Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf (defisit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah

keotak.Secara sederhana Stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat

terhentinya suplay darah keotak karena sumbatan (Stroke iskemik) atau

pendarahan(Stroke hemoragic) (Junaidi,2011).

Menurut World Health Organisation (WHO)stroke merupakan pembunuh

nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Sebanyak 75% pasien stroke di

Amerika menderita kelumpuhan. Di Eropa ditemukan sekitar 650.000 kasus

baru stroke setiap tahunnya. Di Inggris stroke menduduki urutan ke-3 sebagai

pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker. Selain itu, stroke merupakan

salah satu dari tiga besar penyebab kematian. Setiap tahun stroke membunuh

lebih dari 160.000 penduduk Amerika Secara global, pada tahun 2013 sekitar

80 juta orang menderita stroke. Terdapat sekitar 13 juta penderita stroke baru

setiap tahun, sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan dan sekitar

250 juta anggota keluarga berkaitan dengan para penderita stroke yang

bertahan (Tarwoto, 2013).

Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang

(7,0‰), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala di-perkirakan sebanyak

2.137.941 orang (12,1‰). Berdasarkan diagnosis Nakes Provinsi Sumatera

1
2

Barat memiliki estimasi jumlah pen-derita stroke yaitu sebanyak 33. 249 orang

(9,7‰), sedangkan diagnosis/gejala yaitu 50.045 orang (14,6‰)(RIKESDAS,

2013).

Penyakit stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke

terjadi karena ada gangguan aliran darah ke otak. Faktor-faktorresiko stroke

terbagi atas dua hal yaitu faktor mayor dan faktor minor. Faktor mayor

merupakan faktor dominan yang biasanya merupakan penyakit dan gangguan

lain misalnya hipertensi, penyakit jantung,diabetes militus, pernah terserang

stroke, gangguan pembuluh darah, penyakit katub jantung dan tinggi sel darah

merah. Sedangkan faktor minor adalah faktor yang biasanya terjadi karena

faktor gaya hidup dan pola makan misalnya kadar lemak tinggi dalam darah,

merokok, obesitas, kadar asam urat tinggi, kurang olahraga, jenis kelamin, usia

(Wiwit, 2010).

Sekitar 90% pasien yang terserang stroke tiba-tiba mengalami kelemahan

atau kelumpuhan separo badan. Kelemahan atau kelumpuhan ini sering kali

masih dialami pasien sewaktu keluar darirumah sakit dan biasanya kelemahan

tangan lebihberat dibandingkan kaki (Mulyatsih, 2008). Dampak yang sering

muncul dari stroke adalah terjadi gangguan mobilisasi fisiknya terutama terjadi

hemiplegi dan hemiparese. Gejala lain yang mungkin muncul adalah hilangnya

sebagian penglihatan, pusing, penglihatan ganda, bicara tidak jelas, gangguan

keseimbangan dan yang paling parah terjadi lumpuh permanen (Wiwit, 2010)

Penderita stroke harus di mobilisasi sedini mungkin ketika kondisi klinis

neurologis dan hemodinamik penderita sudah mulai stabil. Mobilisasi

dilakukan secara rutin dan terus menerus untuk mencegah terjadinya


3

komplikasi stroke, terutama kontraktur. Latihan ROM merupakan salah satu

bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk

mencegah terjadinya kecacatan pada penderita stroke. Latihan ini adalah salah

satu bentuk intervensi fundamental perawatyang dapat dilakukan untuk

keberhasilan regimen terapeutik bagi penderita dan dalam upaya pencegahan

terjadinya kondisi cacat permanen pada penderita stroke paska perawatan di

rumah sakit, sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan penderita

pada keluarga, meningkatkan harga diri dan mekanisme koping penderita.

Tindakan latihan pergerakan sendi mendorong terjadinya latihan fisik

untukmempertahankan tonus otot dan mobilitas sendi pasien stroke. Latihan

pergerakan sendiatau ROM (Range Of Motion) merupakan pergerakan

maksimum yang mungkindilakukan oleh sendi. Latihan ROMdapat dilakukan

dengan cara menggunakan ROMpasif, ROMaktif-asistif, dan ROM

aktif(Berman, 2009).

ROM pasif adalah pergerakan yang di lakukan dengan bantuan orang lain

yakni bisa perawat dan juga anggota keluarga pasien ( Lukman dan ningsih,

2012).Sehingga pada pasien Stroke sangat membutuhkan dukungan dan

perhatian khusus dari keluarga hal ini dikarenakan terjadinya kelumpuhan otot

wajah atau anggota badan sebelah yang di sebut dengan hemiparesis yang

timbul secara mendadak setelah terjadi serangan Stroke (Brunner& suddart,

2004). Latihan ROM dapat juga diberikan dalam bentuk program latihan di

rumah dengan terlebih dahulu memberikan edukasi pada keluarga pasien.

Keterlibatan keluarga dalam program di rumah akan memberikan manfaat yang

sangat baik dalam menjalankan program 24 hours physiotherapy.


4

Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan

kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan,

sampai dengan rehabilitasi.Pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

proses pemulihan pasien stroke merupakan syarat utama yang harus di miliki

oleh anggota keluarga yang merawat pasien stroke. Pemulihan dan perawatan

pasien stroke merupakan proses yang lama dan kompleks. Dalam mencapai

derajat perbaikan yang optimal, keluarga harus selalu aktif dalam proses

perawatan, guna mendukung proses tersebut perlu adanya pemberian

pendidikan kesehatan oleh tenaga medis.

