Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

“ Struktur Modal: Keputusan Struktur Modal dan Distribusi


Pemegang Saham”

Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan Manajemen Keuangan dengan Dosen


Pengampu: Bapak Ika Yoga, M.M

Disusun oleh:

1. Nanda Nafi Sholehah (185221123)


2. Afifah Putri Ayu Pangestu (185221124)
3. Sifa Riani Aras Gandarum (185221126)

AKUNTANSI SYARIAH 4C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI

SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabbi, yang selalu
melimpahkan rahmat dan nikmat kepada kita terutama nikmat Iman dan Islam
yang tak terhitung nilainya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, juga tak lupa kepada
keluarga, para sahabat Nabi dan seluruh umat yang setia mengikuti ajaranNya.
Semoga syafaat menghampiri di yaumul jaza’ wal hisab nanti. Aamiin ya Rabbal
‘Alamin.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Keuangan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi semua teman – teman yang membacanya. Kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan makalah ini memiliki banyak kesalahan dan kekurangan.


Demi kesempurnaannya, penyusun mengharapkan saran dan masukan dari
berbagai pihak, sebagai perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang,
dan menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Surakarta, 10 April 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif
mampu menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil.
Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar
modal dan tersedianya dana dari para calon investor yang berminat
menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor
pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan
pendapatan yang akan diterima.

Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan


dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap
tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan
keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi
yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam
struktur modal ?
2. Apasaja pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal ?
3. Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik ?

C. Tujuan Perumusan Masalah


1. Mengetahui pendekatan teoritis apasaja yang termasuk dalam struktur
modal.
2. Mengetahui pendekatan secara konsep dalam struktur modal.
3. Mengetahui bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Teoritis atas Struktur Modal


a. Pengertian Modal dan Struktur Modal

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya
(Munawir,2001). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal
Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing


dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa
terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan
perusahaan.

Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang


dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan cermin dari
kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan,
karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah
kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi
adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat
mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal
dari laba ditahan dan depresiasi.

Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari
para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal
dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para
pemilik merupakan modal sendiri. Kebijakan mengenai struktur modal
melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian.

Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus


juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin
tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga
saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).

b. Teori Struktur Modal

Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling


pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004) ,yang
menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham,
sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan
bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang
kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh
manajemen disebut biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz
dalam Saidi (2004) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang
saham.

Signaling Theory

Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan
cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal
yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu
isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari
biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah.

Pecking Order Theory

Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk


memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha
menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang
berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran,
2004). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal
didasarkan pada defisit pendanaan internal.

Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manejer


korporat, bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory
mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar
pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers, 1984 dalam
Perminas Pangeran, 2004) :

1. Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada


investor luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika
percaya saham mereka adalah undervalued.

2. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan


mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.

3. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan


ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas
hanya pada harga discount.
4. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan
membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan
kesempatan investasi yang baik, karena saham tidak dapat dijual pada “fair
Price”.

c. Teori-teori kapitalisasi

Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat


ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya
dikalikan dengan multiplayer tertentu.

2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan


pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

d. Over dan under capitalization

Over capitalization akan terjadi apabila :

1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah
modal yang di investasikan , atau dengan kata lain average rate of return
lebih kecil dari pada fair rate of return.

2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada
nilai riil dibandingkan dengan nilai assetnya.

e. Under capitalization

Under capitalization terjadi apabila :

1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi


dibandingkan dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan yang sejenis lainya.

2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil
daripada nilai riil daripada assetnya.
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt
menggunakan hutang relatif besar
2. Struktur Aktiva
Perusahaan dg aktiva tetap besar (sbg kolateral) dpt menggunakan
hutang relatif besar
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan
dana untuk ekspansi.
4. Profitabilitas
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba
ditahan → hutang → jual saham baru (utk menghindari pengawasan
eksternal)
5. Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap
dari hutang. Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, shg ada
korelasi positif antara skala perusahaan dg debt to book value of equity
ratio.
7. Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat yg tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar rendah &
pasar bursa sdgbullish (lawan dari bearish)

C. Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal


1. Teori pendekatan laba bersih ( net income approach) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau
menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang
konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan
tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat
diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan
atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya
modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil.

