Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dengan Laporan keuangan Konvensional

1. Aktivitas
Perbedaan yang pertama terletak pada aktivitas pembukuan kedua laporan tersebut.
Laporan keuangan syariah menerapkan aktivitas meliputi kewajiban, investasi tidak
terikat serta ekuitas.
Sedangkan pada laporan keuangan konvensional menerapkan aktivitas berupa utang
dan modal. Selain itu, pada laporan keuangan konvensional juga tidak terlihat adanya
penambahan investasi tidak terikat.
2. Sudut pelaporannya
Pada segi pelaporannya, laporan keuangan konvensional mengandung lebih sedikit
unsur laporan keuangan.
Unsur laporan keuangan yang terdapat pada laporan keuangan konvensional adalah
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan neraca, laporan perubahan modal (ekuitas),
serta laporan catatan atas laporan keuangan.
Bedanya dengan laporan keuangan syariah adalah, laporan keuangan syariah memiliki
unsur laporan arus kas, laporan laba rugi, laporan neraca, laporan perubahan modal.
Selain itu laporan keungangan syariah juga memiliki unsur laporan rekonsiliasi
pendapatan serta bagi hasil, laporan perubahan dana investasi, laporan sumber dana
serta penggunaan dana zakat, laporan penggunaan dana kebaikan.
3. Organisasi
Jika ditinjau dari segi organisasinya, maka keberadaan DPS (Dewan Pengawas
Syariah) menjadi aspek pembeda antara perusahaan yang menggunakan laporan
keuangan syariah dengan perusahaan yang menggunakan laporan keuangan
konvensional.
Keberadaan DPS terdapat 3 orang profesi ahli hukum agama islam yang bertanggung
jawab untuk memberikan fatwa agama islam serta melakukan pengawasan dengan
dewan komisaris perusahaan yang juga berbasis syariah.
Sedangkan pada perusahaan yang menganut laporan keuangan konvensional, tidak
terdapat DPS ataupun aturan yang menjadi beban DPS.
4. Usaha yang dibiayai
Disini terdapat paradigma yang berbeda antara perusahaan yang menggunakan laporan
keuangan syariah dengan perusahaan yang menggunakan laporan keuangan
konvensional.
Pada usaha syariah, paradigmanya adalah penekanan terhadap keyakinan bahwa
setiap kegiatan manusia memiliki akuntabilitas yang meletakkan akhlaq dan juga
perangkat syariah sebagai tolak ukur baik buruknya suatu kegiatan usaha.
Sedangkan pada perusahaan yang menggunakan laporan keuangan konvensional, tidak
ada hal semacam itu pada pelaksanaanya.
5. Penyelesaian Sengketa
Sebuah penyelesaian permasalahan akan diselesaikan secara berbeda, tergantung
pada prinsip perusahaan tersebut, apakah menganut syariah atau konvensional.
Pada perusahaan yang berbasis syariah, maka masalah akan diselesaikan dengan
menggunakan aturan dan hukum syariah islam. Lembaga yang mengatur hukum di
Indonesia adalah Badan Arbritase Muamalah (BAMUI).
Sedangkan pada perusahaan konvensional, penyelesaian masalah akan didadili di
pengadilan negeri.
Sebagai contoh, perusahaan syariah memiliki masalah pada keuangan mereka,
dikarenakan ketidak jujuran akuntan mereka. Selanjutnya akuntan tersebut akan dibawa
ke BAMUI untuk diadili. Contoh di perusahaan konvensional, seorang akuntan membuat
laporan palsu yang tidak sesuia dengan kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya.
Kemudian akuntan tersebut akan dibawa ke pengadilan negeri untuk diadili.
6. Pos pembukuan
Selanjutnya, pada pos pembukuan syariah terdiri dari piutang murabah, piutang salam,
piutang isthisna, dan piutang qardh. Ssedangkan pada pos pembukuan konvensional
tidak terdapat hal-hal seperti itu, yang ada hanya terdiri dari nama pemilik akun piutang
dagang.

Komponen laporan keuangan :


Menurut Paragraf 11 PSAK Nomor 101 mengatur tentang komponen-komponen laporan
keuangan entitas syariah yang wajib disajikan sebagai standar penyajian antara lain :
a. Neraca.Pos neraca memberi informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu. Dengan menggunakan neraca pemakai laporan keuangan akan mendapatkan nilai
likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi, menilai struktur pendanaan
perusahaan, menganalisis komposisi kekayaan dan potensi jasa perusahaan dan mengevaluasi
potensi jasa atau sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan.
b. Laporan laba rugi.
Laporan laba rugi memberikan informasi tentang keberhasilan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Keberhasilan diukur dengan kemampuan menghasilkan laba yaitu selisih antara
semua penghasilan dan semua biaya yang diperkirakan telah mendatangkan penghasilan
tersebut.
c. Laporan perubahan ekuitas.
Laporan ini merupakan penghubung antara laporan laba rugi dan neraca laba rugi dan transaksi
modal itu akan masuk dalam laporan perubahan modal sehingga angka akhir akan diperoleh.
d. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat.
Laporan ini merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi penerimaan zakat yang
dikelola entitas Syariah sebagai pelaksanaan fungsi dari Baitul Mal.
e. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
Berisikan informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa komponen yang mungkin
diterima oleh entitas Syariah.
f. Catatan atas laporan keuangan.
Catatan ini harus disajikan secara sistematis dari tiap Pos dan harus berkaitan dengan
informasi yang tercatat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
juga mencakup informasi yang diharuskan Dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK
serta pengungkapan ke pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.

Sumber :
 BMP EKMA4482 - Modul 3 & 4
 https://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/perbedaan-laporan-keuangan-syariah-dan-
konvensioal/#:~:text=Perbedaan%20yang%20pertama%20terletak%20pada,aktivitas
%20berupa%20utang%20dan%20modal.

Anda mungkin juga menyukai