Pendidikan kesehatan yaitu upaya agar masyarakat berperilaku atau

mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau

masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharan dan

peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Agonwardi (2016)

di RSUP Dr. M.Djamil Padang tentang pengaruh pendidikan kesehatan latihan

Range OfMotion (ROM) terhadap keterampilan keluargamelakukan ROM

pasien stroke.Ditemukan adanya pengaruhpendidikan kesehatan terhadap

keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM dibangsal saraf RSUP

Dr. M. Jamil Padang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syarifah Chaira dkk (2016)tentang

pengaruh pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalani

neurorehabilitasi pada pasien pasca stroke di unit rehabilitasi medik rsudza


5

banda aceh ditemukan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan dan

dukungan keluarga.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggan 10-17 November

2017 di bangsal saraf RSSN Bukittinggi didapat jumlah kunjunganpasien pada

tahun 2016 di instalasi rehabilitasi medis fisioterapi Rumah Sakit Stroke

Nasional Bukittinggi tercatat sebanyak 39.278 dimana untuk kasus stroke

terdapat 8.092 kunjungan sehingga rata-rata kunjungan perbulan 674

sedangkan untuk kasus stroke non hemoragik terdapat 40 orang kunjungan

pasien ke unit fisioterapi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi (Data

Statistik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi 2016).Setelah

mewawancarai 10 orang keluarga pasien stroke, peneliti mendapatkan seluruh

keluarga tersebut (100%) mengatakan tidak bisa melakukan latihan ROM pada

pasien stroke. dikarenakan kurang terpaparnya informasi dan pengetahuan

keluarga tentang konsep dan teknik latihan ROM.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh pendidikan kesehatan latihan range of motion (ROM)

terhadap Pengetahuan dan keterampilan keluarga melakukan latihan range of

motion (ROM) pada pasien stroke di bangsal saraf RSSN Bukittinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Latihan Range Of

Motion (ROM) Terhadap keterampilanKeluargaMelakukan latihan ROM pada

Pasien Stroke dibangsal saraf RSSN Bukittinggi tahun 2018.”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan range

of motion (ROM) terhadap pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

melakukan latihan range of motion (ROM)pada Pasien Stroke di bangsal saraf

RSSN Bukittinggi.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui rata-rata pengetahuan keluarga dalam melakukan latihan range of

motion (ROM) pada pasien stroke sebelum diberikan pendidikan kesehatan

pada keluarga pasien stroke.

b. Diketahui rata-rata keterampilan keluarga dalam melakukan latihan range of

motion (ROM) pada pasien stroke sebelum diberikan pendidikan kesehatan

pada keluarga pasien stroke

c. Diketahui rata-rata pengetahuan keluarga dalam melakukan latihan range

of motion (ROM) pada pasien stroke sesudah diberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga pasien stroke.

d. Diketahui rata-rata keterampilan keluarga dalam melakukan latihan range

of motion (ROM) pada pasien stroke sesudah diberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga pasien stroke.

e. Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap

pengetahuan keluarga dalam melakukan latihan ROM pada pasien Stroke

f. Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap

keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM pada pasien Stroke.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini sangat berguna bagi Mahasiswa Program Studi

Ilmukeperawatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya

tentang pendidikan kesehatan tentang latihan range of motion (ROM) terhadap

pengetahuan dan keterampilankeluarga dalam melakukan latihan range of

motion (ROM)pada Pasien Stroke.

2. Bagi Profesi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat

mengenai pengaruh pendidikan kesehatan latihan range of motion (ROM)

terhadap pengetahuan dan keterampilan keluarga melakukan latihan range of

motion (ROM) pada pasien stroke.Bagi pengelola rumah sakit, hasil penelitian

ini diharapkan dapat digunakan sebagaimasukan untuk memberikan

pembekalan serta pembinaan bagi para perawat tentang pentingnya pendidikan

kesehatan latihan range of motion (ROM) terhadap pengetahuan dan

keterampilan keluarga melakukan latihan range of motion (ROM) pada pasien

stroke

3. Bagi keluarga

Dengan penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan keluarga dalam

mengajari anggota keluarga yang terkena stroke untuk melakukan latihan

range of motion (ROM).

4. Bagi Peneliti

Bagi PenelitiSebagai pengalaman yang sangat berhargdalam memperluas

wawasan keilmuan untuk mengembangkan diridalam bidang penelitian.


8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup Penelitian ini membahas tentang pengaruh latihanRange Of

Motin (ROM) terhadap pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

melakukan latihan ROM pada pasien stroke. Penelitian ini dilakukan di bangsal

saraf RSSN Bukittinggi, berdasarkan data penunjang pasien stroke yang

dirawat di bangsal saraf RSSN Bukittinggi tergolong cukup banyak. Sampel

pada penelitian ini 10 responden pemberian pendidikan kesehatan latihan

Range Of Motion (ROM).Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November

2017 – Februari 2018 di RSSN Bukittinggi.

Peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan keluarga melakukan latihan Range Of Motion

(ROM) dalam membantu pasien stroke melakukan latihan Range Of Motion

(ROM). Sasaran penelitian ini adalah keluarga pasien stroke yang dirawat di

bangsal saraf RSSN Bukittinggi. Desain penelitian ini adalah quasi

eksperimendengan rancangan one group pre-post tes. Penelitian ini

menggunakan uji T-test dengan uji beda dua mean independen (paired sampel)

untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok data dependen yang

diolah dengan menggunakan program komputer.

Anda mungkin juga menyukai