2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach )


NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan,
berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para
investor mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda:
 Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
 Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut
meningkat. Oleh karena itu manajemen menuntut agar
keuntungan perusahaan jg harus meningkat, konsekuensinya
biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan
struktur modal menjadi tidak penting

D. Keputusan Struktur Modal dalam Praktik


a) Analisis EBIT – EPS.
Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai
alternatif pendanaan terhadap EPS ( Earning per share ) pada tingkatan EBIT
( Earning Before Interest and Tax ) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan
EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau Earning After Tax ( EAT ) dibagi
jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.

Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :

1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT


tertentu , dan

2. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya


kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.
Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam
memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference
point, perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan
saham akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah
jika actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam
mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard
( tingkat variabilitas ) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT
dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa
mendatang beserta dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT
relatif besar, manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi
kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang
hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.

EAT ( saham ) EAT ( hutang )


= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2

Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak

b) Perbandingan Rasio – Rasio Leverage

• Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap
alternatif pendanaan terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang ).
Manajemen kemudian dapat membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan
rasio – rasio pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri
sejenis. Rasio Leverage terdiri dari (1) Rasio Hutang ( debt ratio ), (2) Rasio
Jaminan ( coverege ratio ).

• Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kewajiban jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan
untuk membayar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung
rasio hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung
rasio jaminan, informasi dari laporang rugi – laba yang dipergunakan.

• Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :

1. Rasio Hutang:

a. Total hutang/Total aktiva

b. Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)

c. Total hutang/ Modal sendiri

• Rasio Jaminan:

a. Time interest earned = EBIT/Biaya bunga

b. Debt service coverage = EBIT / [ biaya bunga + (pembayaran pokok


pinjaman/1 – pajak) ]

• Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan :

1. Posisi keuangan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan


perusahaan dengan alternatif – alternatif pendanaan yang ada seperti
100 % modal sendiri, 100% hutang dsb. Rasio – rasio tersebut
kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan
tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang
paling tepat bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen
harus mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri.
Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika
perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang
dari rasio industri, ia harus memiliki alasan yang kuat.

c) Analisis Arus Kas Perusahaan

Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap


arus kas perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda
ini melibatkan persiapan suatu seri anggaran kas pada (1)kondisi
perekonomian yang berbeda, (2) struktur modal yang berbedaArus kas bersih
pada situasi yang berbeda ini dapat dianalisis untuk menentukan apakah
beban tetap perusahaan ( pokok pinjaman, bunga, sewa dan dividen saham
preferen ) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi. Ketidak mampuan
perusahaan untuk membayar beban tetap bisa mengakibatkan “ financial
insolvency “.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk
penetapan struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau
menggabungkan usahanya besar kemungkinannya akan_melakukan perubahan
struktur modal yang disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan modal.
Dua hal yang harus dilakukan perusahaan ; Pertama, menentukan besarnya
Kebutuhan modal kuantitatif. Kedua, menentukan sumber modal kualitatif/jenis
modal yang akan ditarik. Proses pertama dikatakan sebagal proses Kapitalisasi,
sedangkan yang kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur Modal. Untuk
menentukan Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabei yang
mempengaruhinya. Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu ;
Tingkat bunga, Stabilitas penjualan, Tingkat pertumbuhan penjualan, Susunan
Aktiva, Kadar risiko dari aktiva, Kebutuhan modal, Struktur saingan, Keadaan
pasar modal, Sikap manajemen, dan Sikap pemberi pinjaman. Bagi perusahaan
susunan struktur modal terbaik dikatakan sebagal Struktur Modal Optimum.

Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur


modal yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal.
Sedangkan menurut pendekatan biaya modal struktur modal optimum adalah
struktur modal yang dapat meminimumkan rata-rata biaya modal perusahaan.
Metoda biaya modal ini dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan, dan
pendekatan yang dipilih pada persoalan ini adalah Pendekatan Tradisional yang
menyatakan bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada kondisi rata-rata
biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimum.

B. Analisis terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap struktur


modal :
1. Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan menggunakan
Analisa Faktor.
2. Menentukan nilai perusahaan yang maksimum.

Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi


penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :

1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak
stabil.
2. Operating Leverage

Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih mampu untuk


menaikkan penggunaan leverage keuangan ( hutang ).
3. Corporate Taxes

Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika


menggunakan hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi,
maka keuntungan menggunakan hutang akan lebih tinggi, semua yang
lainnya dianggap sama.
4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah
tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam
perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dan perkembangan dan
kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian
ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun
dalam artian teknis masih dapat digunakan.

5. Lenders dan rating agencies


Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak
lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating
agencies akan mulai menurunkan rating pada tingkat hutang perusahaan.

6. Internal cash flow

Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat
menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih stabil.

7. Pengendalian

Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan


memulai dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding
commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi., sedangkan pembelian kembali
saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.

8. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar
keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat
suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada
short-term debt, dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau
equity jika kondisi pasar memungkinkan.

9. Preferensi pihak manajemen

Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen


mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity
perusahaan pada struktur modalnya.

10. Debt covenant

Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang
dan terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).

11. Agency cost


Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor
kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka
selaras dengan persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para
shareholders.

12. Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal


financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio
hutang).

13. Risiko Bisnis

Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan


pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative
terhadap leverage perusahaan.

Pada kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4


faktor yang dominan terhadap penentuan struktur modal, yaitu:

 Faktor 1: Stabilitas pendapatan dan kebutuhan modal, komponen


variabelnya: Stabilitas penjualan dan kebutuhan modal. Dengan
variabel yang dominan adalah kebutuhan modal.
 Faktor 2: Struktur pasar industri yang terdiri variabel; struktur
saingan, tingkat bunga, tingkat pertumbuhan penjualan, dan kadar
risiko dari aktiva. Variabel dominannya adalah struktur saingan.
 Faktor 3: Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap
pemberi pinjaman, susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel
dominannya adalah sikap pemberi pinjaman.
 Faktor 4: Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel
keadaan pasar modal, sehingga variabel dominannya adalah
variabel keadaan pasar modal.
Untuk penentuan nilai perusahaan, dengan menggunakan pendekatan
Tradisional sebagai alat manajemen keuangan diperoleh hasil bahwa nilai
perusahaan akan meningkat dengan rata-rata biaya modal perusahaan
melalui cara perusahaan modal pinjamannya. Dan struktur modal
diterapkan harus mempunyai ratio hutang maksimum sehingga mencapai
struktur modal optimum.

C. Pendekatan dalam Teori Struktur Modal


1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI Approach)

Dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan


asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang
perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahaan.

2. Pendekatan Traditional (Traditional Approach)

Diasumsikan terjadi perubahan struktur modal dan peningkatan nilai


total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal
sendiri).

3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach)

MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak


berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini
didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan
modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai
investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai
perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi yang
digunakan adalah, pasar modal sempurna, nilai yang diharapkan dari distribusi
probabilitas semua investor sama, perusahaan mempunyai risiko usaha (business
risk) yang sama dan tidak ada pajak.

