakteristik yang tampak, walaupun biopsi kadang-kadang juga dibutuhkan.
Torus palatinus biasanya tidak dilakukan perawatan, namun pada beberapa kasus
dimana akan dibuatkan gigi tiruan, maka tidak jarang dilakukan pembedahan.
Pembuangan secara bedah diindikasikan untuk torus palatinus yang berulang kali
menjadi ulkus atau yang mengganggu fungsi pengunyahan. Namun, jika terkena
trauma berulang kali dan menyebabkan terjadinya ulcerasi, maka sebaiknya torus
ini dibuang.2

DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, dkk. Developmental Defects of The Oral and Maxillofacial
Region in Oral and Maxillofacial Path. 2002. USA: Saunders Company.
2. Stenhouse, David. Textbook of General and Oral Surgery. 2003. China.
Churchill Livingstone.

Anda mungkin juga menyukai