Strategi efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas


perusahaan dan efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk
mengatasi keterbatasan modal kerja dan biaya operasional perusahaan perlu
mengadakan perencanaan penghematan diberbagai bidang. Implikasi strategi
efisiensi biaya adalah:

1. Meminimalkan Kenaikan Biaya Tetap dengan cara pertumbhan


pegawai negatif dan rasionalisasi pegawai.
2. Mengurangi Biaya Tetap tunai dengan cara pengaturan struktur
modal melalui penggunaan fasilitas kredit jangka panjang untuk
memenuhi modal kerja dan penggunaan fasilitas kredit lunak UKM
sehingga beban bunga lebih rendah.
3. Efisiensi biaya variabel dilakukan ditingkat proses produksi
dengan cara pengaturan penggunaan lini mesin pemotongan sesuai
jumlah sapi . Biaya variabel juga dapat dihemat dengan strategi
kemitraan usaha baik ditingkat on farm (penyediaan bahan baku),
maupun pemasaran produk sehingga biaya operasional ditanggung
barsama.

Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep


cost of capital. Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of capital
emisi saham baru, cost of capital saham biasa, cost of capital laba ditahan, dan
weighted average cost of capital. Dan struktur modal yang optimum tercapai
apabila biaya modal rata-rata tertimbang adalah rendah. Karena biaya modal ini
berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat struktur modal optimum
diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.

D. Studi kasus dalam Struktur Modal

Contoh Pertama

1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5%


dan laba operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi
modal sendiri(tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau kita hitung penilaian
perusahaan sebagai berikut :
O Laba bersih operasi Rp 10.000.000
F Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000(-)
E Laba tersedia untuk Rp 8.500.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)
S Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Persh Rp107.277.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau
ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,32 %
V Rp 107.277.000

Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham


= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan
saham.Nilai obligasi pd soal.1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp
90.910/lb, maka diperlukan maka diperlukan Rp 30.000.000 : Rp 90.910 =
330 lb.
Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri
semuanya, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih
rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan)
dapat dihitung sebagai berikut :
O Laba operasi Rp 10.000.000
F Bunga Rp 0 (-)
E Laba tersedia untuk Rp 10.000.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,10 (:)
S Nilai pasar saham Rp100.000.000
B Nilai pasar obligasi Rp 0 (+)
V Nilai keseluruhan persh Rp100.000.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau
ko = O = Rp10.000.000 x 100% = 10%
V Rp100.000.000
Sehinga harga saham menjadi
= Rp 100.000.000 = Rp 84.750,-
(850 + 330)

Dengan demikian harga saham turun karna perubahan struktur modal.

3. Misalkan sekarang (dari contoh no.1) perusahaan menambah


modal asingnya dengan Rp 30.000.000 lagi, sehingga menjadi Rp
60.000.000,- dan saham akan berkurang sebesar 330 lembar
(Rp30.000.000 : Rp 90.910), shg saham tinggal 520 lb (850lb – 330lb).
Dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar
meningkat 6%. Sehingga besarnya ko(tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat
dihitung sebagai berikut :
O Laba bersih operasi Rp 10.000.000
F Bunga 6% x Rp 60.000.000 Rp 3.600.000(-)
E Keuntungan untuk Rp 64.000.000
pemegang saham biasa
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,14 (:)
S Nilai pasar saham Rp 45.714.000(+)
V Nilai Keseluruhan Rp105.714.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,46%
V Rp 105.714.000
Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,-
520
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa
struktur modal yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,-
memberikan biaya modal yang terendah 9,32% dan memberikan harga saham
yang tertinggi Rp 90.910,- dibandingkan soal no.1 dan no.3.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :

Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility), Growth Opportunity, Ukuran


Perusahaan (Firm Size), Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara simultan
maupun parsial mempunyai pengaruh pada Keputusan Struktur Modal Suatu
Perusahaan.

Dari faktor - faktor tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang


lainnya. Sehing dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen
Perusahaan hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas
faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,


Salemba Empat, Jakarta (terjemahan).

Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, Op. Ci

George Foster, 1996, Financial Statemen Analysis, Prentice Hall Internasional.

Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan,


Terjemahan, Edisi kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta
(terjemahan).

Anda mungkin juga menyukai